Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Landasan Pendidikan yang Diampu Oleh Dr Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed

Oleh: Irma Novi Masrurroh 132103818639 Robert Choi Sudarno 132103818619 Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PASCASARJANA PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR September 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di sana pasti ada pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu. Dengan kata lain, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan didasarkan atas latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat. Dasar atau landasan pendidikan adalah landasan berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan masyarakat. Walaupun pendidikan itu universal, namun bagi suatu masyarakat, pendidikan akan diselenggarakan berdasarkan kebutuhan dan harapan yang berlangsung dalam latar belakang sosial budaya masyarakat tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan landasan sosiologi pendidikan? 2. Bagaimana ruang lingkup landasan sosiologi pendidikan? 3. Apa saja contoh masalah sosial yang sering terjadi pada siswa dan menuntut peran pendidikan dalam mengatasinya? 4. Bagaimana implikasi landasan sosiologi pendidikan pada pembelajaran di sekolah dasar? C. Tujuan 1. Mendeskripsikan pengertian landasan sosiologi pendidikan 2. Menguraikan ruang lingkup landasan sosiologi pendidikan 3. Menjelaskan 4 macam contoh masalah sosial yang terjadi pada siswa dan menuntut peran pendidikan dalam mengatasinya. 4. Menjelaskan implikasi landasan sosiologi pendidikan pada pembelajaran di sekolah dasa

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Kaidahkaidah sosiologi tersebut menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya termasuk makhluk individu, bermasyarakat, serta berbudaya. Dalam hidup bermasyarakat manusia memiliki norma-norma yang mereka bentuk dan mereka anut yang akhirnya menghasilkan suatu kebudayaan yang mencirikan kekhasan suatu masyarakat tertentu. Landasan sosiologis pendidikan juga merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Kegiatan pendidikan itu merupakan suatu proses interaksi antar pendidik dengan peserta didik, antara generasi satu dengan generasi yang lainnya. Kajian sosiologi pendidikan sangat esensial, karena merupakan sarana untuk memahami sistem pendidikan dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas, loyalitas pada kelompok merupakan awal dan rasa bangga dalam masyarakat tertentu, yang semuanya ini merupakan landasan bagi pendidikan. Masyarakat atau bangsa Indonesia berbeda dengan masyarakat atau bangsa lain. Hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi, merupakan indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis. B. Ruang Lingkup Landasan Sosiologi Pendidikan 1. Manusia Sebagai Individu, Bermasyarakat, dan Berbudaya Pada dasarnya manusia termasuk makhluk individu. Setiap orang pasti memiliki ciri khas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Ciri khas tersebut terlihat dari pola pikir, sifat serta sikap dalam hidupnya yang mendominasi dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Syaripudin (2012:155) bahwa individu merupakan manusia perseorangan yang memiliki karakteristik

sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya sendiri. Selain ciri khas yang telah dimiliki manusia sejak lahir, manusia juga dipengaruhi oleh lingkungan. Setelah manusia mendapat pengaruh dan mempengaruhi lingkungan inilah kedudukan manusia sudah tidak hanya sebagai makhluk individu, tetapi juga sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Hal ini sesuai dengan ungkapan Aristoteles bahwa makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain (Syahbani, 2012). Manusia selalu berinteraksi dengan orang lain di lingkungan tempat tinggalnya dalam waktu yang terus-menerus dan cukup lama yang akhirnya terjadi hubungan erat suatu kelompok manusia atau sering dikenal dengan istilah masyarakat. Menurut Linton, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batasbatas yang dirumuskan dengan jelas (Syaripudin, 2012:155). Sedangkan menurut Sumardjan dijelaskan bahwa masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 1986). Masyarakat memiliki nilai-nilai tertentu yang meraka anut, sehingga terbentuk suatu norma yang menjadi ciri khas masyarakat yang bersangkutan. Ciri khas dari suatu masyarakat ini yang akhirnya disebut dengan kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Syaripudin, 2012:156). Wujud kebudayaan tersebut dapat berupa kompoleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan-peraturan , aktivitas kelakuan berpola dari suatu mayarakat serta benda-benda hasil karya manusia dalam suatu masyarakat.

2. Proses Sosial Proses sosial yaitu suatu cara berhubungan antara individu atau antarkelompok atau individu dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses sosial atau sosialisasi ini menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin meningkat. Dia atau mereka semakin kenal, semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebiih percaya pada pihak lain, dan sebagainya. Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktorfaktor berikut, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, simpati. Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif maupun negatif. Kalau siswa meniru gurunya berpakaian rapi, maka siswa tersebut sudah mensosialisasikan diri secara positif. Tetapi kalau siswa meniru orang lain minum-minuman keras, maka ia melakukan sosialisasi negatif. Sugesti akan terjadi kalau seorang siswa menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas. Di sekolah contohnya yang beribawa guru. Sugesti ini memberi jalan bagi siswa untuk mensosialisasikan dirinya. Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah sadar. Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan memegang peranan penting dalam simpati. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan siswa akan tertib mematuhi peraturan-peraturan kelas dalam belajar. Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya sendiri. Agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri siswa. Misalnya guru bisa menjadi contoh dalam berperilku agar ditiru, diidentifikasi, dan siswa merasa simpati kepadanya.

Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memnuhi dua syarat, sebagai berikut yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antara individu, misalnya siswa dan guru atau siswa dengan siswa di sekolah. Yang kedua yaitu kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contohnya seorang guru mengajar di kelas. Yang ketiga yaitu kontak antar kelompok, misalnya rapat orangtua siswa dengan guru-guru. 3. Pendidikan Merupakan Proses Sosialisasi dan Enkulturasi Pendidikan ditujukan agar peserta didik mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya. Oleh sebab itu, apabila ditinjau dari sudut pandang sosiologi, pendidikan identik dengan sosialisasi dan enkulturasi. Karena di dalam proses sosialisasi hakikatnya terjadi juga proses enkulturasi dan sebaliknya. Menurut Peter, sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Kamanto, 1993). Dalam proses sosialisasi individu belajar untuk mengetahui peranan yang harus dilakukannya serta peranan-peranan yang harus dilakukan orang lain. Sedangkan enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar cara berpikir, cara bertindak, dan merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya. Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak disamping pendidikan informal yang didapat dari keluarga dan masyarakat. Sekolah dalam hal ini suatu lembaga formal pendidikan bertugas membangun karakter positif terhadap anak. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan tetangga dekat. Suasana di ruah bercorak informal dan banyak kelakuan yang diizinkan menurut suasana di rumah. Ada beberapa anak dimanjakan oleh orang tuanya, terutama anak tunggal, anak lakilaki satu-satunya, anak perempuan satu-satunya dan lain sebgainya. Anak-anak di rumah biasanya mendapat perhatian yang cukup dari anggota keluarganya.

Di sekolah anak itu mengalami suasana yang berlainan. Ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh guru, melainkan hanya salah seorang di antara puluhan murid lainnya di dalam kelas. Guru tidak mungkin memberikan perhatian banyak kepadanya karena harus membagi perhatian secara adil terhadap banyak anak. Untuk itu anak-anak harus mengikuti peraturan yang bersifat formal yang tidak dialami anak di rumah, yang dengan sendirinya membatasi kebebasannya. Ia harus duduk di bangku tertentu dalam waktu tertentu. ia tidak boleh keluar-masuk, berjalan-jalan, melakukan atau mengatakan sesuatu sesuka hatinya. Dalam kelas ia harus menaati peraturan dan menghormati kepentingan teman-temannya. Dengan demikian, anak itu melihat dirinya sebagai salah seorang di antara teman-temannya. Demikian rasa egosentrisme berkurang dan digantikan oleh kelakuan yang bercorak sosial. Saat istirahat, anak juga tidak dapat melakukan kemauannya seperti di rumah akan tetapi harus memperhitungkan kedudukannya dalam hubungannya dengan kedudukan teman-temannya. Jadi, di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas ketrampilan sosialnya. Ia juga berkenalan dengan teman dari berbagai latar belakang dan belajar untuk melakukan perannya dalam struktur sosial yang dihadapi di sekolah. 4. Pendidikan Merupakan Suatu Pranata Sosial Pranata sosial adalah suatu sistem peran dan norma sosial yang saling berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi sosial yang penting (Adiwikarta, 1988). Sedangkan menurut Komblum pranata sosial adalah suatu struktur status dan peranan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar anggota masyarakat (Sunarto, 1993). Sedangkan menurut (Koentjaraningrat, 1984) dalam definisinya tentang pranata sosial secara tertulis menyebutkan juga peralatan-peralatan dan manusia-manusia yang melaksanakan peranan-peranan. Dari ketiga definisi tersebut dapat diartikan bahwa pranata sosial merupakan suatu sistem aktivitas yang khas dari suatu kelakuan berpola aktivitas yang dilakukkan oleh berbagai individu yang mempunyai struktur, mengacu pada sistem ide, nilai dan norma atau tata kelakuan

tertentu, dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat. Dalam pendidikan, juga terdapat pranata pendidikan, yaitu suatau pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan enkulturasi untuk menghantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya. Melalui pranata pendidikan, sosialisasi dan enkulturasi diselenggarakan, sehingga dengan demikian eksistensi masyarakat dan kebudayaannya dapat bertahan sekalipun individu-individu anggota masyarakatnya berganti karena terjadinya kelahiran, kematian, dan perpindahan. Sebagai pranata sosial, pranata pendidikan berada di dalam masyarakat dan bersifat terbuka. Pranata pendidikan mengambil masukan (input) dari masyarakat dan memberikan keluarannya (output) kepada masyarakat. Contoh, di dalam masyarakat terdapat penduduk, sistem nilai, sistem pengetahuan dsb. Hal ini merupakan sumber input yang disediakan masyarakat bagi pranata pendidikan. Tetapi masyarakat pun (misalnya suatu perusahaan) menerima lulusan dari pranata pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi) untuk diangkat sebagai pegawai atau karyawan. C. Masalah Sosial Siswa yang Sering Memberikan Dampak pada Pendidikan
1. Pengaruh Televisi

Televisi adalah perlengkapan di hampir setiap rumah , pengaruhnya begitu meluas karena kebanyakan anak menghabiskan lebih banyak waktu menonton televisi daripada bersekolah. Berbagai pendapat pro maupun kontra terjadap pengaruh televisi terhadap anak usia sekolah dasar antara lain sebagai berikut. Pendapat positif tentang pengaruh televisi.
a. Televisi memperkaya siswa sehingga mereka dapat mengerti banyak

instruksi lebih mudah . Guru yang mengambil keuntungan dari apa yang siswa sudah belajar dari televisi dapat mempercepat presentasi materi pelajaran.

b. Selain menyediakan informasi yang berguna, televisi membangkitkan

minat dalam berbagai topik. Guru dapat menarik kepentingan bahwa televisi membangkitkan dan melibatkan siswa lebih mendalam di banyak bagian dari kurikulum .
c. Televisi membantu guru dengan membuat pembelajaran menyenangkan

pada usia dini. Program seperti Sesame Street memiliki peningkatan prestasi belajar siswa pada tahun-tahun awal oleh menunjukkan anak-anak bahwa belajar bisa menyenangkan.
d. Televisi memberikan katarsis bagi perasaan permusuhan dan kemarahan .

Anak-anak yang menonton drama televisi dapat bekerja di luar impuls berpotensi kekerasan yang mungkin lain bijaksana diarahkan pada teman sekelas, orang tua, atau guru.
e. Televisi dapat memberikan pengalaman bersosialisasi yang baik .

Penelitian telah menunjukkan bahwa program-program seperti Sesame Street dapat meningkatkan perilaku kooperatif antara anak-anak. Dampak negatif dari acara televisi lebih besar daripada dampak positif pada perkembangan anak. Dari televisi, anak-anak dapat menyaksikan semua tayangan termasuk yang belum layak mereka tonton, mulai dari kekerasan dan kehidupan seks. Dampak-dampak negatif dalam acara televisi antara lain: a. Berpengaruh terhadap perkembangan otak b. Menurunnnya atau hilangnya minat membaca dan motivasi anak sehingga anak tidak mempunyai semangat belajar c. Perubahan perilaku pada karekter dan mental penontonnya d. Menjadikan anak menjadi konsumtif karena tayangan iklan yang menawarkan berbagai macam produk e. Memikat dan membuat ketagihan sehingga anak menjadi malas belajar f. Mengurangi kreatifitas, kurang bermain dan bersosialisasi menjadi manusia individualais dan sendiri g. Meningkatnya agresifitas dan kriminalitas h. Terlalu sering nonton televisi dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola fikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah

dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, dan perkembangan kognitifnya Siaran-siaran televisi telah meracuni otak anak-anak dengan berbagai macam tayangan yang belum sepantasnya menjadi tontonan mereka. Anak-anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas. Mereka hanya tahu bahwa televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara berikutnya. Media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak negatif ini menjadi perhatian orang tua untuk membatasi waktu menonton televisi, mengawasi serta menyeleksi tayangan yang pantas ditonton oleh anak-anak. 2. Broken Home Dampak pada anak-anak pada masa ketidakharmonisan, belum sampai bercerai namun sudah mulai tidak harmonis: a. Anak mulai menderita kecemasan yang tinggi dan ketakutan. b. Anak merasa jerjepit di tengah-tengah, karena harus memilih antara ibu atau ayah. c. Anak sering kali mempunyai rasa bersalah. d. Kalau kedua orangtuanya sedang bertengkar, itu memungkinkan anak bisa membenci salah satu orang tuanya. Dalam rumah tangga yang tidak sehat, yang bermasalah dan penuh dengan pertengkaran-pertengkaran bisa muncul 3 kategori anak: a. Anak-anak yang memberontak yang menjadi masalah diluar. Anak yang jadi korban keluarga yang bercerai itu menjadi sangat nakal sekali. b. Selain itu, anak korban perceraian jadi gampang marah karena mereka terlalu sering melihat orang tua bertengkar. Namun kemarahan juga bisa muncul karena: Dia harus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam ketegangan. Dia harus kehilangan hidup yang tenteram, yang hangat, dia jadi marah pada orang tuanya kok memberikan hidup yang seperti ini kepada mereka.

Waktu orang tua bercerai, anak kebanyakan tinggal dengan mama, itu berarti ada yang terhilang dalam diri anak yakni figur otoritas, figur ayah.

c. Anak-anak yang bawaannya sedih, mengurung diri, dan menjadi depresi. Anak ini juga bisa kehilangan identitas sosialnya. 3. Narkoba dan Minuman Keras Obat terlarang dan minuman keras (narkoba), adalah jenis obat dan minuman yang mengandung unsur yang sedemikian rupa banyak menimbulkan dampak-dampak negatif dan destruktuf dengan risiko yang sangat tinggi. Dampak negatif yang timbul adalah kerusakan pada segi fisik yang kemudian akan merembet kepada aspek mental-psikologis, sosial, dan segi kehidupan lainnya. Risiko ini tidak hanya dialami oleh individu yang bersangkutan akan tetapi dapat berpengaruh kepada pihak-pihak lain serta berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan. Itulah sebabnya hal itu telah menjadi kepedulian semua pihak dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya. Masalah penggunaan obat-obat terlarang dan minuman keras di kalangan remaja sudah sejak lama menjadi masalah besar, dan bahkan akhir-akhir ini masuk kategori masalah pekat atau penyakit masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak dengan berbagai pendekatan dan cara untuk memberantas penyakit itu dari dampak-dampak negatif yang ditimbulkannya. Keadaan yang paling memprihatinkan adalah melandanya keadaan itu di kalangan remaja sebagai tunas-tunas dan penerus bangsa. Banyak pihak yang mengkhawatirkan masa depan bangsa apabila kaum remaja lebih banyak terjerat perilaku penyalah gunaan obat terlarang dan minuman keras. Melaksanakan pendidikan pencegahan melalui kurikulum dan ekstra kurikuler, mensosialisasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan. Kemudian mengikuti/mengadakan pelatihan untuk para guru tentang pencegahan narkoba untuk mengetahui materi-materi yang perlu dikuasai terampil menggunakan metode mengajar sesuai tingkat dan umur serta gejala-gejala penyalahgunaan narkoba. Menyelenggarakan program bantuan/pendukung anak-anak sejak TK sampai dengan siswa, antara lain kelompok belajar, kegiatan-kegiatan alternative, konseling untuk teman sebaya, ketrampilan, kerja bakti social dan lain-lain.

Kemudian mengharapkan partisipasi orang tua, dan pendekatan terpadu sekolah dan masyarakat. 4. Kehamilan pada remaja di luar nikah Hamil di luar nikah merupakan masalah yang tidak asing lagi di dunia pendidikan akhir-akhir ini. Tidak sedikit siswi SMA dan SMP bahkan SD yang belum lulus dan menikah namun sudah hamil. Hal ini sungguh sangat disayangkan, usia yang tergolong masih sangat muda di mana seharusnya masih belajar di sekolah serta bermain bersama teman-temannya malah harus dipusingkan dengan masalah yang begitu berat. Masa remaja yang merupakan masa perkembangan dan seharusnya mereka gunakan untuk menuntut ilmu dan mempelajari banyak hal malah mereka hancurkan sendiri dengan melakukan halhal yang merugikan masa depan mereka sendiri. Adapun peran Bimbingan dan Konseling dalam menghadapi permasalahan siswa hamil di luar nikah antara lain: a. Upaya Pencegahan (Preventif) Upaya preventif yang perlu dilakukan oleh konselor yaitu bisa dengan memanfaatkan layanan informasi dengan memberikan tema-tema tertentu seperti pemberian informasi mengenai pergaulan dan pacaran yang sehat, informasi tentang risiko melakukan seks pranikah, menunjukkan bagaimana belajar bersikap tegas atau asertif dan melindungi diri pada remaja putri dan informasi tentang konsep kesetaraan gender. Dengan pemberian informasi dengan tema-tema seperti itu diharapkan siswa-siswi lebih bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk bagi kehidupannya sehingga tidak akan terjadi kasus serupa. b. Upaya Penyembuhan (Kuratif) Apabila sudah terjadi kasus siswi hamil di luar nikah maka konselor bisa memanfaatkan layanan bimbingan konseling sebagai berikut: c. Konseling Individu Dalam hal ini guru BK memanggil siswi yang bersangkutan untuk melakukan konseling. Dalam proses konseling, konselor tidak dibenarkan untuk menyalahkan apa yang telah terjadi pada diri siswi tersebut tetapi konselor menyadarkan dan membimbing siswi yang telah berbuat kesalahan agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Disitulah jelas terlihat komitmen dari konselor

sekolah untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi peserta didik. Dalam proses konseling, konselor juga berusaha membangkitkan rasa percaya diri siswi dan membantu dia untuk mencapai makna hidup dengan harapan selanjutnya dia dapat menjalani kehidupan dengan baik. d. Konferensi Kasus Kasus tersebut perlu diadakan konferensi kasus, dimana proses penyelesaian dan pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama yang menghadirkan siswa yang bersangkutan, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa. e. Home Visit Konselor perlu melakukan kunjungan rumah dan menginformasikan masalah yang sedang dihadapi oleh anaknya. Konselor memberikan pemahaman lebih mendalam kepada orang tua siswi sehingga bisa menerima keadaan anaknya. f. Upaya Pengembangan (Development) Mengikutsertakan siswa pada acara ESQ Diharapkan dengan mengikuti acara ini siswa nantinya lebih bisa menyadari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sehingga kehidupan dia selanjutnya bisa lebih baik lagi dan bermanfaat bagi orang lain. Memberikan sms motivasi Siswi yang mengalami masalah seperti itu akan merasa tertekan. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan konselor bisa mengirim sms motivasi agar dia bisa lebih tegar dan merasa bahwa masih ada orang lain yang mendukung dan bersama dia. Memberikan keterampilan-keterampilan Konselor bisa memberikan keterampilan-keterampilan khusus kepada siswi yang hamil agar nantinya bisa mendapat pekerjaan yang layak bagi hidupnya.

D. Implikasi Landasan Sosiologi Pendidikan dalam pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam menetapkan tujuan pembelajaran di sekolah dasar maka penting untuk dilihat dari sudut pandang sosiologi. Tujuan pembelajaran di sekolah dasar hendaknya seimbang dalam pencapaian kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kompetensikompetensi tersebut harapannya nanti dapat menjadi bekal peserta didik saat mereka terjun ke masyarakat.

Pendidik merupakan subjek yang mendidik para peserta didik. Pendidik hendaknya mengenali latar belakang sosial peserta didik agar dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan lingkungan peserta didik dan harapan masyarakat. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Pendidikan dapat berlangsung dengan baik jika mempunyai landasan yang kuat. Salah satu landasannya yaitu Landasan sosiologi. Dengan mengetahui halhal yang termasuk dalam pembahasan landasan sosiologi pendidikan, pendidik diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dan menghasilkan manusiamanusia terdidik yang sesuai dengan harapan masyarakat. Masalah-masalah sosial yang sering terjadi pada siswa usia sekolah diharapkan menjadi sorotan bagi pendidikan untuk melaksanakan perannya sebagai pengubah kondisi negatif yang berada dalam masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Amijaya, Sastra. 2009. Peranan Sekolah dalam Pencegahan Narkoba. (Online), (http://sastraamijaya.wordpress.com/2009/03/17/peranan-sekolah-dalampencegahan-narkoba/), diakses 29 September 2013. Andani, Rani Yuli. 2009. Pengaruh Televisi Terhadap Perkembangan Anak. (Online), (http://raniyuliandani.wordpress.com/2009/05/26/pengaruhtelevisi-terhadap-perkembangan-anak/), diakses 29 September 2013. Maarni, Putri Ayu. 2013. Dampak Broken Home bagi Kejiwaan Anak. (Online), (http://putriayumawarni.blogspot.com/2013/03/makalah-dampak-brokenhome-bagi.html), diakses 29 September 2013. Ornstein & Levine. 2008. Foundations Of Education. New York: Houghton Mifflin Company Syaripudin, Tatang. 2012. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai