Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua. Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk merawat seorang individu lain. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas tugas perkembangan tertentu: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985). Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini (Entwistle, Doering, 1981; Mercer, 1981). Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil karena rencana dan komitmen kini diatur oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin, 1984). Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk menghentikan hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya dapat menikmati waktu kosong tanpa beban. Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan munculnya quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan ruang, baik secara geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan perhatiannya kedalam, yakni pada kandungannya dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain yang pernah atau sedang hamil. Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut dibatasi (Rubin, 1984). Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah, dengan fungsi reproduksi yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan memungkinkan untuk terjadinya kehamilan.

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing masing (Grossman,Eichler,Winckoff,1980)

B. TUJUAN Tujuan Umum Setelah melakukan diskusi diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ibu Hamil Tujuan Khusus Setelah melakukan diskusi diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang: Konsep Keluarga dengan Ibu Hamil meliputi: a. Pengertian b. Konsep perkembangan c. Masalah yang sering terjadi d. Tugas tugas perkembangan 2. Proses Keperawatan keluarga : a. Pengakajian b. Diagnosa Keperawatan keluarga c. Rencana tindakan d. Tindakan keperawatan e. Evaluasi

BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan. Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 14 minggu), trimester II (14 28 minggu), trimester III (28 42 minggu) B. KONSEP PERKEMBANGAN Perkembangan / Perubahan Fisik 1. Perubahan pada kulit Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. 2. Perubahan kelenjar Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil. 3. Perubahan payudara

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah: a. Payudara membesar, tegang dan sakit b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae sekunder d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri. e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum. 4. Perubahan perut Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra. 5. Perubahan alat kelamin luar Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.

6. Perubahan pada tungkai Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri. 7. Perubahan pada sikap tubuh Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar. Perkembangan / Perubahan Psikologis Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada: Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri. Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

C. MASALAH YANG SERING TERJADI 1. Respon terhadap perubahan citra tubuh Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut

menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka. 2. Ambivalensi selama masa hamil Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat. 3. Hubungan seksual Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda beda ini dipengaruhi oleh faktor faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan

mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993) Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993) 4. Kekhawatiran tentang janin Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.

D. TUGAS PERKEMBANGAN

1. Menerima Kehamilan Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan. Kesiapan menyambut kehamilan Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan. Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti tidak sekarang, bukan saya, dan tidak yakin, mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini. Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang. Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.Respon Emosional Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun

kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil. Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali. Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan. Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984) 2. Mengenal peran ibu Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran -

peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan. 3. Hubungan Ibu - Anak Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita menerapkan dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman. Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975)

Persiapan melahirkan Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan

mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975). 4. Hubungan dengan Pasangan Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut. Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami istri akibat peran dan aspek aspek baru yang ditemukan dalam diri masing masing pasangan. 5. Kesiapan untuk melahirkan Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat. Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

BAB III TINJAUAN KASUS Ny.Fi datang Ke RS.SARIMUTIARA ingin mengecek kehmilanya . Ny. Fi mengatakan ini merupakan kehamilan pertama,ia mengatakan kurang begitu mengerti tentang perawatan setelah persalinan, merasa cemas bagaimana perawatan setelah melahirkan.Ny. Fi tampak cemas.,khawatir.TTV : TD : 100/70 mmHG,RR : 20 x / menit,N : 82 x / menit, S : 37.Ny. Fi menyatakan bahwa ia pernah memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan dokter tetapi ia tidak percaya terhadap pemeriksaan itu . Pengkajian 1. Data Umum a. Nama Kepala Keluarga : Tn. Fe b. Umur : 23 tahun c. Pekerjaan : Swasta d. Pendidikan : SMP e. Alamat : Argamakmur f.Nama Istri :Ny. Fi g.Umur :18 h.Pendidikan :SD i.Pekerjaan :IRT

1. Tipe Keluarga Keluarga Tn. Fe merupakan tipe Child bearing yaitu keluarga yang menantikan kelahiran dimulai kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan atau 3,2 tahun. 2. Suku Di dalam keluarga Tn. Fe terapat 2 suku yaitu Cina dan Melayu. Tn. Fe bersuku Cina sedangkan Ny. Fi bersuku Melayu. 3. Agama

Di dalam keluarga Tn. Fe terdapat dua agama yaitu Budha dan Islam. Tn.Fe beragama Budha dan Ny. Fi beragama Islam. 4 . Status Sosial Ekonomi Keluarga 1) Fungsi Sosial Dalam berhubungan social dengan masyarakat atau tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, Ny. Fi mengatakan berhubungan jika ada perlu saja. Ny. Fi juga mengatakan bahwa ia kurang suka keluar rumah. Suaminya Tn. Fe punya banyak teman dan jika pada sore hari biasanya bermain bola bersama teman-temannya. 2) Fungsi Ekonomi Keseharian Tn. Fe bekerja sebagai pekerja swasta sedangkan Ny. Fi berperan sebagai ibu rumah tangga, Ny. Fi mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 3) Aktivitas Rekreasi Keluarga Ny. Fi mengatakan jika butuh hiburan, Ny. Fi dan sekeluarga sering menonton televisi. 2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini Keluarga Tn. Fe termasuk dalam tahap keluarga Child Bearing (kelahiran anak pertama) b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Berdasarkan hasil pengkajian Keluarga Tn. Fe sudah dapat menyesuaikan tahap perkembangan keluarga sampai dengan tahap menunggu kelahiran anak pertama. c. Riwayat Keluarga Inti Dalam keluarga Tn. Fe tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC. Penyakit yang pernah diderita keluarga seperti ; demam, batuk, dan pilek. d. Riwayat Keluarga Sebelumnya Di dalam keluarga Tn. Fe tidak ada penyakit keturunan seperti hipertensi, kencing manis maupun jantung.

3. Lingkungan a. Karakteristik Rumah 1) Denah Rumah Rumah Tn. Fe termasuk tipe 36 permanen dengan lantai yang terbuat dari papan, atap seng, dinding papan. Rumah Tn. Fe terdiri dari 1 ruang tamu, 3 buah kamar masing-masing memiliki 1 jendela dan 1 televisi, 1 buah dapur, wc dan pelataran belakang.Di ruang tamu meja dan kursi tersusun rapi, di dapur tempat menyimpan alat-alat masak, alat makan dan peralatan lainnya. Pencahayaan diperoleh dari sinar matahari yang masuk lewat pintu, jendela pada siang hari. Sedangkan pada malam hari melalui penerangan lampu listrik 20 Watt di kamar. Perabotan lengkap, kebersihan ruangan baik. 2) Sumber Air Minum Keluarga Tn. Fe memanfaatkan air hujan untuk memenuhi keperluan masak dan minum. Untuk kebutuhan mandi, mencuci keluarga Tn. Fe memanfaatkan air sungai. 3) Limbah Keluarga Tn. Fe membuang sampah di sungai. 4) Jamban atau Wc Kelurga Tn. Fe mempunyai Wc di dalam rumah, klosetnya menggunakan leher angsa. kondisi Wc bersih, lantai tidak licin berlantai porselen dengan penerangan lampu 20 watt. b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Rw Keluarga Tn. Fe hidup di lingkungan yang jauh dari jalan raya, sebagian besar dari tetangga di lingkungan keluarga Tn. Fe adalah penduduk asli. Interaksi antar warga sering dilakukan pada sore hari. c. Mobilitas Geografi Keluarga Keluarga Tn. Fe menetap di rumah yang ditempati. d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Ny. Fi jarang mengikuti kegiatan bersama orang-orang yang ada di setiap lingkungan rumahnya. e. Sistem Pendukung Keluarga Anggota keluarga Tn. Fe yaitu Ny. Fi jika sakit segera memeriksakan kesehatannya Puskesmas terdekat. f. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga Ny. Fi menyatakan jika ada masalah ia lebih suka memendamnya sendiri b. Struktur Kekuatan Keluarga Dalam keluarga, Tn. Fe merupakan kepala keluarga. Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn. Fe setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu. c. Struktur Peran Yang berperan sebagai kepala keluarga adalah Tn. Fe. Tn. Fe bekerja sebagai pekerja swasta yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Tn. Fe berperan sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan. Ny. Fi berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga yang mengurus suami dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga seperti mencuci, memasak dan lain-lain. Dan keluarga Tn. Fe, kemampuan yang dimiliki Tn. Fe untuk mengontrol keluarganya yaitu dengan affective power (manipulasi dengan cinta kasih ). Komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi terbuka dua arah. Apabila terdapat masalah, maka akan dibicarakan bersama. d. Nilai dan Norma Budaya Pada keluarga Tn. Fe masih terdapat adat dan kebiasaan budaya yang bertentangan dengan masalah kesehatan seperti setelah melahirkan dianjurkan minum arak supaya tubuh menjadi hangat. g. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif Dalam keluarga Tn. Fe kebutuhan kasih sayang tampak terpenuhi, cukup harmonis. b. Fungsi Sosialisasi Dalam berhubungan sosial dengan masyarakat atau tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya Ny. Fi mengatakan hanya berhubungan jika ada perlu saja. Tn. Fe kadang-kadang bermain bola bersama teman-temannya. c. Fungsi Perawatan Keluarga Pada keluarga Tn. Fe, jika salah satu anggota keluarganya sakit, flu atau demam, batuk biasanya hanya membeli obat di warung terdekat saja. h. Stress dan Koping Keluarga a. Stressor Jangka Pendek

Ny. Fi merasa cemas jika persalinannya tidak dapat berjalan lancar dikarenakan kehamilan yang pertama. Ny. Fi merasa cemas bagaimana dengn persalinan dan perwatan setelah melahirkan. b. Stressor Jangka Panjang Stress yang dirasakan keluarga Tn. Fe adalah merasa khawatir dengan keselamatan persalinan Ny. Fi karena ini merupakan kehamilan yang pertama dan karena usia Ny. Fi yang masih terlalu muda. c. Kemampuan Keluarga Merespon Terhadap stress Ny. Fi dan suaminya dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi menyangkut kehamilannya kadang-kadang mengkonsulkannya dengan pihak kesehatan (puskesmas). d. Strategi Koping yang di Gunakan Jika ada permasalahan Ny. Fi jarang membicarakannya dengan suaminya (Tn. Fe) dan keluarga lainnya. i. Pemeriksaan Fisik Indikator Tn..Fe Ny. Fi Kepala, leher dan axilla Bentuk simetris,rambut hitam lurus, hygiene baik, tidak terdapat benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening Bentuk simetris,rambut hitam lurus, hygiene baik, tidak terdapat benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening Mata Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik Hidung Tidak terdapat polip, penciuman baik, tidak terdapat akumulasi massa di hidung Tidak terdapat polip, penciuman baik, tidak terdapat akumulasi massa di hidung Mulut Bentuk simetris, mukosa mulut lembab, gigi lengkap Bentuk simetris, mukosa mulut lembab, gigi lengkap Dada Ekspansi paru sama,, gallop (-), wheezing (-), Ronchi (-), tidak terdapat lesi Ekspansi paru sama,, gallop (-), wheezing (-), Ronchi (-), tidak terdapat lesi Abdomen Tidak terdapat nyeri, bising usus normal, tidak teraba massa, tidak terdapat pembesaran hati Tidak terdapat nyeri, bising usus normal, tidak teraba massa, tidak terdapat pembesaran hati Ekstremitas Atas Capilary reffil < 2 detik, tidak terdapat lesi, pergerakan aktif, turgor kulit elastis Capilary reffil < 2 detik, tidak terdapat lesi, pergerakan aktif, turgor kulit elastic Bawah Pergerakan ekstremitas baik, edema (-), nyeri lutut (-), varises (-) Pergerakan ekstremitas baik, edema (-), nyeri lutut (-)

C.Tabel Analisa Data

NO DS: 1

SYNTOM

ETIOLOGI Depresi,cemas dan stress

PROBLEM Gangguan Psikologis

Ny. Fi mengatakan merasa cemas dan stress N.Fi menyatakan bahwa ia pernah memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan dokter tapi ia tidak percaya terhadap pemeriksaan itu. DO : DS : 2 Pasien mengatakan kurang begitu mengerti tentang perawatan setelah persalinan . DO: Pasien tampak cemas, DS: 3 Pasien mengatakan takut terjadi perubahan bentuk tubuh selama kehamilan DO: pasien sering bertanya tentang Perubahan Mood Kurang pengetahuan Ansietas Gangguan Perilaku

kehamilan nya Suatu keadaan distress personal ,yang didefinisikan oleh individu yang mengidentifikasikan bahwa tubuh pasien tidak lagi mendukung hargadiri dan yang disfungsi,membatasi interaks social mereka dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan : 1.Psikologis b/d Depresi,cemas dan stress d/d Ny. Fi mengatakan merasa cemas dan stress ,ia menyatakan bahwa ia pernah memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan dokter tapi ia tidak percaya terhadap pemeriksaan itu. 2.Kurang pengtahuan b/d Ansietas d/d Pasien mengatakan kurang begitu mengerti tentang perawatan setelah persalinan dan cemas, dan pasien sering bertanya tentang kehamilan nya. 3. Citra Tubuh b/d Perubahan Mood d/d Pasien mengatakan takut terjadi perubahan bentuk tubuh selama kehamilan.Suatu keadaan distress personal ,yang didefinisikan oleh individu yang mengidentifikasikan bahwa tubuh pasien tidak lagi mendukung hargadiri dan yang disfungsi,membatasi interaks social mereka dengan orang lain.

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan. Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Konsep perkembangan a. Perubahan / perkembangan fisik. b. Perubahan / perkembanagn psikologis Masalah yang sering terjadi : Respon terhadap perubahan citra tubuh Ambivalensi selama masa hamil Hubungan seksual Kekhawatiran tentang janin Tugas perkembangan keluarga pada ibu hamil Menerima Kehamilan Mengenal peran ibu Hubungan Ibu - Anak Hubungan dengan Pasangan Kesiapan untuk melahirkan B. SARAN Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami tentang konsep dasar keluarga khususnya pada ibu hamil, yang meliputi pengertian, konsep perkembangan, masalah masalah perkembangan dan tugas tugas perkembangan. Dan bisa mengaplikasikan Asuhan keperawatan keluarga dengan ibu hamil secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA Bobak,lowdermik,Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC Friedman,Marilyn M.1998.Keperawatan Keluarga:Teori Dan Praktek.Jakarta:EGC Hariyanto,tanto;Imam subekti;Joko wiyono.2005.Asuhan Keperawatan Keluarga:Konsep Dan Proses.Malang:Buntara Media Potter,Patricia A.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktek.Jakarta:EGC Rohmah,Nikmatur dan Saiful walid.2009.Proses Keperawatan:Teori dan Aplikasi.Jakarta:ArRuzz Media Saminem,hajjah.2008.Kehamilan Normal.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai