Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

OLEH : NAMA NIM ASISTEN : TEGUH SUTRISNO : J1E110014 : M. BAYU PRIAWAN

KELOMPOK : V

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan berat molekul senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. II. DASAR TEORI Tekanan adalah gaya yang bekerja per satuan luas, karenanya tekanan adalah besarnya gaya dibagi dengan luas total tempat gaya tersebut bekerja. Tekanan gas umumnya diukur secara tidak langsung dengan membandingkannya dengan tekanan cairan. Tekanan yang disebabkan oleh cairan hanya tergantung pada ketinggian kolom cairan dan rapatan cairan (Petrucci, 1987). Dalam menentukan berat molekul gas dapat digunakan beberapa cara, yaitu cara Regnault, cara Victor Meyer, dan cara Limiting Density. Salah satu cara yang tepat untuk menentukan berat molekul adalah dengan cara Limiting Density yang berdasarkan persamaan gas ideal. Berat molekul yang ditentukan berdasarkan hukum-hukum gas ideal hanya kira-kira, namun hasilnya telah cukup untuk penentuan rumus-rumus molekul. Hal ini disebabkan karena hukum gas ideal sudah menyimpang walaupun pada tekanan atmosfer (Sukardjo, 1997). Semua gas, bagaimanapun komposisi kimianya, cenderung memperlihatkan sebuah hubungan sederhana yang tertentu di antara variable-variabel termodinamika p, V, dan T. Hal ini menyarankan konsep mengenai sutu gas ideal (ideal gas), yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama di bawah kondisi sama. Di dalam bagian ini kita memberikan sebuah definisi makroskopik atau definisi termodinamika dari suatu gas ideal (Halliday, 1978). Gas yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal. Pada tekanan yang relative rendah termasuk pada tekanan atmosfir serta suhu yang relative tinggi, semua gas akan mendekati keadaan ideal, sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).

Model yang digunakan pada teori kinetik gas ideal mengandung asumsi sebagai berikut: 1. Gas terdiri dari partikel-partikel (atom-atom atau molekul-molekul) yang sangat banyak jumlahnya. 2. Volume sesungguhnya dari partikel-partikel gas dapat diabaikan terhadap volume wadah sesungguhnya. Hal ini berarti partikel-partikel gas dapat bergerak bebas. 3. Tidak ada interaksi (baik tarik-menarik atau tolak-menolak) antara partikelpartikel, sehingga partikel-partikel ini bergerak dalam garis lurus (hukum gerak Newton I). 4. Terdapat tumbukan elastis antara partikel dengan partikel dan antara partikel dengan dinding wadah. Hal ini berarti bahwa energi kinetik total dan momentum garis ditetapkan sebelum dan sesudah tumbukan. 5. Energi kinetik gas berbanding langsung dengan temperature (Dogra, 1990). Hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac dapat digabungkan bersama, yaitu untuk sejumlah massa tertentu dari gas (Haliday, 1978). PV/T = konstan Kondisi sejumlah massa tertentu dapat dilakukan dengan bantuan hipotesisi Avogadro yang menyatakan bahwa gas pada kondisi suhu dan tekanan yang sama, gas dan volume sama akan mengandung jumlah molekul sama sehingga persamaannya menjadi PV = nRT (Haliday, 1978). Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dari persamaan gas ideal : p V = n RT pV = p (BM) =
m RT BM m RT V

p (BM) = RT Sehingga : BM = Dimana : BM = berat molekul (gram/mol) p = tekanan (atam atau mmHg)
RT
p


R T

= massa jenis gas (gram/liter) = tetapan gas ideal (0,08206 atm L mol-1 K-1) = suhu (Kelvin)

Cairan volatile adalah cairan yang mudah menguap (Brady, 1999). III. ALAT DAN BAHAN III.1. Alat Alat-alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer 150 ml, gelas piala 600 ml, aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik, desikator, dan penangas air. III.2. Bahan Bahan yang digunakan adalah cairan volatil, yaitu kloroform dan aseton. Rancangan alat :

lubang kecil aluminium foil karet gelang 1cm erlenmeyer uap cairan X air mendidih cairan volatile gelas piala api

IV. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Sebuah labu erlenmeyer yang berleher kecil, yang bersih dan kering diambil, kemudian ditutup dengan aluminium foil dan kencangkan dengan karet gelang. 2. Labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. 3. Sebanyak 5 ml cairan volatil dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, kemudian ditutup kembali dengan aluminium foil dan dikencangkan dengan karet gelang. Kemudian dengan menggunakan jarum dibuat lubang kecil pada aluminium foil. 4. Labu erlenmeyer direndam di dalam penangas air dengan temperatur kurang dari 100oC 5. Cairan volatil dibiarkan sampai seluruhnya menguap, dicatat temperatur penangasnya, kemudian diangkat. 6. Bagian luar labu erlenmeyer dikeringkan, kemudian diletakkan di dalam desikator untuk didinginkan. 7. Labu erlenmeyer yang telah dingin ditimbang tanpa melepas aluminium foil dan karet gelang. 8. Volume dari labu Erlenmeyer ditentukan dengan cara mengisi labu dengan air sampai penuh. 9. Tekanan atmosfer diukur dengan menggunakan barometer. V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil a) Data Pengamatan Pengamatan Massa labu erlenmayer, aluminium foil, karet gelang setelah dimasukkan cairan x Massa cairan x Massa labu Erlenmeyer + air Massa labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet Massa Erlenmeyer + aluminium foil + karet + Kloroform 38,65 g 0,3 g 106,47 g 38,65 g 38,95 g Aseton 41,97 g 1,1 g 102,96 g 37,88 g 38,98 g

cairan x ( setelah didinginkan ) Massa labu Erlenmeyer Massa air Suhu air Suhu air yang terdapat dalam labu Tekanan atmosfer b) Perhitungan 1. Klorofrom (CHCl3) Diketahui : massa air air massa kloroform Tair saat CHCL3 menguap R (Tetapan gas ideal) P BMudara Ditanyakan : BM kloroform Jawab : V air = m air / air = 68,33 g / 0,9960 g/mL = 68,60 mL = 0,0686 L kloroform = m CHCl3 / V air = 0,33 g / 0,0686 L = 4,81 g/L BM = (RT/p) = 4,81 g/L (0, 08206.364 K/ 1 atm) = 143,62 gr/L 2. Aseton (C3H6O) = ? = 106,47 g 38,14 g = 68,33 g = 0,9960 g/mL = 38,98 g 38,65 g = 0,33 g

38,14 g 68,33 g 910C 280C 1 atm

37,10 g 65,86 g 910C 280C 1 atm

= 91 C +273 = 364K = 0, 08206 = 1 atm = 28,8 gr/mol

Diketahui : massa air V air = 102,96 g 37,10 g = 65,86 g = m air / air = 65,86 g / 0,9960 g/mL = 66,1244 mL = 0,06612 L air massa aseton Tair saat C3H6O menguap R P BMudara Ditanyakan : BM aseton Jawab : V air = m air / air = 65,86 g / 0,9960 g/mL = 66,1244 mL = 0,066124 L aseton = m C3H6O / V air = 1,1 g / 0,066124 L = 16,63 g/L BM = (RT/p) = 16,63 g/L (0, 08206.364 K/ 1 atm) = 496,57 gr/L Perhitungan Persen Error : 1. Faktor koreksi untuk kloroform log P = 6,90328 ( 227,4 + T )
1163,03

= 0,9960 g/mL = 38,98 g - 37,88 g = 1,1 g = 91 C +273 = 364K = 0, 08206 = 1 atm = 28,8 gr/mol = ?

= 6,90328 (

1163,03 ) 227,4 + 28 o

= 6,90238 4,5538 = 2,34858 P = 223,141 mmHg = 0,2936 atm P. BM = m= =


m RT v

P BM udara V RTair
0,2936 . 28,8 . 0,0686 0,08206 . 364

= 0,019 g mtotal = m + mkloroform = 0,019 + 0,33 = 0,349 g BMtotal = =


m total RT PV
0,349 . 0,08206. 364 1.0,0686

= 151,95 gr/mol 2. Faktor koreksi untuk aseton log P = 6,90328 ( 227,4 + T ) = 6,90328 (
1163,03 ) 227,4 + 28 o
1163,03

= 6,90238 4,5538 = 2,34858 P = 223,141 mmHg = 0,2936 atm P. BM =


m RT v

m= =

P BM udara V RTair
0,2936 . 28,8 .0,038364 0,08206 . 364

= 0,010 g mtotal = m + maseton = 0,010 + 1,1 = 1,11g BMtotal = =


m total RT PV
1,1 . 0,08206. 364 1.0,0 3836

= 856,62 gr/mol Perhitungan % Error 1. CHCl3 % Error CHCl3 = =


BMCHCl 3 praktek - BMCHCl 3 teori BMCHCl 3 teori
143,62 - 119,5 119,5

x 100%

= 0,20 % 2. Aseton % Error Aseton = =


BM aseton praktek - BM aseton teori BM aseton teorii
496,57 - 58 58

x 100%

= 7,56 % Tabel Hasil Perhitungan Cairan Volatil CHCl3 Aseton Cairan Volatil cairan (gr / L) 4,81 16,63 BM (gr / mol) m cairan (gr) 0,33 1,1 m total (g) T penangas 91 C 91 C BM koreksi (g / P (atm) 1 1 % Error

CHCl3 Aseton V.2 Pembahasan

143,62 496,57

0,349 1,11

mol) 151,95 856,62

(%) 0,20 7,56

Percobaan kali ini mengenai penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran massa jenis gas. Tujuan yang ingin dicapai melalui percobaan ini agar dapat menentukan berat molekul suatu senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. Pada praktikum ini akan dilakukan suatu bentuk uji coba untuk dapat menentukan berat molekul suatu senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis zat. Jika sejumlah besar zat terlarut ditambahkan terus-menerus pada sejumlah zat pelarut, lama-kelamaan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air terpakai untuk melarutkan semua zat terlarut, sehingga larutan tersebut tidak dapat lagi menerima zat terlarut. Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom, ion atau molekul) ke keadaan tak larut. Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan yang sama, kuantitas zat terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap waktu. Proses ini adalah salah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya dinamakan larutan jenuh Percobaan ini menggunakan erlenmeyer yang ditutup menggunakan alumunium foil dan diberi sedikit lubang sehingga setelah beberapa saat semua uap cairan sendiri akan keluar, sampai akhirnya uap akan berhenti keluar bila keadan kesetimbangan dicapai, yaitu tekanan uap cairan dalam labu erlenmeyer sama dengan tekanan uap udara luar. Pada kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan volume sama dengan volume labu erlenmeyer dan temperatur sama dengan titik didih air dalam penangas air. Labu erlenmeyer kemudian diambil dari penangas, didinginkan dalam deksikator sampai timbul gas di dalamnya artinya uap cairan yang hilang tadi kembali setelah didinginkan.kemudian labu erlenmeyer tadi ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat diketahui dan berat senyawanya pun dapat ditentukan. Dalam hal ini volume juga berpengaruh, semakin besar volume pada labu erlenmeyer ini maka tekanan uap cairan akan semakin besar pula.

Melalui proses perhitungan dengan menggunakan persamaan gas ideal, akhirnya diperoleh berat molekul dari cairan volatile yaitu untuk aseton adalah sebesar 496,57 gr/mol, dan kloroform adalah sebesar 143,62 gr/mol. Berdasarkan perhitungan ini juga didapatkan besarnya error untuk kloroform sebesar 0,2 % dan error untuk aseton sebesar 7,56 %. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan berat molekul praktek dengan berat molekul teori, salah satu faktor atau penyebab yang paling utama adalah kita tidak dapat menghilangkan udara yang terdapat pada erlenmeyer kosong. Akibatnya massa dari udara ini tentunya akan memberikan tambahan massa dari yang seharusnya. Kemudian faktor uap kloroform yang tidak terkondensasi kembali menjadi wujud cair setelah didiamkan di dalam desikator. Hal ini mempengaruhi pengukuran massa gas karena massa gas yang diukur belum mencakupi seluruh massa kloroform yang sebenarnya. Sehingga, nilai massa jenis kloroform yang diperoleh belum tepat. Perbedaan juga dipengaruhi oleh suhu yang terukur pada saat cairan volatil menguap seluruhnya. Berdasarkan hasil percobaan, suhu yang terukur pada saat kloroform menguap seluruhnya dalam praktikum terlalu tinggi dibandingkan dengan suhu dalam teori, dimana suhu yang terukur pada praktikum 91oC sedangkan titik didih kloroform berdasarkan teori hanya sebesar 61,2OC. Suhu pemanasan yang terlalu tinggi ini dapat mempengaruhi tekanan, semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula tekanannya, tekanan sangat mempengaruhi perbedaan BM dalam senyawa volatil. Selain itu kesalahan kesalahan yang terjadi pada percobaan ini dapat juga diakibatkan oleh kekurang telitian praktikan.

VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah : 1. Penentuan berat molekul senyawa volatile dapat dilakukan dengan mengatur massa jenis senyawa dan dengan menggunakan persamaan gas ideal.

2. BM kloroform yang didapat adalah 173,336 gr/mol dengan persen error sebesar 0,2 %. 3. BM aseton yang didapat adalah 170,317, dengan persen error sebesar 7,56 %.

DAFTAR PUSTAKA Brady, James. 1999. Kimia Universitas. Erlangga. Jakarta Dogra, S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Universitas Indonesia. Jakarta

Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta Sukardjo. 1997. Kimia Fisika Edisi kelima. Rineka Cipta. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai