Anda di halaman 1dari 11

PLIP Mitra Wacana

Sejarah

Visi & Misi

Struktur Organisasi

Program Kerja

Contact Us

Buku Tamu

Aktifitas

Talkshow Radio

Debat Opini

Kolom Opini

Seminar

Workshop

Diskusi Internal

Iklan Lay. Masyarakat

Penerbitan

Layanan Pustaka

Layanan Multimedia

Bank Data

Profile

Kekerasan td Perempuan

Peraturan Perundangan

Hak Anak

Gender

Kesehatan Reproduksi

Aktifitas

Traficking

Difabel

Buruh Migran

Kalender Kegiatan Juli > > > > > 06 13 20 27 07 14 21 28 Sn Sl Rb 01 08 15 22 29 Km 02 09 16 23 30 Jm 03 10 17 24 31 Sb 04 11 18 25 Mg 05 12 19 26

Kegiatan Minggu ini

Tidak ada kegiatan minggu ini

Kegiatan Hari Ini Tidak ada kegiatan hari ini

Komik Seri 1

Komik Seri 2

Komik Seri 3

Komik Seri 4

News / Aktifitas / Seminar / Makalah

Makalah Seminar : Pendidikan Karakter Anak dan Masa Depan Bangsa By mitrawacana Tuesday, November 30, 1999 00:00:00 Clicks: 6232

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEJAK DINI

BAGI PEMBANGUNAN BANGSA*????????? Oleh : Sri Mirmaningtyas?

Beberapa kurun waktu belakangan, kondisi bangsa ini demikian rapuh. Tempaan demi tempaan terus melanda negeri ini. Konflik antar suku, agama, ras, golongan tak dapat dielakkan. Kemiskinan bukannya semakin surut, tetapi justru semakin bertambah. Kekerasan terhadap perempuan tidak semakin berkurang, hak-hak anak banyak terenggut. Bahkan bencana alam demi bencana alam yang merenggut ribuan nyawa manusia pun terjadi beberapa kurun? waktu belakangan ini.

Negara, sebagai pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kelangsungan hidup rakyatnya, terlihat tidak cukup mampu mengatasi persoalan-persoalan krusialtersebut. Hal itu terjadi karena komitmen para penyelenggara negara untuk berpihak kepada kepentingan rakyat masih demikian minim. Korupsi terjadi di hampir setiap instansi pemerintahan. Pertarungan kepentingan antar golongan

demi merebut dan atau mempertahankan kekuasaan? pun seolah sudah menjadi santapan sehari-hari. Bagaimana mungkin penyelenggaraan negara akan semakin baik dan memberi makna bagi kehidupan seluruh rakyat, jika integritas para pemimpin bangsa demikian rapuh?

?Penyakit individualisme sebagai dampak dari masuknya kapitalisme global, pun sepertinya benar-benar telah merasuki jiwa hampir seluruh bangsa ini, sehingga menjadikan kepentingan diri menjadi nomor satu tanpa peduli dengan penderitaan orang lain, telah menjadi kebiasaan di banyak pribadi.? Dalam mainset banyak pribadi saat ini, penderitaan seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri. Tidak ada tanggung jawab social apalagi tanggung jawab negara untuk mengentaskannya. Lalu apa yang salah sebenarnya dengan semua ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kondisi ini?

Kegagalan membangun karakter bangsa yang kuat, memiliki integritas, tanggung jawab,? dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama sepertinya memiliki andil yang signifikan bagi penciptaan kondisi bangsa seperti telah digambarkan di depan. Ketika kita berbicara mengenai karakter, tentunya hal itu akan sangat erat kaitannya dengan system pendidikan yang selama ini diberlakukan. Dan partisipasi komponen pendidik itu sendiri.

Harus diakui, bahwa system pendidikan kita selama ini masih memberi ruang yang demikian sempit bagi anak untuk mampu mengenal diri dan potensinya sendiri. Pendidikan kita cenderug mencerabut anak dari akarnya. Anak dibiasakan untuk menerima sesuatu? yang sama sekali baru bagi mereka. Pendekatan yang dibuat dalam metode pendidikan kita pun relatif semakin menjauhkan anak dari alam dan lingkungannya. Betapa tidak, dalam pendidikan dasar misalnya. Untuk belajar matematika, anak langsung disodori dengan angka-angka yang tentu saja asing bagi mereka. Mereka tidak bisa belajar berhitung, belajar ilmu alam, dari lingkugan alamnya sendiri. Padahal sebenarnya alam telah meyajikan ilmu yang demikian besar bagi mereka. Akibatnya, kepedulian anak terhadap alam/kehidupan sekitarnya menjadi demikian minim. Bagaimana mereka mau peduli, ketika mengenal pun? tidak? Di samping itu, daya serap anak terhadap materi pelajaran yang mereka dapat pun menjadi kurang, karena materi yabg mereka dapat merupakan sesuatu yang sama sekali baru bagi mereka. Proses belajar secara alamiah tidak pernah dialami? oleh anak.

Ukuran nilai yang dibangun dalam system pendidikan kita selama ini pun cenderung merampas identitas dan jati diri anak. Ukuran keberhasilan pendidikan hanya dilihat dari nilai-nilai formal pelajaran di sekolah seperti membaca, berhitung, menulis, dll. Anak selalu didorong untuk memiliki kemampuan yang seragam, bisa membaca, menulis halus. Hal itu mengakibatkan terpangkasnya potensi lain yang seharusnya dimiliki anak. Orang tua pun akan cenderung mendorog anak untuk ? berprestasi? dalam bidang-bidang? yang dalam paradigma masyarakat umum bernilai ?baik?. Dengan demikian potensi anak di bidang yang lain akan tidak diakomodir. Penyeragaman itulah yang pada gilirannya akan mereduksi nilai-nilai pluralitas atau keragaman. Perbedaan karakter dan? potensi anak menjadi tidak diakui, yang dengan demikian pendidikan pluralitas menjadi sangat minimalis.? Minimnya penghargaan akan perbedaan pada diri anak itulah yang kemudian akan membangun karakter yang tidak menghargai perbedaan pula, sehigga jika saat ini terjadi suasana yang chaostik di negeri ini, kiranya hal itu menjadi hal yang wajar, mengingat bangsa ini demikian tidak menghargai perbedaan yang ada.

Nilai-nilai kepedulian yang tinggi terhadap sesama pun cenderung tidak diajarkan di sekolah.? Sedangkan dalam lingkungan keluarga pun kadang-kadang orang tua masih menggunakan metode yang ?memaksa?, kurang memanusiakan anak, sehingga proses internalisasi nilai pada anak menjadi kurang optimal. Keteladanan yang seharusnya didapatkan dari orang tua hampir-hampir tidak didapatkan oleh anak, mengingat orangtua telah disibukkan dengan urusan ?orang dewasa?. Upaya pemecahan masalah anak pun kadangkala masih menggunakan pola berpikir ? orang dewasa?, sehingga anak cenderung merasa kurang dihargai.

Melihat kondisi ini, semua elemen bangsa ini harus segera dibangkitkan dari tidur panjangnya, agar menyadari akan keadaan yang sedang terjadi. Mempersiapkan anak-anak negeri menjadi kader-kader bangsa yang memiliki karakter yang mampu meneruskan perjuangan para pendahulu bangsa, mewujudkan perubahan ke arah kehidupan yang bermakna bagi seluruh bangsa, merupakan satu hal yang harus segera dilakukan. Penyebaran wacana, untuk kemudian menjadi opini masyarakat merupakan satu upaya yang? bisa dilakukan, karena perubahan perilaku mustahil akan didapatkan ketika perubahan pola berpikir tidak terjadi.

Mengajak para peserta seminar ini merefleksikan peran masing-masing kita yang mungkin kita menjalankannya sesuai dengan posisi multi-peran. Upaya yang bisa dilakukan dalam menanamkan pendidikan karakter sesuai dengan perannya, pada Peran orang tua, Peran masyarakat, Peran praktisi pendidik, Peran pemerintah. Menggali bersama-sama dalam keluarga masing-masing, kemudian menyebarkan pengalaman-pengalaman sebagai temuan untuk mendorong perubahan-perubahan

menuju perubahan? perilaku manusia anak dan manusia orang dewasa, maupun sistem yang berlaku menuju sistem yang bermuatan menghidupi hidup ini.? Agar alam tidak protes kepada para penghuninya. Selamat berdiskusi.

* Disampaikan pada Seminar Sehari ? Pendidikan Karakter? Anak Sejak Dini dan Masa Depan Bangsa ?. Diselenggarakan oleh Penerbit dan Percetakan Kanisius ? PLIP Mitra Wacana Yogyakarta, Sabtu, 6 Agustus 2005

? Pembicara merupakan Direktur Eksekutif PLIP Mitra Wacana? Yogyakarta(2005)

More Makalah News . PENURUNAN HIV-AIDS DAN PERDA . Remaja dan HIV/AIDS . HIV-AIDS, dan Keadilan Gender:Kasus Remaja . MEWUJUDKAN JIWA JAWI DALAM MENGATASI KEKERASAN DALAM . PENDIDIKAN YANG MENUMBUHKAN KARAKTER BAGI ANAK BANGSA . KONSEP KELUARGA SAKINAH . KEKERASAN TERHADAP ANAK JALANAN . MENEMUKAN KEMBALI ?PATRON KELUARGA? YANG HILANG . Kekerasan dalam Rumah Tangga; . KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA:

Komik KHA Seri 1

Komik KHA Seri 2

Komik KDP

Anti Narkoba

2008 mitrawacanawrc.com.

Jl. Tegalturi Giwangan Rt 12 Rw 04 121D UH VII Yogyakarta 55163 Telp 02746884320 email : plip_mitrawacana@yahoo.com Powered by www.ecenterconsultant.com

Anda mungkin juga menyukai