Anda di halaman 1dari 25

Baku Mutu Kualitas Air

Klasifikasi dan kriteria mutu air dapat kita lihat pada Pasal 8, Bagian Ketiga Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 1. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas : a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kriteria mutu air dari setiap kelas air sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini dan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas1

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keterangan: mg = miligram. ug = mikrogram. ml = mililiter. L = liter. Bq = Bequerel. MBAS = Methylene Blue Active Substance. ABAM = Air Baku untuk Air Minum. Logam berat merupakan logam terlarut. Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan. Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan. Tanda < adalah lebih kecil.
Peraturan-peraturan lainnya, antara lain: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Metode Pengolahan Air

Air yang berasal dari alam pada umumnya belum memenuhi persyaratan yang diperlukan sehingga harus menjalani proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan air ini dapat diklasifikasikan dalam dua golongan yang secara umum dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Pengolahan Eksternal Pengolahan eksternal dilakukan di luar titik penggunaan air yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan impurities. Jenis-jenis proses pengolahan eksternal ini antara lain: - Sedimentasi. - Filtrasi. - Pelunakan (Softening). - Deionisasi (Demineralization). - Deaerasi Proses pengolahan secara eksternal untuk memperbaiki kualitas air terdiri atas berbagai jenis, dan penerapan proses-proses tersebut disesuaikan dengan tujuan penggunaan air yang dikehendaki. Gambar 1 menunjukkan sebagian besar jenis proses pengolahan air secara eksternal. Proses-proses tersebut digunakan untuk mengolah impurities tertentu.

Gambar 1 Proses-Proses Pengolahan Air secara Eksternal2.

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Pengolahan air secara eksternal ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : a. Proses pendahuluan (pretreatment) Proses ini umumnya digunakan untuk memperoleh kualifikasi air pendingin atau sebagai proses awal untuk penyediaan air dengan kualitas yang lebih tinggi. Prosesproses pendahuluan yang akan dibahas antara lain: sedimentasi, aerasi, dan klarifikasi. - Sedimentasi Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan zatzat padat atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat adalah dengan melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatannya terpisah dari aliran air dan jatuh ke dalam bak pengendap tersebut. Kecepatan pengendapan partikel-partikel yang terdapat di dalam air bergantung kepada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap. Hubungan ukuran partikel dengan waktu pengendapan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Waktu Pengendapan untuk Berbagai Ukuran/Diameter Partikel3

Alat sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak pengendap segi empat (rectangular) seperti terlihat pada Gambar 2, dan jenis lingkaran (circular) seperti terlihat pada Gambar 3. Jenis segi empat biasanya digunakan untuk laju alir air yang besar, karena pengendaliannya dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan keuntungan alat sedimentasi jenis lingkaran yaitu memiliki mekanisme pemisahan lumpur yang sederhana. Proses sedimentasi biasanya dilakukan sebelum proses klarifikasi.

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Gambar 2 Bak Pengendapan Jenis Segi Empat (Rectangular)4.

Gambar 3 Bak Pengendapan Jenis Lingkaran (Circular)5.

- Klarifikasi Proses klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, baik yang kasar, halus atau bersifat koloid. Proses ini mencakup koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi yang masing-masing merupakan langkah-langkah tersendiri dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Apabila ada kondisi yang merugikan salah satu dari ketiga langkah tersebut, maka hasil yang diperoleh akan kurang memuaskan. Langkah-langkah proses klarifikasi tersebut adalah sebagai berikut: Koagulasi Koagulasi adalah proses penetralan partikel-partikel yang ada dalam air sehingga sesamanya tidak saling tolak menolak dan dapat diendapkan bersamasama. Bahan kimia pengendap dimasukkan ke dalam air dan diaduk dengan cepat. Hasil reaksi kimia yang terjadi disebut flok (floc) yaitu partikel bukan koloid yang sangat halus.
4

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007. Idem.

Flokulasi Flokulasi merupakan kelanjutan proses koagulasi, partikel-partikel halus hasil koagulasi membentuk suatu gumpalan yang besar sehingga lebih mudah mengendap. Proses flokulasi dibantu dengan cara pengadukan yang lambat. Proses klarifikasi dilakukan dengan cara penambahan bahan kimia tertentu, misalnya : alum (aluminium sulfat), natrium aluminat, ferri sulfat, ferri klorida, dan sebagainya. Proses pengendapan dipercepat dengan penambahan coagulant aid, seperti: separan, clays, coagulant aid 2350, dsb. Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada proses klarifikasi adalah sebagai berikut : Al2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 <==> 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 6 CO2. 6 FeSO4.7H2O + 3 C12 <==> 2 Fe(SO4)3 + FeCl3 + H2O. Al2(SO4)3 + 3 NaCO3 + 3 H2O <==> 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4 + 3 CO2. Al2(SO4)3 + 6 NaOH <==> 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4. Al2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 <==> 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4. Fe2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 <==> 2 Fe(OH)3 + 3 CaSO4 + 6 CO2. Fe2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 <==> 2 Fe(OH)3 + 3 CaSO4. FeSO4 + Ca(OH)2 <==> Fe(OH)2 + CaSO4. 4 Fe(OH)2 + O2 + 2 H2O <==> 4 Fe(OH)3. 2 FeCl3 + 3 Ca(HCO3)2 <==> 2 Fe(OH)3 + 3 CaCl2 + 6 CO2. 2 FeCl3 + 3 Ca(OH)2 <==> 2 Fe(OH)3 + 3CaCl2. MgCO3 + CaCl2 <==> CaCO3 + MgCl2. Mg(HCO3)2 + 3 Ca(OH)2 <==> Mg(OH)2 + 2 CaCO3 + 2 H2O. Air yang telah menjalani proses koagulasi dan flokulasi masuk ke tahap sedimentasi yang merupakan tahap akhir dari proses klarifikasi. Air yang bersih dapat dipisahkan setelah flok mengendap. Efisiensi proses ini tidak dapat mencapai l00% sehingga air yang dihasilkan masih mengandung zat-zat yang tersuspensi dalam bentuk carry over flocs. Desain alat klarifikasi yang paling tua ditunjukkan pada Gambar 4. Langkahlangkah proses klarifikasi pada alat tersebut dilakukan pada ruangan-ruangan yang terpisah. Langkah-langkah proses pada alat klarifikasi yang lebih modern dikombinasikan dalam satu alat. Contoh alat tersebut adalah alat jenis solids contact seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 4 Klarifikasi Air dengan Flash Mixing, Flokulasi, dan Pengendapan6.

Gambar 5 Alat Klarifikasi dengan Pengadukan dan Koagulasi dalam Alat yang Sama7.
6

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

- Aerasi Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan aerasi adalah sebagai berikut: Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tak diinginkan seperti besi (Fe) dan mangan (Mn). Besi lebih sering ditemukan daripada mangan. Besi yang terdapat dalam air biasanya berbentuk ferobikarbonat atau ferosulfat. Oksigen yang dikontakkan dengan air akan merubah senyawa-senyawa tersebut menjadi ferioksida yang tidak larut dalam air sehingga dapat dipisahkan dengan menggunakan filter. Menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat korosif. Contoh gas seperti ini adalah CO2 yang dapat menurunkan pH air sehingga membantu proses korosi pada logam. Proses penghilangan gas akan makin baik dengan kenaikan temperatur, lamanya waktu kontak, makin luasnya permukaan kontak antara air dengan udara, dan banyaknya volume gas yang kontak dengan air. Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh mikroorganisma. Penurunan kualitas air tersebut disebabkan oleh bahan organik yang mengalami dekomposisi, sisa-sisa atau bahan-bahan hasil metabolisme mikroba. Aerasi dilakukan dalam alat yang disebut aerator. Aerator jenis forced draft fan diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 7 dan 8 memperlihatkan aerator jenis coke-tray aerator dan pressure aerator yang berfungsi untuk mengoksidasi besi terlarut menjadi besi yang tak larut dengan diikuti pemisahan melalui filter.

Gambar 6 Forced Draft Aerator8.

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007. . 8 Idem.

Gambar 7 Coke-Tray Aerator9.

Gambar 8 Pressure Aerator10.

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007. Idem.

10

b. Proses filtrasi Proses ini khusus untuk menghilangkan zat padat tersuspensi. Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended matter) dalam suatu fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan yang berpori-pori, misalnya: pasir, anthracite, karbon dan sebagainya. Fluida dapat berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi dapat berukuran sangat halus atau kasar, kaku atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak beraturan. Produk yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake). Pada kondisi tertentu, filtrasi dapat digunakan untuk proses penjernihan air dengan cara penyaringan langsung terhadap air baku. Media penyaring (filter) dapat dioperasikan dengan baik untuk jangka waktu tertentu, jika pressure drop meningkat sampai batas yang diizinkan, maka harus dilakukan pembersihan filter dengan cara cuci-balik (backwashing). Cuci-balik dilakukan dengan cara mengalirkan air secara berlawanan arah dengan arah aliran pada saat operasi selama 5-10 menit, setelah itu dilakukan pembilasan. Filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus operasinya batch atau kontinu, produk yang diinginkan filtrat atau cake atau gaya pendorongnya (driving force). Jenis filter yang dikenal berdasarkan gaya pendorong yang digunakan antara lain jenis Gravity Filter (Gambar 9) dan Pressure Filter (Gambar 10).

Gambar 9 Conventional Gravity Filter11.


11

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Gambar 10 Pressure Filter12.

Pressure filter cukup banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Sedikit memerlukan tempat. Pemasangannya mudah, murah, dan cepat. Unit-unit lain mudah ditambah jika diperlukan. Mengurangi biaya pemompaan air untuk proses selanjutnya. Pressure filter juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain: Keadaan media penyaring sukar dilihat. Keadaan backwashing tidak dapat dilihat langsung. Kehilangan media penyaring tidak dapat dilihat langsung.

Contoh jenis filter yang lain adalah Up Flow Filter (Gambar 11). Penamaan filter ini didasarkan pada arah alirannya yaitu dari bawah ke atas. Ukuran media penyaring ditentukan dari Uniformity-Coefficient (koefisien keseragaman). Semakin kecil harga koefisien ini, semakin seragam ukuran media penyaring tersebut.

12

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Gambar 11 Up Flow Filter13.

dengan: Uniformity = d60 = ukuran ayakan yang meloloskan 60% wt sampel yang dianalisa.

Effective Size = d10 = ukuran ayakan yang meloloskan 10% wt sampel yang dianalisa.

13

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

c. Proses penurunan/penghilangan padatan terlarut. Proses ini bertujuan menghilangkan padatan terlarut (dissolved solid) tanpa menggunakan metoda pengendapan secara kimiawi (chemical precipitation), misalnya: proses pertukaran ion (ion exchange). Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan limbah cair, terutama digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan dalam proses demineralisasi air. Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar anion. Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion:

Reaksi pertukaran kation : 2NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR(s) + 2 NaCl(aq).

Reaksi pertukaran anion : 2RCl (s) + Na2SO4 R2SO4(s) + 2 NaCl.

Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

Resin Penukar Kation Asam Kuat Resin penukar kation asam kuat yang beroperasi dengan siklus H, regenerasi dilakukan menggunakan asam HCl atau H2SO4. Reaksi pada tahap layanan adalah sebagai berikut:

Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi (4.17) disebut Free Mineral Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati titikhabis dan regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah sebagai berikut:

Resin Penukar Kation Asam Lemah Gugus fungsi pada resin penukar kation asam lemah adalah karboksilat (RCOOH). Jenis resin ini tidak dapat memisahkan garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat, tetapi dapat menghilangkan kation yang berasal dari garam bikarbonat untuk membentuk asam karbonat, atau dengan kata lain resin ini hanya dapat menghasilkan asam yang lebih lemah dari gugus fungsinya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada tahap layanan untuk resin penukar kation asam lemah dengan siklus H, dinyatakan oleh reaksi-reaksi berikut ini:

Larutan regenerasi dan reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi identik dengan resin penukar kation asam kuat. Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H), phosphonat (R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R menyatakan resin. Gugus fungsi pada resin penukar ion asam kuat adalah asam kuat seperti sulfonat, phosphonat, atau phenolat, dan gugus fungsi pada resin penukar asam lemah adalah karboksilat.

Resin Penukar Anion Basa Kuat Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-garam terlarut menjadi asam, dan resin penukar anion basa kuat akan menghilangkan asamasam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Reaksi-reaksi yang terjadi pada tahap layanan dan regenerasi adalah sebagai berikut: Operasi layanan:

Regenerasi:

Resin Penukar Anion Basa Lemah Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl dan H2SO4, tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan asam karbonat, oleh sebab itu resin penukar anion basa lemah acap kali disebut sebagai acid adsorbers. Reaksi-reaksi yang terjadi pada tahap layanan adalah sebagai berikut:

Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH4OH atau N2CO3 seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini:

Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-NH2, sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-NR'3/tipe I, RR'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti CH3. Resin anion yang mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut resin penukar anion basa kuat dan resin penukar anion basa lemah mempunyai gugus fungsi selain ammonium kuartener.

Operasi sistem pertukaran ion ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: Tahap Layanan (Service) Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Watak tahap layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau volume air produk yang dihasilkan. Hal yang penting pada tahap layanan adalah kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchange load). Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat diikat oleh matriks resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual yang digunakan untuk reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang dihilangkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari atas (down flow). Tahap Pencucian Balik (Backwash) Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik habis. Sebagai pencuci digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai sasaran sebagai berikut: Pemecahan resin yang tergumpal. Penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin. Penghilangan kantong-kantong gas dalam unggun. Pembentukan ulang lapisan resin Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up flow). Pada tahap ini terjadi pengembangan unggun antara 50 hingga 70%.

Tahap Regenerasi Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal yang semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat awal atau ke tingkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Jika sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik). Operasi regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan pertukaran awal. Upaya tersebut berarti bahwa regenerasi ditentukan oleh tingkat regenerasi (regeneration level) yang diinginkan. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang digunakan per volume resin. Perbandingan kapasitas operasi yang dihasilkan pada tingkat regenerasi tertentu dengan kapasitas pertukaran yang secara teoritik yang dapat dihasilkan pada tingkat regenerasi itu disebut efisiensi regenerasi. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Pada resin penukar kation asam lemah dan resin penukar anion basa lemah efisiensi dapat mendekati harga 100%, atau dengan kata lain kebutuhan larutan regenerasi untuk resin penukar golongan lemah lebih sedikit. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan dua alasan. Pertama, kekariban resin golongan lemah dengan ion H dan ion OH lebih besar dibandingkan dengan resin golongan kuat. Kedua, nilai koefisien selektivitas untuk regenerasi adalah kebalikan dari koefisien selektivitas untuk pertukaran awal. Besaran untuk menyatakan tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah nisbah regenerasi (regeneration ratio) yang didefinisikan sebagai berat larutan regenerasi dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban pertukaran ion yang dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah regenerasi, semakin efisien penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi merupakan kebalikan harga efisiensi regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan dengan mengalirkan larutan regenerasi dari atas. Tahap Pembilasan Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang terperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan aliran down flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat, yaitu: Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi. Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion. Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakan sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi.

Tahapan-tahapan operasi sistem pertukaran ion tersebut dapat pula dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Tahapan-Tahapan Operasi dalam Sistem Pertukaran Ion14.

14

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Penghilangan Gas (Deaerator)

Penghilangan gas dilakukan sebelum air keluaran kolom kation diolah di kolom resin penukar anion dimaksudkan untuk mengurangi beban pertukaran pada kolom penukar anion, yang berarti juga mengurangi penggunaan larutan regenerasi. Setelah tahap pertukaran kation di resin penukar kation siklus hidrogen, alkalinitas bikarbonat yang dikandung dalam air umpan akan dikonversi menjadi asam karbonat dan karbon dioksida, seperti disajikan pada reaksi di bawah ini :

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: karena air keluaran resin penukar kation bersifat asam, maka reaksi kesetimbangan di atas akan bergeser ke kiri. Air yang diolah di kolom degasifier mengandung karbon dioksida yang ekivalen dengan alkalinitas bikarbonat ditambah dengan jumlah karbon dioksida yang larut dalam air tersebut. Cara kerja kolom degasifier mengikuti teori-teori yang berlaku untuk proses stripping (pelucutan). Kandungan CO2 dalam air dilucuti menggunakan udara yang dihembuskan oleh blower (Gambar 13) atau secara vakum (Gambar 14). Pemakaian kolom degasified dapat mengurangi kandungan karbon dioksida menjadi 5 mg/l.

Gambar 13 Penghilangan Gas dengan Menggunakan Blower (Forced Draft Aerator)15.


15

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Gambar 14 Deaerator secara Vakum16.

2.

Pengolahan Internal Pengolahan internal adalah pengolahan yang dilakukan pada titik penggunaan air dan bertujuan untuk menyesuaikan (conditioning) air kepada kriteria kondisi sistem dimana air tersebut akan digunakan. Usaha untuk mencapai tujuan pengolahan internal dilakukan dengan penambahan berbagai bahan kimia ke dalam air yang diolah. Bahan-bahan kimia tersebut, akan bereaksi dengan impurities sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam penggunaan air tersebut. Oksigen, sebagai contoh, dapat diikat dengan menggunakan sodium sulfit atau hydrazine. Sifat lumpur yang dapat melekat pada logam peralatan proses dihilangkan dengan penambahan bahan-bahan organik yang termasuk dalam golongan tanin, lignin atau alginat. Pengolahan air secara internal (internal water treatment) dapat juga didefinisikan sebagai proses penambahan/penginjeksian suatu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam air yang akan digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Pengolahan air secara internal merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah atau tidak sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung diolah dengan cara pengolahan internal saja. Keuntungan pengolahan air secara internal adalah meniadakan kebutuhan peralatan pengolahan eksternal yang ekstensif. Hal ini merupakan keuntungan dari segi ekonomi.

16

Diktat Kuliah TK - 2206 Sistem Utilitas I, Pengolahan dan Penyediaan Air, Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 2007.

Selain itu, kesederhanaan program pengolahan secara internal memungkinkan penghematan dalam tenaga kerja untuk pengumpanan dan pengendalian. Masalah-masalah umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah: a. Masalah Korosi Untuk mencegah korosi dan scale digunakan bahan-bahan anorganik seperti kromat, seng, orthophospat maupun bahan organik seperti polimer sintetik, organic nitrogen compounds, dan organic phosphorous compounds. Kekurangan penggunaan poliphospat adalah jika poliphospat berubah menjadi orthophospat, yang dapat bereaksi dengan kalsium membentuk calsium phospat scale. Untuk mencegah ini pH sistem perlu dijaga sekitar 7,0 dan juga perlu ditambahkan polimer sintetik untuk menstabilkan calsium poliphospat. b. Masalah Pembentukan Kerak Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan untuk menghambat terjadinya deposit: Threshold Inhibitor Bahan kimia jenis ini adalah poliphospat dan organophosphorous dan polimer seperti poliacrilatea dapat digunakan untuk mengurangi pengendapan yang ditimbulkan kalsium, besi dan mangan. Dispersant Bahan kimia jenis ini adalah polielektrolit. Tujuan dari bahan kimia ini adalah untuk mencegah pengendapan dari dari padatan yang tersuspensi. Surfactants Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah deposit padatan dengan cara ini adalah surface active agents. Bahan-bahan kimia jenis ini mengakibatkan padatan-padatan tersuspensi tetap bergerak dalam air sehingga mencegah deposit. Surface active agents yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya deposit akibat mikroorganisme adalah dengan penambahan biocides. Biocide ini dapat digunakan untuk membunuh koloni mikroba. Biocide yang sering digunakan adalah chlorine, yang efektif bekerja pada pH 7,0. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah bromide, karena bromide tetap efektif pada pH tinggi. Pengubah Susunan Kristal Contoh dari bahan kimia jenis ini adalah tannin, lignin, dan polimer sintetik. Dengan penambahan bahan kimia jenis ini, deposit tetap terbentuk tapi dengan struktur yang lemah, sehingga mudah dihancurkan.

Anda mungkin juga menyukai