Anda di halaman 1dari 5

GROIN UNTUK STABILISASI MUARA

Edy Sulistyono, Ir.,MT, Profesional Madya SDA KTA No : 074865

Daerah low land area, ditinjau dari aspek hidrolika, merupakan daerah yang sangat komplek, dikawasan ini aliran sungai menjadi sangat lambat (sub kritik), bahkan aliran akan selalu berubah ubah arah karena dipangaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat pasang aliran akan bergerak ke hulu, sedang pada saat surut aliran akan bergerak ke hilir, kadang pada saat pasang, dari hulu banjir datang sehingga terjadi benturan arus. Di daerah ini saluran juga umumnya bercabang cabang dan saling berhubungan satu sama lain sehingga aliran menjadi makin komplek. Berhubung dengan kompleksitas aliran, maka di negara maju sekalipun rekayasa teknis untuk mengatasi permasalahan yang ada, baik secara struktural maupun non struktural masih mengalami kesulitan dan kajian masih terus dikembangkan, belum ada formula yang dengan baik dapat digunakan didaerah ini, satu satunya cara untuk mempelajari fenomena yang ada hanya dengan membuat model fisik atau model numerik, didaerah seperti inilah pada umumnya tambak dibangun. Berhubung dengan kondisi kawasan tambak seperti diuraikan diatas, maka tidak ada cara yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan yang ada selain dengan melakukan perawatan. Permasalahan yang ada akan terlalu mahal jika diselesaikan dengan rekayasa teknis, rekayasa teknis yang paling murah adalah dengan membangun groin di muara sungai, itupun sifatnya tidak untuk mengatasi secara tuntas, hanya untuk mengurangi, untuk mengatasi secara permanen, bagi petambak akan menjadi sangat mahal. Kondisi hidrodinamika pantai pada salah satunya dicirikan oleh gradasi butiran pantinya, pantai dengan gradasi kasar atau pasir menunjukan gelombang dan arus di lokasi tersebut cukup besar, sedang pantai lumpur menunjukan gelombang dan arus dilokasi tersebut relatip kecil. Berhubung dengan hal itu jenis groin yang sesuai untuk suatu muara dapat ditentukan berdasarkan kondisi butiran sedimen dipantai dimana lokasi mura berada. Muara yang terletak di pantai dengan butiran kasar lebih cocock menggunakan groin batu sebagaimana terlihat pada Gambar 1

Gbr. 1. GROIN DARI RUBBLE MOUND

Sesuai dengan pangalaman yang ada, penggunaan groin dengan menggunakan sand bag untuk pantai pasir kurang berumur panjang, terutama jika memakai sandbag yang terlalu besar, sand bag akan robek jika posisi sand bag berobah miring atau tidak stabil sebagaiman terlihat pada Gambar 2.

Gbr. 2. GROIN DARI SAND BAG DI PANTAI PASIR DENGAN GELOMBANG BESAR

Untuk muara yang terletak pada pantai lumpur, konstruksi sand bag yang diletakan diatas seseg bambu yang disangga trucuk bambu pada umumnya akan lebih cocok dan murah seperti terlihat pada Gambar 3. Untuk mengantisipasi rapuhnya groin setelah jangka waktu tertentu (sesuai daya tahan geotextali terhadap pengaruh UV, umunya bertahan 5th 10th), maka groin dilengkapai dengan tanaman mangrove dengan harapan setelah 10 tahun, tanaman mangrove telah tumbuh dan berkembang sehingga mamu menggantikan fungsi sand bag.

Gbr. 3. GROIN DARI SAND BAG DIKOMBINASI DENGAN TANAMAN MANGROVE

Groin dengan model seperti diatas dapat dibuat oleh masyarakat petambak karena tidak memerlukan peralatan berat. Sebagai alternatip lainnya, saat ini sedang diperkenalkan penggunaan pelampung dari HDPE yang dilengkapi dengan tirai dari geotextile sebagai penagkap lumpur segaimana terlihat skemanya pada Gambar 4. Untuk menahan posisi pelampung dan tirai, digunakan alat penambat yang dibenamkan kedalam lumpur.

Gbr. 4. SKETSA TANPANG LINTANG GROIN DARI HDPE

Penggunaan groin dari bahan sintetik tersebut saat ini sedang diuji coba di pantura, tepatnya di desa Cilamaya Wetan melalui proyek Safver sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Groin dari jenis ini dapat dibangun dengan sangat cepat, umumnya tidak lebih dari satu minggu. Kinerja groin jenis ini saat ini sedang dalam evaluasi, kesimpulan baru dapat dibuat setelah setidaknya bekerja selama satu tahun.

Gbr. 5. GROIN DARI HDPE PADA POSISINYA SAAT SURUT

Seacara lebih jelas, bentuk pelampung yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6, dimensi pelampung yang digunakan adalah 50x50x50 cm3. Sebenarnya fungsi pelampun itersebut sebelum ini banyak

digunakan sebagai pengikat jaring ikan karamba apung ataupun tancap. Melihat bentuknya yang dapat dimanfaat untuk berbagai keperluan, groin jenis ini rawan terhadap pencurian.

Gbr. 6. CONTOH BOX HDPE BAHAN KONSTRUKSI GROIN

Penggunaan pancang yang kurang kuat juga menyebabkan posisi groin dapat berobah sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik sebagaimana terlihat pada Gabar 7, karena itu penggunaan pemberat beton yang dibenamkan dalan lumpur menjadi sangat direkomendasikan.

Gbr. 7. GROIN DARI HDPE BEROBAH ARAH ATAU BERGESER

Baut pengku yang kurang kuat juga menyebabkan ikatan pelampung saling terlepas sehingga posisi pelampung berantaka pada saat badai seperti terlihat pada Gambar 8. Baot perlu diperbaiki sistimnya sehingga lebih kencang dan kondisi baut perlu perlu cicek dan diperbaiki secara eriodik.

Gbr. 8. GROIN DARI HDPE YANG TERLEPAS

Kesimpulan 1. Penggunaan groin batu lebih cocok untuk pantai berpasir dan groin sand bag untuk pantai lumpur. 2. Penggunaan groin HDPE hanya cocok untuk pantai dengan gelombang tenang dan diperlukan penjagaan jika berlokasi di daerah yang jauh dari permukiman karena rawan pencurian. Rekomendasi : 1. Untuk stabilisasi muara saluran tambak lebih cocok menggunakan groin sandbag yang dikombinasi dengan mangrove karena lebih murah dan dapat dikerjakan dan dipelihara oleh pembudidaya sendiri. 2. Penggunaan groin HDPE dapat direkomendasikan jika waktu tersedia untuk konstruksi sangat terbatas

Anda mungkin juga menyukai