Anda di halaman 1dari 12

Pembuatan Connecting Rod Menggunakan Proses Impression Die Forging

Mata Kuliah Proses Manufactur

DISUSUN OLEH

KELOMPOK Oka Trijona (120403127) Herny Endrian (120403155) Febry Eudina (120403158) Nisa Afriani Sagala (120403160) Sarah Octaviola Siregar ( 120403170) Angga Ignasius Tarigan (120403173) Anita Nanda Sari (120403174)

Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik U S Medan 2013 U

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan yang berarti sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Proses Manufaktur yang dibimbing oleh Bapak Haikal Kirana Sitepu, S.T , M.Eng. Demikian kiranya makalah ini kami buat, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu saran dan koreksi sangat kami harapkan, dan atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih. Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penempaan adalah proses deformasi yang dilakukan dengan menekan benda kerja diantara dua cetakan (die), baik menggunakan gaya kejut (impact) atau ditekan secara gradual hingga diperoleh bentuk akhir benda kerja yang diinginkan. Jenis proses penempaan yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah tempa cetakan tertutup (impression die forging). Connecting Rod merupakan suatu komponen penting dalam sebuah mesin yang berfungsi sebagai penerus daya dari piston ke poros engkol dan bekerja pada suhu tinggi dalam ruang bakar. Ditinjau dari kondisi system kerja yang demikian maka pemilihan material dan proses pembentukan dalam proses produksi connecting rod sangatlah penting, dimana material harus dapat memenuhi syaratsyarat diantaranya : tahan terhadap suhu tinggi, kekuatan tahan aus dimana proses pembentukan yang dipilih adalah proses penempaan.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, permasalahan yang timbul dan akan dibahas pada makalah ini adalah : 1. Bagaimana prinsip kerja dari impression die forging ? 2. Bagaimana cara pembuatan connecting rod dengan proses impression die forging ? 3. Bagaimana cara menghitung gaya (force) di dalam proses impression die forging ?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk merancang proses produksi connecting rod dengan proses forging. Pada proses produksi ini ada beberapa hal yang direncanakan antara lain menentukan volume dan berat benda kerja, perhitungan gaya yang terjadi dan daya yang bekerja pada setiap tahapan proses penempaan dan menentukan dimensi dan toleransi pada proses pemesinan. 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini khususnya untuk mahasiswa adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam pemberian nilai tugas pada Mata Kuliah Proses Manufaktur. Manfaat lain adalah menambah wawasan mahasiswa mengenai proses forging khususnya impression die forging di dalam dunia industri manufaktur. 1.6Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam paper ini adalah : BAB I PENDAHULUAN : membahas tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan pembuatan paper, manfaat pembuatan paper, dan sistematika penulisan. BAB II PEMBAHASAN : membahas tentang definisi impression die forging, connecting rod dan proses pembuatan connecting rod menggunakan impression die forging serta perhitungan forging force nya. BAB III PENUTUP : membahas tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Impression Die Forging 2.1.1 Definisi Impressiondie forging; benda kerja ditekan diantara sepasang cetakan yang tertutup, sehingga aliran logam dalam arah lateral mendapat hambatan yang cukup signifikan. Dalam operasi tempa ini, sejumlah kecil logam kerja mengalir kedalam celah diantara kedua cetakan membentuk sirip (flash), seperti dapat dilihat dalam gambar 2.1 . Flash yang terbentuk diantara kedua cetakan tersebut harus dipotong dengan proses trimming. Impression-die forging kadang-kadang juga disebut penempaan cetakan tertutup (closed-die forging), dimana bentuk rongga cetakannya merupakan kebalikan bentuk benda yang akan dibuat.

Gambar 2.1Tahapan impression-die forging proses Bahan baku benda kerja dalam gambar tersebut berbentuk silinder serupa dengan bentuk benda kerja dalam operasi open-die forging. Pada saat cetakan mendekati posisi akhirnya flash dibentuk oleh aliran logam pada celah di antara cetakan. Walaupun flash harus dipotong pada akhir operasi, tetapi sebenarnya juga bermanfaat untuk menekan aliran logam menuju celah diantara cetakan, sehingga logam akan mengisi seluruh rongga cetakan. Pada penempaan panas, aliran logam

menuju celah akan terhambat karena flash yang tipis lebih cepat menjadi dingin, tekanan terhadap benda kerja akan bertambah dan mampu untuk mengisi seluruh bagian dari rongga cetakan, sehingga diperoleh kualitas produk yang lebih baik. Rumusgaya yang digunakan pada proses penempaan ini sama dengan rumus gaya yang digunakan dalam open-die forging, tetapi dengan interpetasi sedikit berbeda :
F =K f Yf A

dimana :

F = gayamaksimum, lb (N) A = luasproyeksitermasukflash, in2 (mm2) Yf = teganganalir material, lb/in2 (MPa) Kf = faktorbentukpenempaan Pada penempaan panas harga Yf = kekuatan mulur (yield) logam pada temperature tersebut. Harga Kf bertambah sesuai dengan bertambah kompleksnya bentuk/ geometri produk yang akan dibuat. HargaKf untuk berbagai geometri produkdapat dilihat dalam tabel2.1. Tabel2.1 HargaKfuntukberbagaigeometriproduk Part shape Kf Impression-die forging Simple shapes with flash 6.0 Chomplex shapes with flash 8.0 Very chomplex shapes with flash 10.0 Flashless forging Coining (top and bottom surfaces) 6.0 Complex shapes 8.0 Harga gaya maksimum dicapai pada akhir penempaan bila luas proyeksi terbesar dan gesekan maksimum. Keterbatasan impression-die forging : Dimensi produk yang dihasilkan kurang akurat. Bila diinginkan dimensi yang lebih akurat, penyelesaian akhir dapat dilakukan dengan proses pemesinan. Biasanya geometri dasar dari produk yang dibuat dilakukan dengan proses tempa, dan bagian-bagian yang memerlukan ketelitian yang lebih baik dilakukan

dengan proses pemesinan, misalnya lubang, ulir, dan permukaan-permukaan yang akan disatukan dengan komponen lainnya.

Kelebihan tempa dibandingkan dengan proses pemesinan : - Laju produksi lebih tinggi - Pemakaian logam lebih hemat, dan - Orientasi butir Kristal lebih baik (bandingkan aliran butir Kristal hasil penempaan dan pemesinan dalam gambar 2.2).

Gambar2.2 Aliranbutirkristal (a) penempaan panas dengan penyelesaian akhir pemesinan, (b) hasil pemesinan

2.2 Connecting Rod 2.2.1 Kondisi Kerja Connecting Rod Batang piston, adalah komponen/part yang menghubungkan piston dengan poros engkol/crankshaft dibuat dengan bentuk "I" , terbuat dari baja spesial.Batang piston dari sebuah mesin otomotif (skala dalam cm) dalam sebuah mesin piston, batang piston (bahasa Inggris : connecting rod atau conrod) menghubungkan piston ke crank atau poros engkol. Bersama dengan crank, sistem ini membentuk mekanisme sederhana yang mengubah gerak lurus/linear menjadi gerak melingkar. Batang piston juga dapat mengubah gerak melingkar menjadi gerak linear. Dalam sejarahnya, sebelum ada pengembangan mesin, batang piston digunakan untuk hal ini terlebih dahulu. Karena batang piston itu kaku, maka ia dapat meneruskan tarikan dan dorongan, sehingga batang pistonnya dapat merotasi crank melalui kedua bagian dari revolusi, yaitu tarikan piston dan dorongan piston. Mekanisme generasi awal, misalnya pada rantau, hanya dapat

menarik. Dalam beberapa mesin 2 tak, batang pistonnya hanya digunakan untuk mendorong. Sekarang ini, batang piston paling umum ditemukan pada mesinmesin pembakaran dalam, seperti pada mesin mobil. Desain batang piston sekarang ini berbeda dengan batang piston jaman dahulu yang digunakan pada mesin uap dan mesin lokomotif. 2.2.2 Material Material conneting rod adalah dari baja standard SAE 4140. Adapun unsur-unsur paduannya sebagai berikut : Kekuatan tarik : 100 kg/mm2 Carbon : 0.38 0.43 (%) Mangan : 0.75 1.0 (%) Phosfor : 0.040 (%) Sulphur : 0.040 (%) Silicon : 0.20 0.35 (%) Chromium : 0.80 1.10 (%) Molybdenum : 0.15 0.25 (%) 2.2.2 Proses produksi Proses pembentukan connecting rod dengan cara pemukulan / penekanan, termasuk jenis closed die forging. Peralatan yang digunakan yaitu ; Drop Hammer, Hidraulic, dansekrup penekan.Prosesnya Closed-die forging dengan flash.Tahapan dalam proses pembuatan Forged Connecting Rod : Bahan awal tempa dibuat dari densifikasi bahan dasar yang dipanaskan secara terus-menerus dengan proses sekali pukul. Sehingga strukturnya sangat padat dan sesuai untuk pemakaian yang tinggi dimana daya tahan yang tinggi dan kekuatan diperlukan. Langkah awal dari proses ini yaitu untuk menyeragamkan bentuk dari bahan tempa menyerupai bentuk akhir. Kemudian dipanaskan di dalam dapur yang terkontrol. Kebanyakan dalam produksi otomatis, bahan dipanaskan kemudian dilanjutkan dengan proses penempaan pada cetakan agar menghasilkan bentuk struktur yang padat. Bahan dikontrol secara intensif agar mengisi cetakan secara penuh dan meminimalisasi material yang terbuang (flash) yang biasanya terjadi pada penempaan umum. Hemat energi adalah keuntungan dari proses tempa yang langsung diikuti dengan proses pemanasan, mengurangi pemanasan kembali.

Proses produksi connecting rod yang digunakan disini adalah produksi dengan cara forging :

1. Bahan Connecting rod berawal dari batangan alloy steel sepanjang 2m. Alasan digunakannya bahan alloy steel adalah lebih kuat, tahan karat dan mudah dalam proses pemotongan. Kemudian batangan dipotong menjadi batangan- batangan kecil. 2. Proses impression die forging Penekan dan cetakan dipanaskan, sementara bahan (billet) dipanaskan didalam oven, Temperatur pemanasan sama dengan temperatur penekan dan cetakan yaitu sekitar 1100C 1250C. Benda kerja dapat ditempa pada 2200F turun sampai 1700F. Kemudian bahan alloy steel (billet) dikeluarkan dari oven dan diletakkan di atas penekan (drop hammer). Drop hammer dioperasikan dengan menggunakan pembebanan kejut (impact) terhadap benda kerja. Proses penekanan dilakukan dengan besar tekanan 2000 ton sehingga membentuk bentuk dasar dari connecting rod.

Gambar 2.3 Drop hammer untuk impression-die forging Drop hammer paling sering digunakan untuk impression-die forging. Cetakan bagian atas (upper die) diletakkan pada ram, sedang cetakan bagian

bawah (lower die) diletakkan pada landasan (anvil). Dalam pengoperasiannya, benda kerja diletakkan pada lower die, dan ram diangkat dan kemudian dijatuhkan. Bila upper die memukul benda kerja, energy impak akan menyebabkan benda kerja terdesak dan berubah bentuk mengikuti bentuk rongga cetakan. Kadang-kadang dibutuhkan beberapa pukulan untuk mencapai perubahan bentuk yang diinginkan. 3. Oven Setelah proses pendinginan, connecting rod dimasukkan kedalam oven lagi sebanyak dua kali dengan suhu antara 400F sampai 1200F. Proses yang pertama bertujuan untuk memperkuat logam dengan temperatur yang tinggi. Proses yang kedua dilakukan untuk menstabilkan logam dengan temperatur rendah. 4. Proses pembubutan Kemudian digunakan mesin bubut untuk memotong kelebihan ukuran dari bentuk dasar dari connecting rod. Menjadikannya lebih dekat ke ukuran akhir proses. 5. Proses Milling Mesin milling digunakan untuk mengurangi sampai beberapa mm pada setiap sisi dari connecting rod. Ini bertujuan untuk mengurangi berat keseluruhan dari connecting rod itu sendiri. Proses milling lainnya mengurangi beberapa logam pada awal proses, menjadikan bentuknya satu tahap lebih dekat ke bentuk akhir. 6. Finishing Proses finishing digunakan untuk memperhalus dan merapikan bentuk connecting rod,bertujuan agar bentuk presisi saat digunakan. Kemudian mesin menuliskan model dan informasi produk. Kemudian seorang pekerja memperhalus sudut-sudut tajam dari connecting rod yang terbentuk selama proses pembuatan. Lubang yang ada kemudian dihaluskan dengan sebuah mesin agar connecting rod lebih presisi. Akhirnya, connecting rod di semprot panas,deionisasi air, menghilangkan pelumas yang tersisa atau oli yang tertinggal pada saat proses pembuatan. Setelah kering, connecting rod siap digunakan.

2.3 Perhitungan Forging Force dari Connecting Rod Connecting Rod dari Piston Honda Tiger P : 105mm SP : 15 mm

BP : 30 mm B : 25 mm

Sebuah solid silinder terbuat dari 4140 Alloy Steel dengan diameter 50 mm dan tinggi 120 mm. Akan dibentuk menjadi sebuah Connecting Rod dengan diameter 30 mm dengan tinggi 105 mm melalui impression die forging (k= 8). Hitunglah force yang dibutuhkan ! Penyelesaian : Untuk mencari perkiraan luas area termasuk flash :

= 2 r (r + t) = 2 x 3,14 x 25 (25+120) = 21.980 mm2 = 22 m2

Untuk mencari true stress :

Yf

= k. = 8 x ln ( = 8 x 0,45x106 = 3,6x106 )

Untuk meencari gaya (force for impression die forging) : F = k . Yf . A = 8 x 3,6 x 22 = 633,6 x 106 N

Anda mungkin juga menyukai