Anda di halaman 1dari 10

Home

<Naskah Drama>Bawang Merah-Bawang Putih


~Bawang Merah X Bawang Putih~

Alkisah, di sebuah negri antah berantah, hiduplah suatu keluarga sederhana yang rukun dan bahagia. Keluarga itu terdiri dari seorang ayah, seorang ibu, dan seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati yang bernama Bawang Putih. Sepanjang hidup mereka, keluarga ini sama sekali tak pernah merasakan kekurangan, karena mereka saling memiliki. Sayangnya, semua itu tak berlangsung lama. Suatu hari, sang ibu jatuh sakit dan karena tak segera mendapat pertolongan, sang ibu pun akhirnya meninggal. Bawang Putih yang terus larut dalam kesedihan setelah kepergian ibunya akhirnya memaksa ayahnya untuk menikah lagi dengan seorang Janda beranak Dua yang memang selama ini telah menjadi tetangga yang baik untuk mereka. Namun sayang beribu sayang, sang ayah sama sekali tak mengetahui bahwa janda tersebut adalah seorang yang sangat egois dan sama sekali tak pernah memperdulikan Bawang Putih, dia hanya mau memperhatikan kedua putrinya, Bawang Merah Tua dan Bawang Merah Muda.

Ibu Tiri: (Berteriak) BAWANG PUTIH!!! CEPAT KEMARI KAMU!!! Bawang Putih: (terburu-buru menghampiri ibu tirinya) Ada apa ibunda? Ibu Tiri: (Bertolak pinggang) Pake nanya lagi! Kamu gak liat ini rumah debunya uda ada barang se-senti! CEPAT BERSIHKAN! Bawang Putih: (Menundukkan kepala) Baik Ibunda... (Bawang Merah Tua dan Bawang Merah Tua memasuki ruangan sambil memperdebatkan sesuatu) Bawang Merah Tua: Bawang Merah Muda!!! Itu baju yang kamu pake kan baju aku! Cepet balikin!

Bawang Merah Muda: Enak aja, ini baju aku tauk! Baju kamu itu dipake sama Bawang Putih tuh! Bawang Merah Tua: (Melirik kearah Bawang putih yang sedang membersihkan perabotan dengan sinis) idih..., amit-amit deh bajuku dipake dia! Itu tuh bajumu tauk! (Bawang Merah bersaudara saling adu mulut sampai ibu mereka melerai) Ibu tiri: Aduh..., anak-anak mama yang cantik-cantik ini kenapa berantem sih? Bawang Merah Tua: Ini ma, baju kami dipake sembarangan sama Bawang Putih! Liat aja bajunya! Itu kan baju kesayangan aku! Ibu Tiri: (Melirik Bawang Putih) BAWANG PUTIH!!! Bawang Putih: (Tersentak kaget dan langsung menghampiri ibunya) Iya bunda, ada apa? Ibu Tiri: Itu baju anak saya kenapa kamu pakai?! Kamu gak tau ya itu baju mahal? Cepat kamu lepas terus cuci! Bawang Putih: T, tapi ibunda, ini kan memang baju saya..., saya tak pernah memakai pakaian milik Bawang Merah Tua ataupun Bawang Merah Muda... Ibu Tiri: (Memandang kesal kearah Bawang Putih) Sudah berani melawan kau ya! Siapa yang mengajarimu?! Cepat kau laksanakan perintahku!!! Bawang Merah Tua: (memandang jijik kearah Bawang Putih) Argh. . . Udalah Ma! Uda terlanjur dipake dia! Aku ogah make barang abis dipake dia! Bawang Merah Muda: (Ikut memandang jijik kearah Bawang Putih) Bener tuh ma, entar klo kita ketularan penyakitnya gimana? Biarin ajalah, gak penting ini... Ibu Tiri: (Tersenyum kearah anak-anaknya dan kemudian kembali memandang sekitar) Aduh... kenapa rumah ini masih kotor juga?! CEPAT BERSIHKAN! (Melihat jam) Jangan lupa kamu juga harus masak! CEPAT SELESAIKAN SEMUANYA!!! Bawang Merah Tua: (mengipas-ngipas dirinya) Aduh... rumah ini panas banget... Bawang Putih! Kamu kipasin aku sekarang! Bawang Merah Muda: (Menghentakkan kaki dengan kesal) Bawang Putih!!! Mana bangkuku! Aku mau duduk! Cepetan!!! (Bawang putih melaksanakan seluruh perintah ibu tiri dan Bawang Merah bersaudara. Ayah memasuki ruangan) Ayah: Aku pulang!!!

Ibu Tiri: (Buru-buru mengambil sapu dari tangan Bawang Putih dan pura-pura membersihkan rumah) Aduh..., ayah sudah pulang... Bawang Merah Tua: (Menyambar kipas dari tangan Bawang Putih dan langsung mengipasi ayahnya) Ayah capek ya..., bawa oleh-oleh apa? Bawang Merah Muda: (Buru-buru mempersilahkan ayahnya duduk) Iya yah, bawa oleh-oleh apa? Baju baru? Tas Baru? Atau Sepatu baru? Ibu Tiri: Hus. . . anak-anak, ayah baru pulang kok nanyanya oleh-oleh? (melirik kearah ayah) Ayah kalung yang kemaren mama liat uda dibeliin? Ayah: (Senyum) Uda dong ma, apa sih yang nggak buat mama? Bawang putih: (Ngambil air minum trus ngasih ke ayahnya) Minum dulu yah, baru pulang kerja kan capek... Bawang Merah Tua: (Sinis) Huh, cari muka! Padahal seharian gak ngapa-ngapain... Bawang Merah Muda: Bener tuh yah, bawang putih gak ngapa-ngapain seharian, aku sama kak Bawang Merah Tua yang kerja seharian nolongin mama..., marahin dong yah... Ibu Tiri: (Pura-pura baik) Ah..., nggak apa-apa kok, kan itu sudah biasa..., lagian kan memang harusnya Bawang putih itu main-main, nggak usah nolong ibu, ibu bisa sendiri... Ayah: (melirik sangar kearah Bawang Putih) Bawang Putih! Kok kamu seperti itu sih!? Klo liat orang lagi kerja itu bantuin jangan cuma nonton! Ibu Tiri: Ah..., nggak apa-apa kok yah..., gak capek kok (belagak pegel-pegel) Ayah: (masih marah ke Bawang Putih) Lihat kan, ibumu jadi kecapekan. Jangan kira karena dia ibu tiri kamu boleh memperlakukan dia sebagai pembantumu! Dia itu sekarang sudah jadi ibumu! Bawang Putih: T, tapi ya? Aku kan... Bawang Merah Tua: Halah... udalah jangan alasan... Bawang Merah Muda: Bener tuh, gak usah alasan... makan malam jadinya belum siap gara-gara kamu kan. Udalah jangan deket-deket ayah... (mendorong jatuh Bawang Putih lalu menggiring ayahnya keluar dari ruangan, ibu tiri dan Bawang Merah Tua mengikuti)

Begitulah, setiap hari, Bawang Putih selalu ditindas. Baik saat sang ayah ada di rumah, ataupun tidak ada di rumah. Bawang Putih yang malang hanya dapat berdoa semoga kelak Tuhan akan mengubah nasibnya. Suatu Hari... Ibu Tiri: (Berteriak) BAWANG PUTIH!!! Bawang Putih: (Buru-buru menghamipiri ibunya) Ada apa Ibunda? Ibu Tiri: Kayu Bakar kita habis! Cepet kumpulin dihutan! Jangan pulang kalau belum terkumpul banyak!!! Bawang Putih: (Menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan menuju hutan)

Di Hutan... Peri Baik: Aduuh..., ini hutan makin lebat aja susah banget deh... (kesandung akar terus jatuh) Aduh!!! Sial banget..., mana keseleo lagi..., duh.... Bawang Putih: Wah... apa anda baik-baik saja? Mari saya bantu (membantu Peri baik) Peri Baik: Wah.., kamu baik sekali, jarang-jarang lho ada orang mau nolongin orang lain di hutan kayak gini... Tapi kaki saya sekarang keseleo nih, gimana dong??? Bawang Putih: Ahh..., tidak masalah, mari saya bopong (membantu peri baik dan membawanya ke luar hutan) Peri Baik: Terima kasih ya..., aduh..., saya jadi merasa tidak enak..., karena kamu sudah menolong saya, jadi saya akan membalas perbuatan baikmu! Kalau begitu, sebagai gantinya, saya akan mengirimkan kepadamu seorang pangeran tampan yang akan mengimbangin kecantikan dan kebaikan hatimu ... Bawang Putih: Yang benar? Peri Baik: Tentu saja! Sekarang tutup matamu dan hitung sampai tiga! Bawang Putih: (Menutup mata dan mulai menghitung) Satu..., dua..., tiga! (membuka mata) Pangeran Baik: Andakah Bawang Putih yang telah menolong peri penjagaku? Bawang Putih: (Tak bisa berkata-kata menatap pangeran, hanya bisa mengangguk)

Pangeran Baik: Telah lama saya mencari seorang calon istri yang baik hati, karena itu maukah anda menjadi istriku? Bawang Putih: (Masih tak bisa bicara, kembali mengangguk) Pangeran Baik: Kalau begitu, baiklah kita menemui orang tuamu! Kita harus membicarakan hal ini...(Bersama peri baik menyeret Bawang Putih pulang ke rumah)

Sesampainya di rumah... Ayah: (Terkejut melihat kedatangan Bawang Putih dan Pangeran Baik) Apakah kiranya yang membawa anda ke rumah saya yang tak layak ini, yang mulia? Apakah putri saya telah membuat masalah dengan anda? Pangeran Baik: (Tersenyum) Anda tak perlu takut melihat saya, Ayahanda Bawang Putih, saya datang kemari dengan maksud baik, yakni untuk melamar putri anda... Ibu Tiri: (Buru-buru muncul) Apa?! Pangeran ingin melamar putriku?! Bawang Merah Tua dan Muda: Pangeran ingin melamar kami!?! Pangeran Baik: Tidak-tidak! Saya datang ke tempat ini hanya untuk melamar Putri anda yang baik hati ini, karena dia telah menolong Peri Penjaga saya..., saya ingin melamar Bawang Putih... Ibu Tiri& Bawang Merah Bersaudara: APA?!!! MELAMAR BAWANG PUTIH?! Ibu Tiri: (Buru-buru menarik Bawang Putih ke pojok ruangan, Bawang Merah Tua dan Bawang Merah Muda mengikuti. Ayah terus berbicara dengan Pangeran) Apa yang telah kau lakukan sampai ada pangeran yang melamarmu, hah?! Kau main santet ya?! Bawang Putih: (Takut) T,tidak Ibunda..., aku hanya menolong peri yang berada di hutan, itu saja yang aku lakukan tidak ada yang lain... Bawang Merah Tua: Benar tidak ada yang lain?! Bawang Putih: Benar Bawang Merah Tua, tidak ada hal yang lain... Bawang Merah Muda: Terus kok pangeran itu bisa langsung mau ngelamar kamu sih? Bawang Putih: Saya tidak tahu... Ayah: (Memanggil) Bawang Putih..., kemari kamu nak... (Bawang Putih menemui Ayahnya)

Ibu Tiri: (Menatap kedua putrinya) Kalian juga tidak boleh kalah dari Bawang Putih! Kalian juga harus pergi ke hutan dan menolong Peri! Kalian harus bisa mendapatkan pangeran yang lebih tampan, dan lebih kaya... Bawang Merah Tua dan Muda: Iya ma!

Maka karena keirian terhadap apa yang didapat Bawang Putih, Bawang Merah Bersaudara pun pergi ke Hutan. Disana mereka pun menemui seorang peri.

Peri Jahat: Aduh..., jaman sekarang harga barang pada mahal! Beli minyak tanah mahal! Beli gas juga mahal! Yah yang paling murah ini yah mungut kayu bakar di hutan... (tiba-tiba jatuh) Aduh..., sialan banget sih! Pakek jatuh segala, mana keseleo lagi! Bawang Merah Tua dan Muda: (Berebut menolong Peri Jahat) Bawang Merah Tua: Aduuh... kamu tidak apa-apa kan??? Bawang Merah Muda: Iya, kamu tidak apa-apa kan!? Peri Jahat: (melepaskan diri dari Bawang Merah bersaudara) Apaan sih megang-megang! Gak usah sok baik ya! Bawang Merah Tua: Idih..., uda di tolongin malah sewot! Gak tau terima kasih banget sih! Bawang Merah Muda: Bener banget! Harusnya kan seneng ditolongin, ini malah sok hebat... Peri Jahat: (Kesal) Heh! Aku emang hebat tauk! Aku bisa mengabulkan apapun keinginan orang! Bawang Merah Tua: Klo gitu kabulin keinginan kami dong! Peri Jahat: Enak aja..., emang zaman sekarang ada yang geratis! Kalau mau sesuatu, kalian harus menuruti kata-kataku dulu! Bawang Merah Muda: Emang kamu mau apa? Peri Jahat: Ah..., yang mudah-mudah ajalah..., aku mau kalian ngumpulin kayu bakar buatku..., terus cariin aku makanan, terus beliin aku baju baru, terus... Bawang Merah Tua: Aduuh... banyak banget sih maunya! Kamu kumpulin kayu bakar ajalah! Gak usah yang lain-lain!!!

Bawang Merah Muda: Bener Banget! Kumpulin kayu bakar kan juga uda susah! Jadi kumpulin kayu bakar ajalah. . . Peri Jahat: Yaelah, uda gak pake iklas, malah minda potongan harga juga! Ya udalah, daripada nggak sama sekali! Kumpulin gih kayu bakarnya! Bawang Merah Tua dan Muda: (Mengumpulkan kayu bakar asal-asalan) Bawang Merah Tua: Ini kayu bakarnya! Sekarang kabulin keinginan kami! Peri Jahat: (kesal) Kalian mau apa emangnya? Bawang Merah Muda: Kami mau dilamar sama Pangeran tampan yang kaya! Peri Jahat: Yaelah, kirain apaan..., tunggu aja disini, bentar lagi juga pasti ada Pangeran yang lewat, dia pasti mau ngelamar kalian! Bawang Merah Tua: Yang bener nih? Bawang Merah Muda: Iya tuh, bener gak nih? Peri Jahat: Terserah mo percaya ato nggak! Aku mau pergi dulu! (mengambil kayu bakar yang telah di kumpulkan dan berjalan pergi) Pangeran Jahat: (Memasuiki Hutan dan langsung melihat Bawang Merah Bersaudara) Wah..., tangkapan besar nih! Ada dua cewek cantik di tengah hutan. Sendirian lagi! Bawang Merah Tua: (melirik kearah Pangeran) Sst..., beneran ada pangeran lewat tuh! Bawang Merah muda: (Ikut ngeliatin Pangeran) Ih, iya..., mana ganteng lagi... Pangeran Jahat: (Mendekati Bawang Merah bersaudara) Cewek ... mau jadi istriku nggak? Aku banyak duitnya lho! Mana ganteng lagi! Bawang Merah Tua: Mau dong... Bawang Merah Muda: (menyikut Bawang Merah Tua) heh! Jangan asal nyosor dong! Pangeran itu kan nayanya ke aku! Bawang Merah Tua: Enak aja..., dia itu nanya ke aku tauk! Bawang Merah Muda: Sok banget sih! Uda jelas dia itu nanya ke aku... Pangeran Jahat: Aduh..., stop! Stop! Tidak usah berebut begitu..., kalian berdua bisa sama-sama jadi istriku kok! Tapi aku harus bicara dulu dengan orang tua kalian!

Bawang Merah bersaudara: TENTU SAJA! AYO KITA PULANG!!!

Maka bersama Pangeran Jahat, Bawang Merah bersaudara pun pulang kerumahnya Ayah: (Terkejut melihat kedatangan Pangeran Jahat) Lha! Kok dalam sehari ada dua pangeran dateng ke rumahku?! Kali ini ada apa lagi? Bawang Merah Tua dan Muda: PAPA!! KAMI UDAH KETEMU CALON SUAMI KAMI LHO!!! Ayah: (Kaget) Yang bener kalian ini!? Masa pangeran itu mau jadi suami kalian?! Ibu Tiri: Aduh..., yah bisa dong..., Bawang Putih aja bisa, masa Bawang Merah Tua dan Bawang Merah Muda tidak... Pangeran Baik: Lho! Tapi kan itu Pangeran sudah Punya istri! Bawang Putih: (kaget) Trus dia mau ngapain kesini? Pangeran Jahat: Saya datang kemari untuk menjadikan Bawang Merah Tua dan Bawang Merah Muda ini menjadi istri ke-301 dan 302 saya! Mereka cantik-cantik, jadi pasti bisa nambah koleksi saya! Ibu Tiri: Apa?! Istri ke 301 dan 302?! Tidak bisa begitu dong!!! Bawang Merah Tua: Iya bener! Kami kan gak mau di duain!!! Bawang Merah Muda: Bener tuh! Kami mau jadi ratu tauk bukan Selir!!! Pangeran Jahat: (Menggebrak meja) BERANI SEKALI KALIAN MENENTANG TITAH PANGERAN! KALAU AKU BILANG AKU MAU KALIAN JADI ISTRIKU MAKA KALIAN JADI ISTRIKU!!! GAK PAKE NOLAK-NOLAK!!! Ibu Tiri dan Bawang Merah Bersaudara: (Terdiam) Bawang Putih: Aduh..., Pangeran, jangan begitu..., anda tidak bisa berbuat seenaknya... Pangeran Jahat: (melirik Bawang Putih) Wah..., kamu cantik juga..., kamu juga sekalian jadi istriku yang 303 Pangeran Baik: Eits! Ngantri dong man! Aku duluan nih! Bagianmu itu tuh Bawang Merah bersaudara tauk! Pangeran Jahat: Cih! Yah sudahlah, dapet dua juga gak masalah..., ayo kalian berdua ikut aku!

Ibu Tiri: Enak saja! Kalau mau membawa mereka berdua harus membawa aku juga! Pangeran Jahat: (Melirik Ibu Tiri) Yah, boleh jugalah, istana kebetulan masih kekurangan pelayan! Kamu boleh ikut! Ayah: T, tunggu dulu Pangeran... saya... Pangeran Jahat: Apa kau mau melawan titah Pangeran? Ayah: (Terdiam) Pangeran Jahat: (Tertawa) Benar kamu lebih bagus diam saja! Ayo kita pergi!!! (Menarik Bawang Merah Bersaudara dan Ibu tiri pergi) Bawang Putih: (berusaha mengejar Ibu dan saudara tirinya) T, Tunggu!! Pangeran Baik: (menahan Bawang Putih) Jangan dikejar Bawang Putih, bahaya! Ibu Tiri: Anak-anak bodoh! Kok malah dijadiin Selir sih?! Bawang Merah Tua: Bukan salah kami! Itu salah peri sialan tadi!!! Kok kami dijadiin selir!!! Bawang Merah Muda: Bener! Mana kami uda capek-capek kerja lagi!!! Peri Jahat: (Tiba-tiba muncul) Enak aja pake ngomelin orang! Kan kalian yang mau jadi istri Pangeran jadi aku kabulin deh! (Menoleh kearah Pangeran) Heh! Uda ngambil barang gak bayar! Bayar dulu dong, seorang 500.000.000! Pangeran Jahat: Dasar Per Matre! Nih duitnya! (Menyerahkan duit pada Peri Jahat) Peri Jahat: (Merampas uangnya) Gitu dong! Zaman sekarang kan emang gak ada yang geratis...(melenggang pergi) Pangeran Jahat: Cuma ngasi info aja belagu! Udalah aku mau pergi! (melirik kearah Ibu Tiri dan Bawang Merah bersaudara) Ayo kalian semua jalan! (Pangeran Jahat, Ibu Tiri dan Bawang Merah Bersaudara meninggalkan setting) Ayah: Ya Tuhan..., Apa yang sebenarnya terjadi ini?? Bawang Putih: Yah, sudahlah Yah, paling tidak kita tidak kenapa-kenapa. Ibunda dan Bawang Merah Bersaudara pasti tetap akan hidup enak di Istana... Pangeran Baik: Benar, mereka akan menjadi selir Pangeran, jadi mereka tetap akan hidup enak kok!

Peri Baik: (Tiba-tiba muncul) Aduh..., kok malah mikirin orang lain sih! Ayo dong! Lamarannya udah diterima belom... Bawang Putih: (Menunduk malu) u, udah... Peri Baik: Wah!!! Kalau begitu selamat Ya!!!

Begitulah, akhirnya Bawang Putih menikah dengan Pangeran baik dan bersama ayahnya hidup bahagia di Istana Pangeran baik, sementara Ibu Tiri dan Bawang Merah bersaudara harus rela menerima kenyataan bahwa mereka hanya dijadikan selir dan Pelayan oleh Pangeran Jahat, dan itu artinya, mereka sama sekali tak mendapatkan hak untuk mendapatkan harta kerajaan hingga mereka akhirnya hidup sengsara selamanya.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai