Anda di halaman 1dari 20

Bahan dan Komposisi: 200 kg hijau daun atau sampah dapur. 10 kg dedak halus. kg gula pasir/gula merah.

. liter bakteri. 200 liter air atau secukupnya. Cara Pembuatan: Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air. Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan. | [ information and publish learning | WordPress.com site untuk belajar, bekerja dan sharing ] Home About SekarMadjapahit Author Profile Contact TANAM PADI SISTEM JAJAR LEGOWO PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) PADI SAWAH MEMBUAT KOMPOS SECARA SEDERHANA

Membuat Kompos Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hara bagi tanaman dalam usaha tani berbasis pertanian organik dapat dilakukan dengan membuat kompos secara sederhana. Sesuai konsep pertanian organik yaitu menekankan penggunaan bahan-bahan dari alam sehingga semua bahan yang digunakan dalam usaha tani (bertani) harus menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, dedak dan kotoran hewan.

Salah satu elemen penting yang dibutuhkan tanaman adalah pupuk. Pupuk organik bisa didapatkan dari sisa tanaman dan kotoran hewan. Secara alami bahan-bahan tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman, oleh karena itu diperlukan proses atau perlakuan agar bahan-bahan tersebut lebih cepat terdekomposisi. KOMPOS adalah bahan organik yang telah membusuk Karena proses fermentasi. Bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan atau campuran dari keduanya. Kompos sangat kaya nutrisi atau hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Membuat kompos dapat dilakukan secara sederhana dengan memanfaatkan limbah rumah tangga, sampah organik dan hijauan daun. Bahan baku membuat kompos relatif mudah diperoleh dari lingkungan sekitar rumah bahkan sisa limbah dapur yang berupa sisa sortiran sayur dan buah yang tidak dikonsumsi juga merupakan bahan baku kompos yang baik. Berikut saya coba paparkan cara sederhana membuat kompos menggunakan bahanbahan yang mudah didapat dari lingkungan sekitar dan mudah dipraktekkan dalam skala rumah tangga. Dengan menggunakan bahan organik maka kita telah menghormati dan menjaga kelestarian alam beserta semua ekologi dan ekosistemnya. Berbeda dengan pupuk kimia dan bahan kimia lain, bahan organik memiliki kelebihan mudah diuraikan dan tidak meninggalkan residu atau racun yang berbahaya sehingga aman untuk kelestarian lingkungan. selain itu aplikasi pada tanaman pangan, buah dan hortikultura dari produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Demikian sedikit informasi tentang membuat kompos secara sederhana semoga dapat diambil manfaatnya dan pintu selalu terbuka lebar untuk komentar, saran maupun kritik yang membangun dari anda yang telah berkunjung ke blog kami dan membaca artikel ini. - disusun dari berbagai sumber About these ads Rate this: 2 0

Rate This Share this:


Twitter Facebook10 LinkedIn Tumblr Email Print More

cara membuat kompos, kompos dari limbah rumah tangga, membuat kompos secara sederhana, pupuk dari bahan organik, pupuk organik

This entry was posted on 02/02/2012, 3:48 am and is filed under PERTANIAN ORGANIK. You can follow any responses to this entry through RSS 2.0. You can leave a response, or trackback from your own site.

COMMENTS (2)

1. #1 by kasan on 20/02/2013 - 7:53 pm Artikel yang sederhana tapi sangat bermanfaat ..Ok banget 1 0 Rate This Reply

2. #2 by Aksesoris Mobil on 14/03/2013 - 9:55 am Good share gan. saya suka bercocok tanam. kalau bisa buat pupuk sendiri kayaknya lebih hemat. thanks. 0 0 Rate This Reply Kolom Komentar Enter your comment here...

Fill in your details below or click an icon to log in: (Address never made public) ( Log Out / Change ) ( Log Out / Change ) ( Log Out / Change )

Search

FEATURED BANNERS

ARTIKEL TERBARU PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) PADI SAWAH MEMBUAT KOMPOS SECARA SEDERHANA TANAM PADI SISTEM JAJAR LEGOWO PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT BUDIDAYA PADI DI LAHAN PASANG SURUT INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN TANAMAN PANGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA LAHAN KRITIS KATEGORI ARTIKEL

HAMA dan PENYAKIT KONSERVASI PERTANIAN ORGANIK USAHA TANI FEATURED TEXT ADS JC EBI POTATO Keripik Kentang Sehat dan Kaya Manfaat. Untuk Pemesanan KLIK DI SINI ! Tertarik Menjadi Pemasar Produk Kami, silahkan KLIK DI SINI !

FEATURED LINK EXCHANGE AndiMobileBLOG

CeNTongKaleng.Wp.COM

Eone87.WordPress.COM

HiuDiary.WordPress.COM

Kutulis.COM

LombokDihatiBLOG

Mila804.WordPress.COM

Ngeblogging.WordPress.COM

PuyuhJaya.WordPress.COM

WahyuAskariBLOG FEATURED BACK LINK SITE

Cara Membuat Kompos

Sampah organik diyakini sebagai penyumbang terbesar meningkatnya akumulasi sampah berbagai kota di Indonesia karena umumnya sampah organik merupakan komposisi sampah terbesar, yakni sekitar 60-70%. Dilatarbelakangi oleh semakin terbatasnya lahan yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maka perlu dilakukan upaya-upaya mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA dimulai dari sumbernya (rumah tangga). Salah satu upaya mengurangi sampah yang dibuang ke TPA dapat dilakukan melalui pemanfaatan sampah organik dengan metode pengomposan. Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan non-organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme berupa bakteri, jamur, juga insekta dan cacing. Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menghasilkan produk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan baku alami. Selain itu, masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal. Unsur hara dalam pupuk kompos ini juga bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan serta dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah sehingga tanah akan kembali produktif. Klasifikasi pengomposan berdasarkan ketersediaan oksigen yang diperlukan pada proses pembuatannya dapat dikelompokkan menjadi aerobik (bila dalam prosesnya menggunakan oksigen/udara) dan anaerobik (bila dalam prosesnya tidak memerlukan adanya oksigen). Pengomposan aerobik lebih banyak dipilih karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, serta temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis. Lingkup pengomposan yang paling kecil dapat dimulai dari skala rumah tangga. Pengomposan skala rumah tangga maupun skala lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan metode tanam di tanah, metode keranjang takakura dan metode komposter sederhana dalam gentong atau drum plastik. Metode pembuatan kompos yang paling sederhana kita ambil dengan menggunakan komposter sederhana yang relatif sangat mudah dibuat. Kita dapat memanfaatkan gentong atau drum plastik bekas wadah cat untuk digunakan sebagai wadah pembuatan kompos. Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat mudah dilakukan, yaitu :

a. Penyiapan wadah pembuatan kompos Sediakan ember, pot bekas, ataupun wadah lainnya, upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya. b. Penyiapan bahan baku kompos Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran 5 cm. c. Pembuatan tumpukan Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang. d. Penyiraman Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%. e. Pemantauan suhu Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 C. f. Pengayakan Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya. g. Pengemasan Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan. Kualitas kompos yang dihasilkan tergantung pada kandungan-kandungan yang ada

dalam kompos tersebut. Kualitas kompos juga tergantung pada material-material lain yang dicampurkan dalam materi organik tersebut. Apabila kompos terbuat dari bahan baku sampah organik, maka pemilahan harus dilakukan secara ketat sehingga bahan-bahan yang merugikan terhadap kualitas pupuk kompos dapat dihindari. Ciriciri kompos yang yang berkualitas baik antara lain tidak berbau (bau tanah), warna coklat kehitaman, PH netral, rasio karbon/nitrogen: 15 20, kadar air kompos 30 % serta bebas bakteri patogen. Berbeda dengan produk dari sampah anorganik, pupuk kompos yang merupakan hasil pengolahan dari sampah organik, kualitasnya relatif dapat dikontrol. Namun demikian, pupuk kompos pun tidak dapat disamakan dengan pupuk kimia. Secara jangka pendek, pupuk kimia akan kelihatan menguntungkan, namun dalam jangka panjang akan merusak unsur hara dalam tanah. Berbeda dengan pupuk kompos, justru akan memperkaya unsur hara dalam tanaman.

Berikut ini cara pembuatan pupuk yang ramah lingkungan yaitu pupuk kompos yang berasal dari sampah tanam-tanaman dan sampah rumah tangga Karena sampah tanam-tanaman dan sampah rumah tangga kalau dibiarkan akan menimbulkan penyakit, maka sampah tersebut akan di jadikan Pupuk Kompos yang tadinya sampah sekarang jadi pupuk. Inilah dia caranya: kumpulkan sampah 500 kg yang organic dan non organic sampah rumah tangga, sampah sampah ini di potong kecil-kecil baik secara manual maupun memakai mesin pemcacah sampah ,sampah yang terpotong kecil dicampur dedak 1 kg hingga rata ,setelah itu masukkan 20 mm EM 4 yang merupakan bakteri Fermentasi dan di campur dengan 20 mm Molase dan air tanah, air tanah mutlak diperlukan karena mempertahan kan mikroba yang diperlukan untuk kesuburan tanaman , campuran bahan kimia tersebut dipercikkan kedalam sampah yang bercampur dedak ,kelembaban sampah harus dijaga hingga mencapai 40 % kandungan air. Setelah selesai sampah di masukkan kedalam karung selama 5 hari dengan kondisi suhu sampah 500 C setelah dua hari kemudian sudah terjadi Fermentasi dan pupuk kompos telah siap di gunakan . Sampah harus terlindung dari hujan dan sengatan matahari jika di taruh dalam ketinggian maksimal 40 cm maka sampah akan berubah jadi pupuk Kompos. | CARA MEMBUAT PUPUK KOMPOS

Tidak banyak yang menyadari bila setiap hari kita memproduksi sampah yang jumlahnya terus meninggi. Dan, kita juga tidak banyak menyadariya kian hari kian sulit untuk membuang sampah. Bagaimana Cara membuat pupuk kompos Karena volume yang terus meninggi, lahan TPA (tempat pembuangan akhir sampah) cepat habis. Dan untuk memperluasnya tidaklah mudah. Reaksi warga di sekitar TPA juga keras ketika mendengar ada rencana perluasan. Mencari lahan TPA baru, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa lebih sulit lagi. Warga sekitar dengan keras selalu menolaknya. Mereka tidak rela bila pemukiman berdekatan dengan tumpukan sampah. Ya.. siapa yang mau hidup di lingkungan yang hampir tiap hari menghirup udara busuk. Ada satu cara untuk menanggulangi makin menggunungnya sampah. Jika setiap rumah tangga memanfaatkan sampah organiknya untuk pupuk alami (kompos) bisa dihitung berapa pengurangan volume sampah yang terjadi. Cara Membuat pupuk kompos sendiri dari sampah organik tidaklah sulit. Berikut ini adalah cara membuat pupuk kompos. 1. Kompos Jadi Siap Pakai Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya : 1. Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah 2. Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk 3. Jemur sampai kering, lalu ayak 4. Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.

Bahan: 1. 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage) 2. 6,5 m3 kulit buah kopi 3. 750 kg kotoran ternak memamah biak ( 50 kaleng ukuran 20 liter) 4. 30 kg abu dapur atau abu kayu Cara Membuat

1. Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan. 2. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak. 3. Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu. 4. Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi. 5. Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan. 6. 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -3 bulan kompos sudah cukup matang. 7. Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja. 8. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro ataulainnya.

2. Kompos Sistem Bogor Bahan : 1. Sampah mudah lapuk (garbage) 2. Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak. 3. Kotoran ternak memamah biak 4. Abu dapur atau abu kayu Cara Membuat: 1. Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter. 2. Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipistipis dan merata. 3. Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm. 4. Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak. 5. Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal 10 cm. 6. Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari. 7. Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang. 8. Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan. 3. Kompos Sistem Terowongan Udara Membuat kompos dengan sistem terowongan udara, yaitu dengan menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas segitiga panjang yang terbuat dari bambu atau kayu. Bahan : 1. Daun, rumput 2. Sampah organik Cara membuat: 1. Buat terowongan segitiga. 2. Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira : tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan berdampingan.

3. Tumpuklah daun dan bahan yang lain diatas satu terowongan udara & biarkan yang satunya. 4. Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab. 5. Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru di atas terowongan yang lama. 6. Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya kehitaman semua). 7. Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos. 8. Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda.

4. Kompos Rumah Tangga Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 4565C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari. Bahan : 1. Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. 2. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. 3. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap. Cara Membuat : 1. Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat. 2. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan . 3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk. 4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi. 5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator. 6. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.

7. Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

skip to main | skip to sidebar PUSTAKA PERTANIAN Karena Negeri Kita Negeri Agraris Home Posts RSS Comments RSS Edit Sabtu, 21 Januari 2012 GREEN HOUSE

Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green house biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut. Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan percobaan penanaman tanaman diluar musim oleh para mahasiswa , para peneliti, para pengusaha dan praktisi disemua bidang pertanian. Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal. Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki. Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain : Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah. Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai. Kekurangan dan kelebihan curah hujan. Gangguan hama dan penyakit.

Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman. Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan. Ekses polutan akibat polusi udara. Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain : Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang. Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman. Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur. Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit. Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu. Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan. Manfaat apa saja yang didapat jika menggunakan green house , hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengaturan jadwal produksi. Dunia pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat menimbulkan kerugian. Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Untuk itu perlu sekali mengurangi ketergantungan pada lingkungan luar menggantikan dengan mikroklimat yang diatur. Dengan demikian dapat dijadwalkan produksi secara mandiri dan berkesinambungan. Sehingga konsumen tidak perlu kehilangan komoditas yang dibutuhkan, juga kita tidak perlu membanjiri pasar denganb jenis komoditas yang sama yang menyebabkan harga anjlok. 2. Meningkatkan hasil produksi Pada luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai hidroponik. Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi . 3. Meningkatkan kualitas produksi Ekses radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi. Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun bentuk visual produk. 4. Meminimalisasi pestisida Green house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun.

Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan lembaran PVC sheet. 5. Aset dan performance Saat ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional. Dengan adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan yang menggunakannya. 6. Sarana agrowisata Green house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.

Mudahnya Membuat Kompos

Sampah organik diyakini sebagai penyumbang terbesar meningkatnya akumulasi sampah berbagai kota di Indonesia karena umumnya sampah organik merupakan komposisi sampah terbesar, yakni sekitar 60-70%. Dilatarbelakangi oleh semakin terbatasnya lahan yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maka perlu dilakukan upaya-upaya mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA dimulai dari sumbernya (rumah tangga). Salah satu upaya mengurangi sampah yang dibuang ke TPA, SMA Negeri 8 Bandung telah melakukan melalui pemanfaatan sampah organik dengan metode pengomposan. Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan non-organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme berupa bakteri, jamur, juga insekta dan cacing. Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menghasilkan produk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan baku alami. Selain itu, masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal. Unsur hara dalam pupuk kompos ini juga bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan serta dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah sehingga tanah akan kembali produktif. Klasifikasi pengomposan berdasarkan ketersediaan oksigen yang diperlukan pada proses pembuatannya dapat dikelompokkan menjadi aerobik (bila dalam prosesnya menggunakan oksigen/udara) dan anaerobik (bila dalam prosesnya tidak memerlukan adanya oksigen). Pengomposan aerobik lebih banyak dipilih karena tidak

menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, serta temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis. Lingkup pengomposan yang paling kecil dapat dimulai dari skala rumah tangga. Pengomposan skala rumah tangga maupun skala lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan metode tanam di tanah, metode keranjang takakura dan metode komposter sederhana dalam gentong atau drum plastik. Metode pembuatan kompos yang paling sederhana kita ambil dengan menggunakan komposter sederhana yang relatif sangat mudah dibuat. Kita dapat memanfaatkan gentong atau drum plastik bekas wadah cat untuk digunakan sebagai wadah pembuatan kompos. Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat mudah dilakukan, yaitu : 1. Penyiapan wadah pembuatan kompos Sediakan ember, pot bekas, ataupun wadah lainnya, upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya. 2. Penyiapan bahan baku kompos Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran 5 cm. 3. Pembuatan tumpukan Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang. 4. Penyiraman Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.

5. Pemantauan suhu Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu

posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 C. 6. Pengayakan Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya. 7. Pengemasan Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan. Kualitas kompos yang dihasilkan tergantung pada kandungan-kandungan yang ada dalam kompos tersebut. Kualitas kompos juga tergantung pada material-material lain yang dicampurkan dalam materi organik tersebut. Apabila kompos terbuat dari bahan baku sampah organik, maka pemilahan harus dilakukan secara ketat sehingga bahan-bahan yang merugikan terhadap kualitas pupuk kompos dapat dihindari. Ciriciri kompos yang yang berkualitas baik antara lain tidak berbau (bau tanah), warna coklat kehitaman, PH netral, rasio karbon/nitrogen: 15 20, kadar air kompos 30 % serta bebas bakteri patogen. Berbeda dengan produk dari sampah anorganik, pupuk kompos yang merupakan hasil pengolahan dari sampah organik, kualitasnya relatif dapat dikontrol. Namun demikian, pupuk kompos pun tidak dapat disamakan dengan pupuk kimia. Secara jangka pendek, pupuk kimia akan kelihatan menguntungkan, namun dalam jangka panjang akan merusak unsur hara dalam tanah. Berbeda dengan pupuk kompos, justru akan memperkaya unsur hara dalam tanaman.

Ini cara membuat kompos dari sampah rumah tangga dengan cara yang paling sederhana.

Kompos definisinya adalah material organik yang sudah didekomposisi dan digunakan sebagai pupuk dan penyubur tanah. Kompos juga merupakan bahan penting dalam pertanian organik yang sedang in sekarang ini. Ada beberapa cara membuat kompos: aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara), dengan bantuan cacing dll. Bahan baku kompos bisa dari apa saja asal organik seperti: tumbuhan, kotoran ternak, sampah organik, bahkan kotoran manusia. Yang kita buat disini adalah cara membuat kompos secara aerob dan bahan bakunya dari sampah halaman dan dapur. Ada empat hal yang diperlukan dalam membuat kompos, yang sederhananya seperti ini: 1. Bahan warna hijau. Bahan warna hijau ini maksudnya yang banyak mengandung Nitrogen (N). Untuk proyek ini hijauan ini didapat dari sampah dapur, daundaunan dan rumput dari halaman. 2. Bahan warna coklat. Maksudnya Karbon (C) dan biasanya berwana coklat, misalnya: sekam, jerami, gergajian kayu, dedaunan kering, ranting kering, potongan kertas dan kardus. 3. Kelembaban. 4. Udara. Perbandingan bahan hijau dan coklat supaya pengomposan berjalan cepat kira-kira 1:1. Penyiraman dan membalik-balik kompos dilakukan seminggu sekali. Kalau proses pengomposan berjalan baik kompos akan bersuhu hangat akibat aktivitas mikroorganisma sehingga pembusukan berjalan cepat. Untuk komposternya saya memakai komposter model putar. Keunggulannya komposter ini tertutup sehingga tidak diganggu tikus, mudah dibolak balik, kompos mudah dikeluarkan dengan sekop dan ukurannya cukup besar. Sebetulnya semua jenis kontainer bisa digunakan sebagai komposter. Lebih baik bertutup supaya tidak dikorek-korek tikus, jangan lupa dilubang-lubangi bagian bawah dan sampingnya supaya cairan bisa keluar dan ada udara. Simpan di halaman diterik matahari atau teduh sebagian. Caranya: 1. Isi komposter dengan sekam 1 kantung (seukuran bantal).

2. Masukkan kompos yang sudah jadi 1 sekop (untuk inokulan/biakan bakteri) atau tanah kalau tidak ada. 3. Kalau sudah ada sampah dapurnya dimasukkan saja. 4. Siram sedikit sampai lembab 5. Putar komposternya. Sampah dapur sebaiknya sudah dibilas. Supaya tidak menambah pemakaian air dan pekerjaan taruh baskom saringan dengan tutupnya di sink /keran cucian piring dan masukkan sampah dapur kesitu. Otomatis kalau mencuci piring sampah tercuci juga. Kalau hampir penuh baru masukkan kedalam komposter. Kalau sampah sudah mulai banyak, tambah lagi sekamnya. Kalau tidak kompos jadi terlalu berair dan berbau. Sisa daging/ayam sebaiknya tidak dimasukkan, kalau saya diberikan ke kucing liar yang mampir reguler. Tulang-tulangnya saya masukkan ke komposter. Isi terus komposter sampai penuh, jangan lupa dibolak balik seminggu sekali. Kalau sudah penuh putar seminggu sekali, dan panen komposnya kalau warnanya sudah menghitam (kurang lebih dua bulanan). Kota seharusnya mengolah sampah bukannya membuangnya begitu saja ke satu area sehingga mengakibatkan masalah kesehatan, lingkungan dan sosial. Pembuatan kompos ini bisa membantu mengurangi sampah kota. Kapan ya para walikota mulai mengolah sampah kota?

Anda mungkin juga menyukai