Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan A.

Latar Belakang Islam adalah agama yang syamil (Universal) dan kamil (Sempurna) yang dijadikan oleh Allah Subhanahuwa taala sebagai rahmad bagi alam semesta. Islam juga telah menjadi agama yang memiliki yang tinggi dan mulia. Dalam islam seluruh aspek kehidupan manusia telah diatur sehingga derajatnya menjadi lebih mulia ketimbang makhluk lainya. Manusia telah menjadi makhluk yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa taala sebab manusia telah dikaruniai akal yang membedakanya dengan makhluk yang lain. Kinerja akal melahirkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan akal manusia dapat berfikir sehingga dapat berkreasi dan berkarya. Dengan akal tersebut , maka tidak perlu diragukan lagi kalau akhirya akal mampu menghantarkan manusia sebagai makhluk mulia yang mempunyai peradaban. Hasil karya dan kreasi akal tidak akan berarti apa-apa bila tidak diimbangi oleh nilai-nilai agama. Kenyataan telah banyak membuktikan bahwa pengetahuan yang tanpa diimbangi nilai-nilai agama hanya akan melahirkan banyak kemudaratan. Oleh sebab itu Islam mengatur niai-nilai tersebut dengan tujuan hasil kreasi akal dapat menjadi Maslahat (Kebaikan) bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sains Islam mengalami puncak kejayaanya pada abad pertengahan , sebagai masa pembaruan sains Islam melalui terjemah-terjemah terpilih dari pekerja-pekerja klasik donation sains (sumbangan pegetahuan), daari sumber-sumber Syria, yunani, Pahlevi, Nestoria, Sangsekerta kedalam bahasa Arab. Dan seiring meluasnya negeri Islam, yang melputi berbagai suku bangsa, ras dan bahasa dengan penduduknya, disamping yang telah masuk Islam, masih menganut agama Yahudi, Kristen, Kafir Yunani Romawi dan Hindu, serta berkebudayaan Mesir, Turki, Romawi, Yunanidan Parsi, sebagai bentuk upaya untuk menjalankan nastiti (Policy) ketatanegaraan, hukum dan penyebaran Islam secara tepat dan mengenai sasarannya, merekapun perlu mempelajari bahasa dan sastra, tata Negara, kebudayaan dan sejarah beragam tersebut. Umat Islam mendapati adanya warisan karya-karya Yunani klasik dimana ajaran filsafat dan sains dapat ditemui. Sejak itulah dirasakan perlunya kegiatan penerjemahan agar orangorang Muslim dapat menyerap ilmunya. Merekapun mempelajari ilmu teori yang diarahka dari buku-buku Yunani dan lain-lainya, yang pada akhirnya negeri-negeri di Arab seperti di Baghdad, Kordova, Kairo, Damascus dan Tunis menjadi telaga ilmu Islam, Filsafat dan sains lainnya.

Inilah masa dimana sains Islam mengalami perkembangan yang cukup hebat. Supremasi sains dan pengetahuan Islam di dunia berlangsung kurang lebih 500 hingga 600 tahun. Bangunan Ilmiyah Islam semakin disempurnakan oleh kekuasaan Islam di Andalusia, Spanyol dari tahun 719 M hingga jatuhnya Granada pada 1492 M.

B. Islam Sebagai Prisoner Sains Barat Sains Islam dikebangkan oleh kaum Muslim sejak abad II H, yang tentunya menjadi salah satu pencapaian besar dalam peradaban Islam. Berangkat dari situlah, maka pada masamasa selanjutnya, sains Islam mempunyai pengaruh dan peranan signifikan, bahkan dapat dikatakan tidak aka nada sains Abad pertengahan, Renaisance, dan selanjutnya sampai ke tangan Barat, bila para ilmuwan muslim tidak menyelamatkanya. Sains Islam lalu menjadi salah satu studi paling penting tentang alam yang erat kaitanya sebagai semesta religious yang niscaya berhasil dicapai olehnya. Dalam rentang waktu kurang dari 700 tahun, sejak abad ke 2 H hingga ke 9 H, Peradaban Islam menjadi suatu peradaban yang paling produktif bila dibandingkan peradaban manapun diwilayah sains, dan sains Islam nyata-nyata ada digaris terdepan dalam berbagai kegiatan keilmuan. Meski mulai abad ke-9 H, sains Islam kegiatanya berangsur-angsur berkuraang, tetapi tidak berarti mati sama sekali. Pentingnya sains Islam dan juga perananya dalam pembentukan sains dibarat tidak lain disebabkan oleh adanya keluasan subjeknya yang memerlakukan perlakuan berbeda-beda. 1. Perlu dipahami bahwa sains Islam tak sekedar sebagai kelanjutan atas sains Yunani serta leluhur sains Barat, tetapi tidak lebih dari penghubungan antara sains kepurbakalaan, Yunani dan Alexsadria, dengan sains Barat yang mendominasi peta keilmuan selama beberapa abad. 2. Walaupun mereka mempengaruhi sains Barat, namun sain Islam secara mandiri telah menelaah watak fenomena, hubungan antar berbagai bentuk obyek mulai dari macammacam mineral hingga tumbuhan dan hewan, makna perubahan dan perkembangan dialam serta akhir tujuan ala mini. Seluruh subyek ini ditelaah oleh sains Islam dibawah

cahaya ajaran Al-Quran dan Hadits dan menjadi sebentuk sains eksak dan kuantitatif seperti Matematika dan Astronomi. Sudut pandang Islam yang independen dan berbeda dari kerangka Filsafat sains Barat, tentunya harus selalu diingat agar dapat mengapresiasi secara utuh pentingnya sains Islam untuk Islam sebagai Agama dan untuk peradaban Islam. Para Ilmuwan dibidang sains dan teknlogi pun akhirnya berlomba-lomba membawa kebesaran peradaban Islam pada abad pertengahan. Pada abad ke-6 hinggan abad ke-14 M, peradaban Islam menghasilkan banyak karya Ilmiyah dibidang sains dan teknologi. Sebagai contoh atau gambaran atas kegemilangan sains dan teknologi pada masa itu, kita kutip peryataan George Sarton dalam bukunya yang berjudul Introduction to the Histori of science mengatakan bahwa Cukuplah kita sebut nama nama besar tak tertandingi pada masa itu oleh orang Barat: Jabir ibn Hayyan, Al-kindi, Al-Khawarizmi, Al-Faraghani dan masih banyak yang lain. Mereka hidup dan berkarya dalam priode yang amat singkat dari 750 hingga 1100 M. Demikian juga Jackson J. Spievogel merefleksikan kontribusi kaum muslim dalam bidang budaya dan ilmu pengetahuan dan dampaknya kepada timbulnya peradaban Barat, ia menjelaskan: Umat Muslim tidak men ciptakan budaya cosmopolitan yang sangat brilian. Pada waktu Eropa Barat masih berada dalam kehidupan pedesaan dengan kampung-kampung kecilnya, selama abad-abad pertama dari dominasi kerajaan Arab. Dunia Islamlah yang menyelamatkandan menyebarkan Ilmu pengetahuan dan karya-karya Filosof Yunani kuno yang tidak dikenali di Eropa. Karya-karya besar Pelato dan Aristotels kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Karya-karya itu kemudian dijaga didalam perpustakaan yang dikenal dengan sebutan House of Wisdom (Bait Al-Hikmah) di Bagdhad, dimasa karya itu dibaca dan dipelajari Ilmuwan-ilmuwan Muslim. Perpustakaan itu juga memuat buku-buku Matematika yang dibawa dari India. Pengkajian atas teks-teks kuno itu juga ditolong dengan pengunaan kertas. Pembuatan kertaskertas sudah berdiri diBaghdad pada masa itu, penjual buku dan Perpustakaan-perpustakaan dapat mengambil manf aat darinya. Universitas-universitas Eropa kemudian memanfaatkan ilmu pengetahuan Islam setelah karya-karya tersebut diterjemahkan kebahasa Latinkan hanya yang sebelumnya bahasa Arab.Ilmuwan Muslim bukan hanya dipuji karena banyak menyumbangkan banyak ilmu pengetahuan ke Barat, tetapi juga karena mereka sudah memajukan dunia mereka

sendiri. Avicenna adalah seorang dari banyaknya ilmuwan-ilmuwan Muslim yang karyakaryanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sehingga dapat membantu kehidupan intelektual di Eropa pada abad ke-12 dan 13. Setelah abad keemasan Islam mengalami Pasang surut hingga akhirnya mencapai puncaknya yakni ketika tentara Kristen mengusir mereka dari Sepanyol, serta orang-orang mongol menyerang dan merusak bagian-bagian dari negeri-negeri Islam pada abad ke-13, serta adanya konflik Internald di antara sesamanya, maka perlahan-lahan mereka terasa terhanti. Setelah Barat berhasil menyerap segala mata rantai sains, kini mereka menjadi lebih berbeda dan kuat dibandingkan peradaban-peradaban lain. Terlebih setelah adanya seri perubahan revolusioner seperti revousi keilmuan, revolusi Prancis, revolusi Industri, profesionalisasi ilmu, interaksi rapat antara ilmu dan teknollogi dan revolusi-revolusi abad 20 dalam ilmu yang saling berkesinambungan yang pada akhirnya tidak hanya mempengaruhi Barat itu sendiri, tetapi juga seluruh dunia. Dan bilamana diperhatikan, fakto-faktor yang paling penting dalam revolusi-revolusi ini adalah sains dan teknolgi.

C. Tujuan Agama dan Sains Dalam pandangan saintis sekuler Agama dan sains memiliki perbedaan yang sangat jauh dan sukar dipertemukan. Bidang kajian agama adalah alam metafisik, sedangkan bidang kajian sains adalah alam empiris. Sumber agama dari Tuhan, sedangkan sains dari alam. Pendekatan agama deduktif emosional, sedangkan sains induktif rasional. Agama bersifat subjektif, sedangkan sains objektif. Ukuran agama adalah Mukmin atau kafir, sedangkan sains benar atau salah. Agapan yang demikianmenunjukan bahwa titik singgung antara agama dan sains hamper tidak ada. Dan kalaupun ada secara umum terletak pada kesamaan subjek yaitu manusia. Namun jika diamati secara lebiih mendalam, terutama dalam segi asal usul dan tujuan agama dan ilmu, akan tampak titik temu persamaan antara agama dan sains. Dari segi tujuan, agama bertujuan membimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia dan diakhirat. Adapun sains dan teknologi berfungsi sebgai sarana mempermudah aktifitas manusia didunia. Di sini tampak jelas bahwa titik singgung antara agama

dan sains, Yaitu kebahagiaan didunia menurut agama adalah persyaratan mencapai kebahagian diakhirat. Sedangkan sains adalah salah satu sarana untuk membahagiakan dan mempermudah aktivitas manusia didunia. Seperti teknologi mobil, dengan adanya mobil manusia bisa mempermudah aktivitasnya. Dari segi Persamaan antara agama dan sains dapat dilihat dari segi pelakunya yaitu samasama manusia. Agama dan sains sama-sama mengakui bahwa manusia merupakan makhluk yang tertinggi tingkatannya dibandingkan dengan makhluk lain. Dalam konsep Islam manusia dianggap sebagai khalifah di muka bumi. Tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Potensi yang tertinggi yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah akalnya. Adapun perbedaan antara agama dan sains, Adalah: kebenaran agama tidak perlu pembuktian secara empiris. Sedangkan ukuran kebenaran dalam sains harus dapat dibuktikan secara empiris. Agama dan sains memiliki titik singgung, terutama dalam hal kepentingan dan kebutuhan dari manusia. Manusia terdiri atas dua unsur, yaitu Jasmani dan Rohani. Jasmani manusia terbatas, alat inderanya terbatas. Namun, dengan kekuatan daya akal, alat indera itu dapat dimaksimalkan. Seperti tanggan yang pendek dapat dipanjangkan dengan teknologi, sehingga dia dapat menjangkau batu di bulan. Dengan demikian secara otomatis, manusia yang menguasai sains dan teknologi jiwanya senang dan bahagian. Mengapa, Sebab, dia dapat menikmati hidup ini dengan penuh kemudahan. Ketika kebutuhan fisik mempenuhi oleh sains dan teknologi, maka unsur jiwa memiliki kebutuhan tertentu. Diantara kebutuhan jiwa adalah ketenanggan dan kebahagiaan hidup. Sains dan tenologi memang dapat menjadikan maanusia berbahagia, tetapi agar kebahagian itu tidak bersifat materi semata, maka agama perlu memberikan nila sepiritual kedalam hidup manusia. Lagi pula, agar manusia tidak diperbudak oleh penemunnya sendiri. Kadangkala, orang yang memiliki mobil mewah, mau tidak mau cara berpakaian dan tempat makanya harus sesuai dengan model mobil yang dipakainnya. Fenomena ini menunjukkan dia tidak terstruktur oleh teknologi dan dia terpenjara oleh teknologi. Disini agama memberikan petunjuk bahwa manusia setiap saat harus mampu mengendalikan sains dan teknologi, bukan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai