Anda di halaman 1dari 36

1

USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN GAMBARAN PENYEBAB PASIEN PULANG PAKSA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ISLAM FAISAL

II. RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN

III. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan yang bermutu pada dasarnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi pelanggan. Jika pelanggan merasa bangga dan puas atau bahkan surprise dengan jasa yang diterima, akan memperlihatkan

kecenderungan yang besar, untuk menggunakan kembali jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Dampak langsung dari kepuasan pelanggan adalah adanya penurunan komplain dan peningkatan kesetiaan konsumen Rumah sakit adalah salah sartu perusahaan jasa yang menyediakan pelayanan kesehatan. jika pelanggan atau pasien merasa puas dengan mutu pelayanan rumah sakit tersebut maka ada kecenderungan untuk setia terhadap pelayanan rumah sakit. (Sukirman, Wibowo A : 2006)

Keberhasilan suatu perawatan dan pengobatan adalah kesembuhan penderita, sehingga penderita yang menurut pemeriksaan medis dan keperawatan sudah tidak memerlukan pengobatan dan perawatan rawat inap di rumah sakit, berdasarkan keputusan dokter diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit atau pulang. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa pasien rawat inap yang meninggalkan rumah sakit atas permintaan sendiri walaupun dokter belum memberikan keputusan kepada pasien untuk dapat pulang meninggalkan rumah sakit yang dinyatakan sebagai pasien pulang paksa. (Munap : 2007) Menurut Rahardjo (2005) dampak pasien pulang paksa terhadap rumah sakit antara lain adalah penurunan pendapatan rumah sakit, dalam jangka lama dapat menurunkan kinerja rumah sakit dan akhirnya juga berpengaruh terhadap pengembangan dan kelangsungan hidup rumah sakit. Pasien pulang paksa juga dapat menyebabkan citra yang kurang bagus terhadap rumah sakit. Untuk pasien sendiri karena pasien belum sembuh atau bahkan bertambah berat. Penyebab pasien pulang paksa belum diketahui secara pasti, mungkin faktor keuangan, kurangnya komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien atau faktor sosial dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang didapat. (Soedipo R : 2004) Rumah Sakit Islam Faisal merupakan salah satu rumah sakit tipe C di Kota Makassar. Salah satu fasilitas pelayanan adalah tersedianya perawatan

rawat inap yang terdiri dari 4 ruang rawat inap dengan kapasitas 124 tempat tidur. Data keadaan pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit dengan cara pulang paksa dibanding pasien rawat inap yang keluar seluruhnya di RSU Islam Faisal yang diperoleh dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat di tabel 1. Angka pulang paksa tersebut mengalami fluktuasi yaitu 2004 = 679 orang (21,69%), 2005 = 617 orang (19,31%), 2006 = 1051 orang (23,31%), 2007 = 953 orang (20,34%), 2008 = 1180 orang (22,34%), dan dengan prosentase diatas 10%. Dan selama 11 bulan terakhir tahun 2009 kejadian pulang paksa di Instalasi Rawat Inap RSU Islam faisal dapat dilihat di tabel 2. Berturut-turut rata-rata angka pulang paksa dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil adalah sebagai berikut : Januari = 99 orang (19,26%), Februari = 88 orang (16,89%), Maret = 79 orang (15,28%), April = 103 orang (22,83%), Mei = 89 orang (19,60%) , Juni = 71 orang (16,47%), Juli = 78 orang (16,38%), Agustus = 94 orang (18,43%), September = 82 orang (22,10%), Oktober = 74 orang (17,41%), November = 40 orang (10,20%). Rata-rata angka pulang paksa dari bulan Januari 2009 November 2009 adalah 136 orang (9,08%). (Lihat lampiran I dan 2). Tingginya kasus pasien pulang paksa di RS selain akan menimbulkan dampak yang negative di lingkungan keluarga pasien juga akan menimbulkan kesulitan bagi RS dalam hal mengevaluasi mutu pelayanan RS tersxebut.

Melihat kenyataan tersebut, untuk lebih memfokuskan penelitian, mendorong penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran penyebab pasien pulang paksa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar

B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang dijelaskan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Faktor apa saja yang menyebabkan pasien pulang paksa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah melihat gambaran penyebab pasien pulang paksa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui penyebab pasien pulang paksa dari faktor kondisi penyakit pasien. b. Mengetahui penyebab pasien pulang paksa dari faktor kepuasan terhadap mutu pelayanan rumah sakit.

c. Mengetahui penyebab pasien pulang paksa dari faktor persepsi pasien tentang sakit. d. Mengetahui penyebab pasien pulang paksa dari faktor lingkungan fisik dan non fisik rumah sakit.

D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan gambaran kepada pihak manajerial Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar pada umumnya dan Ruang Rawat Inap pada khususnya tentang aspek penyebab pasien pulang paksa, dan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan kwantitas pelayanan rawat inap. 2. Memberikan pengalaman kepada penulis dalam penelitian secara ilmiah dan alamiah serta praktis dengan penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. 3. Sebagai dokumentasi ilmiah, kemudian dapat menimbulkan minat peneliti lain untuk melakukan penelitian lain serupa yang lebih mendalam.

IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Indikator Pulang/Selesai Perawatan Rumah Sakit Menurut IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dalam Standart Pelayanan Medis yang disebut luaran dalam pelayanan medis adalah kemungkinan yang paling baik sampai yang paling jelek, yaitu : sembuh total, sembuh parsial, komplikasi, dan kematian. Kondisi pasien adalah pada saat selesai pengobatan. Soejadi (1996) dalam Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit menjelaskan bahwa rata-rata lama rawat adalah 6 hari, namun dalam Standart Pelayanan Medis yang disusun oleh IDI menyatakan bahwa lama perawatan untuk penyakit tanpa komplikasi sangat bervariasi, pada kasus-kasus penyakit dalam antara 1-2 hari untuk Disritmia sampai dengan 2-4 minggu untuk PPOK (Penyakit Paru Obstuktif Kronik) dan Hepatitis Virus. (Soejadi : 1996) Sepuluh besar penyakit yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSU Islam Faisal dan hari rawat yang ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Diare, 5 hari.. 2. Demam Berdarah Dengue, 1-2 minggu 3. Cedera, 1-2 minggu 4. Febris, 6-8 hari 5. Dyspepsia, 3-6 hari 6. Diabettus Millitus, 2 minggu 7. Demam Thypoid, 14 hari

8. TBC, 8 hari 9. Hipertensi, 6 hari 10. Tumor Mamma, 1-3 minggu Setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit kemudian pasien akan berhenti menjalani rawat inap dan keluar dari RSU Islam Faisal. Adapun pembagian berdasarkan cara keluar dapat dibedakan atas : a. Dijinkan Pulang/Boleh Pulang Adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas keputusan dokter karena sudah tidak memerlukan rawat inap dan diperbolehkan pulang. b. Pulang paksa/Pulang Atas Permintaan Sendiri Adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masih memerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi atas permintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang atau menghentikan rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab atas kejadian yang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggungjawab pasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini dituangkan dalam surat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumah sakit, dan saksi.

c. Lari Adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masih memerlukan rawat inap tetapi keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan petugas sehingga meninggalkan kewajibannya. d. Dirujuk Adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas keputusan dokter yang menangani berdasarkan alasan tertentu dikirim ke rumah sakit lain untuk memperoleh pelayanan kesehatan lebih lanjut. e. Meninggal Adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit dalam keadaan mati.

B.

Tinjauan umum tentang pasien pulang paksa Pelayanan yang bermutu pada dasarnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi pelanggan. Jika pelanggan merasa bangga dan puas atau bahkan surprise dengan jasa yang diterima, akan memperlihatkan

kecenderungan yang besar, untuk menggunakan kembali jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Dampak langsung dari kepuasan pelanggan adalah adanya penurunan komplain dan peningkatan kesetiaan konsumen. Demikian pula dengan rumah sakit sebagai perusahaan jasa, jika pelanggan atau pasien merasa puas dengan mutu pelayanan rumah sakit

tersebut maka ada kecenderungan untuk setia terhadap pelayanan rumah sakit . (Wibowo A Sukirman : 2006) Produk rumah sakit dalam hal ini adalah jasa pelayanan pengobatan dan perawatan yang kurang memenuhi harapan pasien, price atau biaya pelayanan yang terlalu tinggi, place atau tempat yang kurang nyaman, promotion atau informasi yang kurang akurat dan memadai bagi pasien, people atau tenaga medis/paramedis yang kurang profesional serta process seperti prosedur administrasi ataupun birokrasi yang terlalu rumit merupakan beberapa contoh kejadian/kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan pasien sehingga pasien minta pulang paksa. (Thenie H : 2002) Apapun alasannya, keinginan pasien untuk dirawat di rumah harus dihargai. Tapi sebelum pasien pulang, sataf keperawatan harus mematuhi langkah-langkah berikut: (Baill SW : 2007) 1. Mengkaji status pasien, 2. Memberi tahu Dokter yang memeriksa pasien dan memberitahukannya tentang; Permintaan pasien untuk pemulangan. Alasan pasien (seperti yang dinyatakan oleh pasien) Pengkajian terhadap kondisi mental dan fisik pasien yang terakhir. Adanya informasi penting lain berkaitan dengan permintaan tersebut.

10

Jika Dokter memberi instruksi untuk memulangkan pasien, lakukan proses intruksi tersebut berdasarkan kebijakan dan prosedur fasilitas, seperti yang ditunjukkan pada langkah-langkah berikut: (Baill SW : 2007) 1. Instruksikan pasien untuk membaca, mengisi dan menandatangani pernyataan pulang paksa dan format kuesioner pulang paksa 2. Mendokumentasikan dengan jelas seluruh insiden dalam ringkasan pemulangan yang terdapat dicatatan klinis pasien. 3. Menyelesaikan semua prosedur pemulangan 4. Memberitahukan kantor pendaftaran, penyelia keperwatan, administrator 5. Menyelesaikan laporan insiden. Kesemua hal di atas penting karena jika setelah di pulangkan terjadi sesuatu terhadap pasien, keluarga tidak boleh menuntut ke dokter atau rumah sakit.

C.

Tinjauan umum tentang penyebab pasien pulang paksa 1. Perilaku Kesehatan Perilaku adalah seluruh aktivitas atau kegiatan yang bisa dilihat ataupun tidak pada diri seseorang sebagai hasil dari proses pembelajaran. Dalam teori perilaku yang dikemukakan oleh Skiner bahwa perilaku adalah hasil dari hubungan antara stimulus dan respon pada diri seseorang.

11

Perilaku kesehatan adalah tindakan/aktivitas/kegiatan baik yang bisa diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap stimulus/rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, miniman dan lingkungan. Untuk lebih mudah dalam

pemahamannya, maka perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga bagian. (Notoatmodjo S : 2007) & ( Setiawati S dan Dermawan AC : 2008) 1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) Adalah perilaku atau upaya - upaya seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Upaya upaya yang dilakukan individu dalam mempertahankan dan memelihara kesehatan yaitu melalui : a. Upaya pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Upaya peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. c. Upaya pengaturan gizi (makanan dan minuman). 2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

12

mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Becker memberikan batasan tentang perilaku terkait dengan

kesehatan adalah: (Notoatmodjo S : 2007) & ( Setiawati S dan Dermawan AC : 2008) a. Perilaku hidup sehat.(health behavior) Adalah upaya upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kesehatannya. Perilaku sehat ini diantaranya; makanan dan minuman sehat (makanan dan minuman yang tidak mengandung bahan pengawet/ bahan kimia/ logam berat), kegiatan olahraga dengan kualitas serta frekuensi yang teratur, menghindari diri dari kebiasaan merokok, minuman keras, menghindari dari pergaulan bebas, membiasakan istirahat yang cukup, manajemen stress. b. Perilaku Sakit (illness behavior) Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

13

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Sakit adalah respon yang dihasilkan karena adanya ketidakseimbangan antara pendorong dan penahan pada diri individu terkait dengan kesehatan. Kondisi sakit menghasilkan perubahan peran berupa peran untuk memperoleh kesembuhan, peran untuk mendapatkan perawatan yang layak, peran mendapatkan fasilitas kesehatan. 2. Pelayanan Instalasi Rawat Inap Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien di inapkan di suatu ruangan rumah sakit. Pelayanan rawat inap adalah salah satu bentuk pelayanan yang disediakan RSU Islam Faisal untuk pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan medis yang berkesinambungan. Dengan ketegori yang telah ditetapkan pihak medis untuk menjalani rawat inap, dan selama ruang dan tempat tidur serta fasilitas yang memadai tersedia maka seluruh pasien yang masuk rumah sakit dapat memperoleh pelayanan rawat inap. Adapun pasien yang dapat diterima untuk dirawat inap di rumah sakit adalah a.Terdapat surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang untuk memberikan advis rawat inap pada pasien.

14

b.Dikirim oleh dokter poliklinik. c.Dikirim oleh dokter instalasi rawat darurat. Selama pasien dirawat maka ia harus tinggal dan mendapatkan pelayanan di rumah sakit sampai dokter yang menanganinya menyatakan bahwa pasien boleh pulang. Menurut Standart Pelayanan Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan tahun 1996 maka pelayanan yang harus didapatkan oleh pasien antara lain adalah: (DEPKES RI : 2003) a.Pelayanan Medis Pelayanan medis harus disediakan dan diberikan kepada pasien sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir, serta

memanfaatkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal. Tujuan pelayanan medis ialah mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat

dipertanggungjawabkan. b.Pelayanan Keperawatan. Pelayanan keperawatan diorganisasikan dan dikelola agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai dengan standart yang ditetapkan c.Pelayanan Farmasi. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

15

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. d.Pelayanan Gizi. Pelayanan gizi diberikan untuk mencapai gizi pasien yang optimal dengan memenuhi kebutuhan gizi orang sakit, baik untuk keperluan metabolisme tubuhnya, peningkatan kesehatan ataupun untuk

mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya penyembuhan pasien rawat inap. 3. Persepsi Sakit UU No.36, 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsurunsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. (www.scribd.com : 2009) Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. (Sarwono S : 1993) Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit. (Sarwono S : 1993)

16

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. ( Murwani A : 2008) Persepsi masyarakat tentang sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreteria medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas. (Soejati S : 2005) & ( Blum HL : 1982) Menurut Notoatmodjo (2007) didalam masyarakat terdapat beragam konsep sehat-sakit yang tidak sejalan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan, ada perbedaan persepsi yang berkisar disease (penyakit) dengan illness (rasa sakit). Penyakit adalah bentuk reaksi biologis terhadap organisme, benda

17

asing atau luka (injury). Hal ini adalah fenomena yang objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi tubuh sebagai organisme biologis. Sedangkan sakit adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak (felling unwell). (Notoatmodjo S : 2007) Tabel 1 Penyakit dan Sakit Kombinasi Alternatif
Penyakit (disease) Sakit (illness) Tak dirasa (not perceived) Dirasakan (perceived) Tak Hadir (not present) 1 3 Hadir (present) 2 4

Sumber : Notoatmodjo : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku: 2007 Area 1 (satu) :menggambarkan bahwa seseorang tidak mengandung atau menderita dan juga tidak merasa sakit (no disease and no illness). Dalam keadaan demikian maka orang tersebut sehat menurut konsep kesehatan. Area 2 (dua) :menggambarkan seseorang mendapat serangan penyakit (secara klinis), tetapi orang itu sendiri tidak merasa sakit atau mungkin tidak dirasakan sebagai sakit (disease but no illness). Dalam kenyataannya area ini adalah paling luas wilayahnya. Artinya anggota-anggota masyarakat yang

18

secara klinis maupun laboratoris menunjukkan gejala klinis bahwa mereka diserang atau menderita suatu jenis penyakit, tetapi mereka tidak merasakan sebagai sakit. Oleh karena itu mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari-hari

sebagaimana orang sehat. Dari sini muncul konsep sehat sakit dalam masyarakat, bahwa sehat adalah orang dapat bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari

sedangkan sakit adalah bila seseorang sudah tidak mampu bangkit dari tempat tidur, tidak dapat menjalankan pekerjaan sehari-hari. Inilah sebab rendahnya penggunaan fasilitas

kesehatan/pengobatan, yaitu persepsi masyarakat tentang sakit yang berbeda dengan konsep provider kesehatan. Hal ini juga sebagai penyebab pulang paksa, karena pasien sudah merasa sembuh. Area 3 (tiga) : menggambarkan penyakit yang tidak hadir pada seseorang, tetapi orang tersebut merasa sakit atau tidak enak badan (illness but no disease). Pada kenyataannya kondisi ini hanya sedikit di dalam masyarakat. Orang merasa sakit padahal setelah pemeriksaan baik klinis maupun laboratoris tidak diperoleh bukti bahwa ia menderita suatu penyakit. Hal ini mungkin karena gangguan-gangguan psikis saja.

19

Area 4 (empat): menggambarkan adanya suatu penyajian yang sama. Seseorang memang menderita sakit dan juga ia rasakan sebagai rasa sakit (illness with desease). Hal ini sebenarnya yang dapat dikatakan sebagai benar-benar sakit. Dalam kondisi yang demikian ini fasilitas kesehatan dapat mencapai sasaran secara optimal. Artinya pelayanan yang diprogramkan akan bertemu dengan kebutuhan masyarakat. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit ilmu kesehatan, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian ilmu kesehatan, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka pergunakan. 4. Lingkungan Rumah Sakit Lingkungan Fisik dan Non Fisik Rumah Sakit juga dapat mempengaruhi kenyamanan pasien dalam menjalani rawat inap.

Hospitalisasi merupakan perlakuan, peraturan, dan suasana baru yang ditimbulkan atas konsekuensi ditentukannya rawat inap di rumah sakit bagi seorang pasien. Akibat yang ditimbulkan oleh hospitalisasi seringkali menuntut pasien untuk beradaptasi dengan cepat dan terdapat hambatan-

20

hambatan yang cukup besar, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan berakibat pada penolakan rawat inap. Menurut Foster/Anderson disamping ciri-ciri stuktural rumah sakit, ilmuwan perilaku juga menaruh perhatian pada apa yang terjadi setelah pasien masuk rumah sakit. (Potter P : 2005) Peranan pasien dalam kehidupan normalnya semakin tersisih kebelakang, ia menjadi kasus dalam kamar yang bernomor, identitasnya tertera pada sebuah whiteboard. (Potter P : 2005) Coser telah mencatat, bagaimana pasien harus tunduk pada otoritas rumah sakit selama 24 jam setiap hari. Segalanya telah direncanakan baginya, mulai dari waktu dan menu makanan sampai pada soal mandi dan pengobatan. (Potter P : 2005) Menurut Coe rumah sakit telah mengurangi perbedaan-perbedaan antara para pasien agar lebih mudah menangani sejumlah besar pasien, Coe juga melihat pembatasan-pembatasan terhadap pasien seperti ketiadaan informasi, terutama mengenai dirinya sendiri, pembatasan gerak dan keterpaksaan untuk tergantung pada orang lain. (Potter P : 2005) 5. Biaya Perawatan Rumah Sakit Biaya rumah sakit dilihat dari sudut pandang pemakai jasa pelayanan kesehatan adalah jumlah uang yang harus dibayarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

21

Besarnya biaya perawatan ditentukan oleh unit pelayanan kesehatan. Ketidakmampuan pasien dan keluarga dalam mengantisipasi biaya perawatan dan obat-obatan dapat mengakibatkan keputusan pulang paksa. Secara sederhana mekanisme pembiayaan biaya perawatan

dibedakan menjadi 2 yaitu : a.Pembayaran tunai Setiap pengguna jasa pelayanan kesehatan diharuskan membayar tunai pelayanan yang diperolehnya. b.Pembayaran di muka Sistem pembayaran di muka ini dilakukan melalui program asuransi kesehatan. Di RSU Islam Faisal mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan dilakukan baik dengan pembayaran tunai maupun melalui pihak asuransi. Secara umum sebagian besar mekanisme pembiayaan dilakukan

pembayaran tunai, sedang sistem asuransi baru dilakukan oleh kelompokkelompok tertentu seperti pegawai negeri sipil, pensiunan pegawai pemerintah, dengan Asuransi Kesehatan (ASKES) serta karyawan perusahaan swasta dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Selama beberapa tahun terakhir terdapat subsidi biaya perawatan yang diperuntukkan bagi keluarga miskin dari pemerintah untuk

menangulangi krisis ekonomi sejak tahun 1998 yang lalu dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) atau Asuransi Kesehatan Miskin

22

(ASKESKIN). Subsidi ini diberikan secara penuh menanggung biaya rumah sakit bagi pasien dari keluarga miskin dengan syarat dapat menunujukan kartu JAMKESMAS atau ASKESKIN dan syarat lain yang telah diatur. Menurut Sulastomo (2007) dalam buku Manajemen Kesehatan, Masalah pembayaran biaya perawatan atau keluhan terhadap biaya pelayanan kesehatan yang terjadi pada rumah sakit yang diilustrasikan dengan diberitakannya oleh sebuah surat kabar, bahwa sebuah rumah sakit menyandera pasien akibat tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran biaya rumah sakit atau pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat disebabkan antara lain : a.Kurang disadari bahwa biaya rumah sakit dimana saja di dunia ini mahal. b.Sifat masyarakat sendiri, yang secara umum jarang berfikir bahwa pada suatu saat kita akan jatuh sakit dan dengan sendirinya mengeluarkan biaya yang besar. Dalam keadaan ini kita seolah-olah tidak siap. Sering masyarakat disadarkan justru pada saat sakit, yaitu pada saat harus memikul biaya kesehatan yang mahal.

23

D.

Bagan Kerangka Konsep

Pasien Rawat Inap

Faktor kondisi penyakit

Faktor mutu pelayanan

Faktor persepsi sakit

Faktor lingkungan RS

Faktor biaya rumah sakit

Memutuskan pulang paksa

Keterangan : : : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian

24

V. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. (A.Azis Alimul : 2007) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di Ruang Rawat Inap RSU Islam Faisal Makassar. 2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria. Kriteria tersebut adalah : 1. Mampu membaca, memahami maksud pembicaraan (komunikasi verbal) dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bugis Makassar. 2. B. Variable Variabel yang diukur meliputi : 1. Faktor mutu pelayanan rumah sakit,dengan sub variabel : Pasien bersedia menjadi responden penelitian.

25

a. Hubungan petugas kesehatan pasien. b. Tanggapan petugas terhadap keluhan pasien. c. Penjelasan petugas kesehatan tentang maksud dan tujuan tindakan perawatan. 2. a. b. c. 3. Faktor kondisi penyakit,dengan sub variabel : Kondisi penyakit pasien. Tingkat ketergantungan pasien. Harapan sembuh. Faktor persepsi pasien terhadap sakit, dengan sub variabel : a. Pengertian pasien terhadap sakit. b. Persepsi pasien terhadap kondisinya saat pulang paksa. 4. Faktor lingkungan fisik dan non fisik rumah sakit, dengan sub variable : a. Sirkulasi udara kamar dan penerangan. b. Kebersihan sprei, selimut, dan alat tenun lain. c. Kebersihan kamar mandi dan persediaan air. C. Defenisi Oprasional dan Kriteria objektif 1. Faktor kondisi penyakit pasien : a. Kondisi Penyakit Pasien

26

Defenisi Operasional : Adalah persepsi responden terhadap tingkat keparahan penyakit pasien

Kriteria Objektif : 1 = tidak parah 2 = cukup parah 3 = parah b. Tingkat ketergantungan pasien Defenisi Operasional : Adalah persepsi responden terhadap tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain Kriteria Objektif : 1 = tidak tergantung 2 = cukup tergantung 3 = tergantung c. Harapan Sembuh Defenisi Operasional :Adalah harapan sembuh pasien menurut responden Kriteria Objektif : 1 = ada harapan sembuh 2 = cukup ada harapan sembuh

27

3 = tidak ada harapan sembuh 2. Faktor mutu pelayanan rumah sakit a. Hubungan petugas kesehatan pasien Defenisi Operasional : Adalah persepsi responden tentang perhatian petugas RS, kemauan mendengarkan keluhan dan member keterangan yang jelas Kriteria Objektif : 1 = perhatian 2 = cukup perhatian 3 = tidak perhatian b. Tanggapan petugas kesehatan dengan keluhan Defenisi Operasional : Adalah tanggapan petugas ketika diminta datang/ada laporan tentang keluhan pasien, Kriteria Objektif : 1 = tanggap 2 = cukup tanggap 3 = tidak tanggap c. Penjelasan petugas kesehatan tentang maksud dan tujuan tindakan keperawatan Defenisi Operasional : Adalah persepsi pasien mengenai penjelasan petugas kesehatan tentang maksud dan tujuan tindakan perawatan,

28

Kriteria Objektif : 1 = selalu, tiap kali tindakan 2 = tidak tentu 3 = tidak sama sekali 3. faktor persepsi terhadap sakit a. Pengertian pasien terhadap sakit Defenisi Operasional : Adalah pengertian pasien tentang konsep sakit Kriteria Objektif : 1 = adanya penyakit dan rasa sakit di badan 2 = tidak mampu lagi bekerja, dan perlu istirahat 3 = tidak mampu bangun dari tempat tidur b. Persepsi Pasien terhadap kondisinya saat ini : Defenisi Operasional : Adalah pendapat responden tentang kondisi kesehatannya saat memutuskan pulang paksa Kriteria Objektif : 1 = belum sembuh 2 = membaik 3 = sudah sembuh 4. Faktor lingkungan fisik dan non fisik rumah sakit a. Sirkulasi udara kamar dan penerangan

29

Defenisi Operasional : Adalah persepsi pasien tentang sirkulasi udara kamar dan penerangan Kriteria Objektif : 1 = sejuk & terang 2 = cukup sejuk&agak terang 3 = panas & kurang terang b. Kebersihan seprei, selimut, dan alat tenun lain : Defenisi Operasional : Adalah persepsi pasien tentang kebersihan sprei, selimut, sarung bantal Kriteria Objektif : 1 = bersih, selalu diganti 2 = cukup bersih 3 = kotor / sudah usang, tidak selalu diganti c. Kebersihan kamar mandi dan persediaan air Defenisi Operasional : Adalah persepsi pasien tentang kebersihan kamar mandi dan persediaan air Kriteria Objektif : 1 = bersih, wangi dan selalu tersedia air 2 = cukup bersih, kadang air tidak mengalir 3 = kotor, berbau, dan air kurang D. Cara pengumpulan dan Jenis Data

30

1.

Pengumpulan data Untuk memperoleh data dan informasi sesuai dengan tujuan penelitian maka dilakukan dengan cara : a. Kuisioner/angket Angket merupakan alat ukur dengan beberapa pertanyaan. b. Studi Pustaka Mengumpulkan data dengan cara membandingkan laporan, buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan topic penelitian

2.

Jenis Data Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah berupa : a. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian. Frekuensi penyebab pulang paksa diperoleh dengan kuisioner yang diisi oleh responden. b. Data Sekunder Data yang berasal dari laporan, referensi, buku yang berhubungan dan rekam medis dari pasien yang pulang paksa.

E. Analisis Data Data yang diperoleh akan dilakukan editing, koding, dan analisis dengan menggunakan program komputer SPSS. Dan menggunakan metode analasis kuantitatif untuk melakukan analisa terhadap distribusi frekuensi,

31

dengan melihat prosentase pada setiap variabel penyebab pulang paksa, dengan rumus :

total score P: total score tertinggi x responden X 100%

Interpretasi Hasil : 33,33% sampai dengan 55,55% : kurang 55,55% sampai dengan 77,77% : cukup 77,77% sampai dengan 100% : baik

32

VI. PERSONALIA DAN JADWAL PELITIAN A. Pembimbing a. Pembimbing I b. Pembimbing II B. Pelaksana a. Nama b. Stambuk : : Susanty NH. 02 08 197 : : Abdul Kadir Ahmad, S. Kep. Ns Ir.Yasir Haskas, M. M. Kes

C. Tempat / waktu penelitian a. Tempat b. Waktu : : RSU Islam Faisal Makassar Februari 2010

33

DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat,Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Penerbit Salemba Medika. Jakarta : 2007 Baill SW. Dokumentasi Keperawatan. Dalam : Buku Saku Keperawatan.EGC. Jakarta:2007.pp 110-120 Blum HL. Planning for Health. Development Application of Social Charge Theory. New York : Human Science Press. 1982.pp 3-6 Munap. Analisis Alasan Pasien Pulang Paksa di RSUD Praya Lombok Tengah. Thesis. Yogyakarta:2007 Murwani A. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:2008 Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Bhineka Cipta. Jakarta:2007, pp 110-114 Potter P. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktek/Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al. Editor edisi Bahasa indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Ed.4.EGC. Jakarta:2005

34

Sarwono S. Sosiologi Kesehatan : Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Gajah Mada University Press. Cet. I. Yogyakarta:1993, pp31-36 Setiawati S dan Dermawan AC. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Trans Info Media.Jakarta:2008 Soedipo R. Analisis Kinerja Pelayanan Rumah Sakit tahun 2001-2003 dengann Pendekatan Balance Score Card di RSU Cianjur. Thesis. UI. Jakarta :2004 Soejadi. Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit. Jakarta:1996 Soejati S. Konsep Sehat, Sakit, dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya. In : Cermin Dunia Kedokteran. No. 149. Jakarta:2005.pp 49-52 Sukirman, Wibowo A. Merumuskan Konsep dan Partisipasi Warga dalam Pelayanan Publik. Cet.I. FPPM. Jakarta:2006,pp 70-80 Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Buana Printing. Jakarta:2007

Thenie H. Persepsi Pasien Pulang Paksa Atas Pelayanan Rumah Sakit di RSU Karawang. Thesis. UI.Jakarta(2002) www.depkes.go.id, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003, Jakarta 2003 www.scribd.com, Rancangan Undang Undang Kesehatan, Jakarta:2009

35

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN PENYEBAB PASIEN PULANG PAKSA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ISLAM FAISAL MAKASSAR KOTA MAKASSAR

36

SUSANTY NH 02 08 197

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Anda mungkin juga menyukai