Anda di halaman 1dari 25

Muhammad Ichsan Fathillah 2009 730097 dr. Aranda Sp.

OG

Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun(berkaitan dengan hormon estradiol/estrogen)

EPIDEMIOLOGI Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15 % wanita subur yang berusia 2544 tahun, 25-50% wanita mandul dan dapat pula terjadi pada usia remaja. . Insidensi endometriosis di Amerika 610 % dari wanita usia reproduksi. Di Indonesia sendiri, insidensi pasti dari endometriosis belum diketahui.

ETIOLOGI

Regurgitasi haid Gangguan imunitas Luteinized unruptured follicle (LUF) Spektrum disfungsi ovarium

Mekanisme Perkembangan Endometriosis :


Penyusukan sel endometrium dari haid berbalik (Sampson) Metaplasia epitel selomik (Meyer-iwanoff) Penyebaran limfatik (Halban-Javert) dan Vaskuler (Navatril) Sisa sel epitel Muller embrionik (von recklinghausen-Russel) Perubahan sel genitoblas (De-Snoo) Penyebaran iatrogenik atau pencangkokan mekanik (Dewhurst) Imunodefisiensi lokal Cacat enzim aromatase

Nyeri di perut bagian bawah dan di daerah panggul, mensturasi yang tidak teratur(misalnya spotting sebelum mensturasi), kemandulan, dispareunia ( nyeri ketika melakukan hubungan seksual).

Diagnosis

Diagnosis pencitraan : MRI, USG, CT-scan Diagnosis klinis : anamnesis dan tanda serta gejala, pemfis ginekologi Diagnosis laparoskopi Diagnosis Biopsi Diagnosis dengan CA 125

Tanda dan gejala:


Adanya nyeri berupa nyeri pada daerah pelvik: Melimpahnya darah dari endometrium sehingga merangsang peritoneum Kontraksi uterus akibat meningkatnya kadar prostaglandin (PGF2 alpha dan PGE) yang dihasilkan oleh jaringan endometriosis itu sendiri. Dismenore yang bersifat sekunder atau peningkatan dari yang primer, adanya dispareuni yang mengarah ke endometriosis yang bertahuntahun dengan haid dan senggama yang semula tanpa nyeri.

Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan.Adanya lesi endometriosis terlihat hanya 14,4 % pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba 43,1 % penderita.

Merupakan baku emas dalam penegakkan diagnosis endometriosis, dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen, yang mana pada banyak kasus sering dijumpai jaringan endometrium tanpa adanya gejala klinis. Penampakan klasik dapat berupa biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi dan fibrosis di sekelilingnya. Diagnosis secara visual pada laparoskopi tidak selalu sesuai dengan pemastian histopatologi penderita.

Catat jumlah, ukuran dan letak susukan endometriosis, bongkah (plak), endometrioma, dan atau perlekatan. Menurut The American Fertility Society Revised Classification of Endometriosis.(skor menurut tabel) Pada stadium I (minimal), bobot : 1 5 ; Stadium II (ringan), bobot : 6 15 ; Stadium III (sedang), bobot : 16 40 ; Stadium IV (berat), bobot : > 40

PENGOBATAN
Penatalaksanaan endometriosis tergantung pada beberapa hal : Kepastian diagnosis Beratnya keluhan Luasnya penyakit Keinginan untuk mendapatkan anak Usia pasien Gangguan pada saluran pencernaan dan atau saluran air seni

Intervensi pembedahan diperlukan bila : 1.Ukuran endometrioma mencapai 3 cm 2.Distorsi anatomi yang luas 3.Menyangkut usus atau kandung kemih 4.Perlekatan hebat

TERAPI PEMBEDAHAN Pembedahan komprehensif yang sering dilakukan adalah histerektomi abdominal total, salfingo ovarektomi bilateral disertai dengan pengangkatan sarang-sarang endometriosis pada peritoneum dan pelepasan pelekatan ( lisis )

Untuk mengatasi nyeri panggul, digunakan terapi jangka pendek berupa pemberian GnRH agonis atau Danazol. Danazol adalah derivat androgen yang digunakan untuk menimbulkan pseudomenopause untuk menekan gejala endometriosis bila kesuburan (fertilitas) tidak menjadi pertimbangan. Obat ini diberikan selama 6 9 bulan dengan dosis 600 800 mg per hari untuk menekan menstruasi.

Dismenorea akibat endometriosis dapat diatasi dengan pemberian NSAID (non steroid anti inflamatory drug (asam mefenamat, ibuprofen) dan menurunkan jumlah darah haid dengan terapi hormonal

Tidak ada bukti bahwa terapi medik pada endometriosis bernilai pada kasus subfertilitas.

Terapi pembedahan untuk kista endometriotik besar memperbaiki kemungkinan terjadinya kehamilan dan memungkinkan tindakan intervensi transvaginal bila akan dilakukan IVF (In Vitro Fertilitation atau bayi tabung)

DAFTAR PUSTAKA Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Ginekologi, Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 1997. Wiknjosastro, hanifa Prof. dr, DSOG, Ilmu Kandungan, ed ke-2, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo,1997. Winn, Hung N, Clinical Maternal Fetal Medicine, UK, The Parthenon Publishing Group, 2000. Child TJ, Tan SL : Endometriosis : Aetiology, pathogenesis and treatment. Drugs 61:1773 1750, 2001Gambone JC, Mittman BS, Munro MG et al : Consensus statement for the management of chronic pelvic pain and endometriosis : Proceeding of an expert panel consensus process. Fertil Steril 78:961-972, 2002

Harada T, Momoeda M, Taketani Y, Hoshiai H, Terakawa N (November 2008). "Low-dose oral contraceptive pill for dysmenorrhea associated with endometriosis: a placebocontrolled, double-blind, randomized trial". Fertility and Sterility 90 (5): 15838. doi:10.1016/j.fertnstert.2007.08.051. PMID 18164001 Kaiser A, Kopf A, Gericke C, Bartley J, Mechsner S. (16 Jan 2009). "The influence of peritoneal endometriotic lesions on the generation of endometriosis-related pain and pain reduction after surgical excision.". Arch Gynecol Obstet.. doi:10.1007/s00404-0080921-z. PMID 19148660
Olive DL, Prits EA : Treatment of endometriosis. N Engl J Med 345 : 266 275, 2001

Anda mungkin juga menyukai