Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MINERAL DENGAN SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM MENGGUNKAN METODE STANDAR ADISI

A. PENDAHULUAN Spektrometri atomik adalah metode pengukuran spektrum yang berkaitan dengan serapan dan emisi atom. Bila suatu molekul mempunyai bentuk spektra pita, maka suatu atom mempunyai spektra garis. Atom-atom yang terlibat dalam metode pengukuran spektrometri atomik haruslah atom-atom bebas yang garis spektranya dapat diamati. Pengamatan garis spektra yang spesifik ini dapat digunakan untuk analisis unsur baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Sebenarnya selain dengan metode serapan atom, unsurunsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang tepat.

Teknik Spektroskopi Serapan Atom menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan diantaranya oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai 61 logam. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan dalam AAS. Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsur dalam larutan air (g/ ml) yang mengabsorpsi 1 % dari intensitas radiasi yang datang. Sedangkan batasan deteksi adalah konsentrasi suatu unsur dalam larutan yang memberikan sinyal setara dengtan 2 kali deviasi standar dari suatu seri pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati blangko atau sinyal latar belakang.
Peristiwa yang terjadi dalam nyala : Penguapan pelarut sehingga terbentuk partikel padat yang halus. MX(l) kabut halus MX(s) partikel halus

Partikel garam dalam suhu tinggi menjadi uap garam (sublimasi). MX(s) partikel halus MX(g) gas

Disosiasi molekul uap garam menjadi atom-atom netral.

MX(g) gas

Mo + Xo atom-atom netral

Perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dan intensitas sinar datang serta hubungannya dengan konsentrasi analit yang diukur mengikuti Hukum LambertBeer.

B. METODE ANALISIS Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah :
(1) Metoda Standar Tunggal

Metoda sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrofotometri. Dari hk. Beer diperoleh : Astd = .b.Cstd .b = Astd/ Cstd Asmp =.b.Csmp .b = Asmp/Csmp

sehingga, Astd/Cstd = Csmp /Csmp Csmp = (Asmp/Astd) X Cstd Dengan mengukur Absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung. (2) Metode Kurva Kalibrasi Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah

selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = .b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi. (3) Metoda Adisi Standar Metoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut : Ax = k.Cx AT = k(Cs + Cx) Dimana., Cx = konsentrasi zat sampel Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar) Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar. Jika kedua persarnaan diatas digabung akan diperoleh: Cx = Cs x {Ax/(AT Ax)}

Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh: Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax) Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - Cs C.GANGGUAN DALAM ANALISIS DENGAN SSA Ada tiga gangguan utama dalam SSA : (1) Gangguan ionisasi (2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas) (3) Gangguan fisik alat. Gangguan lonisasi: Gangguan ini biasa terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah dan beberapa unsur yang lain karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan FES dan AAS yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detek'tor menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yaug mudah terionisasi ke clalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis. Pembentukan Senyawa Refraktori: Gangguan ini diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya anion yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory).

Gangguan Fisik Alat : yang dianggap sebagai gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah: kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau solven, kandungan padatan yang tinggi, perubahan temperatur nyala dll. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat Kalibrasi (standarisasi). D. PENENTUAN KANDUNGAN BESI DENGAN METODE

SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM Cara Kerja Larutan I: 1,0 ml larutan standar besi 100 ppm dipipet ke dalam labu takar 100 ml. Larutan II: 2,0 ml larutan standar besi 100 ppm dipipet ke dalam labu takar 100 ml. Larutan III: 3,0 ml larutan standar besi 100 ppm dipipet ke dalam labu takar 100 ml. Larutan IV: 4,0 ml larutan standar besi 100 ppm dipipet ke dalam labu takar 100 ml. 5 ml larutan asam nitrat 2,0 M ditambahkan ke larutan I, II, III, dan IV. Larutan I, II, III, dan IV masing masing diencerkan sampai tanda batas dengan menggunakan air bebas mineral. Larutan V: 5 ml larutan asam nitrat 2,0 M dipipet ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda batas dengan menggunakan air bebas mineral. Larutan Sampel: 50 ml larutan sampel air yang akan dianalisis dimasukkan ke dalam labu takar. 5 ml larutan asam nitrat 2,0 M ditambahkan ke dalam larutan sampel.

Larutan Sampel diencerkan sampai tanda batas dengan menggunakan air bebas mineral. Alat AAS disiapkan dengan mengeset lampu Hollow Cathode, laju udara, dan laju bahan bakar. Alat AAS dipastikan telah tersambung dengan komputer yang akan digunakan untuk mencatat hasil analisis. Larutan I, II, III, IV, V dan Sampel dianalisis dengan menggunakan AAS Nilai Absorbance dari masing masing larutan dicatat. Kurva Absorbance-[Fe] dibuat. Dengan menggunakan ekstrapolasi, konsentrasi Fe dalam sampel dicatat.

Data Pengamatan
Larutan I II III IV V Sampel Konsentrasi Fe 1,000 ppm 2,000 ppm 3,000 ppm 4,000 ppm 0,000 ppm 0,355 ppm Absorbansi 0,0118 0,0242 0,0369 0,0530 0,0169 0,0041

Perhitungan
Menghitung Konsentrasi Fe dalam larutan Larutan I: [ Larutan II: [ Larutan III: [ Larutan IV: [ ] ] ] ]

Membuat kurva antara Absorbansi dan Konsentrasi Fe

Kurva Absorbansi terhadap Konsentrasi Fe


0.06 0.05 Absorbansi 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Konsentrasi Fe (ppm) Absorbansi Regresi Linear y = 0.013x - 0.002 R = 0.9988

Daftar Pustaka

Christian, G.D. 1994. Analytical Chemistry 5th Edition. John Wiley and Sons, lnc. New York. 462-484 Day,J.R, Underwood A.L 1991. Quantitave Analysis sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. p. 425-427 Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill. hal 412-422 Jeffery, G.H. 1989. Vogels Textbook of Quantitative Chemical Analysis 5th Edition. 758-780 Skoog, Douglas A.et.al.1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. Orlando : Saunders College Publishing, p. 454-464

Anda mungkin juga menyukai