Tuberkulosis
Tuberkulosis
Penyakit TB sudah dikenal sejak lama Leannec (1819) infeksi kronis, dan Koch (1882) identifikasi kuman Penyakit pembunuh utama TB menempati urutan ke-2 Indonesia menduduki tempat ke-tiga Menyerang paru-paru. Sepertiga organ lain Dapat di sembuhkan, fatal dalam 5 tahun
ETIOLOGI
Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis kuman batang, keadaan dormant pada tubuh host terdiri dari asam lemak (lipid). Lebih tahan terhadap asam, gangguan kimia dan fisika. Sifat aerob. menyenangi jaringan tinggi kadar oksigen
Patogenesis
Droplet nuclei partikel 1-10 mengandung kuman TBC Airbone infection, Inflamasi respiratory bronchial / alveoli Perjalanan penyakit tuberkulosiss TB primer. belum pernah kena infeksi. 3-8 minggu sensitasi dan test PPD (+). sembuh sendiri meninggalkan kalsifikasi. TB post primer. mendapat infeksi lagi, anak muda dan orang tua. kumannya masih tetap hidup dalam fokus
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Obat Antituberkulosis (OAT) First-line
First-line essential obat antituberkulosis paling efektif, komponen terpenting regimen terapi jangka pendek. (rifampisin, isoniazid dan pirazinamid ) First-line supplemental obat-obat ini pun mempunyai efektivitas yang tinggi (streptomisin dan etambutol )
Rifampisin
Mekanisme kerja: Bersifat bakterisidal dengan cara menghambat sintesa RNA Farmakokinetik:
Per oral kadar puncak 2-4 jam. Metabolisme dihati dan diekskresi melalui empedu. Waktu paruh 1,5-5 jam. Didistribusi keseluruh tubuh
Efek samping obat: Jarang menimbulkan efek yang tidak diinginkan. <4% mengalami efek toksis. Yang paling sering kulit kemerahan, demam, mual dan muntah, gangguan fungsi hati dan flu like syndrome. Kontra indikasi : Riwayat hipersensitif Dosis : Dewasa < 50 Kg 450mg >50 Kg 600 mg sehari sekali Anak : 10-20 mg/kg/hari
Isoniazid
Mekanisme kerja: Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Kerja paling utama menghambat biosintesis asam mikolat. Farmakokinetik: Per oral kadar puncak dicapai dalam 1-2 jam. Di hepar mengalami asetilasi, terdifusi kedalam cairan dan jaringan tubuh, ekskresi melalui urin
Efek samping: Hepatitis, periperal neuritis, neuritis optik dan keluhan ini dapat di cegah dengan pemberian piridoksin. Kontra indikasi: Riwayat hipersensitif dan terjadinya gangguan hepar serta reaksi berat lainnya. Dosis: Dewasa : 300 mg per hari Anak : 10 mg/kg/hari
Pirazinamid
Mekanisme Kerja: Bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung konsentrasi. Mekanismenya belum jelas. Farmakokinetik: Mudah diserap pada pemberian per oral. Mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidropirazinoat. Ekskresi melalui filtrasi glomerolus
Efek samping : Paling sering kelainan hati. Kontra indikasi Riwayat hipersensitif, gangguan hepar berat, gout aktif. Dosis: Dewasa : <50 kg: 1.5 g per hari 50-75 kg: 2 g per hari >75 kg: 2.5 g per hari Anak : 15-30 mg/kg/hari
Etambutol
Mekanisme Kerja: Bersifat bakteriostatik. Menghambat arabinosyltransferases . Farmakokinetik: 75-80% diserap melalui sal. Cerna, waktu paruh 3-4 jam, terdistribusi keseluruh tubuh kecuali CSF , ekskresi melalui urin
Efek samping: Dosis 15 mg/kg/hari efek toksik minimal. Neuritis optika, peninggian asam urat pada 50% penderita
Kontra Indikasi
Riwayat hipersensitif, neuritis optika.
Dosis:15-25 mg/kg/hari
Streptomisin
Mekanisme kerja: Bersifat bakterisidal. Bekerja menghambat sintesa protein dengan cara mengganggu fungsi ribosom Farmakokinetik: Per oral bioaviabilitas kurang <1%. Absorbsi baik dan cepat secara IM. Waktu paruh 2-3 jam, ekskresi melalui urin
Efek samping: Ototoksik dan renal toksik Kontra indikasi: Riwayat hipersensitif, gangguan ginjal
Dosis:
Dewasa : 15 mg/kb diberikan 3-5 kali seminggu IM Anak : 20-30 mg/kg
Etionamid
Mekanisme kerja: Bersifat bakteriostatik. Farmakokinetik: Kadar puncak 3 jam,kadar terapi bertahan dalam 12 jam. Diduga obat di ubah menjadi senyawa lebih aktif dalam tubuh
Efek samping: Gangguan gastro intestinal, reaksi neurology, hepatitis, hypothyroidism Kontra indikasi:
Farmakokinetik:
Cepat diabsorbsi dalam saluran cerna. Distribusi luas kecuali ke CSF. Ekskresi melalui urin
Efek samping: Gangguan gastrointestinal, Kerusakan ginjal, hati, kelenjar tiroid, asidosis jarang terjadi Kontra indikasi: Riwayat hipersensitif Dosis: Dewasa : 4-6 g dua kali sehari Anak : 75 mg/kg dua kali sehari
Kanamisin
Mekanisme kerja: Bersifat bakterisidal dengan cara menghambat sintesis protein mikroba.
Farmakokinetik:
Pemberian IM diserap dengan baik dan cepat. Sukar masuk ke CSF. Waktu paruh 2 jam. Ekskresi melalui ginjal
Efek samping: Gangguan pendengaran, nefrotoksik dan neuro toksik Kontra Indikasi:
Riwayat hipersensitif, dianjurkan tidak diberikan pada wanita hamil trimester pertama
Dosis:10 to 15 mg/kg 3-5 kali seminggu
Sikloserin
Mekanisme kerja: Menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Farmakokinetik: Per oral diabsorpsi baik, kadar puncak 3-4 jam., dapat menembus sawar otak, ekskresi melalui urin
Efek samping: Gangguan terhadap SSP, serangan menyerupai epilepsy Kontra indikasi: Riwayat hipersensitf, psikosis, epilepsy, depresi, gangguan renal, alcoholism Dosis : Dewasa : 250-500 mg dua kali sehari Anak : 10-20 mg/kg dua kali sehari
Penatalaksanaan
Kemoterapi diberikan kombinasi, tidak boleh terputus-putus, jangka waktu yang lama
Pengobatan 2 fase
Fase intensif/fase inisial
Kategori I
Fase inisial : 2HRZS (E) Fase kontinu : 4RH atau 4H3R3
Kategori II
Fase inisial : 2HRZES/1HRZE Fase kontinu : 5H3R3E3 atau 5HRE
Kategori III
Fase inisial : 2HRZ atau 2H3R3Z3 Fase kontinu: 2HR atau 2H3R3
Kategori IV
Peresepan INH seumur hidup
Pengawasan pengobatan pemantauan respon pengobatan pemantau intoksikasi obat pengawasan makan obat DOTS (Directly Obseved Treatment Shortcourse )