Anda di halaman 1dari 62

PENUNTUN PRAKTIKUM

OLEH TIM PENGAJAR MK. EKOLOGI HEWAN KHUSUS DIPAKAI DI LINGKUNGAN SENDIRI

LABORATORIUM UNIT PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO

2010
1

KATA PENGANTAR Praktikum ekologi hewan bertujuan untuk mempraktekkan konsep-konsep yang diperoleh dalam materi kuliah Ekologi Hewan olehnya itu materi praktikum disusun selaras dengan materi bahasan mata kuliah ekologi hewan yang disampaikan dalam ruangan perkuliahan. Topik-topik yang dipraktekkan meliputi: Kinerja Hewan di Lingkungannya, Menentukan Pola aktivitas dan Jarak Edar Serta Luas Daerah Edar Harian Hewan; Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan; Percobaan Mengenai Respon Fototaksis Pada Hewan-Hewan Mobil; Percobaan Mengenai Respon Reotaksis Pada Hewan-Hewan Mobil; Menaksir Kelimpahan Populasi Dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM); Menaksir Kerapatan Populasi Dengan Metode Cuplikan Kuadrat; Kelimpahan Relatif Populasi-Populasi Hewan; dan Respon Menghindar Pada Burung Terhadap Kehadiran Predator. Topik yang disampaikan dalam penuntun praktikum ini merupakan revisi dari materi penuntun praktikum ekologi hewan pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Kami menyadari sepenuhnya, baik materi maupun desain buku penuntun ini banyak masukan kekurangan, dari sehingga kami sangat mengharapkan kawan-kawan agar penerbitan

berikutnya dapat menjadi lebih baik. Kendari , April 2010

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................ KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... PRAKTIKUM I : Kinerja Hewan Di lingkungannya Dengan Menentukan Pola Aktivitas dan Jarak Edar Serta Luas Daerah Edar Harian Hewan .............................................. PRAKTIKUM II PRAKTIKUM III : Respon Menghindar Pada Burung Terhadap Kehadiran predator .................. : Menaksir Kelimpahan Populasi Organisma Dengan Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM) ........................................... 1 15 i ii iii

20 26 31 36 44 52 59 60

PRAKTIKUM VI : Kelimpahan Relatif Populasi-Populasi Hewan ........................................................... PRAKTIKUM V : Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan ............................

PRAKTIKUM VI : Menaksir Kerapatan Populasi Dengan Metode Cuplikan Kuadrat ........................ PRAKTIKUM VII : Percobaan Mengenai Respon Reotaksis Pada Hewan-Hewan Mobil ....................... PRAKTIKUM VIII : Percobaan Mengenai Respon Fototaksis Pada Hewan-Hewan Mobil ........................ DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................

PRAKTIKUM I
KINERJA HEWAN DI LINGKUNGANNYA DENGAN MENENTUKAN POLA AKTIVITAS DAN JARAK EDAR SERTA LUAS DAERAH EDAR HARIAN HEWAN A. PENDAHULUAN Dalam rentang waktu sehari (24 jam) dan dari hari ke hari, hewan menjalani hidupnya dengan melakukan berbagai aktivitas. Pada hewan yang memiliki mobilitas yang tinggi dalam pergerakan mencari makan untuk mendapatkan energi yang diperlukannya. Pada hewan dewasa seksual, aktivitas hariannya mencakup aktivitas reproduksi, seperti mencari pasangan dan berkopulasi, area yang dijelajahi hewan untuk aktiviatas-aktivitas tersebut dikenal dengan daerah edar. Setiap hewan yang keluar dari sarang atau tempat perlindungan akan terdedah pada waktu hewan lain menjadi musuhnya (predator) dan kondisi lingkungan yang tidak baik, maka dalam kegiatan keseharian itu, tercakup pula pergerakan mencari tempat berlindung, agar terhindar dari bahaya yang mengancam (inaktif). Dalam kurun waktu sehari dan dari hari ke hari, berbagai faktor dan kondisi lingkungan seperti suhu, cuaca dan iklim mengalami perubahan-perubahan serta memperlihatkan fluktuasi baik harian maupun musiman. Faktor suhu misalnya setiap pagi relatif rendah dan makin siang makin naik hingga mencapai suhu maksimum pada hari itu, dan kemudian akan berangsur turun pada sore hari dan malam harinya hingga mencapai suhu kesintasannya. Dalam mengadakan berbagai aktivitas tersebut hewan pun memerlukan istirahat dan tidur

minimum.

Dari berbagai variasi kondisi suhu itu sebagian

merupakan kondisi yang baik atau sangat baik (Preferendum), namun ada juga yang tidak baik yang beroperasi sebagai faktor pembatas. aktivitas Dalam kondisi suhu yang ekstrim yang mendekati makan dan lain sebagainya, melainkan batas-batas kisaran toleransinya, hewan tidak lagi melakukan mencari dipusatkan pada upaya-upaya bertahan dan menjaga diri agar tetap sintas. Achatina fulica Bowdich Bekicot (Achatina fulica B.) merupakan hewan yang paling banyak ditemukan diberbagai daerah di Indonesia, meskipun demikian hewan ini bukan spesies pribumi Indonesia melainkan merupakan pendatang dari benua Afrika yang telah menetap 50 tahun lamanya. Bekicot bersifat hermaprodit namun perkawinan tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja melainkan membutuhkan individu lain pada proses kawinnya. Pada waktu kopulasi penis masing-masing individu yang berwarna keputih-putihan dan lembab, akan masuk ke dalam lubang genital individu pasangan kawinnya. Bekicot dikenal sebagai hewan nocturnal dan herbivora, karena kebiasaan makannya itu, sehingga bekicot digolongkan dalam sebagai kelompok hewan yang berpotensi sebagai hama bagi kebun sayuran dan bunga-bungaan. Menurut Naryo Sadhori (1997: 6) bekicot termasuk dalam golongan hewan lunak dan biasanya disebut Molusca. Anggota bekicot ini sangat banyak hidup di bebagai alam (darat, air

tawar, air payau dan di laut) misalnya cumi-cumi, gurita dan kerang-kerangan. Bekicot termasuk ke dalam kelas Gastropoda atau berkaki perut. Di Indonesia dikenal ada dua jenis (spesies) bekicot yaitu Achatina fulica dan Achatina fariegata. Secara garis besar tubuh bekicot terdiri atas dua bagian yaitu cangkang bekicot; berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuhnya dari mangsanya. Cangkang bekicot dewasa dapat mencapai 7,5 - 11,5 cm diukur dari ujung cangkang sampai kedasar cangkang. Achatina fulica mempunyai cangkang bergaris-garis semar, ramping dan runcing, sedangkan Achatina fariegata memiliki cangkang bergaris tebal, lebih gemuk, dan membulat, dan badan bekicot; yang sederhana terdiri atas kepala dan perut.

Keterangan a. Hati e. Vagina b. Usus f. Penis c. Kelenjar Abdomen g. Lubang Kelamin k. Anus i. Ginjal d. Kelenjar Mukosa h. Mulut i. Mata

j. Kelenjar ludah B. TUJUAN PRAKTIKUM Dengan adalah: 1.

(Naryo Sadhori, 1997: 7-8) mengambil bekicot Achatina fulica Bowdich

sebagai obyek pengamatan, tujuan dalam kegiatan praktikum ini Untuk mengetahui bagaimana pola aktivitas harian hewan itu sehubungan dengan pola fluktuasi dari perubahan kondisi faktor-faktor lingkungan dan habitat yang ditempatinya. 2. Untuk mengetahui dan membuat estimasi mengenai berapa jauh jarak yang ditempuh hewan sehari-harinya dalam melakukan berbagai aktivitas hidupnya.

3.

Untuk mengetahui luas daerah edar, sehingga tubuh hewan yang kita amati bervariasi ukurannya (berat, panjang, cangkang) tubuhnya.

4.

Untuk mengetahui apakah panjang jarak luas daerah edar harian berkorelasi dengan ukuran tubuhnya Untuk mengetahui apakah panjang jarak luas daerah edar

harian berkorelasi dengan ukuran tubuhnya. Praktikum ini merupakan suatu latihan dan contoh dalam melakukan penelitian autoekologi mengenai suatu populasi yang memerlukan pengamatan secara berkala tiap interval waktu dari dan dalam suatu rentang waktu yang relatif panjang (dalam hal ini 24 jam). I. Area pengamatan Praktikum ini di laksanakan di lapangan Laboratorium Unit Pendidikan Biologi Jurusan Pend. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Haluoleo. II. Alat dan bahan 1. Bahan a. Bekicot b. Tipe-x c. Tisu Gulung d. Tali Rafia e. Kertas Karton 2. Alat a. Senter b. Thermometer f. Meteran kain g. Timbangan Ohaus f. Kertas Minyak g. Patok kayu atau bambu h. Lilin i. Spidol besar

c. Soil tester d. Parang e. Lux meter III. Tata Kerja A. Tata Kerja Pengamatan, Pengukuran dan Kriteria Aktivitas Menurut berbagai hasil penelitian individu-individu grafid tidak ditemukan pada Achatina fulica yang ukuran panjang cangkangnya kurang dari 4,9 cm, maka cukup mendasar untuk menganggap ukuran lebih dari 5 cm sebagai ukuran tubuh dari Achatina fulica dewasa seksual. Pengamatan kita dalam praktikum ini dipusatkan pada individu-individu dengan variasi panjang cangkang 50 mm. Untuk pengenalan individual, bekicot yang diamati diberi tanda atau nomor-nomor cat berwarna yang putih berbeda dan dengan pada menggunakan kuning

cangkangnya. Penandaan dilakukan pada waktu hewanhewan inaktif, tengah hari. Pada siang hari sekitar 1 jam sebelum pengamatan hewan mulai dikumpulkan dan dibersihkan dengan atau keras penyerap (tissue) dari kotoran dan serasah atau tanah yang menempel pada tubuhnya. Kemudian bekicot tersebut ditimbang hingga ketelitian 0,1 gram. Karena dalam rentang waktu 24 jam berat ubuh dapat mengalami perubahanperubahan, akibat masukan makanan, keluaran feses dan keluaran telur. Pada akhir pengamatan tubuh hewan ditimbang dan dipuratakan hasilnya. Pada praktikum ini hewan yang akan diamati berjumlah 100 - 150 ekor atau lebih.

Ukuran tubuh Gastropoda dapat dinyatakan dalam ukuran panjang cangkang. Karena itu ukurlah panjang cangkang bekicot dengan jangka sorong (kaliper) mulai dari bagian pangkal tiang spiral cangkang hingga bagian apeks cangkang, dengan ketelitian 1 mm. dengan asumsi bahwa dalam rentang waktu 24 jam tidak terjadi pertambahan panjang cangkang yang berarti (< 1 mm), pengukuran panjang cukup dilakukan sekali saja. Kalau waktu mengizinkan pengukuran dapat dilakukan pada akhir pengamatan. Isi hasil pengukuran pada lembar data. Penimbangan dan pengukuran tersebut di atas tidak dilakukan di lapangan melainkan di laboratorium. Apabila perlakuan-perlakuan tersebut dikembalikan kehabitatnya semula di daerah ternaung. Setiap penelitian mengenai aktivitas atau perilaku, pertama-tama sekali memerlukan kriteria, untuk digunakan sebagai acuan dalam pengamatan. Salah satu langkah awal ialah menentukan kriteria untuk menentukan hewan aktif dan inaktif (aktivitas = 0). Kriteria yang dipakai untuk bekicot dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Aktif (A); apabila bagian kepala bekicot terjulur keluar dari cangkangnya. a. Berjalan-jalan (Ab); bergerak berpindah tempat b. Berdiam diri disuatu tempat, tanpa melakukan aktivitas khusus (Ad).

10

c. Makan (Am); bila adanya fragmen daun ataupun serasah yang menempel pada bagian mulut dan adanya gerakan-gerakan radula. d. Mengeluarkan defekasi (mengeluarkan tinja) baik sambil diam ditempat (Adf) atau sambil berjalan (Abf) e. Berkopulasi (Ak); apabila adanya sepasang penis yang terentang di antara sisi bagian kepala dari kedua hewan yang sedang kawin. f. Bertelur (Ao); posisi tubuh bekicot waktu mengeluarkan telur-telurnya mirip (Ad) tetapi dengan bagian kepala yang menjulur mauk kedalam serasah atau tanah, adakalanya tampak menyerupai posisi (Im) atau (Ik). 2. Inaktif; apabila bagian kepala hewan tersembunyi dalam

cangkang. Kategori ini dapat dipilah-pilah atas : a. Inaktif dengan seluruh bagian tubuh yang lunak dari hewan masuk ke dalam cangkang (Im) b. Inaktif dengan bagian kakinya masih banyak terjulur keluar cangkang (Ik). Cangkang bekicot yang keras itu bersifat protektif, untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang lunak dari faktor lingkungan yang membahayakan, termasuk suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban udara yang terlalu rendah. Oleh karena itu menghindari tubuh dari bahaya kekeringan dan kondisi panas dan kering, sebagian atau seluruh bagian tubuh yang lunak dan lembab itu akan masuk ke dalam cangkang.

11

Perhatikan individu-individu ini pada siang hari, bagian ujung kaki yang masuk cangkang akan terlihat dilindungi oleh selapis efifragma. Pada musim kemarau yang sangat kering bagian mulut cangkang bekicot dilapisi oleh efifragma yang mengeras seperti lapisan tanduk. Dalam keadaan demikian hewan-hewan tersebut dikatakan sedang mengalami estivasi (tidur musim kering, sebanding dengan hibernasi pada hewanhewan temperate di musim dingin). Cara menentukan pola aktivitas hewan ada bermacammacam di dasarkan pada cara pengukuran akivitas. Dalam praktikum ini aktivitas populasi (individu dewasa) Achatina fulica dinyatakan dalam persentase jumlah individu yang melakukan suatu kategori aktivitas dari jumlah total individu-individu yang diamati, pada setiap waktu pengamatan. Dalam praktikum ini pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan interval waktu 2 jam. Isikan data aktivitas hewan selama pengamatan pada lembar data. 2. Pengukuran Kondisi Faktor Lingkungan Pengukuran faktor-faktor lingkungan fisis Achatina fulica di area pengamatan meliputi: suhu udara, kelembaban relative udara intensitas cahaya, suhu tanah, kelembaban tanah, cuaca dan iklim. Karena hewan-hewan menjelajahi berbagai bagian dari kebun maka pengukuran dilakukan di dua tempat, yaitu bagian yang terdedah (daerah terbuka) dan bagian yang terlindung (daerah yang ternaung) tumbuh-tumbuhan. Suhu udara diukur 20 cm diatas permukaan tanah dan suhu tanah pada kedalaman sekitar 10 cm dengan menggunakan

12

thermometer

biasa

untuk

udara

dan

thermometer

tanah.

Kelembaban relative udara diukur dengan hygrometer, pada posisi pengukuran suhu, dan kelembaban relatifnya dibaca dari tabel didasarkan pada pengukuran suhu basah dan kering. Intensitas cahaya diukur dengan luxmeter pada posisi ketinggian yang sama seperti suhu. Pengukuran kelembaban dan pH tanah dilakukan dengan menggunakan soil tester. Semua pengukuran dilakukan setiap 2 jam seperti no. 1 dan hasil pengukuran dicatat pada lembar data. 3. Pengukuran Jarak Edar (JE) Cara mengukur jarak total yang ditempuh hewan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (jarak edar atau jarak edar jelajah) bermacam-macam. Semua didasarkan pada penelusuran posisi hewan pada waktu-waku tertentu berurutan dalam rentang 24 jam. Makin kecil selang waktu yang berurutan itu taksiran jaraknya makin baik. jika selang waktu (t = 0), jarak yang ditempuh merupakan jarak yang sebenarnya dengan mengukur jarak-jarak yang ditempuh setiap interval waktu 2 jam. Maka jumlah total jarak selama 24 jam akan merupakan suatu aproksimasi yang lebih bersifat estimasi bawah (di bawah angka sebenarnya). Posisi hewan pada waktu pengamatan dapat ditentukan dengan dua cara, yang pertama dan lebih sederhana ialah menandainya dengan patok berlabel (No. Kode Hewan dan Jam Pengamatan). Pada waktu pengamatan 2 jam setelah itu ditempatkan patok berlabel berikutnya, lalu jarak ukur jarak antara keduanya (dalam cm) dan begitu seterusnya hingga

13

pengamatan terakhir. dalam lembar data. Apabila

Angka-angka hasil pengukuran diisikan

a. Pada waktu pengamatan, individu tertentu tidak dapat ditemukan selama jam sejak pengamatan dimulai sebaiknya pencarian dihentikan. b. Ternyata individu yang hilang tersebut di atas ditemukan kembali pada waktu-waktu pengamatan berikutnya, maka pengukuran jarak tempuh per 2 jam dapat diteruskan lagi (untuk perhitungan rata-rata jarak tempuh per 2 jam) c. Ada individu yang ditemukan di atas tanah (pada pohon dan lain-lain), pengukuran dilakukan pada posisi semula ke pangkal pohon dan dari pangkal pohon ke posisinya diatas pohon itu. d. Jarak-jarak tempuh untuk individu yang termasuk kategori a-c tersebut diatas tidak diperhitungkan untuk estimasi jarak edar harian ( Je; lembar data). Cara pengukuran jarak edar yang lain dengan menggunakan kisi-kisi (grids) sebagai acuan posisi hewan dan pengukuran jarak tempuhnya. Dalam hal area pengamatan dibagi-bagi atas petak-petakkan segi (2 x 2 m) kisi-kisi dengan tali rafia yang dibentangkan agak jauh dari permukaan tanah, masing-masing petakan itu ditandai (kode). Area pengamatan berikut susunan kisi-kisi digambarkan menurut skala (1:250) pada keratas millimeter. Gambar peta demikian dibuat sama sejumlah individu bekicot yang diamati. Jadi setiap lembar diperuntukkan bagi setiap individu. Gunakan papan penjepit (Clip board) untuk

14

lembaran-lembaran itu di lapangan. daerah edar.

Cara kedua inilah yang

dalam kegiatan ini akan digunakan untuk mengestimasi luas Dengan bantuan tongkat berskala pengukur jarak, posisi individu setiap waktu pengamatan ditentukan berdasarkan koordinatnya dan digambarkan sebagai suatu titik pada peta titik kisi-kisi tersebut. Tiap titik ditandai dengan nomor dari urutan waktu (jam) pengamatan. Jarak tempuh tiap 2 jam dihitung dari hasil pengukuran jarak tiap titik hasil 2 pengamatan yang berurutan dan jumlah total dari jarak-jarak tempuh itu merupakan jarak edar selama 24 jam pengamatan. Lihat juga keterangan a d di atas. Perhataian : Apabila pengerjaan di lapangan sudah selesai, jangan lupa untuk membenahinya (patok-patok, tali dan sebagainya), bekicot-bekicot yang sudah ditimbang (berat akhir) semua dikembalikan pada area pengamatan. Begitu juga Laboratorium sebagai POSKO sebelum ditinggalkan terlebih dahulu dirapikan dan dibersihkan. Tunjukkan kebersamaan dalam melakukan setiap kegiatan. IV. Bahan Laporan 1. Untuk menyusun uraian mengenai pola aktivitas dan hubungannya dengan pola fluktuasi kondisi-kondisi faktor-faktor lingkungan, buatlah pertama-tama beberapa grafik dengan waktu pengamatan pada absis, dan faktor-faktor lingkugan serta persen aktivitas (% A) pada ordinat. Perhatikan pola grafik yang didapat, lalu ambil kesimpulannya (penggunaan rumus-

15

rumus

regresi

korelasi

dihargai namun

tidak merupakan

keharusan). 2. Berapakah (% jumlah) individu grafid bila tidak ada mengapa demikian? 3. Berapakah rata-rata (SB ; n = .) jarak edar harian Achatina fulica dan luas edar harian Achatina fulica. Berapakah kisarannya. 4. Untuk melihat tidak adanya korelasi antara jarak edar dan luas daerah edar dengan ukuran tubuh (berat, panjang cangkang), pertama-tama buatlah diagram pencar dengan ukuran tubuh pada absisi dan jarak edar pada ordinat. Perhatikan pola sebaran titik-titik itu. Apabila terjadi indikasi (kenali secara visual) ada korelasi, hitunglah dengan menggunakan rumus regresi. Tentukan nyata tidaknya korelasi tersebut. 5. Berdasarkan berikut: a. Kondisi suhu dan kelembaban relative yang bagaimanakah yang sesuai untuk terjadinya aktivitas kopulasi dan oviposisi. b. Kondisi suhu dan kelembaban yang bagaimanakah yang menyebabkan lebih dari 50 % jumlah individu yang diamati itu aktif (A). Sertai jawaban anda dengan gambar-gambar klimograf. 6. Bagaimana pola aktivitas berjalan (Ab) harian bekicot ? Untuk menjawab atau KBR = partanyaan ini buatlah pertama-tama grafik dengan waktu pengamatan pada absisi dan rata-rata ( SB SEM) jarak tempuh per 2 jam pada ordinat. Kaitkan gambaran yang didapat dengan grafik fluktuasi kondisi data yang diperoleh, jawablah pertanyaan

16

faktor lingkungan. Jawablah pertanyaan di atas berdasarkan kesimpulan yang didapat. 7. Berdasarkan uraian mengenai hal-hal lainnya yang merupakan keterangan tambahan mengenai prilaku harian bekicot yang diamati (aktivitas makan naik di atas batang oviposisi, pohon, dan pembentukan sebagainya). Keterangan: SB KBR SEM V. = Simpangan Baku (Standar deviation) = Kesalahan Baku rata-rata = Standar Error of The Mean) Laporan Praktikum makalah ilmiah. 2. Berbagai masalah yang disebutkan di atas (F 1-7) uraiannya disusun secara sistematis menurut sejumlah sub-bab tertentu, sehingga isi laporan secara menyeluruh menunjukkan kesinambungan uraian. efifragma, melakukan

1. Laporan disusun secara lengkap dan sistematis sebagai suatu

17

PRAKTIKUM II
RESPON MENGHINDAR PADA BURUNG TERHADAP KEHADIRAN PREDATOR A. PENDAHULUAN Setiap hari di Kampus Bumi Tridharma Anduonohu UNHALU selalu kita melihat kehadiran burung yang sedang mencari makan dan memakan makanan. Beberapa spesies kita lihat kehadirannya dalam bentuk kelompok, dan beberapa spesies lainnya terlihat dalam bentuk soliter. Ada dua faktor penting yang mempengaruhi apakah burung-burung hidup berkelompok dan soliter (sosial) yaitu distribusi terdapatnya sumber daya dan sifat mudah tidaknya menghadapi predasi (predation). predasi dalam kontrol populasi tergantung dari (performance) mangsa dan predator. Kinerja mangsa dapat berupa: 1. Kemampuan mangsa mempertahankan diri. 2. Kemampuan mangsa menghidar dari predator. 3. Kedapatan mangsa di luar daerah edar predator. 4. Penyebaran mangsa di luar daerah edar predator. Disamping itu, kinerja predator juga mempengaruhi peranan predasi dalam mengontrol populasi yang berupa: 1. Bentuk-bentuk penyerangan dari predator. 2. Urutan dari predator. 3. Respon fungisional dari predasi (Colinvax, 1986). Keuntungan beraktivitas secara berkelompok pada burung berkenaan dengan fungsi kerja sama dalam kelompok untuk memperoleh secra efisien yang meliputi: Peranan kinerja

18

1. Penangkapan mangsa gesit. 2. Penghalauan mangsa yang tersembunyi. 3. Efisiensi eksploitasi makanan melalui lamanya waktu yang optimal untuk kembali mengambil makanan pada tempat yang sama. 4. Meniru temannya dalam memperoleh makanan. 5. Transformasi informasi. Dalam hal menghidar dari predator, keuntungan dalam kelompok adalah: 1. Efek berkumpulnya burung itu sendiri; dalam hal ini individu di tengah kelompok berkurang resikonya dalam predasi. 2. Meningkatkan kewaspadaan dari bahaya predasi. 3. Reproduksi yang serempak mengurangi resiko predasi bagi telur dan anak-anaknya. 4. Efek pembingungan (Confusion effect); predator dapat dibingungkan oleh adanya sejumlah besar mangsa, sehingga mengurangi peluang penangkapan. Selain memberi keuntungan, sosialitas pada burung juga dapat memberikan beberapa kerugian anggotanya. Dalam kelompok sekawan (flock) dapa terjadi kompetisi makanan dan pasangan kawin, tempat berbiak, dan materi sarang. Di samping itu, resiko kanibalisme dan berkurangnya perawatan dari induk dapat terjadi, kehidupan berkelompok dapat juga meningkatkan ektoprasit dan penyakit, namun efek-efek kerugian ini terbayar oleh efek keuntungan, sehingga secara umum kehidupan berkelompok pada burung mempunyai nilai kesintasan (survival).

19

Individu burung dalam kelompok lebih waspada terhadap bahaya predator (Kikkawa, 1971). Tingkat kewaspadaan burung terhadap bahaya predator dapat dilihat dari kecepatan reaksinya menghindar dari predator. Namun demikian seperti halnya hewan Vertebrata lain, prilaku tidak semuanya bersifat bawaan (Inheren), sebagaian besar merupakan hasil belajar. B. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan paraktikum ini adalah: 1. Ingin mendapatkan informasi hubungan antara besarnya kelompok burung dan reaksinya untuk terbang menghindar dari predator. 2. Untuk mendapatkan informasi tentang spesies-spesies burung yang berada di halaman sekitar kampus UNHALU kendari. 3. Inging mendapatkan informasi pewaktuan aktivitas makan bagi spesies-spesies burung tersebut dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. C. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan a. Tali Rafia b. Patok Kayu 2. Alat a. Termometer b. Lux meter c. Meteran Rol d. Tali Counter

20

D. CARA KERJA Pengamatan dilakukan terhadap semua spesies yang hadir di halaman kampus, pengamatan pada burung dilakukan oleh dua orang. Salah satu orang memegang dua buah tongkat, dan yang lainnya memegang tali meteran dan alat pencacah (Tally Counter). Mekanisme kerja untuk setiap kali pengamatan (setelah menjumpai kehadiran burung di lapangan) adalah sebagai berikut: 1. Salah seorang menghitung burung yang akan diamati, seorang yang lainnya dengan memegang kedua tongkat berjalan mendekati burung atau kelompok dengan memusatkan pandangan terhadap salah satu individu burung yang yang menjadi pusat kelompok (bila berkelompok), yaitu burungburung yang terdekat dengan predator (pengamat). 2. Menancapkan salah satu tongkat pada saat burung yang menjadi pusat perhatian pengamat terbang untuk menghindari pengamat. 3. Menancapkan tongkat kedua pada titik dimana individu burung yang diamati terbang menghindari predator. 4. Mengukur jarak antara tongkat yang pertama dengan yang kedua. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel pengamatan. 5. Pengamatan faktor-faktor lingkungan diukur pada setiap jam percobaan. E. BAHAN LAPORAN 1. Membandingkan kelompok burung yang dihubungkan dengan reaksi untuk terbang menghindar dari predator.

21

2. Membandingkan kelompok burung yang ditemukan pada pagi ahri, siang hari, dan sore hari di berbagai lokasi pengamatan. 3. Membedakan kelimpahan burung yang diamati pada pagi hari, siang hari dan sore hari diberbagai lokasi pengamatan. 4. Kelompok burung mana yang paling banyak ditemukan? Dan di lokasi mana paling banyak kelompok burung ditemukan? F. LAPORAN PRAKTIKUM Laporan dibuat dalam bentuk makalah yang disusun secara sistematis dan memuat aspek-aspek yang ditanyakan di atas berdasarkan hasil kompilasi data seluruh kelompok kerja.

22

PRAKTIKUM III
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI ORGANISMA DENGAN METODE MENANGKAP-MANANDAI-MENANGKAP KEMBALI (MMM) A. PENDAHULUAN Tidak semua spesies hewan kelimpahan atau kerapatannya dapat ditentukan dengan metode pencacahan atau pencuplikan. Salah satu cara lain, khususnya digunakan terhadap hewan-hewan yang mobilitasnya tinggi ialah yang dinamakan metode manangkap, manandai dan menangkap kembali (MMM : CMR atau Capture-Mark-Recapture). Metode ini dikenal juga sebagai metode (indeks) Petersen-Lincoln berdasarkan nama penemu-penemunya. Pada dasarnya metode ini merupakan modifikasi metode pencuplikan, yang pencuplikanya dilakukan pada dua periode yang berbeda. Pada periode pertama hewan-hewan ditangkap (dicuplik) ditandai, lalu dilepaskan kembali setelah hewan-hewan bertanda berbaur lagi dalam populasi pada periode ke-2 dilakukan kembali penangkapan (pencuplikan) dan dicacah berapa jumlahnya yang bertanda, maupun keseluruhannya. Interval waktu antara kedua periode pencuplikan itu harus cukup lama agar memberikan peluang hewan-hewan yang bertanda untuk berbaur, namun tidak pula terlalu lama memungkinkan terjadinya pengenceran populasi akibat bertambahnya individu baru akibat natalitas atau imigrasi. Metode MMM yang akan dipelajari dalam latihan ini hanya berlaku bagi populasi tertutup yang dalam hal ini berarti populasi (relatif) konstan selama periode pengamatan.

23

Cara menandai ada bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), selama periode pengamaatan dan tujuan studi, namun dalam cara apapun yang digunakan persyaratan-persyaratan berikut ini perlu dipenuhi. 1. Tanda yang digunakan harus mudah dikenal kembali dan tidak ada yang hilang atau rusuk selama periode pengamatan. 2. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau merubah perilaku atau aktivitas atau peluang hidup. 3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain dalam populasi. 4. Peluang untuk ditangkap (kembali) harus sama bagi individu yang bertanda maupun tidak. B. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan kita dalam latihan ini adalah untuk menaksir kelimpahan populasi capung, belalang, yang berterbangan di area lokasi pengamatan. C. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan : a. Tipe-X 2. Alat Apabila M = Jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode N = pencuplikan ke-1 Jumlah total yang bertanda maupun tidak bertanda pada periode cuplikan ke-2 : Jala Serangga. b. Kantung Plastik atau Botol Aqua.

D. RUMUS-RUMUS PERHITUNGAN METODE (MMM)

24

M =

Jumlah individu yang bertanda, yang tertangkap kembali pada periode pencuplikan ke-2 Maka harga taksiran kelimpahan populasi (N; indeks

Petersen-Lincoln) dapat dihitung sebagai berikut: a. Apabila nilai M besar ( 30) : N :

M .n m

Dengan variansi estimatnya Var N =

M 2 .N (n m) m3

b. Apabila M kecil ( 30) digunakan perhitungan dengan rumusrumus berikut: N=


M 2 (n 1)(n m) M (n 1) dan aproksimasinya: Var N= (m 1) 2 (m 2) m 1

E. BAHAN OBYEK PENGAMATAN Untuk latihan metode MMM dapat dilakukan pada berbagai jenis hewan mobil yang bergerak aktif, yang ukuran tubuhnya relatif besar (3-5 cm), jumlahnya banyak dan mudah didapatkan di sekitar area pengamatan seperti misalnya hewan capung dan belalang. Pertama-tama kenalilah ketiga spesies capung yang biasa dijumpai yaitu: Cricithemia cervila, Pantala flavescens, dan Orterthum sabina, ketiga spesies capung seperti Odonata lainnya merupakan serangga bersifat aquatik dan memangsa larva serangga lain, kecebong, ikan kecil dan lain sebagainya. Selain capung dapat juga digunakan hewan belalang yang dijumpai di lapangan area pengamatan.

25

F. TATA CARA PELAKSANAAN 1. Dalam latihan ini setiap kelompok dan kerja melakukan di area penangkapan hewan (capung belalang)

pengamatan yang berbeda.

Taksiran kelimpahan populasi

dari hewan-hewan yang diselidiki akan didasarkan atas hasil kompilasi data dari seluruh kelompok kerja. 2. Sediakan jala serangga (Jala ayun) dan alat-alat penanda (Tipe-x). 3. Pada pagi hari periode pencuplikan ke satu, dilakukan penangkapan sejumlah individu, tandai bagian dorsal, atau toraksnya dengan tipe-x, berupa bintik kecil, lalu dilepaskan. Lakukan penangkapan, penandaan dan pelepasan hewanhewan itu dengan hati-hati, catat jumlah individu yang ditangkap, yang ditandai dan yang dilepaskan. Catat pula seandainya ada yang mati atau luka akibat perlakuaan. 4. Pada sore hari periode pencuplikan kedua dilakukan lagi penangkapan dengan cara yang sama serupa seperti pada pencuplikan kesatu. Hitung berapa jumlah individu total yang tertangkap maupun yang bertanda lalu dilepaskan semua. 5. Isikan semua hasil pencacahan pada lembar data. Bahan laporan merupakan hasil kompilasi dari seluruh data seluruh kelompok kerja 1. Berapakah kelimpahan total belalang di area penagamatan? Berikan gambaran yang lebih rinci mengenai kelimpahan masing-masing spesies. Mana yang terbanyak, mana pula yang paling sedikit kelimpahannya. G. BAHAN LAPORAN

26

2. Apabila ada spesies belalang yang ditandai pada pencuplikan pertama namun tidak dijumpai pada pencuplikan kedua apa kesimpulan anda. 3. Apa komentar anda bila ada spesies belalang maupun capung yang tidak tertangkap pada pencuplikan pertama tetapi pada pencuplikan kedua tertangkap. 4. Apa yang dapat anda terangkan mengenai harga N, Apabila - Ada individu yang sudah ditandai luka atau mati pada periode pencuplikan pertama. - Ada individu yang bertanda ataupun tidak yang secara tidak sengaja terbunuh pada pencuplikan kedua. 5. Apakah metode MMM dapat digunakan pada sensus spesies hewan? Jelaskan. 6. Bagaimana menandai hewan-hewan berupa ikan, Amphibia, kadal, burung, dan mamallia, berikan masing-masing satu contoh untuk penandaanya. 7. Apakah sebabnya penanganan waktu menangkap, menandai dan melepaskan kembali pada pencuplikan pertama harus hati-hati, agar hewan-hewan tetap utuh dan lincah seperti semula. H. LAPORAN PRAKTIKUM Laporan dibuat dalam bentuk makalah, dengan memuat bahan-bahan tersebut di atas dan searahkan paling lambat seminggu setelah kompilasi data selesai dilakukan.

27

Tugas Contoh Kasus 1. Berdasarkan hasil pengamatan dalam menaksir kelimpahan populasi hewan dengan metode (MMM) diperoleh data sebagai berikut: Lokasi Pengamatan A B C D E Jumlah Individu Pencuplikan II Pencuplikan I Tidak Bertanda Bertanda 25 10 8 30 15 45 10 20 9 32 6 35 21 18 17

No 1. 2. 3. 4. 5.

Hitunglah: 1. Kelimpahan Populasinya. 2. Berapakah Variansinya.

28

PRAKTIKUM IV
KELIMPAHAN RELATIF POPULASI-POPULASI HEWAN A. PENDAHULUAN Tidak semua hewan dalam suatu komunitas biotik individu populasinya dapat dihitung atau kerapatan populasinya dapat diukur. Dalam hal ini pengetahuan mengenai kelimpahan dalam kerapatan relatif sudah cukup, meskipun besar populasi yang sebenarnya tidak kita ketahui namun gambaran mengenai kelimpahan populasi yang berupa suatu indeks sudah dapat memberikan informasi mengenai banyak hal. Misalnya mengenai berubah-ubahnya populasi hewan di suatu area pada waktu yang berbeda atau berbeda-bedanya populasi-populasi hewan pada area atau komunitas yang berbeda. Teknik dan penentuan indeks kelimpahan itu banyak sekali macamnya tergantung dari spesies hewan berikut kekhasan prilakunya serta macam habitat yang ditempatinya. Salah satu metode yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Perangkap Jebak (Pitfall trap). Perangkap jebak itu berupa tabung atau bejana tinggi sedarhana yang dibenamkan dalam tanah, hingga mulut tabung itu rata dengan permukaan tanah maupun serasah yang menutupinya. Berikut gambar alat perangkap jebak.

29

B. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk membandingkan kelimpahan relatif jenis-jenis hewan mobil pada lahan yang diliputi komunitas tumbuhan yang berbeda. 2. Hasil penangkapan hewan dengan perangkap jebak sangat tergantung dari prilaku dan aktivitas hewan. 3. Untuk memperoleh gambaran mengenai proporsi jenis-jenis hewan yang bersifat nocturnal, diurnal, krespuskuler, dan aritmik yang hidup dalam komunitas. C. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Formalin 5 % b. Botol Aquades c. Deterjen 2. Alat a. Parang b. Linggis d. Kantung Plastik e. Botol Film f. Tali Rafia

30

D. CARA KERJA Perangkap jebak dengan jumlah yang sama dipasang secara acak pada lahan pengamatan dengan vegetasi yang berbeda macamnya. Untuk memudahkan pengenalan lokasi tiap perangkap, cabang perdu terdekat berilah tanda dengan menggunakan tali rafia. Pasangkan perangkap-perangkap itu pada pagi hari dan hasilnya diambil pada sore hari. esoknya. Kumpulkan hasil perangkap itu (berikut larutan pengawetnya) dalam katung-kantung atau botol film yang masing-masing telah diberi label yang lengkap. tiap takson yang didapat, dilakukan di laboratorium. Satuan kelimpahan relative disini adalah jumlah individu perwaktu (malam, siang hari) per perangkap, karena itu maka lamanya waktu serta jumlah perangkap yang dipasang pada lahan-lahan pengamatan yang diperbandingkan harus sama. Dari data masing-masing kelompok kerja diisikan dalam lembaran data. kelompok kerja. E. BAHAN LAPORAN Isi laporan paling sedikit harus mencakup aspek-aspek yang ditanyakan dibawah ini: Untuk selanjutnya dikomplikasikan dari seluruh Pengerjaan selanjutnya meliputi identifikasi dan pencacahan jumlah individu Hasil penangkapan yang dipasang sore hari diambil pada pagi hari

31

1. Lahan mana yang kekayaan spesiesnya paling tinggi?, paling rendah?, apakah lahan yang kekayaan spesies paling tinggi itu paling tinggi pula kelimpahan relative populasinya?, kalau tidak demikian adakah pola lain, ataukah antara kekayaan (jumlah spesies dengan kelimpahan relatif tidak pola hubungan tertentu? 2. Kesimpulan umum mengenai kelimpahan relatif hewan-hewan tanah pada jenis-jenis lahan yang diperbandingkan. Sebutkan jenis atau kelompok hewan yang kelimpahannya paling tinggi dan juga yang paling rendah. Bandingkan mengenai hal ini pada lahan yang berbeda. 3. Kesimpulan apakah yang dapat anda ambil dari angka kelimpahan relative dan jumlah spesies hasil tangkapan pagi hari, sore hari, dan malam hari dari tiap lahan pengamatan?. 4. Kesimpulan apakah yang dapat anda ambil dari adanya (berapa proporsi jumlahnya atau tidak adanya spesies yang tertangkap pagi hari, sore hari dan malam hari)?. 5. Adakah kritik dan saran anda mengenai metode perangkap jebak yang digunakan sehubungan dengan tujuan latihan ini maupun dengan butir-butir yang ditanyakan di atas. F. LAPORAN PRAKTIKUM Laporan dibuat dalam bentuk makalah yang disusun secara sistematik dan memuat aspek-aspek yang ditanyakan di atas. Berdasarkan hasil kompilasi data seluruh kelompok kerja. Contoh Kasus

32

1. Seorang mahasiswa pendidikan biologi melakukan praktikum dengan memperoleh data hasil pengamatan pada dua stasiun yaitu stasiun berikut: Dik: Diameter 6,5 cm dan nilai n = 3,14 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Stasiun A Spesies Semut merah Ulat Lalat buah Jangkrik Nyamuk Ulat Laba-laba Semut merah Jumlah Spesies 2 1 3 2 1 1 1 1 Stasiun B Spesies Semut merah Ulat Semut merah Lalat buah Jangkrik Nyamuk Semut merah Semut hitam Ulat Jumlah Spesies 1 1 1 2 1 2 1 1 2 A dan stasiun B data yang diperoleh sebagai

a. Hitung 1. Kepadatanya 2. Predominan 3. Dominansi Spesies 4. Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner 5. Indeks Keserupaan Sorensen 6. Aturan 50 % b. Jelaskan kesimpalan anda berdasarkan pengolahan data predominan.

33

PRAKTIKUM V
MENENTUKAN KISARAN PREFERENSI TERHADAP KONDISI SUHU LINGKUNGAN I. PENDAHULUAN Setiap jenis hewan mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap kondisi-kondisi intensitas atau besaran dari sesuatu faktor lingkungan abiotiknya. Dalam kisaran kondisi yang ditolerirnya itu, hewan akan menunjukkan preferensi terhadap suatu kondisi atau kisaran kondisi yang paling cocok baginya, yang kenal sebagai preferendumnya. Apabila sejenis hewan mobil dihadapkan pada suatu gradient faktor lingkungan, misalnya yang berupa seurutan kondisikondisi suhu yang berbeda-beda, maka hewan itu akan bergerak menuju ketempat dengan kondisi suhu yang paling cocok bagi hewan itu. Apabila jenis hewan tersebut terdiri dari banyak individu, maka jumlah terbanyak akan berkumpul pada tempat yang merupakan preferendum tersebut. Preferendum suatu jenis hewan terhadap suatu faktor lingkungan abiotik tertentu di habitat alaminya sukar sekali menentukannya. Terkosentrasinya suatu populasi hewan disuatu tempat tertentu, sedangkan tempat di tempat-tempat lain jarang kondisi menunjukan bahwa tersebut menyediakan

berbagai faktor lingkungan yang secara menyeluruh relatif paling baik. Mungkin sumber dayanya paling sesuai. Dalam lingkungan alaminya hewan dihadapkan pada keanekagaraman faktor-faktor yang beroperasi secara simultan. Berkelompoknya individu-individu

34

hewan disuatu tempat karenanya tidak dapat begitu saja dihubungkan dengan suatu faktor tertentu sebagai penyebabnya. Selain itu dihabitat alaminya, mungkin saja hewan tidak dapat mendatangi tempat dengan kondisi yang paling baik baginya, disebabkan oleh kehadiran predator dan atau pesaing di tempat itu. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka percobaan untuk menentukan kisaran preferensi hewan terhadap suatu faktor tertentu, biasanya dilakukan di laboratorium dengan kondisi tertentu. II. TUJUAN PERCOBAAN Adapun tujuan praktikum adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana efek membatasi dari faktor suhu terhadap sebaran individu-individu dari jenis hewan akuati yang mobil, serta menentukan kisaran suhu preferendumnya. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh aklimasi terhadap pola sebaran individu dan perfensinya itu. III. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan : a. Ikan kepala timah (Poecilia reticulata) b. Air sumur c. Es batu 2. Alat : a. Termometer

35

IV. HEWAN PERCOBAAN Jenis hewan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah ikan kepala timah (Poecilia reticulata) yang diambil dari kolam-kolam atau parit-parit di kampus dan daerah sekitarnya. Spesimen-spesimen hasil seleksi yang akan digunakan untuk suatu susunan percobaan, semuanya harus yang berasal dari habitat yang sama (mengapa?). Ikan-ikan Poecilia reticulata bukan merupakan jenis ikan pribumi melainkan jenis pendatang dari Amerika Selatan. Ikan ini vivipar sifatnya dan memperlihatkan dimorfi seksual. Individuindividu jantan berukuran tubuh lebih kecil dan ramping serta ceria warnanya, dengan pola warna bercak-bercak putih di bagian kepala ikan bermacam-macam (polimorf), sedangkan betina berwarna polos dan relatif besar ukurannya. Ikan bahan percobaan dipisah-pisah tempatnya menurut jenis kelamin dan kodisi fisiologisnya (jantan, betina grafid, betina non grafid) setiap jenis percobaan menggunakan masing-masing kategori ikan tersebut yang berukuran lebih kurang sama. V. PROSEDUR KERJA Kotak percobaan diisi air (air kolam yang sudah disaring atau air ledeng yang sudah dikondisikan) setinggi 3,5-4 cm. Ruang kecil disalah satu ujungnya diisi bongkah-bongkah es dan bagian ujung lainnya dipanasi dengan nyala api yang suhunya dijaga agar jangan melebihi 40
0C.

Pasangkan termometer di setiap

36

ruangan dari 15 ruangan kotak percobaan (lihat gambar alat percobaan).

Catat suhu disetiap ruang kotak itu. Bila sudah terjadi gradien kondisi suhu, masukkan hewan percobaan sebanyak 20 ekor di bagian tengah kotak, biarkan selama 15 menit lalu catat ditiap ruang (zona suhu) berapa suhu dan berapa jumlah ikan yang terdapat di setiap ruangan. Angka-angka yang didapat dari hasil pengamatan dimasukkan dalam lembar data. Apa kesimpulan anda dari hasil rata-rata. Lakukan percobaan pada hewan jantan, ikan betina grafid dan non grafid. Sementara percobaan di atas dilakukan, sejumlah ikan dari habitat yang sama yang meliputi dari tiga kategori diaklimasikan dalam penangas air sejak sehari sebelumnya. Sebagian diaklimasikan dalam suhu dingin (sekitar 18
0C)

dan

sebagian lagi pada suhu panas (sekitar 25 0C). Lakukan percobaan serupa pada setian kategori ikan tersebut, dan hasil pengamatan ditangani seperti percobaan sebelumnya. Perhatian : Lakukan pemindahan ikan-ikan percobaan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan hati-hati dengan menggunakan jala siuk. Buatlah grafik yang menunjukan

37

hubungan antara tara-rata jumlah individu ikan dengan rata-rata kondisi suhu, untuk setiap kategori percobaan. 1. Bahan Diskusi a. Bandingkan hasil yang didapat dari tiap kategori percobaan dan berikan komentar serta kesimpulan anda mengenai sebaran ikan pada kisaran zona suhu dan suhu preferendumnya. b. Apakah aklimasi ikan pada kondisi suhu yang berbeda mengubah pola sebaran dan suhu preferendumnya VI. LAPORAN PRAKTIKUM Buat laporan secara lengkap dan sistematis secara individu masing-masing.

38

PRAKTIKUM VI
MENAKSIR KERAPATAN POPULASI DENGAN METODE CUPLIKAN KUADRAT A. PENDAHULUAN Cacing tanah sangat dikenal di masyarakat, terutama masyarakat di pedesaan yang hampir setiap hari menemukannnya di kebun, tegalan, atau sawah. Di tempattempat tersebut cacing tanah menempati bagian permukaan tanah hingga jauh ke dalam tanah karena terlindung dari teriknya sinar matahari. Cacing tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dari sinar matahari, lembab, gembur, dan banyak mengandung serasah. Jenis cacing tanah terdiri atas 4 spesies yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia faetida, Pheretima asiatica, dan Eudrilus eugeniae (Roni, P., 1999 : 5-7). Cacing tanah ini bukan hewan asli dari Indonesia, tetapi impor dari Eropa. Dipilihnya jenis cacing ini karena perkembangbiakannya lebih cepat dan produktivitasnya lebih baik dibanding jenis cacing lokal. Walaupun bukan berasal dari Indonesia, namun keadaan alam Indonesia sangat mendukung dikembangkannya peternakan cacing tanah jenis Lumbricus rubellus (Roni, P., 1999 : 2).

39

Dalam latihan IV, anda telah berkenalan dengan metode penandaan untuk membuat taksiran mengenai besar populasi dari suatu spesies hewan. Apabila luas area tempat hidup hewan itu diketahui, anda dapat pula menaksir berapa kerapatan (kepadatan) populasinya. Kerapatan populasi dinyatakan dalam jumlah individu persatuan ruang tempat hidup (satuan area, satuan volume, satuan berat medium atau substrat dan sebagainya). Untuk berbagai spesies hewan yang memperlihatkan ukuran tubuh bervariasi sekali, kerapatan populasinya acapkali lebih bermakna apabila dinyatakan dalam kerapatan biomassa (berat persatuan ruang) dan bukan jumlah individu persatuan ruang. Salah satu cara lain untuk membuat estimasi populasi absolut, adalah dengan pengambilan cuplikan atau contoh (sampel) dari keseluruhan ruang tempat hidup populasi suatu spesies hewan. Dalam latihan ini kita akan mecoba metode cuplikan kuadrat (kuadrate sampling method). Untuk suatu studi yang lebih serius diperlukan penelaahan pendahuluan yang lebih khusus pula mengenai bagaimana desain rancangan pencuplikan, misalnya mengenai ukuran kuadrat, jumlah cuplikan,

40

pewaktuan

(timing).

Pengambilan

cuplikan

maupun

pola

penempatan atau pola sebaran cuplikan. Aspek-aspek ini sangat tergantung dari tujuan penelitian dan spesies hewan yang diteliti. Jadi tiak ada metode pencuplikan yang berlangsung secara umum (universal). Pada pencuplikan yang akan dilaksanakan dalam latihan IV ini, didasarkan atas metode acak berlapis (Stratifield Random Sampling). Menurut metode ini area studi dibagi atas bagianbagian (strata) yang sama besarnya dari tiap-tiap bagian ini diambil satu cuplikan secara acak (random).Dispersi atau pola penyebaran individu-individu di dalam suatu populasi mempunyai arti ekologis yang cukup penting. Bagaimana pola ini, dapat dilihat dari angka-angka purata kerapatan X dan variansi S dari jumlah cuplikan N. X=

X
N

dan S =

(X ) (X ) / N
N 1

Nisbah (Kriteria) : X / S = 1 menunjukkan penyebaran acak X / S = >1 menunjukkan penyebaran mengelompok X / S = <1 menunjukkan penyebaran yang seragam (uniform) B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan : a. Kantung plastik 2. Alat a. Termometer b. Soil tester

41

c. Parang d. Linggis e. Kuadran 30 x 30 cm f. Timbangan Ohaus g. Oven h. Pingset C. SPESIES HEWAN OBYEK PENGAMATAN Dalam latihan ini, kita akan menyelidiki aspek kerapatan populasi dan disperse bangsa cacing tanah (Oligochaeta) dari lingkungan (habitat) yang berbeda-beda. Cacing tanah merupakan komponen makrofauna tanah karena ukuran tubuhnya sangat besar. Di lapangan rumput atau di kebun di kampus Unhalu dan sekitarnya, dapat dijumpai cacing Pheretima sp. dan Phentoscolex sp. (Glossocolecideae) yang bentuk tubuhnya yang lebih ramping serta ukuran tubuhnya lebih kecil dari Pheretima sp. D. PERSIAPAN PERCONAAN Anda akan bekerja sebagai anggota kelompok kerja dibagian area studi yang berbeda-beda pula. Sebelum pergi kelapangan setiap kelompok kerja (kuadrat harus memeriksa sekop, kelengkapannya masing-masing pencuplik,

termometer tanah, lembaran dan kantong plastik, pinset). Karena jumlah soil tester terbatas sekali maka pengukuran pH tanah dengan alat tersebut dilakukan oleh asisten.

42

E. CARA KERJA Pengerjaan dilakukan di lapangan dan di laboratorium 1. Pengerjaan Di Lapangan a. Buatlah catatan singkat mengenai area studi anda (jenis habitat, lapangan rumput utuh, lapangan rumput yang dikenai dampak pijakan, jenis rumput dominan, kebun, jenisjenis tanaman dan lain-lain). b. Letakkan kuadran 30 x 30 cm pada situs cuplikan. Sebelum anda menggali tanah buatlah taksiran kasar mengenai persentase liputan vegetasi penutupnya. Disebelah luar dekat batas kuadran lakukan pengukuran suhu tanah dan pH tanah (dengan soil tester dari asisten). c. Gali tanah sedalam 20 cm, mulain dari sisi kuadran dan bagian-bagian cuplikan tanah yang dihancurkan serta cacing tanahnya disotir dan dikumpulkan (metode sortir tangan, Hand Sorting Method) dalam kantung-kantung plastik lalu hitung jumlahnya. Apabila di dalam ada terdapat telur-telur cacing tanah (berwarna keputihan, lunak, dan bentuknya agak membulat dengan kedua ujungnya agak lancip), kumpulkan telur-telur itu bersama dengan cacing tanahnya. Meskipun hewan obyek kita hanya cacing, namun diminta untuk mengumpulkan hewan-hewan komponen makrofauna lainnya yang dijumpai dalam cuplikan anda. Kumpulkan dalam kantung plastik yang diisi larutan formalin 5% samakan nomor kodenya dengan nomor kode cuplikan cacing tanah. d. Dari cuplikan kuadran anda, ambillah segenggam kecil tanah yang bersih dari serasah ataupun perakaran, dan masukan

43

dalam kantung plastik lain, jangan lupa memberi nomor kode yang sama dengan nomor cuplikan cacing tanah. 2. Pengerjaan Di Laboratorium a. Timbang masing-masing hasil cuplikan cacing tanah yang sudah bersih dari partikel tanah yang menempel (bersihkan dengan kuas halus dan penimbangan hingga ketelitian 0,05 gram). b. Timbang tanah cuplikan kuadrat (B1) lalu simpan dalam oven pengering hingga berat konstan (B2), karena telah bebas air. Lalu hitung persentase kandungan airnya : Kelembaban :

B1 B2 x100% B1
yang bersuhu tinggi 1000-1200
oC.

d. Masukkan tanah yang bebas air (B2) ke dalam tungku pembakaran Untuk menentukan persen kandungan materi organiknya (makanan potensial cacing tanah). Timbanglah tanah yang sudah bebas materi organik (B3) hitunglah persentase materi organik tanah : :

B2 B3 x100% B2

Isikan semua hasil perhitungan dalam lembar data. F. BAHAN LAPORAN 1. Apa yang dapat anda simpulkan mengenai kerapatan jumlah dan biomassa cacing tanah di area studi anda?. Bagaimanakah kerapatan telur cacing tanah. 2. Bagaimanakah pola penyebaran individu-individu cacing tanah maupun telur-telur bila ada, pakah berpola acak, seragam atau berkelompok.

44

3. Apakah ada hubungan antara pola dispersi dengan kondisi faktor-faktor lingkungan cacing tanah. 4. Bandingkan hasil pengamatan anda dengan kelompok kerja lain, apa kesimpulan anda mengenai persamaan ataupun perbedaan yang didapat? 5. Apabila pencuplikan cacing tanah dilakukan pada siang hari sekitar jam 13.00 sampai 15.00. kiranya angka-angka yang didapat akan serupakah, lebih rendah atau lebih tinggi? Jelaskan jawaban anda. 6. Apakah peranan cacing tanah dalam dinamika ekosistem tanah? 7. Sebutkan aspek-aspek terapan atas kegunaan cacing tanah bagi manusia. G. LAPORAN PRAKTIKUM Laporan dibuat dalam format singkat, dengan membuat bahan-bahan yang tersebut di atas dan serahkan paling lambat seminggu sesudah komplikasi data selesai dilakukan. Tugas Contoh Kasus 1. Seorang praktikum dengan cara menaksir kerapatan populasi hewan menggunakan metode cuplikan kuadrat dan data hasil pengamatan diperoleh sebagai berikut : No. Area Nama Spesies 1 Naungan Pijakan A B 3 2 Jumlah Individu

45

Terdedah Rumput Dominan 2 Naungan Pijakan Terdedah Rumput Dominan 3 Naungan Pijakan Terdedah Rumput Dominan 4 Naungan Pijakan Terdedah Rumput Dominan

C D

1 2

A A B D

4 7 2 1

A A B D

5 3 1 2

A B C C

1 2 3 3

a. Hitunglah: Kerapatan Variansnya Nisbah b. Apa kesimpulan anda dari data tersebut.

46

PRAKTIKUM VII
PERCOBAAN MENGENAI RESPON REOTAKSIS PADA HEWAN-HEWAN MOBIL A. PENDAHULUAN Gerakan-gerakan hewan dalam lingkungannya tidak begitu saja terjadi, melainkan merupakan respon-respon yang terarah akibat adanya bermacam-macam stimulus dari lingkungannya. Salah satu bentuk respon berupa gerakan taksis, yaitu berupa gerakan berpindah tempat yang terorientasi langsung terhadap stimulus. Taksis umumnya djumpai pada hewan invertebrata dan vertebrata rendah. B. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan praktikum ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaiman respon ikan terhadap faktor arus melalui berbagai gerakan yang terorientasi terhadap arus itu, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan kriterianya yng akan dipakai sebagai acuan. 2. Kriteri yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah: a. Reotaksis (+); apabila ikan bergerak berenang menyongsong arus atau bertahan ditempat dengan kepala menghadap kearah datangnya arus. b. Reotaksis (-); apabila ikan bergerak (berenang aktif bergerak pasif) sejalan dengan arus air. c. Indeferen; apabila tidak memenuhi kedua kriteria diatas karena posisi tubuhnya terarah lebih melintang.

47

C. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan a. Ikan kepala timah (Poecilia reticulata) 2. Alat a. Termometer D. PERCOBAAN REOTAKSIS Dalam latihan ini kita akan melakukan percobaanpercobaan untuk mengetahui bagaimana respon suatu jenis hewan akuatik mobil terhadap suatu faktor penting dalam lingkungan perairan lotik, yaitu arus air (reo). Percobaan dilakukan di lapangan, di suatu selokan atau sungai kecil dengan menggunakan suatu alat yang disebut kotak reotaksis. Alat sederhana ini dibuat sedemikian rupa hingga mempunyai bagian yang dapat dialiri arus air yaitu parit eksperimen, sebelah kanan kirinya agar seimbang buat parit-parit kontrol yang tidak dapat dimasuki arus air. Dalam keadaan siap kotak percobaan, kondisi dalam parit eksperimen dibuat sama besar dengan parit kontrol kecuali dalam satu hal, yaitu parit kontrol tidak ada arus air. Lihat gambar alat percobaan:

48

Keterangan 1. Parit Kontrol 2. Parit Eksperimen 3. Panjang Kotak 50 cm Dengan menggunakan kotak percobaan tersebut di atas, kita dapat membandingkan respon reotaksis berbagai jenis hewan mobil, baik yang berasal dari perairan yang sama maupun yang berbeda. Kita juga dapat membedakan respon reotaksis dan individu-individu jantan, betina, stadium anak dari suatu jenis hewan tergantung dari apa yang kita ingin ketahui. Perlu diperhatikan bahwa kotak reotaksis di atas tidak cocok digunakan untuk hewan-hewan akuatik yang mobil yang tidak dapat menempel atau merayap ke dinding-dinding parit kotak percobaan (misalnya udang). cocok digunakan sebagai Selain itu panjang tubuh hewan yang paling dengan hewan eksperimen eksperimen sebaiknya tidak melebihi lebar parit,

menggunakan kotak reotaksis tersebut ialah jenis-jenis ikan kecil, yang panjang tubuhnya lebih dari 1,5 cm dan kurang dari 5,0 cm.

49

Dengan menggunakan ikan P. reticulata sebagai hewan percobaan, kita ingin mengetahui bagaimana respon individu jantan, betina grafid betina non grafid dan stadium muda terhadap arus air dengan kecepatan tertentu. E. PERSIAPAN PERCOBAAN Sebelum pergi ke lapangan, periksalah kelengkapan peralatan yang harus dibawa, yaitu kotak reotaksis, termometer, arloji henti (stopwatch), saringan, tempat penyimpanan ikan (bejana, ember, kantung-kantung plastik), jala siuk atau alat lain untuk menangkap dan memindahkan ikan. Di Lapangan: 1. Tiap kelompok kerja menangkap paling sedikit 15 spesimen ikan coba Poecilia reticulata dan masing-masing kategori (jantan, dewasa, betina grafid, etina non grafid, pra dewasa) dari suatu perairan. memungkinkan, 2. Bila situasi dan kondisi dilapangan kelompok kerja mengkoleksi sebagian

spesimen dari perairan lotik sebagian lagi dari perairan lentik. Tentukan tempat anda akan melakukan percobaan yaitu suatu selokan atau tepi sungai yang dangkal yang berarus tidak begitu kuat dan airnya relatif jernih dan tidak membawa sampah atau kotoran dan tempatnya harus ternaung , tidak dikenai cahaya matahari. 3. Periksalah kotak reotaksis anda kalau bocor harus diantisipasi agar air tidak keluar dari kotak reotaksis. Hal ini dilakukan dengan meletakkan kotak reotaksis secara horizontal dan sejajar arus, lalu ditekan secara perlahan hingga 2-3 cm tepi kotak masih muncul dari permukaan air. Kalau yang berisi air

50

hanya parit eksperimen artinya kotak itu layak pakai. Namun apabila parit kontrol juga terisi air, artinya terjadi kebocoran dan kotak reotaksis tidak layak pakai yang lain). 4. Letakkan kotak reotaksis yang layak pakai secara horizontal dengan sejajar aliran air higga air yang masuk kedalam parit eksperimen mencapai tinggi sekitar 10 cm. m/detik. 5. Isikan air (dari perairan yang sama) kedalam kedua parit kontrol, sehingga sama tingginya dengan yang terdapat dalam parit eksperimen 6. Siapkan dan kategori ikan percobaan yang akan digunakan hewan-hewan yang berukuran sama, sehat, gesitdan tidak cedera. 7. Tentukan penugasan anggota kelompok kerja (mengamati, mencatat, mengukur), siapkan buku catatan untuk mencatat data hasil pengamatan dan data diisi berdasarkan format seperti yang tertera pada lembar data. F. TATA LAKSANA PERCOBAAN 1. Ukurlah kecepatan arus air (3 kali) dan suhu air (3 Kali) di parit eksperimen. Sepotong benda kecil (daun, busa, dan lain-lain) dilepaskan di awal parit eksperimen. parit dicatat. akhir. 2. Masukkan 10 individu dari suatu kategori kelompok ikan dengan menggunakan saringan kecil kedalam parit eksperimen. Waktu mencapai akhir Suhu dibagian awal, atau ditengah, atau dia Usahakan agar arus air yang melalui parit eksperimen tidak melebihi 0,2 (ganti dengan kotak

51

3. Biarkan dulu selama 5 menit agar ikan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan barunya. 4. Sementara itu tentukan dimana posisi anda sebagai pengamat maupun pencatat. 5. Mulai dari awal hingga akhir pengamatan harus tetap dan jangan bergerak kesana kemari agar tidak mempengaruhi respon ikan yang diamati. 6. Dengan interval waktu pengamatan 1 menit, hitunglah beberapa jumlah individu ikan yang memenuhi kriteria positif, negatif dan indiferen. Lakukan sebanyak 10 kali. 7. Pada akhir pengamatan ukur kembali arus (3 kali) dan suhu air (3 kali). Ikan dari parit eksperimen kemudiian dipindahkan secara hati-hati kedalam salah satu parit kontrol. Seandainya ada individu yang tidak lagi gesit, cedera, atau lepas, gantilah dengan yang baru hingga jumlahnya tetap 10. 8. Biarkan individu ikan selama 10 menit agar menyesuaikan diri pada kondisi parit kontrol yang tidak berarus. Sementara itu ukurlah suhu airnya. Perhatiakan bahwa kriteria yang digunakan tetap seperti pada eksperimen, yaitu mengacu pada arus( parit eksperimen ), karena dalam parit kontrol sebenarnya tidak ada arus, maka digunakan tanda positif, negatif, dan indiferen. Dengan interval 1 menit hitunglah jumlah individu ikan yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 10 kali ulangan. Dalam hal ini pun pengamat yang mencatat tidak boleh banyak bergerak agar tidak mempengaruhi respon normal ikan.

52

9. Pada akhir pengamatan, suhu air di parit kontrol diukur lagi (3 kali). 10. Keluarkan semua spesimen ikan dari parit kontrol, dan lepaskan keperairan kembali. 11. Lakukan percobaan dengan tata laksana yang sama untuk kategori kelompok ikan lainnya. G. BAHAN LAPORAN 1. Dengan asumsi dasar bahwa respon ikan yang diamati hanya memberikan respon terhadap arus, maka apabila faktor stimulus itu tidak ada maka ikan akan berpeluang sama untuk bergerak atau bertahan melawan arus, melintang ataupun membelakangi arus. Sehubungan dengan itu, maka kontrol yang baik sebagai dasar pembanding harga-harga purata respon positif, negatif, dan indiferen idealnya harus 33,3 %: 33,3 %: 33,3 % atau 1:1:1. harga- harga yang mendekati itu dalam latihan ini sudah baik. 2. Berdasarkan asal macam perairan (lotik atau lentik) tempat ditangkapnya P. reticulata, bagaimanakah kiranya bunyi hipotesis kerja anda. 3. Mengapa arus dan suhu air perlu di ukur? 4. Data yang diolah berdasarkan pola kompilasi data kelas (seluruh kelompok kerja). 5. Berdasarkan angka-angka eksperimen yang didapat, dan dengan memperhitungkan pula beberapa kecepatan arus airnya, apa yang dapat anda simpulkan mengenai respon P. reticulata jantan dewasa, betina grafid, betina nongrafid dan individu pra dewasa terhadap arus?, adakah kategori ikan

53

yang memberikan respon reotaksis positif dan negatif, kategori mana yang memberikan reotaksis positif yang paling kuat? Mana pula yang paling lemah? 6. Apakah hasil percobaan yang didapat sesuai hipotesis itu? ( bagi semua kategori kelompok atau sebagian kategori kelompok) jelaskan! H. LAPORAN PRAKTIKUM 1. 2. Judul laporan: Reotaksis pada ikan Poecilia Reticulata Laporan disusun dalam bentuk karangan ilmiah lengkap dengan bab-bab yang tersusun secara tersistematis. Susun kalimat-kalimat yang mencakup aspek-aspek yang disebut dan ditanyakan pada data, dan dalam bagian-bagian laporan yang relevan. 3. Dalam bab bahan dan data tata kerja biasakan untuk tidak membuat daftar dari bahan-bahan dan peralatan yang digunakan. Semua bahan dan peralatan yang digunakan itu harus tercantum dalam badan karangan namun disusun dalam bentuk kalimat-kalimat utuh dan secara relevan. 4. Laporan diserahkan satu minggu sesudah kompilasi data kelas selesai dilakukan.

54

PRAKTIKUM VIII
PERCOBAAN MENGENAI RESPON FOTOTAKSIS PADA HEWAN-HEWAN MOBIL A. PERCOBAAN FOTOTAKSIS Percobaan fototaksis dapat digunakan sebagai alternatif percobaan reotaksis. Namun dapat juga dilakukan sebagai tambahan pelengkap waktu kerja lapangan ke suatu hutan misalnya. Dalam habitat seperti itu kita akan mendapat peluang yang lebih banyak untuk mendapatkan serangga atau hewan invertebrata lainnya dalam jumlah yang banyak. Sejumlah hewanhewan itu ada yang berterbangan ada pula yang merayap-rayap di tempat yang terkena cahaya ataupun di tempat-tempat yang terlindung dari gelap, misalnya di bawah serasah batang yang lapuk atau batu. Berdasarkan asal ditemukannya hewan itu kita dapat menyusun hipotesis kerja: a. ..........(jenis hewan) yang hidupnya ditempat-tempat yang gelap bersifat fototaksis negatif atau memperhatikan respon negatif terhadap stimulus cahaya. b. ..........(jenis hewan) yang hidupnya ditempat-tempat terbuka bersifat fototaksis positif atau memperhatikan respon positif terhadap stimulus cahaya. Dalam latihan ini percobaan fototaksis dilakukan dengan menggunakan alat yang sangat sederhana yang dapat dibuat sendiri yang disebut kotak fototaksis, yang didesain untuk hewanhewan invertebrata teresterial berukuran kecil. Bagian utama

55

kerangka kotak fototaksis adalah tabung gelas

yang dengan

garis-garis dibagi atas tiga bagian yang sama besarnya. Bagian lainnya ialah kotak kayu berpenutup yang dapat digeserkan. Seluruh dinding sebelah dalam kotak dan penutupnya dicat hitam. Seperti pada percobaan reotaksis, langkah pertama yang diperhatikan ialah memerlukan kriteria untuk percobaan dalam hal ini digunakan kriteria sebagai berikut: 1. Fototaksis positif; apabila hewan ditemukan di dalam bagian yang dikenai cahaya (terang). 2. Fototaksis negatif; apabila hewan ditemukan di dalam bagian yang tidak dikenai cahaya (gelap). 3. Fototaksis intermedier; apabila hewan ditemukan dalam daerah peralihan (gelap dan terang) Kriteria tersebut bukan didasarkan pada alat percobaan yang akan dipakai semata-mata karena dalam situasi alami pun kondisi peralihan seperti itu selalu ada. B. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan a. Jangkrik b. Belalang c. Semut d. Kecoak dan lain-lain 2. Alat a. Termometer b. Alat percobaan c. Lux meter

56

C. PERSIAPAN PERCOBAAN Salah satu hal penting yang menentukkan kesahihan percobaan menggunakan kotak fototaksis ini adalah jangan ada celah yang dapat ditembus cahaya diantara penutup-penutup dengan dindng kotak. Selain itu tabung gelas harus horizontal Percobaan letaknya dan bersih, setiap akan melalui percobaan dengan suatu spesies bagian dalam tabung harus dibersihkan. lapangan amaupun di Laboratorium. Pertama-tama diperlukan: Perangkat kotak percobaan laboratorium lengkap, termometer, lux meter, alat pembersih tabung gelas berikut kertas pembersih, jala serangga untuk menangkap hewan percobaan serta bejana gelas atau kantong plastik untuk menyimpan spesimen hasil tangkapan. Di lapangan: 1. Tiap kelompok kerja menangkap hewan-hewan mobil (peloncat, pejalan, penerbang) yang berukuran tubuh 1-3 cm sebanyak kira-kira 15 ekor, masing-masing dari jenis yang hidup di daerah terbuka dan yang hidup di daerah terlindung dan gelap. 2. Masing-masing hewan dari kelompok yang teradaptasi terang dan gelap tersebut disimpan pada tempat yang terpisah. Hewan-hewan yang cedera atau lemas akibat penangkapan jangan digunakan untuk percobaan. 3. Periksa kotak reotaksis apabila sudah siap dipakai perriksalah kelengkapan alat yang dengan menggunakan kotak fototaksis dapat dilakukan di

57

4. Tentukan tempat yang tidak dikenai cahaya langsung dan rata (horizontal) untuk meletakkan kotak percobaan dengan posisi panjang kotak kira-kira tegak lurus terhadap arah datangnya cahaya. 5. Siapkan termometer, lux meter serta hewan-hewan yang bugar untuk percobaan dan juga pembersih tabung gelas.

Keterangan: 1. Cahaya 2. Penyangga 3. Kotak ekserimen 4. Hewan percobaan 5. Penutup kotak 6. Tabung gelas 7. Kotak kontrol D. TATA LAKSANA PERCOBAAN 1. Dengan hati-hati masukkan ke dalam tabung gelas sebanyak 10 individu hewan percobaan yang bugar. Tutuplah tabung gelas dengan baik hingga tanda batas. 2. Sementara hewan percobaan diaklimasi selama 5 menit dalam lingkungan barunya ukurlah suhu udara di dalam kotak (diluar

58

tabung gelas) dan intensitas cahaya di atas bagian tabung gelas yang terbuka. 3. Tempatkan diri anda sebagai pengamat dan pencatat di sebelah menyebelah sepanjang kotak. 4. Dengan interval waktu 2 menit kecuali asisten memutuskan lain sehubungan dengan jenis hewannya, hitunglah secara tepat dan cepat dengan mengangkat tutup kotak, berapa jumlah hewan yang terdapat di ruangan yang terkena cahaya (ruang posistif) di ruang yang tidak terkena cahaya (ruang negatif), dan ruang antara keduanya. 5. Sesudah pengamatan ke-5 kotak diubah posisinya yaitu hingga bagian tabung yang tadinya tidak terkena cahaya (gelap) menjadi terdedah (terang) dan yang terdedah menjadi tertutup, biarkan selama 5 menit sambil anda mengukur suhu udara dan intensitas cahaya seperti pada nomor 2. 6. Dengan interval waktu dan tata laksana yang sama seperti pada pengamatan satu ke satu hingga ke pencacahan hewan di setiap ruangan pengamatan ke-6 hingg ke-10. 7. Lakukan kembali pengukuran suhu akhir, suhu udara dan intensitas cahaya setelah pengamatan ke sepuluh. 8. Apabila ternyata ada hewan yang tampak lemas hewan itu dikeluarkan dan diganti dengan individu yang masih gesit dan bugar. 9. Untuk kontrol dipasangkan tutup hingga menutupi seluruh panjang tabung gelas, biarkan selama lima menit dan sementara diukur suhu udara dekat tabung (suhu awal kontrol). lima, lakukan tabung untuk

59

10. Dengan interval waktu seperti percobaan (dengan ada cahaya) lakukan perhitungan berapa jumlah individu yang terdapat diruang tabung gelas bagian ujung yang satu bagian tengah, dan bagian ujung yang lain seperti pada pengamatan kesatu sampai kelima. Perhitungan dilakukan dengan cepat namun hati-hati membuka dan menutup kembali tutup kotak. Melalui pegamatan kelima sampai sepuluh ruangan yang tadinya dianggap sebagai positif diganti menjadi negatif demikian pula sebaliknya. 11. Lakukan percobaan dan kontrolnya terhadap jenis hewan lain yang berbeda adaptasinya terhadap cahaya dengan tata laksana yang sama. E. BAHAN LAPORAN 1. Dengan asumsi dasar bahwa bila tidak ada cahaya maka hewan percobaan tidak memberikan respon yang berbeda dalam menempati ruang di dalam tabung, maka kontrol yang baik sebagai dasar pembanding akan menujukkan persen jumlah 33,3 %: 33,3 %: 33,3 % atau 1:1:1. (atau mendekati proporsi seperti itu). 2. Apa yang dapat anda simpulkan mengenai respon atau fototaksis jenis hewan yang teradaptasi terang dan yang teradaptasi gelap dari hasil percobaan anda. 3. Apa kesimpulan tersebut sesuai dengan hipotesis yang anda susun mengenai respon fototaksis dari hewan-hewan yang diteliti.

60

4. Mengapa suhu dan intensitas cahaya perlu diukur? Mengapa setiap tabung harus horizontal dan setiap pergantian hewan percobaan harus dibersihkan dahulu? 5. Mengapa ukuran tubuh dan stadium perkembangan hewan percobaan harus seragam? F. LAPORAN PRAKTIKUM 1. Laporan disusun dalam bentuk karangan ilmiah lengkap kecuali apabila asisten mengumumkan lain. 2. Judul laporan: respon fototaksis dari jenis-jenis hewan dari mikro habitat yang dikenai cahaya dan yang tidak. 3. Laporan diserahkan satu minggu sesudah kompilasi data kelas selesai dilakukan.

61

DAFTAR PUSTAKA Naryo Sadhori, S., 1997. Teknik Budidaya Bekicot. Balai Pustaka. Jakarta Rony, P., 1999. Sukses Berternak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Penebar Swadaya. Jakarta.

62

Anda mungkin juga menyukai