Anda di halaman 1dari 2

Sudah kita ketahui bersama, Indonesia berulang kali gagal mencapai target pembangunan di bidang kesehatan.

Hal ini seharusnya menjadi perhatian para profesi kesehatan untuk ikut dalam keberhasilan target-target pemerintah di bidang kesehatan, didukung dengan keseriusan pelaksanaan dari pemerintah sendiri, terutama di bidang fasilitas kesehatan. Baru-baru ini, pemerintah membuat sebuah program baru, yakni SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), yang diharapkan mampu memenuhi harapan masyarakat akan adanya pemerataan pelayanan kesehatan. Masyarakat pun sudah bosan menyaksikan di berbagai media mengenai orang-orang miskin yang ditolak oleh rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena tidak memiliki biaya. Dalam pelaksanaan SJSN ini pun, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dengan para tenaga kesehatan agar SJSN ini bisa berjalan baik dan tidak ada pihak yang dirugikan, dari masyarakat maupun tenaga kesehatan. Masyarakat selalu mengharapkan perhatian dari pemerintah akan kesejahteraan mereka, terutama di bidang kesehatan. Semakin mahalnya harga konsultasi kesehatan, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan lainnya, yang tidak semua lapisan masyarakat mampu untuk memenuhi semuanya menyebabkan turunnya tingkat kesehatan masyarakat secara umum. Masyarakat yang kurang mampu harusnya juga mendapat fasilitas kesehatan yang sama, mengingat sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bila mereka tidak mampu, pemerintah harus turun tangan bagaimana caranya agar mereka tetap mendapatkan fasilitas kesehatan. Hal ini juga harus didukung mindset tenaga ahli kesehatan agar tetap membantu mereka yang membutuhkan. Definisi sehat menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang, dan umur angka harapan hidup. Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan, dan manajemen kesehatan. Sebagai apoteker, mari berbicara mengenai obat dan perbekalan kesehatan yang sudah beredar di Indonesia, baik yang generik maupun tidak. Konsumsi obat-obatan di masyarakat, terutama obatobatan generik dan herbal, sudah menjadi kebiasaan, baik itu melalui resep dokter atau hanya saran dari teman. Dikarenakan harganya yang murah dan mudah didapatkan, obat generik memang lebih disukai oleh masyarakat menengah-kebawah, masyarakat yang hampir seluruhnya luput dari perhatian pemerintah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang ideal. Sebagai apoteker, kita harus melakukan pengawasan terhadap keamanan dan mutu obat serta makanan yang beredar di masyarakat, sebagai bentuk pengabdian kita kepada masyarakat. Bukan tenaga ahli kesehatan yang lain yang harusnya dipercaya oleh masyarakat tentang obat-obatan, tetapi apoteker. Hanya apoteker yang tahu mengenai keseluruhan kandungan produk kefarmasian yang diproduksi selama ini. Kepercayaan masyarakat akan profesi apoteker haruslah kita bangun dengan memberikan kontribusi dalam bidang yang kita kuasai dan pelajari selama ini. Pandangan kondisi sehat di masyarakat harus selalu diupayakan dan ditumbuhkan, karena pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional dilakukan untuk tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Seseorang yang sakit biasanya tidak akan memeriksakan diri ke dokter, apabila itu hanya penyakit ringan. Mereka hanya pergi ke toko dekat rumah dan membeli obat yang dibutuhkan. Meminumnya tanpa mengetahui aturan minum yang benar, yang harusnya didapatkan dari konseling dengan apoteker. Itulah gambaran masyarakat kita, bangsa Indonesia, akibat tidak mendapat perhatian dari pemerintah dan kepedulian dari tenaga ahli kesehatan. Bukan hal yang mudah mengubah paradigma

yang ada dengan memaksakan masyarakat untuk selalu memeriksakan diri ke dokter dan mendapat obat serta konseling dari apoteker, ketika sakit. Kebutuhan masyarakat akan kesehatan sangatlah tinggi mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya tanpa ada pemetakan tempat tinggal yang baik. Dengan semakin beredarnya suplemen kesehatan secara umum di masyarakat, membuat orang lebih memilih untuk mencegah sakit dengan mengonsumsi suplemen kesehatan tersebut. Padahal dibutuhkan informasi yang lebih mengenai reaksi tubuh kita terhadap suplemen tersebut, terutama konsumsi jangka panjang. Dibutuhkan lagi peran apoteker untuk mengawasi dan memberikan penyuluhan mengenai baik buruknya suplemen-suplemen tersebut. Jangan sampai masyarakat awam menderita karena ketidakpedulian kita.

Anda mungkin juga menyukai