Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Kemiskinan adalah momok menakutkan yang harus terus dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Jumlah masyarakat miskin yang terus meningkat mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia yang senyatanya berguna membangun bangsa agar lebih maju di masa mendatang. Untuk itu pemerintah terus berupaya mengurangi jumlah masyarakat miskin dengan program-program penanggulangan kemiskinan baik tingkat nasional maupun daerah. Bank Dunia (World Bank) mencatat, jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 49,5% jika diukur dari pendapatan perkapita US $ 2 per hari. Sementara pemerintah Indonesia yang merujuk pada data BPS, menyebutkan, jumlah orang miskin tahun 1998 adalah 79,8 juta jiwa, yang secara bertahap sempat menurun pada tahun 2003-2005. Ketika harga BBM naik 100% pada 1 Oktober 2005 kembali menaikkan jumlah orang miskin sebesar 39,30 juta jiwa (17,75%) pada Maret 2006, padahal Februari 2005 hanya 35,1 jiwa. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan ke angka 37,17 juta jiwa. Kondisi di atas menunjukkan, bahwa permasalahan kemiskinan selalu ada setiap tahunnya, sehingga ketika pemerintah berniat untuk mengatasinya, maka butuh kemauan (political will) dan kerja ekstra keras dari berbagai komponen bangsa. Sehingga, program-program yang digulirkan beserta alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan tidak berjalan di tempat, dan menjadi sia-sia karena ternyata masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Sehingga tujuan untuk mensejahterakan rakyat menjadi tersendat. Keseriusan pemerintah untuk mensejahterakan rakyat setidaknya nampak dalam perubahan asas penyelenggaraan pemerintahan. Suatu kesadaran baru muncul untuk lebih menegakkan kedaulatan rakyat, demokratisasi pemerintahan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Perubahan asas penyelenggaraan pemerintahan itu adalah asas desentralisasi yang dijalankan dalam kebijakan otonomi daerah yang mulai digulirkan pada tahun 1999. Sejak diterapkannya asas desentralisasi dalam kebijakan otonomi daerah, banyak pihak menyambutnya dengan antusias. Karena desentralisasi berarti kebijakan penuh ada pada daerah

masing-masing. Sehingga dengan begitu diharapkan pemerintah daerah akan lebih dekat kepada masyarakat lokal, memahami kebutuhan rakyat kecil, serta terwujudnya pelayanan publik yang lebih ramah dan tanggap terhadap rakyat kecil. Program penanggulangan kemiskinan, oleh karenanya terus digiatkan pemerintah baik itu dalam bentuk pengurangan beban masyarakat miskin berupa pemberian bantuan Raskin, bantuan dana kesehatan (Jampersal, Jamkesmas, dll) serta bantuan dana pendidikan (beasiswa untuk masyarakat tidak mampu dan BOS). Selain itu, strategi pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan adalah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Peningkatan pendapatan dilakukan dengan memberikan pinjaman modal usaha dengan bunga rendah pada masyarakat miskin yang memiliki usaha produktif serta memberdayakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan perekonomian. Dalam mengurangi kemiskinan, sasaran utama prioritas penanggulangan kemiskinan adalah untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan. Secara nasional, tingkat kemiskinan telah berhasil diturunkan dari 14,1 % pada 2009 menjadi 11,66 % pada September 2012. Penurunan tersebut dicapai melalui perluasan penciptaan kesempatan kerja, peningkatan dan perluasan program pro-rakyat, serta peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kebijakan1. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat miskin, diharapkan dapat menaikkan standar hidup masyarakat dan memutus rantai kemiskinan dalam sebuah keluarga miskin. Pemberian modal untuk pengembangan usaha dirasa pemerintah efektif meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pemberian modal ditujukan pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki usaha produktif dan masa depan usaha yang cerah di masa mendatang. Bentuk pemberian modal yang dicanangkan pemerintah adalah dengan menyalurkan dana kredit usaha rakyat atau KUR. Penyaluran dana KUR dilatarbelakangi oleh geliat UMKM yang kian hari kian meningkat. Ditambah lagi, penyerapan tenaga kerja oleh UMKM yang berperan
1

Dokumen Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

menurunkan tingkat pengangguran secara nasional. Juga, UMKM berperan besar dalam peningkatan pendapatan Negara. Oleh karenanya, sangat penting memberdayakan pelaku UMKM guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sejak krisis moneter tahun 1997, UKM menjadi salah satu sektor yang perlu diperhatikan. Sumbangan UKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat bahkan relatif lebih tinggi dari usaha besar. Dari tahun 2000-2006 pertumbuhan PDB oleh sektor UKM sangat pesat dan lebih besar dari pertumbuhan PDB usaha besar. Pada tahun 1997 sumbangan PDB oleh UKM sebesar Rp. 249.572.637 juta dan menjadi Rp760.089.500 juta pada tahun 2000. Dari tahun 2000-2003, PDB UKM meningkat sebesar Rp. 116.033.800 juta atau menjadi Rp. 876.123.300 juta tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2006, sumbangan PDB oleh UKM diperkirakan sudah mencapai Rp. 1.032.573.900 juta atau meningkat sebesar Rp. 156.450.600 juta dari tahun 2003.2 Peluncuran KUR merupakan upaya pemerintah dalam mendorong perbankan penyaluran kredit pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Dana KUR bisa digunakan oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan syarat-syarat administrasi tertentu dan bunga rendah. Pada tahun 2013 bunga pinjaman KUR dipangkas 50% dari maksimal 22% per tahun untuk usaha retail menjadi 11.4% per tahun. Sedangkan untuk usaha mikro bunga pinjaman sebesar 6.84% per tahun dari yang sebelumnya 13% per tahun.3 Namun demikian rancangan program Kredit Usaha Rakyat masih menyisakan berbagai permasalahan. Meskipun telah diluncurkan pada tahun 2007, masih perlu dilakukan pembenahan secara berkala. 1.2. Rumusan Masalah Upaya pemerintah mengakomodasi usaha mikro, kecil dan menengah dilakukan dengan mengucurkan dana KUR sebesar Rp. 14.5 triliun di awal tahun 2008 dan selama 7 tahun diimplementasikan telah menghabiskan dana sebesar Rp. 117 Triliun. Besarnya jumlah dana yang dianggarkan tidak sebanding dengan penurunan tingkat kemiskinan (lihat grafik 1.1).

2 3

Kementerian Negara Koperasi dan UKM Tahun 2007 Fiki, Ariyanti. Cicilan bunga kredit usaha rakyat turun hingga 50%. Di akses di http://bisnis.liputan6.com/read/504619/cicilan-bunga-kredit-usaha-rakyat-turun-hingga-50 tanggal 14 oktober 2013

Grafik 1.1 Perbandingan Besar Anggaran Program Penanggulangan Kemiskinan dengan Penurunan Tingkat Kemiskinan

Sumber: Kajian Kebijakan (Program/Penganggaran) Penanggulangan Kemiskinan Perempuan Melalui Pemberdayaan Ekonomi. Hal. 1

Meski anggaran yang dikucurkan serta bunga yang ditetapkan telah diturunkan, namun, realisasi dana KUR yang diserap belum merata di setiap Provinsi. Ketimpangan realisasi KUR antara provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi dengan serapan dana KUR tertinggi dengan provinsi Bangka Belitung dengan serapan dana KUR terendah sangat besar. Oleh karena itu, perlu perhatian lanjutan guna mengetahui penyebab ketimpangan ini.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tingginya tingkat kemiskinan menuntut pemerintah melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan. Salah satu bentuk upaya pemerintah adalah dengan memberikan kredit usaha bagi pengusaha kecil, mikro dan menengah. Pada tanggal 5 November 2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Dana yang dialokasikan sebesar Rp. 14.5 Triliun disalurkan ke bank pelaksana.4 Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin. KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. 5 Namun, KUR sendiri efektif diberlakukan sejak tahun 2008 dan terus mengalami penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan UMKM. KUR diberikan pada UMKM dengan plafon pinjaman Rp. 5 Juta sampai dengan Rp. 20 Juta per debitur untuk usaha mikro dan Rp. 20 Juta sampai dengan Rp. 500 Juta untuk usaha retail.6 Usaha mikro dimaknai sebagai usaha dengan asset sebesar Rp. 50 Juta diluar tanah dan bangunan dengan omzet penjualan tahunan Rp. 300 Juta, usaha kecil dimaknai sebagai usaha produktif dengan kekayaan bersih Rp. 50 Juta Rp. 500 Juta dengan hasil penjualan tahunan Rp. 300 Juta Rp. 2.5 Miliar,

Ditulis dhorifi zumar dengan judul Penyaluran Kredit Usaha Rakyat, Efektifkah? Tanggal 2 september 2008 di website http://www.kabarindonesia.com/berita.php diakses tanggal 11 oktober 2013 5 Website Komite kur 6 Pedoman kur

dan usaha menengah adalah usaha produktif dengan kekayaan bersih Rp. 500 Juta Rp. 10 Miliar dengan hasil penjualan tahunan sebesar Rp. 2.5 Miliar Rp. 50 Miliar. 7 Mengingat keterbatasan sektor UMKMK dalam mengakses sumber pembiayaan, sedangkan disisi lain sektor ini mempunyai potensi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja (97,2%) dan memberikan kontribusi 57,8% terhadap PDB, maka penyaluran KUR ditargetkan terus meningkat sampai dengan tahun 2014. Penyaluran KUR tahun 2012 mencapai Rp 33,471 triliun, melebihi jumlah yang ditargetkan yaitu Rp. 30 triliun, dengan jumlah debitur 1,9 juta UMKM. Secara akumulatif penyaluran KUR sejak tahun 2007 hingga bulan Desember 2012 sebesar Rp. 96,89 triliun dengan jumlah debitur sebesar 7,7 juta. Penyaluran KUR menurut sektor ekonomi tahun 2012 masih didominasi oleh sektor perdagangan yaitu sebesar 51,65% (14,16% di antaranya terintegrasi dengan sektor hulu), diikuti sektor pertanian dan perikanan sebesar 17,08%, sektor lain-lain sebesar 16,26%, dan gabungan sektor lainnya 12,09%. Sehingga penyaluran KUR di sektor hulu (pertanian, perikanan dan kelautan, kehutanan, industri dan sektor hulu terintegrasi) sebesar 33,74%.

Sumber (Dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja-Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi 2012)

Undang-undang umkm

Penyaluran KUR tahun 2012 mencapai Rp 33,471 triliun, melebihi jumlah yang ditargetkan yaitu Rp. 30 triliun, dengan jumlah debitur 1,9 juta UMKM. Secara akumulatif penyaluran KUR sejak tahun 2007 hingga bulan Desember 2012 sebesar Rp. 96,89 trilyun dengan jumlah debitur sebsar 7,7 juta. Gambar 1 Mekanisme Pelaksanaan KUR

Sumber: www.google.com Bagi UMKMK yang ingin mengajukan KUR disyaratkan untuk:8 1. Tidak sedang menerima kredit/pembiayaan dari perbankan dan/atau yang tidaksedang menerima Kredit Program dari Pemerintah; 2. Diperbolehkan sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya);

http://www.tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/

3. Bagi UMKMK yang masih tercatat Sistem Informasi Debitur BI, tetapi yang sudahmelunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas dari Bank sebelumnya; 4. untuk KUR Mikro, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia. Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana, sesuai dengan hasil analisa kelayakan usaha calon debitur. Agar UMKMK yang mengajukan KUR dinilai layak oleh Bank Pelaksana yang menganalisa, maka beberapa dokumen dibawah ini harus dilengkapi pelaku UMKMK sebagai debitur:9 1. Identitas diri nasabah, seperti KTP, SIM, Kartu Keluarga, dll. 2. Legalitas usaha, seperti akta pendirian, akta perubahan 3. Perzinan usaha, seperti SIU, TDP, SK Domisili, dll 4. Catatan pembukuan atau laporan keuangan 5. Salinan bukti agunan 2.2. Implementasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Setelah 5 tahun implementasi program KUR, selama itu pula pemerintah terus melakukan perbaikan terhadap program agar efektif mengentaskan kemiskinan. Meskipun begitu, hingga kini implementasi program KUR masih banyak terdapat kendala. Diantaranya, realisasi penyerapan dana KUR yang maksimal diserap oleh wilayah yang satu, namun tidak dengan wilayah lainnya. Berikut adalah data realisasi KUR hingga Juli 2013. Tabel 1 Realisasi KUR hingga Mei 2013
TOTAL Total Outstanding (Rp juta) (Rp juta) 2.058.174 593.756 6.221.787 2.503.855 3.875.146 1.585.943

No

Provinsi 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat

Debitur 149.196 375.338 215.913

http://www.tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Riau Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D. I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua TOTAL

3.786.939 2.205.021 4.414.452 881.448 2.660.754 892.508 382.028 5.685.558 15.759.901 19.060.935 2.401.184 18.623.234 2.573.210 2.732.571 1.509.760 1.311.053 2.713.458 1.875.369 3.037.783 3.324.832 1.261.802 1.494.256 6.982.441 1.054.878 613.127 660.110 922.203 476.991 657.718 1.262.972 123.283.644

1.790.235 931.437 1.772.225 335.603 985.624 353.171 151.884 2.264.745 5.540.867 6.288.299 931.801 6.654.016 905.066 1.041.451 535.216 450.391 1.231.175 905.365 1.337.467 1.369.735 512.662 616.700 2.517.225 407.274 176.351 204.644 291.333 157.441 278.234 510.733 46.131.924

154.741 128.284 169.573 67.119 212.511 30.243 21.836 220.206 1.292.431 2.143.862 237.780 1.583.972 141.905 210.502 137.298 93.141 105.894 85.634 169.191 154.405 86.696 115.805 502.096 83.430 57.629 46.511 46.144 22.435 21.549 56.906 9.140.176

Sumber: www.komite-kur.com Dari tabel realisasi penyaluran dana KUR tampak jelas bahwa penyerapan dana KUR di wilayah Indonesia belum merata. Penyerapan dana KUR tertinggi berada di Provinsi Jawa Tengah dengan total dana yang diserap hingga Juli 2013 sebesar Rp. 19.060.935,-. Sedangkan penyerapan dana KUR terendah di provinsi Bangka Belitung dengan total dana yang diserap hingga Juli 2013 sebesar Rp. 382.028,-. Angka ini menunjukkan ketimpangan yang sangat besar diantara 2 provinsi tersebut.

Di Bangka Belitung sendiri, jumlah UMKM terus meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2012, jumlah UMKM di Bangka Belitung mencapai 296.788 unit dan telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 621.426.10 Meskipun begitu, dana KUR yang diserap oleh provinsi Bangka Belitung masih terendah se-Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya dana KUR yang diserap provinsi Bangka Belitung adalah rendahnya kualitas SDM dan mental kewirausahaan, seperti semangat pantang menyerah, mandiri, jujur dan sebagainya. 11 Selain itu, persyaratan administrasinya dirasa cukup memberatkan. Debitur yang merupakan pelaku UMKM harus bankable dalam artian layak menjadi nasabah bank penyalur dana KUR. Untuk dapat melakukan pinjaman, debitur diharuskan menyerahkan agunan sebesar 30%.12 2.3. Keunggulan dan Kelemahan KUR Perkembangan Perekonomian Indonesia pada dasarnya berasal dari adanya kegiatan usaha oleh berbagai kalangan masyarakat.Salah satu kegiatan usaha tersebut adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Berdasarkan pekembangannya, UMKM sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM per tanggal 1 Agustus tahun 2010 memperlihatkan bahwa jumlah unit UMKM saat ini telah mencapai lebih kurang 49 juta unit. Besarnya kelompok masyarakat yang tergolong dalam UMKM membuat pemerintah perlu membuat rancangan dalam mengelola dan mendukung kegiatan tersebut. Usah Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia telah menunjukan perannya dalam mengatasi krisis global yang terjadi tahun 2008 silam. UMKM berperan sebagai benteng perekonomian di Indonesia, sehingga dampak dari krisis global tidak signifikan dirasakan di Indonesia. UMKM mempunyai peran juga dalam perkembangan perekonomian nasional dengan mengurangi tingkat

pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Tingkat tenaga kerja yang dapat ditampung UMKM

10 Gilang, puspita. 2012. UMKM dan Koperasi Penentu Pertumbuhan Ekonomi Babel. Diakses di http://bangka.tribunnews.com/2012/06/27/umkm-dan-koperasi-penentu-pertumbuhan-ekonomi-babel tanggal 14 oktober 2013
11

Anonym, umkm babel masih terseok-seok diakses di http://www.harianbabelpos.com/2013/07/22/umkmbabel-masih-terseok-seok/ tanggal 14 oktober 2013 12 Djoko, Retnadi. Kredit Usaha Rakyat (KUR), Harapan dan Tantangan. Economic review: 212. Juni 2008. Hal. 7

meningkat sebesar 6,3 juta pekerja, angka ini mengalami peningkatan jika dilihat dari tahun 2004 sebanyak 79,1 juta pekerja dan tahun 2006 sebesar 85,4 juta pekerja. (BPS, 2012) Kredit usaha rakyat atau KUR merupakan suatu program yang digunakan untuk mempermudah para pengusaha kecil dalam memperoleh modal yang diinginkan. KUR merupakan suatu pembiayaan atau kredit dalam bentuk investasi dan modal kerja dengan fasilitas penjaminan untuk usaha produktif yang diberikan kepada para UMKM-K atau usaha mikro kecil menengah koperasi. KUR merupakan suatu program yang telah direncanakan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat dalam rangka program memberantas kemiskinan. Dengan kehadiran Kredit Usaha Rakyat, pemerintah kembali memberikan berbagai kemudahan bagi UMKM. Beberapa di antaranya adalah penyelesaian kredit bermasalah UMKM dan pemberian kredit UMKM hingga Rp 500 juta. Hal tersebut disebabkan karena 70% dana yang dipinjam dari bank resikonya ditanggung oleh pemerintah, sedangkan sisanya 30% ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Pemerintah memberikan akses kredit usaha rakyat atau sering dikenal dengan KUR tersebut melalui lembaga perbankan yang pada saat ini sangatlah berperan baik. Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada pemberian kredit yang mulai meningkat pada inovasi produk yang mulai berjalan, seperti adanya kredit usaha rakyat ( KUR ) kepada UMKM. Lembaga perbankan di Indonesia dengan adanya program pemerintah terkait dengan kredit usaha rakyat ini,memberikan manfaat bagi UMKM, Manfaat yang diperoleh UMKM dalam penyaluran KUR adalah adanya peningkatan kegiatan usaha,pemanfaatan tenaga kerja dan kesejahteraan. Upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan melalui penguatan modal pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam bentuk penyaluran dana KUR patut diapresiasi. Dengan adanya penyaluran dana KUR ini diharapkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dapat membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi. Permasalahan KUR Sama seperti berbagai program pemerintah dibidang perkreditan lainnya,dari aspek jumlah dana yang tersalur dan jumlah nasabah yang mendapatkan pinjaman, program KUR telah

berhasil melampaui target. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah masih adanya berbagai isu dan sinyalermen yang menyatakan bahwa program ini masih sulit di akses karena kalangan bank penyalur masih mensyaratkan adanya agunan yang cukup besar. hasil penelitian yang dilakukan oleh kementerian Negara Koperasi danUMKM tahun 2006 memperkirakan kebutuhan kredit per unit UMKM sebesar Rp3.870.000 untuk usaha mikro, Rp 148,54 juta untuk usaha kecil dan Rp 1,2413miliar untuk usaha menengah. Rata-rata kebutuhan UMKM adalah sebesar Rp 6,81 juta, sehingga total kebutuhan kredit untuk UMKM yang diperkirakan sekarang ini jumlahnya mencapai lebih dari 49 juta, adalah sebesar Rp 333,70 Triliun. Sampai dengan akhir Desember tahun 2010 penyakuran KUR sudah mencapai 30, 6 trililiun. Jumlah ini memang terlihat cukup besar dan sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu Rp. 30 Triliun. Namun dengan asumsi 87, 34 % UMKM memerlukan pinjaman modal, jumlah tersebut nampaknya baru 9, 17 % dari kebutuhan kredit UMKM. Demikian juga jumlah orang yang mendapatkan kredit yaitu nasabah KUR sebanyak lebih kurang 3,6 juta orang. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan jumlah UMKM yang membutuhkan pinjaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian negara koperasi dan UKM tahun 2006 yang menyatakan bahwa jumlah UMKM yang membutuhkan kredit ada sebanyak 87,34 % dari jumlah UMKM yang ada di Indonesia atau sekirar 42,796 juta unit usaha. Dengan demikian jumlah nasabah yang tercover dengan program KUR sebanyak 3,6 juta orang baru 8,4 % dari jumlah UMKM yang membutuhkan pinjaman. Kelemahan KUR: 1. Masih belum selarasnya pemahaman pelaku UMKM sebagai debitur dengan bank pelaksana sebagai kreditur mengenai KUR. Bahwa, dana yang digulirkan untuk program KUR adalah dana yang dihimpun oleh bank pelaksana bukan pemerintah. 2. Tidak compatible di wilayah tertentu, terutama wilayah dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah dan jiwa wirausaha masyarakat setempat yang rendah. 3. Kurangnya sosialisasi program. Belum terjangkaunya seluruh wilayah Indonesia disebabkan kurangnya sumber daya baik pemerintah maupun bank pelaksana.

4. Program pembiayaan yang serupa seperti Kredit Ketahanan Pangan-Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). 5. Tidak semua bank pelaksana memiliki kantor atau outlet yang mudah dijangkau oleh UMKM. 6. Masih banyak petugas bank yang sering meminta agunan tambahan yang berlebihan, meskipun KUR pada perinsipnya sudah dijamin oleh perusahaan penjaminan. 7. Biaya transaksi kredit maih danggap terlalu tinggi terutama untuk kredit dengan pinjaman kecil-kecil. 8. Ketidaksiapan UMKM untuk memenuhi persyaratan teknis perbankan

Keterbatasan fasilitas penjaminan yang dikaitkan dengan ketentuangearing rasio sebesar 10%.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Dalam situasi krisis, maka persoalan mendasar yang harus dipecahkan adalah bagaimana cara mendorong pelaku usaha kecil bangkit dan menghadapi situasi global. Data menunjukan bahwa UMKM dapat menunjang perekonomian nasional diantaranya adalah mengatasi pengangguran dan meningkatkan pendapatan negara. Pemberdayaan UMKM hanya akan terjadi secara nyata apabila diberikan kesempatan memasuki kegiatan ekonomi terjamin oleh pemerintah. Dukungan pemerintah juga diperlukan terutama dalam peningkatan kemampuan untuk memperoleh akses pasar, teknologi dan permodalan yang dikembangkan melalui bank atau non bank. Terbitnya Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang UKM harus disikapi secara positif, karena itu merupakan salah satu kepedulian pemerintah terhadap UMKM dan menjadi payung hukum yang jelas untuk UMKM. Akses terhadap permodalan selalu menjadi kendala utama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam mengembangkan usaha. Namun, kendala itu pelan-pelan mulai terkikis dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR yang digulirkan sejak tahun 2007 sedikit banyak membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan modal usaha. Skema kredit KUR menjadi pilihan banyak pedagang kecil karena kemudahan akses dan bunga yang relatif kecil. Jika dibandingkan dengan skema kredit lainnya, KUR masih lebih memadai untuk mengembangkan usaha bagi pedagang kecil. Program KUR merupakan bagian dari Program Pro Rakyat Klaster 3 yang bertujuan membantu mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah. Penyaluran KUR terus diperbaiki dan diperluas serta ditargetkan bisa menyalurkan minimal Rp 20 triliun per tahun, bahkan untuk tahun 2012 dana KUR yang disalurkan ditargetkan mencapai Rp 30 triliun. Namun demikian, dalam mengakses KUR masyarakat masih memiliki kendala. Diantaranya adalah kemudahan akses, sosialisasi yang kurang, akses yang berbelit, bagi sebagian masyarakat masih merasa bunga yang diberikan masih terlalu tinggi, sampai pada ketidak merataan penyaluran kredit yang masih didominasi oleh kelompok-kelompok tertentu.

3.2. Saran 1. Dilakukannya evaluasi berkelanjutan terhadap program KUR, terutama menemukan faktorfaktor yang menjadi penyebab tidak meratanya realisasi dana KUR. Karena ada indikasi bahwa kualitas sumber daya manusia di beberapa wilayah memengaruhi keberhasilan program KUR. 2. Perbaikan sistem penjaminan, dan penyederhanaan sistem pinjaman yang lebih cocok untuk UMKM. 3. Memperluas akses kredit sampai ke pelosok daerah, dengan memanfaatkan lembaga keuangan terdekat. 4. Memberikan informasi atas program tersebut dengan memanfaatkan media yang mampu dijangkau oleh masyarakat daerah.

Anda mungkin juga menyukai