Anda di halaman 1dari 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kecelakaan 1.

1 Defenisi Kecelakaan Pengertian kecelakaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), adalah kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Lembaga Pusat untuk Pengendalian Penyakit memperkirakan bahwa setiap tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap dari kecelakaan. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada perkembangan anak serta produktivitasnya di masa depannya, juga pada keuangan, dan emosi keluarga. Cedera yang tidak disengaja sering disebut sebagai kecelakaan karena mereka terjadi tanpa diharapkan dan sepertinya tidak terkendalikan (Purwoko, 2006). 1.2 Faktor Penyebab Kecelakaan 1.2.1 Internal a. Usia dan tingkat perkembangan anak Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang dimilikinya, kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling dan merangkak menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Bayi berkembang pada kurun yang berbeda, mungkin ia belajar berguling pada usia tiga tahun atau paling lambat enam bulan. Dengan demikian, setiap tahap perkembangan bayi satu dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu, cedera yang sering kali terjadi berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya (Espeland, 2005).

Universitas Sumatera Utara

b. Jenis kelamin Kematian lebih banyak terjadi pada masa-masa awal kehidupan dan lebih banyak pada anak laki-laki di semua umur, yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak-anak di usia sekolah (Meadow & Newel, 2005). Banyak kajian yang menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan, mungkin hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil resiko daripada anak perempuan (Espeland, 2005). c. Keadaan psikologis anak Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaan stress (Espeland, 2005). Temperamen dan motivasi juga berperan terjadinya kecelakaan. Anak yang bertemperamen persisten akan selalu kembali kepada sesuatu yang dilarang. Anak yang aktivitasnya tinggi akan sering terbentur atau lecet dibandingkan anak yang kurang aktif. Sedangkan motivasi mencerminkan anak untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan baik. Keinginan untuk mandiri mendorong anak ingin melakukan sesuatu walaupun secara fisik belum mampu, seperti memanjat pohon atau bersepeda jauh-jauh dari rumah (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).

Universitas Sumatera Utara

1.2.2 Eksternal a. Lingkungan Lingkungan merupakan faktor penyebab kecelakaan tersering. Cedera pada anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya. Setiap saat bahaya dapat mengintai si kecil, mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan di sekitar rumah, cuaca, serangga, dan hewan lain, serta tumbuhan (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999). b. Keadaan psikologis orang yang mengasuh Penelitian telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi atau ketika mereka sedang capek. Keadaan stress yang terjadi pada keluarga seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan beresiko tinggi (Espeland, 2005). c. Keadaan sosial Resiko kecelakaan dapat juga dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga besar dengan perumahan buruk, yang sebagaian besar waktunya dihabiskan di jalan, dan hanya diawasi oleh anak yang sedikit lebih besar, berada dalam bahaya besar; dan ibu yang merawat anak kecil pada blok menara tanpa halaman atau tempat bermain tertutup memiliki masalah yang pelik (Meadow & Newel, 2005).

Universitas Sumatera Utara

1.3 Jenis Kecelakaan

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga usia di bawah satu tahun juga termasuk golongan ini (Urip, 2004). Menurut Purwoko (2006), anak kecil mempelajari lingkungannya melalui penjelajahan, terutama dengan menggunakan indera perasa dan sentuhan mereka. Ketika anak tumbuh, bahaya yang mereka hadapi akan berubah akibat perkembangan kemampuan. Jenis cedera yang terjadi sering kali berhubungan langsung dengan usia anak dan tingkat perkembangannya.

Tabel 1: Kemampuan Perkembangan Berhubungan dengan Risiko Cedera Tahap/Usia Kemampuan Perkembangan Resiko Cedera

1. Bayi lahir sampai 1 tahun (Infant)

Bertambahnya mobilitas Meningkatnya koordinasi mata-tangan dan reflex menggenggam volunter Berguling Bermain mulut sangat terlihat jelas Merangkak Menarik benda-benda

Aspirasi Tenggelam Jatuh Keracunan Luka bakar Kecelakaan kendaraan bermotor Kerusakan tubuh

2. Masa usia bermain 1-3 tahun (Toddler)

Belajar jalan, berlari, memanjat Mampu membuka pintu dan gerbang Menjelajah segala sesuatu dengan mulut Memiliki rasa keinginantahuan yang

Kecelakaan kendaraan bermotor Tenggelam Luka bakar Keracunan Jatuh Tersedak Kerusakan tubuh

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan: tabel 1 besar Naik turun tangga Tidak mewaspadai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh orang asing atau orang lain

3. Masa kanakkanak awal 3-5 tahun (Preschool)

Tertarik dengan kecepatan dan gerakan Semakin terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang jauh dari rumah Dapat bekerja keras untuk meyempurnakan suatu keterampilan Mempunyai aktivitas motorik kasar yang bersifat waspada, tetapi bukan takut Menikmati mencoba hal-hal baru Mobilitas menjurus ke peningkatan kemandirian

Kecelakaan kendaraan bermotor Tenggelam Luka bakar Keracunan cedera tubuh

Berdasarkan buku Wong D: Buku Ajar keperawatan Pediatrik Wong, ed.6. Hak cipta 2008, EGC, Jakarta. Berdasarkan penelitian tentang kecelakaan di rumah pada balita menunjukkan bahwa kecelakaan atau cedera terbanyak disebabkan oleh terjatuh (76%), tersayat (12%), terbakar (11%), dan aspirasi (1%) (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).

1.3.1 Jatuh Kajian yang memfokuskan pada kecelakaan pada anak yang terjadi di

rumah akhir-akhir ini menemukan bahwa kebanyakan kecelakaan pada anak

Universitas Sumatera Utara

yang terjadi di rumah diakibatkan karena jatuh; kebanyakan karena mereka bermain sepeda, bermain di kursi dan juga berlari di kebun. Aktivitas bermain anak menjadi faktor penentu jatuhnya anak-anak: baik karena permainan mereka yang penuh resiko atau karena mereka didorong oleh teman sepermainan mereka. Sepertiga dari kajian ini menunjukkan bahwa para orang tua sebenarnya bisa menghentikan anak-anak mereka bermain sebelum mereka terjatuh, namun sayangnya hal itu tidak dilakukan (Espeland, 2005). Jatuh paling sering terjadi setelah bayi berusia 4 bulan ketika bayi belajar berguling, namun jatuh dapat terjadi pada setiap usia. Anjuran terbaik adalah jangan pernah meletakkan anak pada usia berapapun tanpa ditunggui pada permukaan tinggi yang tidak ada jeruji pelindungnya (Wong, 2008). Jatuh dapat menyebabkan perdarahan, cedera pada leher dan tenggorokan, cedera kepala, memar, demam, terkilir, patah tulang, dan perubahan engsel tulang (dislokasi sendi) (Widjaja, 2002). a. Perdarahan Perdarahan adalah hilangnya darah dari pembuluh darah (Mukono & Wasono, 2002). Perdarahan hebat lebih berbahaya bagi anak kecil

daripada orang dewasa. Kehilangan darah sampai liter pada orang dewasa tidak akan menyebabkan efek buruk, tetapi pada anak kecil yang volume darahnya lebih sedikit kehilangan darah dapat menimbulkan syok. Di samping kehilangan darah, akan terjadi kerusakan pada permukaan kulit (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999). Tanda-tanda

Universitas Sumatera Utara

perdarahan: (1) Bengkak merata. (2) Kulit berubah warna menjadi kebiruan. (3) Terasa sakit atau nyeri. (4) Perdarahan bisa berlangsung di dalam maupun di luar tubuh. b. Cedera pada leher dan tenggorok Gejalanya: (1) Leher dan tenggorok memar dan membengkak. (2) Keluar darah dari mulut dan hidung. (3) Darah berwarna merah segar dan berbusa. c. Cedera kepala Cedera kepala terbagi menjadi dua bagian, yakni trauma ringan dan trauma berat. Dianggap trauma (cedera) ringan jika setelah terjadi benturan tidak terjadi gejala mata miring, muntah atau kejang. Namun, jika gejala tersebut terjadi langsung atau baru timbul 24-48 jam kemudian, krisis harus segera ditangani. Gejala: (1) Pada gejala ringan biasanya hanya terjadi tanda memar. (2) Pada cedera berat terjadi perdarahan yang biasanya keluar dari mulut, hidung, dan telinga, disertai muntah-muntah dan posisi bola mata berubah arah. d. Demam Demam pada anak terjadi akibat infeksi. Jika suhu tubuh anak mencapai lebih 41 C, dapat dikatakan demam tinggi. Demam ini jika dibiarkan akan menyebabkan kerusakan otak. Gejala: (1) Wajah dan tubuh anak memerah. (2) Suhu meningkat, dari yang bervariasi sampai yang konstan. (3) Jika demam tinggi, anak dapat menggigil.

Universitas Sumatera Utara

e. Keseleo, patah tulang, sendi bergeser (dislokasi) Patah tulang adalah meregangnya jaringan ikat tulang. Keseleo adalah meregangnya jaringan otot. Dislokasi adalah terjadinya pergeseran engsel atau tempurung tulang. Pada orang dewasa, terjadi patah tulang dan pergeseran engsel biasanya lebih sulit sembuh. Sebaliknya, karena masih memiliki banyak zat perekat, terjadi hal seperti ini pada anak-anak akan cepat sembuh. Gejala: (1) Terasa nyeri, bengkak. (2) Kram dan kaku pada bagian yang sakit. (3) Gerak sendi terbatas. (4) Memar atau lebam.

1.3.2 Tersayat (teriris) Luka yang terjadi pada anak biasanya disebabkan anak terjatuh atau tergelincir ketika bermain. Lantai rumah yang licin atau basah karena air atau minyak juga dapat menyebabkan anak jatuh. Selain itu, kegemaran anak bermain dengan benda-benda tajam, seperti garpu, gunting, jarum atau tusuk gigi juga juga dapat menyebabkan cedera (Ibrahim, Daud, sulistijani, 1999). Toddler masih kaku dalam banyak keterampilan dan mereka dapat membahayakan diri mereka sendiri dengan serius ketika berjalan dengan membawa benda tajam atau runcing atau mengulum makanan atau sendok di dalam mulutnya. Pada anak prasekolah, mengajarkan keamanan adalah hal terpenting. Anak harus diajari bahwa ketika berjalan dengan membawa benda runcing seperti pisau atau gunting, maka ujung yang runcingnya harus diarahkan menjauhi wajah. Peralatan berkebun atau perbengkelan dan semua senjata api harus disimpan dalam lemari berkunci (Denno dkk, 1996

Universitas Sumatera Utara

dalam Wong, 2008). Menurut Wasono & Mukono (2002), Luka dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu luka tertutup dan luka terbuka. Luka terbuka merusak permukaan kulit dengan perdarahan yang tampak, sering terjadi infeksi. Luka tertutup menimbulkan kerusakan di bawah permukaan kulit, kulit tidak rusak dan perdarahan tidak tampak.

1.3.3 Terbakar Luka bakar karena kebakaran merupakan satu dari banyak tipe luka bakar yang paling fatal dan sering terjadi ketika anak bermain dengan korek api dan secara tidak sengaja membuat diri (dan rumah) anak terbakar (Wong, 2008). Menurut Mohammad (2005), kulit peka terhadap panas. Kulit tidak akan rusak bila terkena suhu di bawah 43,8 0C. Suhu antara 43,8 0C dan 50,5 0C menyebabkan kerusakan kulit yang berarti. Suhu di atas 50,50C merusak seluruh bagian kulit. a. Penyebab luka bakar adalah : 1) Luka bakar akibat panas adalah penyebab tersering dari cedera bakar pada anak-anak. Luka ini disebabkan oleh kontak api atau sumber api panas lain, misalnya cairan uap panas, dan peralatan yang panas. 2) Luka akibat bahan kimia disebabkan oleh bahan kimia yang korosif, bahan-bahan yang beracun yang mungkin disimpan di garasi atau gudang. 3) Luka bakar akibat listrik disebabkan oleh kontak dengan aliran listrik rumah tangga atau petir.

Universitas Sumatera Utara

4) Luka bakar akibat radiasi, sinar ultra-violet dari sinar matahari bisa membakar kulit yang tidak terlindungi. b. Penilaian Luka Bakar Penilaian luka bakar dilakukan setelah menilai apakah masalah kedarutan pernafasan dan perdarahan telah ditangani. Penilaian luka bakar didasarkan atas : 1) Berapa persen luas luka bakar pada tubuh Pada anak, istilah seperti sebesar koin atau separuh punggung membantu menjelaskan ukuran area luka. Perkiraan ukuran luka pada anak dengan menggunakan telapak tangan anak, dengan telapak tangan adalah 1% dari luas permukaan seluruh tubuh. Jadi, jumlahkan saja berapa telapak tangan luas lukanya. Luka bakar bisa sangat serius jika berlokasi pada 1 dari 4 area kritis tubuh, yaitu wajah, tangan, alat kelamin, dan kaki (Purwoko, 2006). 2) Berapa dalam luka bakar (derajat luka bakar) 2.1Kedalaman derajat Luka bakar Derajat 1. Hanya mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit edem dan nyeri. Derajat 2. Mengenai epidermis dan sebagian dermis, bulat/lepuh, edem dan sangat nyeri. Derajat 3. Mengenai seluruh lapisan kulit, kadang mencapai jaringan dibawahnya, lesi pucat, coklat sampai hitam, kering, tidak nyeri.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Luas derajat (Luka Bakar) Ringan : derajat 1, derajat 2 luas < 15%, derajat 3 luas < 2% Sedang : derajat 2 luas 10-15%, derajat 3 luas 5-10%. Berat : derajat 3 luas > 20%.

1.3.4 Aspirasi Suatu benda asing yang masuk ke jalan napas bisa menyebabkan sumbatan jalan napas sebagian atau lengkap. Jika benda asing menghambat sebagian jalan napas, pertukaran udaranya bisa tetap baik atau menjadi buruk. Seorang anak tersedak yang pertukaran udaranya memburuk, batuknya akan lemah dan tidak efektif, dan pernapasan menjadi sulit. Kulit, alas kuku, dan sebagian dalam mulut bisa tampak kebiruan/keabuan (Purwoko, 2006). Mohammad (2005), membagi jenis penyebab sumbatan jalan napas sebagai berikut: a. Jenis penyebab sumbatan jalan nafas bagian atas pada korban kecelakaan adalah : 1) Lidah Pada korban yang tidak sadar terjadi kelemasan/relaxation jaringan lunak termasuk lidah, sehingga posisi lidah jatuh ke dalam dan menutup jalan nafas pangkal tenggorokan/larynx. 2) Muntah Isi muntahan sering kali adalah makanan yang baru saja dimakan oleh korban, lendir jalan nafas yang berlebihan, selain itu bisa juga muntah

Universitas Sumatera Utara

darah.

Muntahan

mungkin

sekali

membuntu

jalan

nafas

tenggorokan/trachea atau cabang tenggorokan/bronchus. 3) Benda Asing Benda asing yang sering kali membuntu jalan nafas ialah sisa makanan, kompononen mainan, biji-bijian, atau kelereng, uang logam, tanggal atau gigi palsu yang terlepas. 4) Pembengkakan Reaksi alergi dan benda yang bersifat mengiritasi (misal: asap, bahan kimia) dapat menyebabkan pembengkakan jalan nafas. 5) Penyempitan (spasm) Bila tiba-tiba tertelan, air dapat menyebabkan penyempitan tenggorokan. Ini terjadi pada kira-kira 10% pada kasus tenggelam. b. Tanda Sumbatan Jalan Napas 1) Sumbatan jalan nafas sebagian Keadaan baik ditandai dengan batuk-batuk kuat pada korban yang sadar. Keadaan buruk ditandai dengan penderita lemah, batuk lemah, suara nafas tinggi, korban ungu kebiruan (cyanotic). Terjadi perubahan suara nafas sebagai berikut: (1) Mendengkur: lidah mungkin menutup jalan nafas. (2) Serak: penyempitan jalan nafas larynx. (3) Seperti bunyi tiupan peluit (wheezing): pembengkakan atau penyempitan jalan nafas (bronchus, bronchiolus). (4) Suara kasa: cairan di jalan nafas: darah, muntahan, lendir. gigi yang

Universitas Sumatera Utara

2) Sumbatan jalan nafas total Ditandai dengan: (1) Tidak dapat bersuara, bernafas atau batuk. (2) Korban mencengkeram lehernya dengan satu atau dua tangan (dikenal dengan tanda umum kesulitan bernafas)

2) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 2.1 Defenisi Pertolongan pertama adalah perawatan segera yang diberikan pada orang yang mengalami cedera atau sakit mendadak (Purwoko, 2006). Menurut Rassat (1991), Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah untuk memberikan pertolongan pertama ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari. Menurut Mohammad (2005) sikap penolong adalah: (1) Tidak panik, bertindak cekatan, tenang, tidak terpengaruh keluhan korban, jangan menganggap enteng luka yang diderita korban. (2) Melihat pernapasan korban jika perlu berikan pernapasan buatan. (3) Hentikan pendarahan, terutama luka luar yang lebar. (4) Perhatikan tanda-tanda shock. (5) Jangan terburu-buru memindahkan korban, sebelum kita dapat menentukan jenis dan keparahan luka yang dialami korban. Sedangkan kewajiban penolong adalah: (1) Perhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan. (2) Perhatikan keadaan penderita. (3) Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan dilakukan. (4) Jika korban meninggal beritahu polisi atau bawa korban kerumah sakit (Mukono & Wasono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Dalam melakukan pertolongan pertama terdapat batasan wilayah penolong yaitu pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya sementara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan (Mukono & Wasono, 2002).

2.2 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Berdasarkan Jenis Kecelakaan 2.2.1 Jatuh Menurut Widjaja (2002), tindakanan pertolongan pertama yang di akibatkan jatuh adalah sebagai berikut: a. Perdarahan Perdarahan luar; (1) Tekan langsung pada tempat darah keluar dengan jari/kain. (2) Tinggikan lengan atau kaki. (3) Fasilitasi anak agar istirahat. (4) Biarkan saja bekuan darah, bila bekuan darah terlepas maka perdarahan akan mulai lagi. (5) Jangan bergerak untuk mempercepat pembekuan darah. (6) Jika darah tidak berhenti, antarkan ke rumah sakit. Sedangkan perdarahan dalam: (1) Anak harus rebah istirahat dan tenangkan anak. (2) Segera antarkan ke rumah sakit. b. Cedera pada leher dan tenggorokan Tindakan pertolongan: (1) Biarkan penderita beristirahat di tempatnya. Jangan mengubah posisinya sebelum bantuan datang. (2) Jika penderita hendak batuk, beri pengertian agar menarik napas panjang. (3) Kompres dengan es di bagian leher atau tenggorokan secara perlahan-lahan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengurangi rasa panas dan perdarahan. (4) Berikan obat penahan sakit. (5) Biarkan anak istirahat dan beri minum air secukupnya. (6) Suruh orang untuk memanggil dokter atau ambulans. c. Cedera kepala Tindakan Pertolongan: (1) Berusaha untuk menghentikan setiap perdarahan di tempat yang terbentur dengan kain yang bersih. (2) Jika cedera serius yang ditandai dengan luka sobek atau memar berat, usahakan tidak menggerakkan kepala anak. Jika darah membasahi kain, jangan mengangkat kain itu. Tempatkan kain lain di atas kain tersebut. (3) Jika luka di kepala tidak dalam, segera bersihkan luka itu dengan sabun dan air hangat, kemudian keringkan dan obati dengan cairan antiseptik. Pada cedera kepala yang berat: (1) Jika terjadi gejala muntah dan perdarahan pada kepala dan leher, tubuh anak dimiringkan (menghadap ke samping) agar tidak tersedak. Jika dicurigai terjadi cedera pada leher dan punggung, biarkan anak dalam posisi miring. Minta bantuan seseorang untuk memanggil bantuan medis. (2) Jika tidak terjadi kerusakan pada tulang leher dan kepala, tetapi hanya terjadi pembengkakan, biarkan anak telentang, lakukan pengompresan dengan air dingin di tempat yang nyeri. Jika anak dapat minum obat, berikan cairan atau tablet pereda rasa nyeri. (3) Jika gejala awal tampak ringan, amati terus kondisi anak sampai 48 jam. Di malam hari, bangunkan anak setiap satu atau dua jam. Jika anak tidak memberikan respons terhadap

Universitas Sumatera Utara

pertanyaan/perintah sederhana atau jika terus muntah, segera hubungi dokter. d. Demam Tindakan Pertolongan: (1) Jika suhu tubuh anak mencapai 39 C, lakukan pengompresan dengan es. (2) Berikan obat penurun panas sesuai dengan dosis. (3) Jangan menyelimuti atau membungkus anak. (4) Jangan membangunkan dengan alasan mau memberi obat sebab dalam kondisi ini tidur lebih baik bagi anak. (5) Jika 1-2 jam setelah diberi obat panasnya meningkat menjadi 40 C, rendam anak dalam ember atau bak berisi air dingin. (6) Setelah panasnya turun, berikan pakain yang nyaman dan sejuk. (7) Jika panas tak kunjung reda, hubungi dokter. e. Keseleo, Patah Tulang, Sendi Bergeser (dislokasi) Tindakan Pertolongan: (1) Biarkan anak dalam posisi istirahat. (2) Angkat posisi cedera sampai lebih tinggi daripada posisi jantung. Ini berguna untuk memperlambat aliran darah. (3) Berikan kompres dingin selama 15-20 menit. Jika bengkak tidak mengempis, ulangi lagi pengompresan. (4) Beri obat penghilang rasa nyeri. (5) Biasanya, penyembuhan untuk patah tulang memakan waktu 2 bulan, keseleo 1-2 minggu, pergeseran sendi 2-3 bulan 2.2.2 Tersayat a. Luka terbuka : Segera hentikan perdarahan dengan cara menekan langsung pada luka dengan tangan yang dibungkus kain bersih. Kemudian tutup dengan kain

Universitas Sumatera Utara

kasa steril, jangan mencoba mencabut benda yang tertancap, misalnya: pisau atau pecahan kaca, kecuali luka tusuk pada dada dan perut sebab mungkin mengganggu gerakan nafas korban. Luka terbuka perlu ditutup dengan tindakan penjahitan oleh dokter dengan rentang waktu 6 sampai 8 jam dari saat kejadian luka, waktu ini dikenal dengan istilah The Golden Periode. Penjahitan luka akan mempercepat penyembuhan, mengurangi infeksi dan mengurangi terbentuknya jaringan perut (Mukono & wasono, 2002). b. Luka tertutup Segera kendalikan perdarahan dengan kompres dingin (kantung es) dan pembalut elastik. Periksa kemungkinan terjadi patah tulang. Angkat bagian yang luka lebih tinggi dari batas jantung untuk mengurangi nyeri dan bengkak (Mukono & Wasono, 2002). c. Luka tersayat/teriris Bersihkan luka dengan sabun di air mengalir (keran), beri larutan antiseptik, luka ringan cukup ditutup dengan plester, luka tersayat yang dalam dapat diperban (Widjaja, 2002). 2.2.3 Luka Bakar Tindakan pertolongan pertama pada luka bakar berdasarkan penyebab luka bakarnya menurut Ibrahim, Daud, Sulistijani (1999) adalah sebagai berikut: Tabel 2: Tindakan pertolongan pertama pada luka bakar Jenis Luka Bakar 1. Panas Tindakan Pertolongan a. Korban sebaiknya dipindahkan ke tempat yang aman, jika tubuh korban terbakar maka cepat-cepat ditutup dengan selimut/kain lebar untuk memadamkan api.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan: tabel 2 b. Baringkan anak ke tanah atau lantai kemudian anggota tubuh yang terbakar disiram atau direndam air selama sekurang-kurangnya 10 menit untuk menghilangkan rasa nyeri dan nyaman. c. Apabila korban tidak sadar/pingsan maka korban dibaringkan dengan posisi miring untuk diperiksa denyut nadi dan pernapasannya dan segera diberi pernapasan buatan dengan mulut/dada ditekan. d. Lepaskan pakaian, gelang, cincin, atau kalung agar peredaran darah tidak terganggu, tetapi pakaian yang melekat pada kulit dibiarkan dan digunting bagian sekitarnya. e. Cedera bakar ditutup dengan kain steril, tetapi ingat jangan menggunakan kain yang berbulu/berserat agar tidak melekat pada cedera. f. Anggota tubuh yang terbakar ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan dan tenangkan korban. g. Korban yang tidak sadar dilarang diberi minum dan makanan agar tidak menyumbat jalannya pernapasan. h. Apabila korban sadar, sebaiknya diberi minum air putih (1 liter) ditambah garam (1 sendok teh) sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan setiap 10 menit. i. Korban segera diantar ke rumah sakit sambil terus diberi minum. a. Anggota tubuh yang terkena zat kimia segera disiram air terus-menerus untuk menghayutkan zat kimia. b. Pakaian, cincin, gelang yang terkena zat kimia dilepas perlahan-lahan dan pakain yang melekat pada kulit dibiarkan saja dan digunting pada bagian sekitar cedera. c. Anggota tubuh yang cedera segera ditutup/dilapisi dengan kain steril yang tidak berbulu/berserat. d. Penderita yang sadar diberi minum sedikit-sedikit setiap 10 menit dan terus diberikan sampai diantar ke rumah sakit. e. Apabila cedera bakar karena zat kimia mengenai mata maka mata penderita diusahakan terbuka lebar dan disiram dengan air terus-menerus sekurang-kurangnya 15 menit atau mata direndam dalam air sambil dikedipkedipkan sampai rasa nyeri/perih berkurang. Air untuk merendam sebentar-sebentar diganti. a. Aliran listrik harus dimatikan, cabut kabel dari stop kontak atau matikan sekring, jangan memegang korban sebelum tahu pasti apakah aliran listrik sudah mati. Ini dimaksudkan agar sipenolong tidak menjadi korban pula. b. Tangan si penolong harus kering dan dibungkus dengan

2. Kimia

3. Listrik

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan: tabel 2 bahan kering dan berdiri di alas kering/memakai sandal karet yang kering. Periksa korban, apakah masih bernapas atau tidak. Bila tidak bernapas maka segera berikan pernapasan buatan. Bila korban sadar, korban diusahakan leluasa untuk bernapas. Bila tidak sadar, korban dibaringkan dengan posisi setengah telungkup dan muka miring ke bawah. Anggota tubuh yang cedera langsung didinginkan dengan disiram air/direndam air tidak kurang dari 10 menit atau sampai rasa nyeri hilang. Lepaskan pakain korban secara perlahan-lahan. Tutup anggota tubuh yang cedera dengan kain steril. Anggota tubuh yang cedera diistirahatkan/ditempatkan pada tempat yang nyaman. Pada penderita yang sadar, diberi minum setiap 10 menit sedikit demi sedikit. Jangan memberi minum apapun pada korban yang tidak sadar/pingsan, karena sangat berbahaya. Segera antarkan korban ke rumah sakit Penderita dibawa ke tempat yang teduh (terhindar dari sinar matahari langsung). Anggota tubuh yang cedera dikompres dengan air es atau disiram dengan air dingin sampai rasa panas berkurang/hilang. Korban diberi minum untuk menghilangkan rasa panas. Bila anggota tubuh yang cedera melepuh segera bawa ke rumah sakit.

c. d. e. f.

g. h. i. j. k. l. a. b.

4. Sinar Matahari

c. d.

2.2.4 Aspirasi a. Pada korban yang sadar Segera berikan 5 kali tekanan pada perut korban (Heimlich manuever), dengan cara: (1) Penolong berdiri di belakang korban. (2) Lingkarkan lengan penolong pada pinggang korban, satu tangan mengepal di depan perut korban (diantara pusar dan tulang dada) dan tangan yang lain memegangi tangan tersebut. (3) Lakukan penekanan pada perut korban dengan cepat, 5 kali masing-masing tekanan terpisah. (4) Ulangi usaha di

Universitas Sumatera Utara

atas sampai korban dapat membatukkan keluar benda asing, korban mulai bernafas atau batuk kuat. Bila korban menjadi tidak sadar aktifkan sistem pelayanan medis darurat (Purwoko, 2006). b. Pada korban tidak sadar Lakukan Heimlich manuever dengan cara: (1) Korban ditidurkan telentang. (2) Lakukan penekanan perut korban dengan memakai satu pangkal telapak tangan penolong, tangan yang lain di atas tangan pertama. (3) Berikan 5 kali tekanan perut. (4) Tengadahkan kepala dan tarik dagu ke depan sehingga mulut korban terbuka. Lakukan usaha membersihkan rongga mulut korban dengan usapan jari. Bila benda asing dapat tercapai, pegang atau kait dan keluarkan. (5)Hindari mendorong benda asing masuk lebih dalam (Purwoko, 2006). Pada bayi dilakukan dengan pukulan punggung dan tekanan dada; untuk pukulan punggung telungkupkan bayi di lengan bawah, kepala bayi harus lebih rendah dari batang tubuhnya. Tangan penolong berada di keliling rahang bawah dan leher bayi, untuk menambah dukungan sandarkan lengan bawah dengan pada paha penolong. Dengan menggunakan tumit tangan lainnya, berikan 5 pukulan pada punggung bayi di antara kedua bilah punggung. Sedangkan tekanan pada dada; balikkan bayi sehingga telentang. Setelah memberi 5 pukulan punggung, segera letakkan tangan penolong yang masih bebas di belakang kepala dan leher sementara tangan lain masih berada di tempatnya. Dengan menggunakan kedua tangan penolong dan lengan bawah menjepit bayi, 1 tangan mendukung rahang, leher, dan 1

Universitas Sumatera Utara

tangan lainya berada di punggung; balikkan tubuh bayi. Setelah dalam posisi telentang, bayi harus berbaring di paha penolong. Kepala bayi harus lebih rendah daripada batang tubuhnya. Tekanan diberikan pada tulang dada (di antara kedua puting), menggunakan dua jari (Purwoko, 2006).

2.3 Pencegahan Kecelakaan Pada Balita Kecelakaan dapat dicegah jika orangtua mengerti hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari anak dari kecelakaan. Menurut Widjaja (2002), pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memberikan pengamanan di sekitar balita yaitu sebagai berikut: 2.3.1 Pengamanan secara umum a. Tidak meletakkan pisau atau benda tajam sembarangan. b. Menjauhkan atau menyimpan zat-zat berbahaya sehingga jangkaun anak-anak. c. Tidak meninggalkan anak sendirian tanpa pengamanan, terutama bayi. Jangan menidurkan bayi di tempat yang tinggi, karena dapat terguling dan jatuh. d. Mengganti popok bayi di lantai atau di atas kasur berselimut tebal, sehingga kemungkinan bayi jatuh tidak ada. e. Anak yang agak besar harus dijauhkan dari obat-obatan, pembersih lantai, insektisida, dan peralatan mandi. Barang-barang tersebut harus diletakkan ditempat yang jauh dari jangkauan anak-anak. Sebab, anak-anak sangat menyukai benda-benda yang mencolok dan dapat dijadikan mainan. jauh dari

Universitas Sumatera Utara

f. Tidak membiarkan anak bermain sendiri di dalam air, di kolam, atau di ember. Anak-anak memang mempunyai sifat suka bermain air dan selalu ingin tahu dengan hal-hal baru. g. Jika rumah dekat dengan jalan raya, pintu rumah dan pintu pagar diberi pembatas yang tidak dapat dilangkahi anak-anak. h. Jika di rumah terdapat tangga, sebaiknya diberi pintu agar anak tidak dapat naik-turun sendiri. i. Kabel-kabel listrik dan peralatan elektrolik tidak ada yang terbuka, lecet, atau putus yang dapat menyebabkan anak terkena strum. 2.3.2 Pengamanan di dalam rumah a. Jika anak sudah mulai berjalan, pastikan dia tidak terjatuh akibat lantai yang terlalu licin atau terlalu kotor. b. Di dalam ruangan tidak ada perabot yang tersudut runcing. Di samping itu harus diusahakan tidak meletakkan benda-benda berbahaya, seperti pot bunga atau lampu di tempat-tempat yang mudah dijangkau anak. c. Jangan ada benda-benda beracun di sekitar ruangan. d. Usahakan bayi tidur di boks, bukan di tempat tidur. Pastikan bahwa boks tempat tidur aman, berpagar kuat, catnya tidak beracun atau nontoxic, jeruji pagarnya tidak terlalu renggang agar bayi tidak dapat memasukkan kepalanya ke sela-sela jeruji. Anak yang agak besar usahakan tidak tidur di tempat tidur bertingkat atas. e. Tidak meninggalkan anak di kamar mandi sendirian, sebab dia akan main air dan dapat tenggelam atau tersedak air.

Universitas Sumatera Utara

f. Jika sedang memandikan bayi, tetapi mendadak ada tamu datang, segera keringkan bayi secepatnya. g. Jauhkan peralatan dapur yang berisi air panas atau minyak panas dari jangkaun anak-anak. h. Simpan benda-benda yang tajam dan berbahaya di tempat yang aman. Periksa peralatan masak agar tetap berfungsi baik: kompor tidak bocor, tabung gas memiliki pengaman, selang atau pipa gas tidak rusak, termos terletak di tempat aman. i. Jika memiliki anak kecil, hindari penggunaan taplak meja karena anak senang atau mudah menariknya, dan benda-benda yang ada di atas meja akan berhamburan menimpa anak. j. Letakkan obat-obat dan benda beracun di tempat yang aman, seperti kotak obat yang diletakkan aman dari jangkauan anak. 2.3.3 Pengamanan di luar rumah a. Sebaiknya tidak membiarkan anak bermain sendiri di luar rumah. b. Jika anak bermain di luar, pastikan bahwa tempat main dan jenis permainannya aman atau tidak berbahaya. c. Sebaiknya anak dilarang bermain di jalan raya atau bermain panjat-panjatan tanpa pengawasan . d. Alas tempat bermain harus empuk, hindari tempat bermain yang memiliki permukaan kasar, seperti lantai yang kasar atau yang keras.

Universitas Sumatera Utara

e. Jika anak mendapat kecelakaan, segera lakukan penanggulangan. Orangtua harus mengetahui pengetahuan dasar yang menyangkut cara-cara menangani kecelakaan pada anak.

3. Pengetahuan 3.1 Defenisi Pengetahuan Menurut Blom (1908) dalam Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini setelah terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation). 3.1.1. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima 3.1.2 Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.

Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 3.1.4 Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 3.1.5 Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 3.1.6 Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut Roger (1974, dikutip dari Notoadmodjo, 2002), faktor internal yakni karakteristik orang yang

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan seperti: pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, dan informasi. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang domain yang mewarnai perilaku seseorang. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Dalam arti luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar-mengajar. Motivasi keluarga merupakan sumber kekuatan yang mendorong menuju kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari. Dorongan penggerak ini disebut motivasi. Motivasi bisa timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus melakukan hubungannya dengan lingkunganya hubungan ini dilakukan lewat indera, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, dan pencium (Slmeto, 2003). Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi perilaku seseorang, lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada individu. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan turut

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia (Purwanto, 1999) Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia (Soemanto, 2006).

4. Keluarga 4.1 Defenisi Keluarga 4.1.1 Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1978 dikutip Setyowaty & Murwani, 2008). 4.1.2 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dikutip Setyowaty & Murwani, 2008). Dari kedua defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah: (1) Unit terkecil dari masyarakat. (2) Terdiri dari 2 orang atau lebih. (3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah. (4) Hidup dalam satu rumah tangga. (5) Di bawah asuhan seorang kepala keluarga. (6) Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga. (7) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing. (8) Menciptakan, mempertahankan suatu budaya

Universitas Sumatera Utara

4.2 Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1986) dalam Setyowaty & Murwani (2008), lima fungsi keluarga adalah: 4.2.1 Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Komponennya berupa saling

mengasuh, saling menghargai, dan adanya terikatan antar anggota keluarga. 4.2.2 Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. 4.2.3 Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4.2.4 Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. 4.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Effendi (1998) ada 3 fungi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah: 1. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. 2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharan kesehatan dan perawatan anak agar kesehatananya selalu terpelihara yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. 3. Asah, adalah memenuhui kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya. 4.3 Tugas Kesehatan Keluarga Menurut Friedman (1998) dalam Setyowat & Murwani (2008), tugas kesehatan keluarga adalah: 4.3.1 Mengenal masalah kesehatan. 4.3.2 Membuat keputusan tindakan yang tepat. 4.3.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4.3.4 Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. 4.3.5 Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan. 4.4 Pengetahuan Keluarga Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pengetahuan keluarga tentang pertolongan pertama adalah apa yang diketahui oleh keluarga tentang perawatan segera yang diberikan pada anak yang mengalami kecelakaan/cedera. Tindakan yang tepat dan benar dapat

Universitas Sumatera Utara

menyelamatkan anak dari cedera. Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakan salah satu hal yang harus dipelajari orang tua. Dengan mempelajari dan menghapalkannya, orang tua akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan ketika anaknya mengalami kecelakaan, yakni menyelamatkan jiwa anak sebelum mendapat bantuan dokter. Selain pengetahuan tentang berbagai masalah pertolongan pertama pada kecelakaan, di dalam rumah orang tua harus mempersiapkan atau menyediakan beberapa peralatan dan berbagai jenis obat (Widjaja, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai