Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional yang bertujuan untuk kepedulian pelayanan yang efektif dan berkualitas guna mencapai hakikat derajat kesehatan yang baik dan memadai. Oleh karena itu untuk mencapai hal tersebut diharapkan adanya keseriusan, tindakan dan gerakan yang terus menerus dan saling berkesinambungan dalam

memberikan pelayanan kesehatan agar betul betul memberikan kepuasan kepada masyarakat (Anonim,2008). Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan

perorangan di Puskesmas adalah kepuasan pasien. Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen, sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk yang sama. Pengertian produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara barang dan jasa. Produk puskesmas adalah jasa pelayanan kesehatan (Supardi, S, 2004). Model kepuasan yang berkaitan dengan mutu pelayanan dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian yaitu Responsiveness (ketanggapan), yaitu

kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada konsumen

dengan cepat. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada konsumen dengan tepat, Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada konsumen sehingga dipercaya, Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan konsumen. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh konsumen. Karena kepuasan pasien merupakan bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan maka pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan,2007). Ada beberapa penelitian tentang kepuasan diantaranya,

penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi Mukhtiar di Rumah Sakit Internasional Bintaro pada tahun 2004 terhadap 149 pasien rawat jalan didapatkan bahwa terdapat angka ketidakpuasan pasien yang masih cukup tinggi yaitu 47,7 %. Penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto dan Suharmiati pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa keramahan petugas

merupakan salah satu variabel yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Berdasarkan hasil riset terhadap 26 Puskesmas

di Kota

Bandung, diketahui tingkat kepuasan konsumen terhadap layanan puskesmas secara umum mencapai 55%. Kelemahan utama layanan kesehatan puskesmas Kota Bandung adalah proses pemeriksaan dan pendaftaran terkait dengan lamanya waktu tunggu dan layanan petugas pendaftaran yang tidak ramah. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Asis pada tahun 2007 di Rumah Sakit Bakti Asih Semarang, menggambarkan bahwa separuh responden dari 182 responden (60,7%) merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima. Penelitian yang dilakukan oleh Supri pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap mutu pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Mangasa kota Makassar secara umum terhadap 86 pasien Antenatal Care didapatkan bahwa terdapat angka ketidakpuasan pasien yang masih cukup tinggi yaitu 49,5%. Puskesmas Balangnipa merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Sinjai yang terletak di Kecamatan Sinjai Utara dan merupakan salah satu puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan Ibu dan anak khususnya pelayanan antenatal. Menurut data awal yang diterima hanya memiliki beberapa orang tenaga kesehatan yang cukup berpengalaman namun jumlah dari tenaga kesehatan yang dimiliki masih kurang yakni terdiri dari

seorang bidan dan 3 orang perawat yang bertugas, menimbang Berat Badan Ibu, mengukur tekanan darah, dan melakukan pencatatan. Dengan pelayanan yang dilakukan rutin setiap dua kali yaitu setiap hari Selasa dan sabtu setiap pekannya dan jumlah kunjungan Ibu hamilnya mencapai 145 orang Ibu hamil dari 12 kali kunjungan terhitung dari bulan Januari 2011 hingga bulan Februari 2011 dan jumlah rata-rata Ibu hamil setiap kunjungan kurang lebih 25 orang, sehingga sudah dapat diasumsikan bahwa tenaga kesehatan yang hanya seorang Bidan tersebut masih belum memadai, yang

akhirnya akan berpengaruh pada kepuasan pasien terhadap kualitas/mutu pelayanan antenatal yang mereka dapatkan. B. Rumusan Masalah Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan

kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai tahun 2011.

2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui hubungan antara sikap petugas dengan kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. 2. Untuk mengetahui hubungan antara Kompetensi Teknis petugas dengan Kepuasan Pasien Antenatal Care di

Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. 3. Untuk mengetahui hubungan antara biaya dengan kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai

dalam rangka penentuan kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal peningkatan derajat kesehatan Ibu dan Anak. 2. Manfaat Ilmiah a. Merupakan sumbangan ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat khususnya ilmu administrasi kebijakan kesehatan.

b. hasil peneliti ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. c. Manfaat Bagi Peneliti Bagi peneliti sendiri sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam menambah ilmu pengetahuan dan memperluas dibidang ilmu kesehatan masyarakat serta sebagai motivasi dan tolak ukur dalam menulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang pelayanan kesehatan Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan penyakit serta kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan

memulihkan

kesehatan

perseorangan, keluarga, dan kelompok atau masyarakat. (Azwar, 1996). Menurut pendapat Hotgetts dan cascio. Pelayanan kesehatan dibagi atas dua yaitu : a. Pelayanan Kedokteran Pelayanan Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

pelayanan kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, dimana sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga. b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan pelayanan Kesehatan kesehatan yang termasuk dalam kelompok cara

masyarakat

ditandai

dengan

pengorganisasian yang umumnya bersama sama dalam suatu organisasi, dimana tujuan utama dari pelayanan kesehatan ini

yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta mencegah penyakit, dan sasaran utamanya untuk kelompok dalam masyarakat. Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan

kesehatan masyarakat, namun untuk disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah : 1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

kesinambungan yang artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya ada pada setiap dibutuhkan. 2. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. 3. Mudah dicapai, artinya ketercapaian yang dimaksud dipandang dari dsudut lokasi. Pengadaan pelayanan kesehatan tidak hanya terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja tetapi juga ditemukan di daerah pedesaan. 4. Mudah dijangkau, artinya biaya pelayanan kesehatan

diupayakan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. 5. Bermutu, artinya menunjuk pada tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dimana salah satu

pihak dapat memuaskan pelanggan dan pihak lain tidak melanggar kode etik yang ditetapkan (Azwar, 1996). Menurut Azwar strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama, namun secara umum dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam yakni : a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient services) b) Pelayanan kesehatan tingkat kedua Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services) adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap ( in patient services) dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya

tenaga-tenaga spesialis. c) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) adalah pelayanan kesehatan yang

10

bersifat lebih komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis. B. Tinjauan Umum tentang Pelayanan Antenatal Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari Ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada Ibu dan keluarganya dalam rencana menyambut anggota keluarga baru, memantau perubahanperubahan fisik yang normal yang dialami Ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah Ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu

11

pelayanan/asuhan

antenatal

merupakan

cara

penting

untuk

memonitor dan mendukung kesehatan Ibu hamil normal dan mendeteksi Ibu dengan kehamilan normal. Adapun salah satu kegiatan pokok dalam pemantapan pelayanan kesehatan Ibu dan anak , adalah peningkatan pelayanan Antenatal Care (ANC) di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik dan jangkauan yang seluas-luasnya. Dalam hal ini diperlukan pelayanan Antenatal berupa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan Ibu dan janinnya yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dalam pemberian intervensi dasar (Pemberian imunisasi TT dan Tablet Fe) serta mendidik dan memotivasi Ibu agar dapat merawat diri selama masa hamil dan mempersiapkan kehamilannya (Depkes RI,1993). 1. Pengertian Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.

12

Pelayanan antenatal (ANC) juga bisa diartikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada Ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan Ibu dan janinnya (Depkes RI 1996), dengan cara memberikan pelayanan /asuhan standar minimal termasuk 7 T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid(TT) lengkap, pembeian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin,2000). Pemeriksaan kehamilan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian Ibu dan neonatal, sehingga dianjurkan agar pada setiap kehamilan dilakukan secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim (Bobak, 2005). Adapun firman Allah SWT dalam Al-Qur`an Surah Luqman ayat 14:

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q.S. Luqman:14).

13

Pengawasan

antenatal

memberikan

manfaat

dengan

ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinan ibu hamil.

Diketahui bahwa janin dalam rahim dan Ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan Ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba,1998). Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan stndar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Berdasarkan hasil Susenas 2004 secara nasional 90% ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Bila ditinjau menurut daerah perkotaan dan pedesaan maka cakupan pemeriksaan ibu hamil oleh tenaga kesehatan di perkotaan sebesar 95% dan di pedesaan 86% (Badan Litbang Depkes,2005).

14

2. Tujuan Asuhan /pelayanan Antenatal 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial Ibu dan bayi. 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma yang sekecil mungkin. 5) Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif. 6) Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal. 3. Program Pelayanan Antenatal Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan ketiga. Dimana dari keempat kunjungan tersebut harus mencakup

pelayanan/asuhan standar minimal dari pelayanan antenatal yang dikenal dengan 7 T yaitu:

15

1. Timbang berat badan 2. Ukur tekanan darah 3. Ukur tinggi fundus uteri 4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap 5. Pemberian kehamilan 6. Tes terhadap penyakit menular seksual 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Pemberian pelayanan seperti diatas tidak diberikan oleh petugas kesehatan dalam satu kunjungan saja, jadi setiap kunjungan ada standar atau aturan tertentu terhadap jenis pelayanan yang akan diberikan, disesuaikan dengan usia kehamilan Ibu, yang dibagi dalam minimal empat kali kunjungan yaitu: 1) Kunjungan I (Kehamilan 12-24 minggu), Pada kunjungan ini dilakukan: a) Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstetri dan ginekologi terdahulu. b) Pemeriksaan fisik : Tekanan Darah, Nadi, Pernapasan, Suhu badan, mulut & gigi yaitu kebersihan karang gigi, bunyi jantung, tiroid/gondok, bunyi pernapasan, refleks patella, edema, dan lain-lain. tablet zat besi,minimum 90 tablet selama

16

c) Pemeriksaan obstetrik : usia kehamilan, besar uterus, bunyi jantung janin (pada kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar dan lain-lain. d) Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Hb,

leokosit, Bs, Diff, Gol.darah, rhesus, sitologi dan gula darah). e) Penilaian status gizi : dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). f) Penilaian resiko kehamilan, misalnya umur kurang 17 tahun atau lebih dari 35 tahun, buta huruf, merokok lebih dari 10 batang perhari, dan lain-lain. g) KIE / nasehat Ibu hamil : senam hamil, perawatan payudara, kebersihan perseorangan dan gizi Ibu hamil. 2) Kunjungan ke II ( Kehamilan 28-32 minggu ), Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, dan kelainan atau cacat bawaan. Kegiatannya adalah : a) Anamnesia :keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh Ibu. b) Pemeriksaan fisik dan obstetrik ( pengukuran panggul luar tidak perlu dilakukan lagi). c) Pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi).Biometri janin, (besar dan usia kehamilan ), aktifitas janin, kelainan atau cacat bawaan, cairan ketuban dan letak plasenta serta keadaan plasenta.

17

d) Penilaian resiko kehamilan. e) Nasehat :perawatan payudara dan senam hamil. f) Pemberian imunisasi TT I,dan vitamin bila perlu 3) Kunjungan ke III ( Kehamilan 34 minggu ), Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemerikasaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah : a) Anamnesia :keluhan, gerakan janin b) Pengamatan kartu gerak janin harian (bila ada) c) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaan panggul dalam bagi kehamilan pertama ). d) Penilaian resiko kehamilan. e) Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb,Ht,gula darah f) Nasehat : senam hamil, perawatan payudara, gizi. g) Pemberian imunisasi TT II. 4) Kunjungan ke IV pada kehamilan 36 minggu, kunjungan ke V pada Kehamilan 38 minggu, kunjungan ke VI pada kehamilan 40 minggu dan kunjungan ke VII pada kehamilan 41 minggu. Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan pertumbuhan janin secara klinis. Kegiatannya adalah: a) Anamnesis : Keluhan,gerakan janin,dan lain-lain. b) Pengamatan gerakan janin. c) Pemeriksaan fisik dan obstetrik.

18

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa Ibu hamil memerlukan pemantauan Ibu hamil selama secara masa kehamilannya. meliputi

Penatalaksanaan

keseluruhan

komponen-komponen sebagai berikut: 1. Mengupayakan kehamilan yang sehat deteksi dini komplikasi, melakukan

2. Melakukan

penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. 3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. C. Tinjauan Umum tentang Kepuasan Pasien Boy S dalam bukunya Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit mengemukakan, kepuasan pasien merupakan nilai subjektif

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Walaupun subjektif tetap ada dasar objektifnya, artinya penilaian ini dilandasi oleh hal dibawah ini: 1. Pengalaman masa lalu 2. Pendidikan 3. Situasi pskis waktu itu 4. Pengaruh lingkungan waktu itu Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan

19

dengan harapan. Apabila penampilan kurang dari harapan maka, pelanggan tidak akan merasakan puas. Apabila penampilan sebanding dengan harapan maka, pelanggan akan merasa puas. Apabila penampilan melebihi harapan maka, pelanggan akan merasa sangat puas. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penerapan semua persyaratan kesehatan, suatu pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat

memuaskan pasien. Dengan pendapat ini mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas, karena di dalamnya tercakup penilaian terhadap kepuasan mengenai: 1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (Available) Untuk menimbulkan kepuasan cara yang pasien harus terhadap dipenuhi, pelayanan salah satu

kesehatan, banyak

diantaranya yang dinilai mempunyai peran yang cukup penting adalah ketersediaannya pelayanan kesehatan tersebut. 2. Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate) Syarat lain yang harus dipenuhi dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan adalah kewajaran pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan ketersediaan yang mengkaitkan aspek kepuasan dengan mutu pelayanan, maka suatu pelayanan

20

kesehatan juga disebut sebagai pelayanan yang bermutu, apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. 3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue) Kepuasan pasien terhadap pelayanan juga ditentukan oleh kesinambungan pelayanan kesehatan karena kepuasan

mempunyai hubungan erat dengan mutu pelayanan, maka aspek kesinambungan ini juga diperhitungkan sebagai salah satu syarat pelayanan kesehatan yang bermutu. 4. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable) Dapat diterima atau tidaknya pelayanan kesehatan sangat

menentukan puas atau tidaknya pasien terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian untuk dapat menjamin munculnya kepuasan yang terkait dengan mutu pelayanan, maka pelayanan kesehatan tersebut harus dapat diupayakan, sehingga dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan. 5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (Accesible) Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah dicapai. Apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien. 6. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan (Affordable) Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak dapat dijangkau oleh semua pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenanya tidak

21

akan memuaskan pasien. Sebagai jalan keluarnya, disarankan perlunya upaya pelayanan kesehatan yang biasanya sesuai dengan kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan karena keterjangkauan pelayanan kesehatan erat hubungan dengan kepuasan pasien. 7. Efisiensi Pelayanan Kesehatan (efficient) Efisiensi makanan telah diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan pemakai jasa pelayanan. Dengan demikian untuk dapat menimbulkan kepuasan tersebut. Perlulah diupayakan peningkatan efisien pelayanan. Kualitas jasa merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian dari organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti RS dan Puskesmas. Pihak manajemen RS atau Puskesmas harus selalu berusaha agar produk jasa yang ditawarkan tetap dapat bertahan atau berkesinambungan sehingga tetap merebut segmen pasar yang baru karena cerita dari mulut ke mulut oleh pelanggan yang puas. Keunggulan suatu produk jasa kesehatan akan sangat tergantung dari keunikan kualitas jasa yang diperlihatkan apakah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan atau tidak (Muninjaya, 2004). Untuk mengatasi masalah ini, yang dimaksud dengan

kepuasan disini sekalipun orientasinya tampak individual, tetapi ukuran yang dipakai adalah yang bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat

22

kepuasan rata-rata penduduk. Dengan kata lain mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baik apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat menimbulkan rasa puas setiap pasien yang sesuai tingkat kepuasan penduduk (Aswar,1996). Bentuk Kongkret untuk mengukur kepuasan pelanggan

puskesmas, Menurut Junadi ada empat aspek yang dapat diukur yaitu: 1. Kenyamanan, aspek ini menjabarkan tentang kepuasan pasien terhadap lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan dll. 2. Sikap petugas, menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, responatif, support, serta tanggap dalam mealakukan tindakan, kemudahan tenaga

kesehatan dihubungi, keteraturan pemberian obat, pengukuran suhu dsb. 3. Kompetensi petugas, menyangkut tentang kecepatan pelayanan pendaftaran, keterampilan dalam penggunaan teknologi,

pengalaman petugas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil tindakan, dsb. 4. Biaya, aspek ini menjabarkan tentang kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan

puskesmas/rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat masyarkat yang berobat, ada tidaknya keringan bagi masyarakat miskin dsb (Junadi, 2007).

23

D. Tinjauan umum tentang Sikap Petugas Puskesmas Selain gangguan fisik, pasien-pasien dengan komplikasi kehamilan atau persalinan, umumnya juga mengalami gangguan psikis atau ketenangan jiwa. Dalam keadaan seperti itu, sebagian besar pasien akan sulit untuk melakukan komunikasi atau bekerjasama dengan penolong atau staf klinik. Hal tersebut sangat mengganggu upaya pertolongan atau prosedur pengobatan, terutama pada kasus gawat darurat. Upaya untuk segera menciptakan hubungan atau komunikasi yang positif, dapat mengurangi rasa cemas dan ingin diperhatikan dari pasien. Lebih dari itu, menghormati hak, memberi perhatian dan pelayanan yang terbaik, merupakan salah satu ciri suatu pelayanan yang bermutu. Terbinanya hubungan pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien yang baik adalah salah satu dari kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan pemberi pelayanan kesehatan terhadap pasien yang baik harus diperhatikan. Sangat diharapkan pemberi pelayanan kesehatan dapat bersedia memberikan perhatian yang cukup kepada pasien secara pribadi menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta

menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien (Swansburg,1990). Oleh karena itu, perlu diketahui hak-hak pasien yang harus diperhatikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dalam melakukan

24

tugas dan tanggungjawabnya, adapun hak-hak pasien yang dimaksud antara lain: 1) Hak untuk memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang mereka alami.Informasi harus diberikan langsung kepada pasien (dan keluarganya). 2) Hak untuk bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang mereka harapkan darisistem pelayanan memadai. 3) Hak pasien untuk dilayani secara pribadi,pasien harus diberitahu siapa dan apa peran mereka masing-masing ( staf klinik,peneliti,peserta pelatihan dan instrukturnya,penyelia dan sebagainya). 4) Hak untuk menyatakan pandangannya tentang pelayanan yang telah diberikan.Pendapatnya tentang kualitas yang ada,dalam suasana yang dianggap

pelayanan,yang baik maupun yang masih kurang,maupun saran-saran perbaikan, harus diterima secara positif dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas pelayanan. 5) Hak untuk memutuskan secara bebas apakah menerima atau menolak suatu pengobatan.

25

E.

Tinjauan Umum tentang Kompetensi Petugas Kesehatan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan). Menurut penjelasan pasal ini dokter dan perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki kewenagan tertentu, karena kedua jenis tenaga kesehatan tersebut yang paling dekat kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengalaman dan kompetensi petugas kesehatan bukan saja

merupakan bagian dari tuntutan etik, tetapi juga merupakan prinsip pokok penerapan standar profesi. Secara umum disebutkan makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi tekhnis perawat maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan. Kompetensi menyangkut keterampilan, kemampuan dan

penampilan atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan kompetensi berhubungan dengan bagaimana pemberi pelayanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, meliputi kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai

26

kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien (Pohan,2007). F. Tinjauan Umum Tentang Biaya 1) Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting dalam

organisasi,demikian pula halnya dalam lingkungan organisasi layanan kesehatan. Umumnya biaya ditetapkan dan dicatat pada setiap satuan kerja,misalnya biaya berbagai kategori tindakan, pemeliharaan bangunan, administrasi, binatu, biaya obat, makanan, dan lain-lain. Biaya sering sekali dinyatakan dalam bentuk pengertian moneter, seperti jumlah, harga dan ongkos. Namun biaya dapat pula dinyatakan dalam bentuk nonmon eter seperti keluhan, penderitaan, pengorbanan, kesusahan, kekhawatiran, rasa sakit dan lain-lain (Pohan,2007). Sedangkan yang dimaksud dengan biaya dalam pelayanan kesehatan (biaya kesehatan) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu: 1) Penyedia besarnya pelayanan dana yang kesehatan,yang harus dimaksud untuk adalah dapat

disediakan

menyelenggarakan upaya kesehatan.

27

2) Pemakai jasa pelayanan, yang dimaksud adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. 2) Sumber biaya kesehatan Sumber biaya kesehatan antar satu negara dengan negara lainnya tidaklah sama. Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yakni : 1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah, hal ini tegantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ditemukan negara yang sumber biaya kesehatannya dimana tidak sepenuhnya ditemukan pelayanan

ditanggung pelayanan

oleh oleh

pemerintah, pihak

swasta,

seluruh

diselenggarakan oleh pemerintah dan diberikan secara cuma cuma. 2. Sebagian ditanggung oleh masyarakat, pada beberapa negara lain sumber biaya kesehatannya juga berasal dari masyarakat, dimana masyarakat diajak untuk beperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.

28

3) Macam Biaya Kesehatan Biaya kesehatan banyak macamnya, karena kesemuanya tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayan kesehatan yang diselenggarakan dan atau yang dimanfaatkan. Hanya saja

disesuaikan dengan pemabgian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum dapat dibedakan atas 2 macam yakni : 1. Biaya pelayanan kedokteran,yaitu dan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan

kedokteran, yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita . 2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta untuk mencegah penyakit. Puskesmas sebagai instansi penyedia layanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang sebaik mungkin termasuk pada pelayanan administrasi terkait dengan tarif pelayanan yang ditetapkan. Dalam mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan yang diberikan.

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti Kualitas pelayanan puskesmas dapat diketahui dari penampilan professional tenaga puskesmas, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh

keseluruhan pelayanan: pelayanan administrasi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan

lingkungan fisik puskesmas. Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Oleh karenanya Puskesmas, dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya, sebagai pelayan masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai harapan pasien. Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas, antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk rawat, aspek pelayanan, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan. Lupiyoadi menyatakan bahwa dalam menentukan tingkat kepuasan, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:

a. Kualitas produk; Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. b. Kualitas pelayanan; Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. c. Emosional;.Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai social atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu. d. Harga; Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi

menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya. e. Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu (Lupiyoadi, 2001) Bentuk kongkret untuk mengukur kepuasan pelanggan puskesmas, dalam seminar survai kepuasan pelanggan di puskesmas, Junadi mengemukakan ada empat aspek yang dapat diukur yaitu: 1. Kenyamanan, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan dll. 2. Sikap petugas, dapat dijabarkan dengan pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, responatif, support, serta tanggap dalam mealakukan tindakan, kemudahan tenaga kesehatan dihubungi, keteraturan pemberian obat, pengukuran suhu dsb.

3.

Kompetensi petugas, dapat dijabarkan dalam pertanyaan kecepatan pelayanan pendaftaran, keterampilan dalam

penggunaan teknologi, pengalaman petugas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil tindakan, dsb. 4. Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan puskesmas/rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat masyarkat yang berobat, ada tidaknya keringan bagi masyarakat miskin dsb (Junadi, 2007). B.
Kenyamanan - Lokasi Puskesmas - Kebersihan Puskesmas -uangan Kenyamanan Ruangan - Makanan - Peralatan ruangan Sikap Petugas Puskesmas - Keramahan - Komunikatif - Responsif - Suportif - Cekatan Kompetensi Petugas - Keberanian Bertindak - Pemgalaman - Gelar - Terkenal - Kursus Biaya - Mahalnya Pelayanan - Sebandingannya - Terjangkau tidaknya - Ada tidaknya keringanan Keterangan : - Kemudahan proses

Kerangka Konsep

Kepuasan Pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1.Kepuasan Pasien Kepuasaan pasien adalah perasaan senang, puas suatu individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan (Supranto, 2001). Kriteria objektif : Sangat Puas:Jika jawaban responden berada pada indeks 81-100% Puas 80,99% Kurang Puas:Jika jawaban responden berada pada indeks 43-61,99% Tidak Puas :Jika jawaban responden berada pada indeks 42,99% 2.Sikap Petugas Puskesmas Sikap Petugas merupakan tuntutan utama dalam pelayanan :Jika jawaban responden berada pada indeks 62-

kesehatan karena merupakan dasar bagi petugas kesehatan untuk membina hubungan interpersonal diantaranya keramahan, informatif, responsif, supportif dan cekatan dengan pasien dan keluarganya. Kriteria objektif : Sangat Baik:Jika jawaban responden berada pada indeks 81-100% Baik 80,99% Kurang Baik:Jika jawaban responden berada pada indeks 43-61,99% Tidak Baik :Jika jawaban responden berada pada indeks 42,99% 3.Kompetensi Petugas :Jika jawaban responden berada pada indeks 62-

Adalah kemampuan dasar yang dimiliki seorang petugas kesehatan seperti kecepatan pelayanan pendaftaran, keterampilan, keberanian mengambil tindakan juga terkait dengan pengalaman kerja mereka. Kriteria objektif : Sangat Baik:Jika jawaban responden berada pada indeks 81-100% Baik 80,99% Kurang Baik:Jika jawaban responden berada pada indeks 43-61,99% Tidak Baik :Jika jawaban responden berada pada indeks 42,99% 4.Biaya Biaya yang dimaksud terkait dengan mahalnya pelayanan, :Jika jawaban responden berada pada indeks 62-

sebandingannya, terjangkau tidaknya oleh masyarakat, ada tidaknya keringanan, serta kemudahan proses administrasinya. Kriteria objektif : Sangat Setuju:Jika jawaban responden berada pada indeks 81-100% Setuju :Jika jawaban responden berada pada indeks 62-80,99%

Kurang Setuju:Jika jawaban responden berada pada indeks 43-61,99% Tidak Setuju :Jika jawaban responden berada pada indeks 42,99%

Kriteria Penilaian Kepuasan Pasien Merujuk pada skala Likert (Sugiyono, 2004) dimana jawaban pada setiap item digolongkan dalam 4 (empat) kategori : Sangat puas dengan skor : Puas dengan skor : 4 3 2 (nilai tertinggi)

Kurang Puas dengan skor :

Tidak Puas dengan skor

(nilai terendah)

Indeks rata rata = Skor Jawaban Responden 100 Skor Tertinggi

Skor tertinggi jawaban responden (x) = Jumlah pertanyaan x skor jawaban tertinggi = 5 x 4 (100%) = 20 (100%)

Skor terendah jawaban responden (y)= Jumlah pertanyaan x skorjawaban terendah = 5 x 1 (25%) = 5 (25%)

Range (R)

=x -y = (100%) (25%) = 75%

Interval (i) = 19%

R k

75% 4

Maka Skor standar

= 100% - !9% = 81% - 19% = 62% - 19% Jadi Kriterianya :

= 81% = 62% = 43%

Sangat Puas : Jika jawaban responden berada pada indeks 81-100% Puas : Jika jawaban responden berada pada indeks

62-80,99% Kurang Puas : Jika jawaban responden berada pada indeks 43-61,99% Tidak Puas : Jika jawaban responden berada pada indeks 42,99%

D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nol (Ho) a. Tidak ada hubungan antara sikap petugas dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. b. Tidak ada hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. c. Tidak ada hubungan antara biaya dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. 2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara sikap petugas dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. b. Ada hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai. c. Ada hubungan antara biaya dengan kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai.

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan rancangan crosectional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa

Kabupaten Sinjai.

B. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai yang terletak di Jl. DR. Sutomo no. 14 Kabupaten Sinjai. Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa tenaga kesehatan yang hanya memiliki seorang bidan masih belum memadai, sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan terhadap pasien Antenatal Care.

C. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh kunjungan pasien yang menggunakan pelayanan antenatal Care pada bulan Januari sampai Februari 2011 berjumlah 145 orang.

b.

Sampel

Dalam penentuan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan sampel, dimana yang menjadi sampel adalah orang yang kebetulan ditemui di lokasi. Untuk penentuan besar sampel digunakan rumus dari Isaac dan Michael, dengan tingkat kesalahan 10%. Setelah di hitung, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 58 orang. Jumlah sampel didapatkan dengan menggunakan rumus : n = N. z 2. p.q d2 (N-1) + z2 p.q Keterangan : n = besar sampel N = jumlah populasi = 145 Z = nilai standar normal, digunakan 1,96 sesuai derajat 95% p = proporsi ( bila tidak diketahui ). Nilai p =q= 0,5 d = derajat ketepatan 0,1 Berdasarkan rumus tersebut, maka didapatkan jumlah sampel sebagai berikut n= 145 x (1,96)2 x 0,5.0,5 (0,1)2 x (145-1) + (1,96)2 x 0,5.0,5

= 58 pasien

D. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari proses wawancara langsung dengan antenatal yang berkunjung di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai dengan menggunakan kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data kunjungan Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai. E. Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dibuat dalam master tabel kemudian diolah dengan menggunakan komputer program SPSS for windows kemudian dianalisis. a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel (persentase dan jumlah) yang dipaparkan dalam tabel distribusi frekuensi. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji pengaruh tiap variabel dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemaknaan atau tidak. Data disajikan dalam bentuk crosstab. Analisis data akan dilakukan dengan pengujian hipotesis.

F. Penyajian data Data disajikan dalam bentuk tabel distibusi frekuensi dan tabel analisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen disertai narasi sebagai penjelasan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Balangnipa dibangun pada tahun 1974, merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Sinjai yang terletak di Kecamatan Sinjai Utara dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Bulupoddo & Kec. Sinjai Tengah. Pada awal mula dibangunannya Puskesmas Balangnipa merupakan Rumah Sakit Pertama di Kabupaten Sinjai. Setelah Kabupaten Sinjai mengalami kemajuan yang begitu pesat maka di bangunlah Rumah Sakit Umum Daerah di jalan Jendral Sudirman & kemudian bangunan lama di jadikan Puskesmas Balangnipa sampai Sekarang. Pada Tahun 2004 di tingkatkan pelayanannya menjadi Puskesmas perawatan maka dibangunlah sarana penunjang yaitu ruang Rawat Inap. Luas tanah Puskesmas Balangnipa adalah 800 m, dengan luas bangunan Puskesmas 1,330 m dengan luas lantai 252 m, luas ruang Rawat Inap 99 m & Ruang Rawat KIA 96 m .Pada Tahun 2006 pemerintah Kabupaten Sinjai melakukan pemugaran terhadap gedung Puskesmas Balangnipa yang digunakan pada awal 2007 sampai sekarang. Luas wilayah kerja Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai adalah 29.59 km2 yang memiliki 75% daratan, 25% pegunungan dan berlantai 2 dan

lautan, 6 Kelurahan dengan kepadatan Penduduk 38.255 jiwa. Adapun Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dimiliki terdiri dari : a. Rawat Jalan b. Poli Umum dan Poli Gigi c. Rawat Inap 24 Jam d. UGD, OK e. Apotik, Lab f. KIA, Imunisasi, Gizi, Kesling, Surveilans, Promkes g. Administrasi h. PUSKEL 1 Kendaraan Operasional. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 07 April sampai tanggal 15 April 2011 di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai dengan besar sampel 58 Responden, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik Umum Responden a. Umur Tabel 6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Umur Responden Jumlah % < 20 Tahun 1 1.7 20-35 Tahun 56 96.6 >35 Tahun 1 1.7 Jumlah 58 100.0 Sumber : Data Primer, 2011 Tabel 6.1 diatas menunjukkan bahwa kelompok umur responden tertinggi pada umur 20-35 tahun sebanyak 56

responden (96.6%) dan kelompok umur terendah berada pada umur <20 tahun dan <35 tahun sebanyak 1 responden (1.7%).

b. Usia Kehamilan Tabel 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Usia Kehamilan Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah Sumber : Data Primer, 2011 Jumlah 17 18 23 58 % 29.3 31.0 39.7 100.0

Tabel 6.2 diatas menunjukkan bahwa usia kehamilan responden tertinggi pada trimester 3 sebanyak 23 responden

(39.7%) dan terendah berada pada trimester 1 sebanyak 17 responden (29.3%).

c. Pendidikan Tabel 6.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Pendidikan SMP SMA Diploma S1 Jumlah Sumber : Data Primer, 2011 Jumlah 20 33 2 3 58 % 34.5 56.9 3.4 5.2 100.0

Tabel 6.3 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden tertinggi berada pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 33 responden (56.9%) dan terendah pada tingkat Diploma sebanyak 2 responden (3.4%).

2. Analisis Univariat

a. Sikap Petugas Puskesmas (Bidan) Tabel 6.4 Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Sikap Petugas Puskesmas (Bidan) Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Sikap Petugas Kurang Puas Puas Sangat Puas Jumlah Sumber : Data Primer, 2011 Jumlah 2 28 28 58 % 3.4 48.3 48.3 100.0

Tabel 6.5 diatas menunjukkan bahwa sikap petugas puskesmas (Bidan) pada kategori tertinggi berada pada kategori sangat puas dan puas sebanyak 28 responden (48.3%) dan kategori terendah berada pada kategori kurang puas sebanyak 2 responden (3.4%). b. Kompetensi Petugas (Bidan) Tabel 6.5 Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Kompetensi Petugas (Bidan) Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Kompetensi Petugas Kurang Puas Puas Sangat Puas Jumlah Sumber : Data Primer, 2011 Jumlah 23 27 8 58 % 39.7 46.6 13.8 100.0

Tabel 6.6 diatas menunjukkan bahwa kompetensi petuga (Bidan) pada kategori tertinggi berada pada kategori puas sebanyak 27 responden (46.6%) dan kategori terendah sangat puas sebanyak 8 responden (13.8%). c. Biaya Tabel 6.6 Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Biaya

Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Biaya Jumlah % Puas 22 37.9 Sangat Puas 36 62.1 Jumlah 58 100.0 Sumber : Data Primer, 2011 Tabel 6.7 diatas menunjukkan bahwa pemberian biaya pada kategori sangat puas sebanyak 36 responden (62.1%) dan

kategori puas sebanyak 22 responden (37.9%). 3. Analisis Bivariat a. Kelompok Umur Tabel 6.7 Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Umur Di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011 Kepuasan Pasien Kurang Puas n % <20 Tahun 0 0 20-35 Tahun 8 13.8 >35 Tahun 0 0 Total 8 13.8 Sumber : Data Primer, 2011 Kelompok Umur Puas N 1 40 1 42 % 1.7 69 1.7 72.4 sangat puas n % 0 0 8 13.8 0 0 8 13.8 Jumlah n 1 56 1 58 % 1.7 96.6 1.7 100

Dari tabel 6.7, dapat dilihat bahwa responden yang berumur <20 tahun menyatakan puas dengan pelayanan yang

diberikan sebanyak 1 orang (1.7%). Sedangkan responden yang berumur 20-35 tahun menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 8 orang (13.8%), yang menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 40 orang (69%), dan yang menyatakan sangat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 8 orang (13.8%). Sedangkan Responden yang berumur

>35 tahun berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 1 orang (1.7%). b. Usia Kehamilan Tabel 6.8 Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011 Kepuasan Pasien Kurang Puas N % Trimester 1 2 3.45 Trimester 2 2 3.45 Trimester 3 4 6.9 Total 8 13.8 Sumber : Data Primer, 2011 Usia Kehamilan Puas N 12 15 15 42 % 20.7 26 26 72.4 sangat puas n % 3 5.2 1 1.7 4 6.9 8 13.8 Jumlah N 17 18 23 58 % 29.3 31 39.7 100

Dari tabel 6.8, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki usia kehamilan pada trimester 1 menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.45%), yang

menyatakan puas sebanyak 12 orang (20.7%), dan yang menyatakan kurang puas sebanyak 3 orang (5.2%). Sedangkan responden yang memiliki usia kehamilan pada trimester 2 menyatakan kurang puas sebanyak 2 orang (3.45%), yang menyatakan puas sebanyak 15 orang (26%), dan yang menyatakan sangat puas sebanyak 1 orang (1.7%). Sedangkan Responden yang memiliki usia kehamilan pada trimester 3 berpendapat kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (6.9%), yang menyatakan puas sebanyak 15 orang (26%), dan yang menyatakan sangat puas sebanyak 4 orang (6.9%). c. Pendidikan

Tabel 6.9 Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011 Kepuasan Pasien Kurang Puas Puas N % N % SMP 3 5.2 15 25.8 SMA 4 6.9 23 39.6 Diploma 0 0 2 3.5 S1 1 1.7 2 3.5 Total 8 13.8 42 72.4 Sumber : Data Primer, 2011 Pendidikan sangat puas n % 2 3.45 6 10.35 0 0 0 0 8 13.8 Jumlah n 20 33 2 3 58 % 34.5 56.8 3.5 5.2 100

Dari tabel 6.9, dapat dilihat bahwa responden yang tingkat pendidikan SMP menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 3 orang (5.2%), yang menyatakan puas

sebanyak 15 orang (25.8%), dan yang menyatakan kurang puas sebanyak 2 orang (3.45%). Sedangkan responden yang tingkat pendidikan SMA menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (6.9%), yang menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 23 orang (39.6%), dan yang menyatakan sangat puas sebanyak 6 orang (10.35%). Sedangkan Responden yang tingkat pendidikan Diploma berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.5%). Sedangkan Responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 yang menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 1 orang (1.7%), dan yang menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.5%).

4. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan sikap petugas Puskesmas dengan kepuasan pasien bagian Antenatal Care. Tabel 7.0 Hubungan Antara Sikap Petugas Puskesmas Dengan Kepuasan Pasien Antenatal Care Di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011 Kepuasan Pasien Sikap petugas Kurang Baik Baik Sangat Baik Total Kurang Puas n % 2 3.4 6 10.4 0 0 8 13.8 Puas N 0 21 21 42 % 0 36.2 36.2 72.4 sangat puas N % 0 0 1 1.7 7 12.1 8 13.8 Jumlah n 2 28 28 58 % 3.4 48.3 48.3 100 P

0.00

Sumber : Data Primer, 2011 Dari tabel 7.0, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan kurang baik untuk sikap petugas dan merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.4%). Sedangkan sikap petugas yang menyatakan baik dan berpendapat kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 6 orang (10.4%), yang menyatakan baik dan berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 21 (36.2%), dan yang menyatakan baik dan berpendapat sangat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 1 orang (1.7%). Sedangkan sikap petugas yang menyatakan sangat baik dan berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 21 orang (36.2%) dan responden yang menyatakan sangat baik dan berpendapat sangat puas dengan pelayanan yang diberikan yaitu sebanyak 7 orang (12,1%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square pada variabel Sikap Petugas dengan kepuasan pasien Antenatal, maka didapat nilai p = 0,00(p<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas Puskesmast dengan kepuasan pasien Antenatal

Care di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai tahun 2011.

2. Hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan pasien bagian Antenatal Care. Tabel 7.1 Hubungan Antara Kompetensi Petugas (Bidan) Dengan Kepuasan Pasien Antenatal Care Di Puskesmas Balangnipa Kab. Sinjai Tahun 2011 Kepuasan Pasien Kompetensi petugas Kurang Baik Baik Sangat Baik Total Kurang Puas n % 6 10.4 2 3.4 0 0 8 13.8 Puas N 17 21 4 42 % 29.3 36.2 6.9 72.4 sangat puas n % 0 0 4 6.9 4 6.9 8 13.8 Jumlah n 23 27 8 58 % 39.7 46.5 13.8 100 P

0.003

Sumber : Data Primer, 2011 Dari tabel 7.1, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan kurang baik untuk kompetensi petugas dan merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 6 orang (10.4%), dan yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 17 orang (29.3%). Sedangkan kompetensi petugas yang

menyatakan baik dan berpendapat kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.4%), yang menyatakan baik dan berpendapat puas sebanyak 21 (36.2%), dan yang

menyatakan baik dan berpendapat sangat puas sebanyak 4 orang (6.9%). Sedangkan sikap petugas yang menyatakan sangat baik dan berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (6.9%) dan responden yang menyatakan sangat baik dan berpendapat sangat puas sebanyak 4 orang (6.9%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square pada variabel

kompetensi teknis petugas, maka didapat nilai p = 0,003 (p<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara kompetensi petugas dengan kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011. 3. Hubungan antara biaya dengan kepuasan pasien bagian Antenatal Care. Tabel 7.2 Hubungan Antara Biaya Dengan Kepuasan Pasien Antenatal Care Di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011 Kepuasan Pasien Kurang Puas n % Setuju 3 5.2 Sangat Setuju 5 8.6 Total 8 13.8 Sumber : Data Primer, 2011 Biaya Puas N 15 27 42 % 26 46.4 72.4 sangat puas n % 4 6.7 4 7.1 8 13.8 Jumlah N 22 36 58 % 37.9 62.1 100 P

0.74

Dari tabel 7.2 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan setuju dengan biaya yang ditetapkan merasa kurang puas sebanyak 3 orang (5.2%), responden yang merasa puas

dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 15 orang (26%), dan responden yang merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (6.7%), sedangkan responden yang menyatakan sangat setuju dan merasa kurng puas dengan

pelayanan yang diberikan sebanyak 5 orang (8.6%), yang menyatakan puas sebanyak 27 orang (46.4%), dan yang menyatakan sangat puas terhadap pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (7.1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square pada variabel biaya, maka didapat nilai p = 0,74 (p>0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara biaya dengan kepuasan pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011. C. Pembahasan 1. Karakteristik Umum Responden Layanan kesehatan yang bermutu sering dipersepsikan sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memberi apa saja yang kita inginkan atau dapat juga disebut sebagai kepuasan konsumen/pesien semata. Namun, pengertian yang lebih tepat adalah untuk layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau daya beli masyarakat.

Salah satu cara untuk mengetahui mutu layanan kesehatan adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien. Kemauan/ keinginan pasien dan atau masyarakat dapat diketahui melalaui survey kepuasan pasien.karena penilaian orang terhadap kepuasan dapat berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Kepuasaan adalah respon balik dari pelayanan yang didapatkannya. Setiap individu memiliki standar pembanding untuk menilai kinerja pelayanan yang diterimanya yang kemudian membentuk persepsi terhadap pelayanan itu sendiri yang

diwujudkan dalam bentuk puas atau tidak puas. Pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan juga menjadi hal yang sangat esensial bagi setiap perusahaan atau organisasi. Hal ini dikarenakan langkah tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan.

Pandangan pasien/ masyarakat terhadap kepuasan menjadi sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Dimensi mutu layanan kesehatan yang berhubungan dengan kepuasan pasien dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Perasaan yang berhubungan dengan kepuasan seseorang yang menggunakan jasa layanan kesehatan melibatkan beberapa aspek diantaranya sikap petugas kesehatan,kompetensi petugas dan biaya yang ditetapkan di suatu instansi kesehatan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang. Responden terdiri dari Ibu-Ibu hamil yang mengikuti pelayanan Antenatal di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai. Pada saat penelitian, semua responden menginginkan kuesioner untuk dibacakan, sehingga cukup banyak terjadi dialog antara responden dan peneliti. Responden sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 33 orang (56,9%), dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 20 orang (34,5%) ada pula yang tingkat pendidikannya S1 sebanyak 3 orang (5,2%) dan yang paling sedikit adalah Diploma sebanyak 2 orang (3,4%). Untuk kelompok umur, responden paling banyak berumur 20-35 tahun sebanyak 56 orang (96,6%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan kelompok umur <20 tahun dan >35 tahun masing - masing sebanyak 1 orang (1,7%). Sedangkan untuk kelompok usia kehamilan, responden terbanyak dengan usia kehamilan 7-9 bulan sebanyak 23 orang (39,7 %) dan yang paling sedikit dengan usia kehamilan 1-3 bulan sebanyak 17 orang (29,3%). 2. Deskripsi dan Hubungan Variabel a. Hubungan antara kepuasan pasien dengan sikap petugas Hubungan antara sikap petugas dengan kepuasan pasien yang dimaksud dalam penelitian ini adalah interaksi atau hubungan yang terjadi antara pasien dan petugas kesehatan yaitu tenaga bidan selama pasien mengikuti pelayanan Antenatal di Puskesmas. Dari hasil penelitian dan uji statistic yang dilakukan

didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kepuasan pasien Antenatal dengan sikap petugas dengan p=0,00 (p<0,05). Berdasarkan Antenatal penelitian yang dilakukan pada pasien

menunjukkan

bahwa

sebagian

besar

responden

menyatakan kurang baik terhadap

hubungan kepuasan pasien kurang puas dengan

dengan sikap petugas dan merasa

pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.4%). Sedangkan sikap petugas yang menyatakan baik dan berpendapat kurang puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 6 orang (10.4%), yang menyatakan baik dan berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 21 (36.2%), dan yang menyatakan baik dan berpendapat sangat puas dengan

pelayanan yang diberikan sebanyak 1 orang (1.7%). Sedangkan sikap petugas yang menyatakan sangat baik dan berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 21 orang (36.2%) dan responden yang menyatakan sangat baik dan berpendapat sangat puas dengan pelayanan yang diberikan yaitu sebanyak 7 orang (12,1%). Hal ini disebabkan karena responden berpendapat meskipun sikap petugas telah sangat memuaskan, baik dari keramahan bidan, respon pasien ketika bertanya, daya tanggap bidan dalam menanggapi keluhan pasien, dan komunikasi bidan terhadap pasien namun ketika dinilai secara keseluruhan berdasarkan pelayanan yang diberikan belum begitu memuaskan, walaupun terdapat 6 orang (10.4%) yang menyatakan baik namun juga kurang puas. Menurut mereka kekurangpuasan tersebut

disebabkan kurangnya dukungan bidan terhadap kerutinan pasien memeriksakan kehamilannya. Hubungan antara kepuasan pasien dengan sikap petugas yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling menghargai, saling menghormati, responsive dan memberi perhatian. Sehingga tumbuh kepercayaan pada

pasien dan akan menimbulkan minat kembali pasien terhadap pelayanan tersebut. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Heny Gusriani (2009) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap petugas dengan kepuasan pasien rawat jalan penerima pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas BaraBaraya tahun 2009.

b.

Hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan pasien Kompetensi petugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan bidan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik yang dilakukan maka didapatkan bahwa terdapat hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan pasien Antenatal Care dengan p=0,003 (p<0,05). Hal ini berarti kemampuan petugas kesehatan (bidan) berhubungan dengan kepuasan pasien

terhadap pelayanan di Puskesmas. Oleh karena itu peningkatan kemampuan bidan perlu mendapat perhatian khusus. Berdasarkan antenatal care di penelitian yang dilakukan pada Tahun pasien 2011

Puskesmas

Balangnipa

menunjukkan bahwa responden yang menyatakan kurang baik untuk kompetensi petugas dan merasa kurang puas dengan

pelayanan yang diberikan sebanyak 6 orang (10.4%), dan yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 17 orang (29.3%). baik Sedangkan dan kompetensi petugas puas yang dengan

menyatakan

berpendapat

kurang

pelayanan yang diberikan sebanyak 2 orang (3.4%), yang menyatakan baik dan berpendapat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 21 (36.2%), dan yang menyatakan baik dan berpendapat sangat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (6.9%). Hal ini disebabkan karena ada beberapa orang responden yang menyatakan bahwa

pengalaman petugas (bidan) sangat berpengaruh terhadap kompetensi petugas (bidan) dan kompetensi petugas sangat

berpengaruh dengan kepuasan pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di

RS.St.Elizabeth semarang yang dilakukan oleh JB. Anggono yang mengemukakan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan petugas dipengaruhi oleh keterampilan petugas. c. Hubungan antara biaya dengan kepuasan pasien Biaya semua jenis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk Puskesmas. Berdasarkan hasil

mendapatkan pelayanan di

penelitian dan uji statistic yang dilakukan pada dimensi biaya didapatkan bahwa biaya tidak mempunyai hubungan dengan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan dengan

p=0,74 (p>0,05). Hal ini berarti, setiap biaya yang dikeluarkan oleh pasien tidak berhubungan dengan puas tidaknya pasien bagian Antenatal di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien

Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai tahun 2011 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan setuju dengan biaya yang ditetapkan merasa kurang puas sebanyak 3 orang (5.2%), responden yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 15 orang (26%), dan responden yang merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (6.7%), sedangkan responden yang menyatakan sangat setuju dan merasa kurng puas dengan pelayanan yang diberikan sebanyak 5 orang (8.6%), yang menyatakan puas sebanyak 27 orang (46.4%), dan yang menyatakan sangat puas terhadap pelayanan yang diberikan sebanyak 4 orang (7.1%), Responden yang menyatakan demikian berpendapat bahwa biaya yang di tetapkan oleh pihak Puskesmas sangat memuaskan, mereka menganggap bahwa biaya pelayanan yang dikeluarkan sesuai dengan kualitas pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di RSB Masyita Makassar yang dilakukan oleh Makhrajati yang

mengemukakan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan petugas tidak dipengaruhi oleh biaya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari 58 responden tentang Faktor yang berhubungan dengan kepuasan Pasien Antenatal Care di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai Tahun 2011, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien antenatal Care dengan sikap petugas kesehatan (bidan) dengan nilai p = 0,00 (p<0,05). 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien Antenatal Care dengan kompetensi petugas kesehatan dengan nilai p = 0,003 (p<0,05). 3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara biaya dengan kepuasan pasien Antenatal Care dengan nilai p=0,74 (p>0,05). B. Saran 1. Pihak Puskesmas (bidan) agar dari tetap agar meningkatkan pasien selalu sikap petugas

kesehatan

memeriksakan

kehamilannya di Puskesmas ini. 2. Untuk lebih meningkatkan kepuasan pasien terkait pelayanan kesehatan yang diberikan, aspek kompetensi petugas perlu mendapat perhatian dari pihak puskesmas khususnya dari segi kualitas tenaga bidan, keberanian bidan dalam melakukan tindakan, dan pelayanan yang diberikan saat melakukan

pemeriksaan rutin, agar pasien selalu memeriksakan kehamilannya di Puskesmas ini. 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pelayanan upaya yang

meningkatkan

kepuasan

pasien

terhadap

diberikan, sebagai sumbangsih atau masukan terhadap pihak puskesmas agar aspek kepuasan pasien dapat lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai