Anda di halaman 1dari 10

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.1. Spesifikasi Bahan Baku Dan Produk 2.1.1.Spesifikasi Bahan Baku a. selulosa Wujud Sg Kapasitas panas Komposisi -cellulose H2O b. Asetat Anhidrid Wujud Titik didih Sg Kapasitas panas Kemurnian Impuritas : cair, tidak berwarna : 139,6oC : 1,084 g/cm3 : 0,456 cal/g.oC : min. 98% (% w) : Asam asetat max. 2% (%w) : bubuk putih : 1,6 g/cm3 : 0,32 Cal/g.oC : min. 98% (%w) : max. 2 % (%w)

2.1.2.Spesifikasi Bahan Pembantu a. Asam Asetat Glasial Wujud Titik didih : cair, tidak berwarna : 118, 4oC

Kapasitas panas Sg

: 0,522 cal/g.oC : 1,049 g/cm3

Komposisi CH3COOH : min. 99% (%w) H2O b. Asam Sulfat Wujud Titik didih Kapasitas panas Sg Komposisi H2SO4 H2O c. Magnesium Asetat Wujud Titik didih Kapasitas panas Sg Kemurnian H2O : cair, tidak berwarna : 134oC : 0,2340 cal/g.oC : 1,035 g/cm3 : min. 99% (%w) : max. 1% (%w) : cair, tidak berwarna : 340oC : 0,3404 cal/g.oC : 1,834 g/cm3 : min. 98% (%w) : max. 2% (%w) : max.1% (%w)

2.1.3.Spesifikasi Produk a. Selulose Asetat Wujud Kenampakan : padat, serbuk : putih

Titik lebur Kapasitas panas Sg Kemurnian Impuritas

: 260oC : 0,42 cal/g.oC : 1,32 g/cm3 : min. 99% : CH3COOH max. 0,1% H2O max. 0,9% MgSO4 max. 0,0008% (Ferrys edision 5 and Caryows)

2.2. Konsep Proses 2.2.1.Dasar Reaksi Proses pembuatan selulose asetat dari selulosa dan asam asetat anhidrid berdasarkan pada reaksi asetilasi dengan menggunakan katalis asam sulfat, reaksinya adalah :
(C6H7O2(OH)3)x (s) + 3 (CH3CO)2O (l)
selulose asetat anhidrid

(C6H7O2(OCOCH3)3)x (s) + 3 CH3COOH(l)


selulose asetat asam asetat

Proses berlangsung pada reaktor tangki berpengaduk (batch) pada temperatur rendah 40-50oC, tekanan 1 atm dengan waktu reaksi sekitar 58 jam. Suhu operasi tidak boleh lebih dari 50 oC, hal ini untuk mencegah rusaknya rantai selulose asetat yang telah terbentuk dan mencegah terbentuknya gel, sehingga harus dijaga agar reaksi tetap berlangsung pada kisaran suhu normalnya (Kirk & Othmer, 1977). Karena reaksi ini bersifat eksotermis maka untuk mengontrol suhu, reaktor dilengkapi dengan jaket pendingin dengan media pendingin chilled water. Setelah asetilasi, produk reaktor selanjutnya dihidrolisis dalam hidroliser dengan menambahkan sejumlah air yang dimasukkan dalam bentuk larutan asam asetat dengan konsentrasi rendah. Larutan asam asetat encer ditambahkan sebanyak 3X jumlah larutan umpan (U.S. Patent : 6,642,299 Yamakawa, et al., 2003), hal ini bertujuan untuk mengubah asetat

anhidrid sisa menjadi asam asetat glasial dan selain itu untuk mendapatkan selulose asetat dalam bentuk padatan (serpihan). Reaksi : (CH3CO)2O (l) +
asetat anhidrid

H2O (l)
air

2 CH3COOH (l)
asam asetat

Pada kasus asetilasi dengan katalis yang tinggi (pekat), asam sulfat 98% dinetralisir dengan menambahkan magnesium asetat untuk mengurangi kandungan asam sulfat bebas dan mencegah depolimerisasi yang berlebihan. Dalam hal ini gugus sulfat akan digantikan dengan gugus asetat. Garam magnesium akan mengubah asam sulfat menjadi magnesium sulfat (Kirk Othmer, 1977). Reaksi : Mg(CH3COO)2 (l) +
magnesium asetat

2 H2SO4 (l)
asam sulfat

MgSO4 (l)
magnesium sulfat

+ 2 CH3COOH (l)
asam asetat

2.2.2.Pemakaian Katalis Dalam reaksi ini katalis yang digunakan adalah asam sulfat. Asam sulfat pada tahun 1879, diperkenalkan oleh Franchimont sebagai katalis yang bisa digunakan untuk asetilasi selulosa, dan semenjak itu asam sulfat mulai biasa digunakan untuk produksi selulose asetat secara komersial. Dalam reaksi asetilasi antara asam asetat anhidrid dan selulose ini, asam sulfat akan menambah muatan positif pada asam sehingga akan mempercepat jalannya reaksi. Dan bila dibandingkan dengan katalis lain seperti perchloric acid yang juga bisa digunakan untuk proses ini, maka asam sulfat jauh lebih efektif untuk digunakan pada proses yang berlangsung dengan temperatur rendah dan waktu reaksi yang singkat, meskipun dalam jumlah katalis yang digunakan sedikit. Selain itu harganya murah dan tidak menyebabkan korosi pada sistem recovery.

2.2.3.Mekanisme Reaksi Reaksi asetilasi selulose berlangsung menurut mekanisme berikut : (CH3CO)2O (l) + H2SO4(l) Rcell-(OH)3 + CH3CO.SO4H CH3CO.SO4H (l) + CH3COOH (l)
acetilsulfuric-acid

(1) (2)

Rcell-(SO4H)3 + 3 CH3COOH
selulose sulfat

Selulose merupakan polimer linier dari bangun an-hidroglukosa. Setiap bangun ini mengandung 3 komponen hidrosil, pada proses pembentukan selulose asetat, gugus -OH pada senyawa selulose mengalami subtitusi. Langkah pertama pada mekanisme ini adalah asam sulfat akan bereaksi dengan asam asetat anhidrid membentuk acetylsurfuric-acid. Langkah kedua adalah subtitusi senyawa acetylsulfuric-acid terhadap gugus hidroksil (-OH) pada selulose sehingga terbentuk selulose asetat.

2.2.4.Fase Reaksi Reaksi pembuatan selulose asetat merupakan reaksi heterogen padat-cair. Sellulose sebagai reaktan yang berfase padat (solid) direaksikan dengan asetat anhidrid, asam asetat glasial dan dibantu katalis asam sulfat yang kesemuanya berfase cair (liquid) dalam suatu reaktor tangki berpengaduk (batch) sehingga dihasilkan selulose asetat terlarut dalam sejumlah asam asetat (cair). Flake (serpihan) selulose asetat terbentuk saat proses pematangan di hidroliser, yaitu produk reaktor ditambah dengan larutan asam asetat encer sebanyak 3X larutan umpan. Jadi keseluruhan reaksi berlangsung pada fase solution (larutan). Reaksi : C6H7O2(OH)3)x (s) + 3 (CH3CO)2O (l)

(C6H7O2(OCOCH3)3)x (s) + 3 CH3COOH(l)

2.2.5.Kondisi Operasi Pemilihan kondisi operasi merupakan hal yang penting dalam suatu pra-rancangan, karena pemilihan kondisi operasi yang tepat akan menyebabkan semakin optimumnya hasil yang didapatkan. Dasar pertimbangan pemilihan kondisi operasi adalah dasar reaksi yang terjadi dan jenis reaktor yang digunakan. Reaksi asetilasi bersifat eksotermis dan suhunya tidak boleh lebih dari 50oC. Hal ini untuk mencegah rusaknya rantai sellulosa asetat yang telah terbentuk dan mencegah terbentuknya gel. Katalis yang digunakan memiliki selektivitas yang tinggi meskipun reaksi berlangsung pada suhu rendah dan waktu yang relatif singkat (5-8 jam per batch). Sehingga berdasarkan faktor-faktor tersebut dipilih kondisi operasi normal dengan suhu dijaga sekitar 40oC, tekanan atmosferis. Pada kondisi operasi ini diharapkan diperoleh yield minimal 85% (Faith Keyes, 1957).

2.2.6.Sifat Reaksi Reaksi : (C6H7O2(OH)3)x (s) + 3X (CH3CO)2O (l) (C6H7O2(OCOCH3)3)x (s) + 3X CH3COOH(l) H = - 443 BTU

Reaksi dapat bersifat eksotermis atau endotermis yakni ditentukan dengan meninjau panas pembantukan standart (Hf) pada 1 atm, 298oC. Reaksi pembentukan selulose asetat seperti pada reaksi tersebut diatas mempunyai H sebesar -443 BTU (Mc. Ketta, 1997). Jadi reaksi tersebut bersifat eksotermis, yaitu reaksi yang tidak membutuhkan panas melainkan mengeluarkan sejumlah panas keluar sistem.

2.3. Diagram Alir Proses

2.3.1.Diagram Alir Diagram alir proses pembuatan selulose asetat dari selulose dan asetat anhidrid (acetylation process) kapasitas 13.500 ton/tahun, dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.3.2.Langkah Proses Secara garis besar, proses pembuatan selulose asetat dari selulose dan asetat anhidrid dibagi menjadi 5 tahapan proses, yaitu : 1. Penyiapan Bahan Baku Bahan baku selulose dengan kandungan -cellulose 99% disimpan dalam gudang penyimpanan pada kondisi 30oC, tekanan 1 atm. Sebelum diumpankan ke reaktor, selulose tidak memerlukan penanganan pendahuluan sebab kondisinya telah sesuai dengan standart umpan reaktor (30oC, 1 atm).

2. Tahap Reaksi Dalam Reaktor Bertujuan untuk : Mereaksikan selulose dengan asetat anhidrid sehingga membentuk selulose asetat. Reaksi dilakukan dalam reaktor tangki berpengaduk (batch) yang beroperasi pada suhu 40oC, 1 atm. Mempertahankan kondisi operasi reaktor.

Bahan baku selulose dibawa dengan menggunakan screw conveyor (SC-01) dan bucket elevator (BE-01), lalu diumpankan ke dalam reaktor (R-01) dengan menggunakan Bin (BI01 A/B). Dari tangki penyimpanan (T-01), asam sulfat dipompa dengan pompa (P-01) menuju reaktor (R-01). Selain itu asetat anhidrid sebagai acetylating agent juga dipompa

menuju reaktor (R-01) dengan pompa (P-02) dari tangki penyimpannya (T-02). Sebagai solvent dipakai asam asetat glasial yang dipompa dari tangki penyimpan (T-03) menuju reaktor (R-01 A/B). Bahan-bahan masuk reaktor pada suhu kamar 30oC dan tekanan atmosferis. Setelah semua bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam reaktor (R-01 A/B), maka proses reaksi asetilasi dapat dimulai. Pengadukan pada reaktor (R-01 A/B) dilakukan agar larutan homogen. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksotermis sehingga diperlukan jaket pendingin pada reaktornya yang bertujuan untuk menjaga agar suhu larutan didalamnya pada kisaran suhu 40oC. Sebagai media pendingin digunakan chilled water yang masuk pada suhu 20oC. Waktu reaksi yang diperlukan untuk reaksi asetilasi ini agar diperoleh produk yang sesuai adalah 6 jam. Setelah reaksi selesai kemudian produk hasil reaksi (selulose asetat dan sisa reaktan) dialirkan ke hidroliser (H-01 A/B). 3. Tahap Hidrolisis dan Netralisasi Bertujuan untuk : Dalam tahap ini selulose asetat yang terbentuk dimatangkan (ripening step) dengan hidrolisis pada suhu 50-60oC dan tekanan 1 atm. Menghentikan reaksi acetylasi dan menghidrolisis sisa asetat anhidrid membentuk asam asetat. Menetralkan asam sulfat dalam campuran dengan menambahkan magnesium asetat. Produk reaktor (R-01) yang berupa selulose asetat dan sisa reaktan masuk hidroliser pada suhu 40oC. Dalam tahap ini, ditambahkan H2O dalam bentuk larutan asam asetat 70% yaitu sebanyak 3X larutan umpan lalu diaduk-aduk secara perlahan-lahan sehingga akan terbentuk flake (serpihan) selulose asetat. Panas yang terjadi akibat dari reaksi dan pelarutan

tersebut menaikkan suhu larutan menjadi 50,6oC. Setelah itu dari hidroliser (H-01 A/B), campuran dialirkan menuju tangki penampung sementara (T-06 A/B), untuk membuat proses setelahnya dapat berlangsung secara kontinyu. Dari tangki penampung sementara (T-06 A/B), campuran kemudian dialirkan menuju tangki neutralizer (T-07) secara kontinyu. Pada tahap ini ditambahkan larutan magnesium asetat ke dalam campuran sebagai neutralizing agent untuk menghilangkan sisa-sisa asam yang masih ada. Dari tangki penyimpan (T-06), magnesium acetat dipompa dengan P-04 menuju ke tangki neutralizer (T-07) lalu campuran diaduk hingga homogen.

4. Tahap Pemurnian Produk Bertujuan untuk : Memisahkan padatan selulose asetat dari fase cairnya. Mengeringkan padatan selulose asetat. Setelah dinetralkan, campuran tersebut dialirkan menuju centrifuge I (CF-01) untuk dilakukan pemisahan. Centrifuge bekerja untuk memisahkan padatan selulose asetat dari fase cairnya. Tekanan operasi adalah atmoferis dan suhunya berada pada kisaran suhu 50,2 oC. Padatan yang terambil merupakan produk utama berupa flake selulose asetat. Sedangkan fase cairnya merupakan larutan asam asetat dengan sedikit magnesium sulfat dipisahkan dengan decanter (DC-01). Padatan selulose asetat tersebut dibawa dengan screw conveyor (SC-02) dan bucket elevator (BE-02) ke BI-02 untuk kemudian dicuci dengan air pada tangki pencuci (T-08). Padatan selulose asetat setelah dicuci dalam tangki pencuci (T-08) kemudian dipompa menuju centrifuge 2 (CF-02) untuk dilakukan pemisahan kembali. Fase cairannya dapat

terpisah kemudian dikirim ke unit pengolahan limbah untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan padatan selulose asetat yang terambil dibawa dengan menggunakan screw conveyor (SC-03) menuju rotary dryer (RD-01) untuk menghilangkan air yang masih ada. Rotary dryer (RD-01) dioperasikan pada tekanan 1 atm dengan menggunakan udara panas suhu 85oC. Produk yang keluar dari rotary dryer merupakan padatan selulose asetat yang telah kering pada suhu sekitar 50oC. Kemudian dari RD-01, produk dibawa dengan screw conveyor (SC-04) menuju bin penyimpanan (BI-03) dan masuk ke unit pengepakan, untuk kemudian dijual ke konsumen.

5. Tahap Recovery Asam Asetat Bertujuan untuk : Memisahkan asam asetat dari magnesium sulfat. Fase cair dari CF-01 merupakan larutan asam asetat dengan sedikit magnesium sulfat dipisahkan dengan decanter (DC-01). Asam asetat dan air terpisah sebagai fase ringannya sedangkan magnesium sulfat akan terpisah sebagai fase berat yang selanjutnya dialirkan ke UPL. Setelah terpisah sebagai fase ringan di dicanter,1, larutan asam asetat 68,3% dialirkan kembali ke tangki penampungan (T-04) untuk digunakan sebagai tambahan didalam hidrolizer. Pada T-04 asam asetat akan diencerkan dengan penambahan air hingga konsentrasinya 60%.

Anda mungkin juga menyukai