Anda di halaman 1dari 7

1

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013 POLICY PAPER Langkah Kuratif Untuk Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Abstrak Isu kenaikkan harga bahan bakar minyak kerap kali berhembus seiring dengan dirancangnya RAPBN-P oleh Pemerintah. Defisitnya neraca keuangan negara sampai kenaikan harga minyak dunia sering dituding menjadi penyebab utama Pemerintah melakukan kebijakan ini. Sebagai bentuk kompensasi kenaikan harga BBM, Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) digelontorkan untuk menolong masyarakat miskin beberapa waktu. Namun, bentuk kompensasi seperti ini terbukti kurang efektif terutama dalam hal distribusi dan memiliki banyak celah untuk disalahgunakan seperti korupsi atau alat politik oknum tertentu. Berbagai protes masyarakat pun kemudian bermunculan seiring berkurangnya kepercayaan (perceived trustworthiness) terhadap Pemerintah. Akibatnya, sulit ditemukan sebuah titik terang dalam polemik ini. Karena, kenaikan BBM adalah keniscayaan bagi negara yang masih melakukan impor minyak. Pilihannya adalah kapan menaikkan harga BBM. Berbagai pro-kontra terjadi di berbagai elemen masyarakat. Lantas, benarkah dengan menaikkan harga BBM Pemerintah tidak memerhatikan kesejahteraan rakyat? atau adakah opsi lain yang dapat dilakukan untuk menanggulangi polemik ini? Dalam policy paper ini akan dianalisis beberapa opsi yang dilandasi teori untuk diberikan kepada Pemerintah.

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013 Pendahuluan


Ibarat manusia yang membutuhkan energi untuk menjalani aktivitas dalam

kehidupannya, begitu pula dengan bangsa ini yang membutuhkan energi untuk menjalankan roda kehidupan bangsa. Kehidupan rakyat pada suatu bangsa mustahil bisa berjalan dengan baik tanpa adanya energi. Energi seperti BBM selama ini sangat dibutuhkan untuk menjalankan roda perekonomian. Contoh sederhana dalam rangkaian kegiatan ekonomi seperti distribusi barang, dibutuhkan energi (BBM) untuk menjalankan kendaraan yang hendak digunakan untuk mendistribusikan barang. Sehingga energi bagi sebuah bangsa menjadi syarat terpenuhinya basic needs manusia. Dan apabila basic needs tidak terpenuhi akan menimbulkan gangguan neurotic needs.Menurut Maslow (dalam Feist & Feist, 2009) neurotic needs adalah kondisi unhealthy style of life dan menghambat self actualization, Neurotic needs terjadi karena kompensasi dari tidak terpenuhinya basic needs. Dalam pendahuluan ini akan dibahas terlebih dahulu beberapa kondisi yang terjadi di Indonesia menyangkut persoalan BBM. Energi, yang seharusnya dimiliki kedaulatannya oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat kini lebih banyak dinikmati oleh perusahaan minyak asing. Sementara untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, negara harus membelinya dari perusahaan minyak asing di luar negeri. PT. Petral, selaku perpanjangan tangan dari Pertamina yang memiliki hak untuk melakukan crude oil dan product oil trading dengan pihak luar juga belum transparan dalam melaporkan proses tender dan transaksi yang mereka lakukan. Kondisi ini menimbulkan banyak kecurigaan dari masyarakat karena mereka tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai transparansi dari pemerintah. See (2009) dalam studinya mengenai persepsi keadilan terhadap suatu kebijakan yang dibuat oleh otoritas dipengaruhi oleh pengetahuan akan sesuatu. Apabila seseorang memiliki informasi yang cukup mereka akan dapat memprediksikan keadilan dan kemudian melakukan dukungan terhadap kebijakkan otoritas tersebut. Pada kondisi diatas terlihat masih kurangnya persepsi keadilan dari masyarakat Indonesia terhadap pemerintah sehingga wajar jika kebijakkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM akan selalu ditolak. Hal ini juga berkaitan dengan kebanyakkan masyarakat tidak menerima alasan pemerintah bahwa defisit APBN membuat kita harus mengurangi subsidi BBM dan berimplikasi kepada naiknya harga BBM bersubsidi.

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013


Kedua, kegiatan impor minyak yang dilakukan adalah impak dari semakin

meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia. Keadaan ini diperparah karena Indonesia tidak memiliki kilang-kilang minyak yang mumpuni untuk menghasilkan pasokan BBM bagi masyarakat. Karena melakukan impor minyak bumi ditambah meningkatnya subsidi BBM yang ditanggung oleh APBN menyebabkan defisit pada keuangan negara. Kondisi defisit ini menyebabkan pemerintah beritikad untuk mengurangi subsidi BBM yang berimplikasi pada naiknya harga BBM. Dana subsidi BBM yang diambil tersebut akan diberikan kepada pospos lain untuk membangun infrastruktur dan transportasi, misalnya. Karena masih bergantung pada impor minyak maka Indonesia harus menerima konsekuensi sebagai price taker, yaitu menggunakan harga minyak dunia untuk menetapkan harga eceran yang akan dikenakan kepada konsumen dalam negeri. Kondisi ini juga kerap kali digunakan pemerintah sebagai alasan naiknya harga BBM. Harga BBM memiliki julukan anchor price, dimana harganya menjadi patokan bagi harga-harga lainnya sehingga ketika BBM naik maka harga lain pun akan ikut mengalami kenaikkan. Namun, bukan hanya harga BBM yang memberikan anchor effect tetapi juga isu kenaikkan harga BBM. Sayangnya, ketika BBM turun atau bahkan ketika BBM tidak jadi naik, harga barang dan jasa di pasaran tidak ikut turun. Hal ini dapat dijelaskan oleh sticky price. Sticky price adalah sebuah kondisi dimana ketika harga BBM naik diikuti oleh kenaikkan harga barang dan jasa di pasaran, namun ketika harga BBM turun maka akan sulit untuk menurunkan juga harga barang dan jasanya dan membutuhkan waktu yang lama untuk penyesuaiannya Kemudian karena menjadi negara price taker, pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi BBM untuk melindungi rakyat miskin di Indonesia. Subsidi ini diberikan kepada premium dan solar, sayangnya, terjadi mismanajemen yang mengakibatkan subsidi ini salah alamat. Survey BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa rakyat miskin yang selama ini ingin dilindungi kesejahterannya melalui BBM bersubsidi ternyata selama ini hanya menikmati 13,92% dari subsidi BBM dan pengguna terbesarnya justru dari 20% kelompok pendapatan teratas sebesar 48,44% dari total subsidi BBM. Bahkan, masyarakat yang berada di Indonesia bagian Timur membeli BBM berkali-kali lipat dari harga BBM di pulau Jawa. Terlihat masih ada ketidakadilan yang merata disini. Mereka membayar mahal tetapi pembangunan infrastruktur masih marak dipusatkan di pulau Jawa. Indonesia masih memiliki sistem yang kurang tepat untuk mendefinisikan miskin. Selama ini yang digunakan adalah metode means-testing dimana menggunakan indikator pendapatan. Metode ini kurang mampu

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013

memeprtimbangkan hal lain yang menyebabkan kemiskinan misalnya jumlah tanggungan keluarga dan aset. Alatas et al. (2012) melakukan penelitian eksperimen pada 640 desa di Indonesia untuk melihat metode mana (Proxy Means Testing, Community Targetting dan Hybrid) yang tepat untuk menentukan orang miskin. Hasil penelitian menyatakan PMT lebih efektif untuk indikator kemiskinan. PMT adalah metode pengumpulan data aset kepemilikan dan karakteristik demografi sebagai proxy. Secara objektif, metode ini lebih baik dibanding kedua metode lainnya. Dengan menerapkan metode ini, penentuan klasifikasi masyarakat miskin akan lebih jelas dan bantuan BBM bersubsidi tidak akan salah alamat lagi. Tahun ini sebenarnya menjadi tahun yang cukup unik, pemerintah gencar melakukan sosialisasi melalui media massa bahwa kenaikkan harga BBM adalah sesuatu yang akan membuat masyarakat menjadi lebih sejahtera. Mereka menyebarkan priming ini melalui baliho di tempat-tempat umum, iklan di media elektronik sampai flyer. Efek priming yang ditimbulkan dari media sosialisasi tersebut digunakan untuk memengaruhi kognisi masyarakat untuk dapat bertoleransi akan sikap pemerintah yang menaikkan harga BBM. Banyak pandangan skeptis terhadap langkah ini karena sarat akan pencitraan politik.Meski sebenarnya tidak ada satu hal pun yang bebas dari kepentingan politik di negara demokrasi yang pilarnya adalah partai politik. Padahal hakikatnya, memang sudah kewajiban negara untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya tanpa harus didahului oleh momentum kenaikkan harga BBM. Namun, nampaknya memang momentum inilah yang setiap tahunnya dapat menarik atensi berbagai elemen masyarakat bahwa masih banyak tugas pemerintah yang tidak dilakukan dengan baik, misalnya dengan tidak kunjung membuat undang-undang kedaulatan energi, merevitalisasi kilang-kilang minyak, dan menjamin kesejahteraan masyarakat miskin. Momentum kenaikkan harga BBM harus digunakan seoptimal mungkin untuk memperbaiki sistem yang selama ini tidak transparan dan tidak berkeadilan. Kenaikkan BBM adalah kondisi keniscayaan bagi negara yang masih mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi namun bagaimana kita berusaha agar kedepannya tidak timbul kondisi seperti ini lagi dan pengurangan subsidi memang benarbenar diperuntukkan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah hal yang terpenting.

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013


Maka dari itu, BEM IKM Fakultas Psikologi UI menyatakan sikap untuk menerima

pengurangan subsidi BBM dengan beberapa syarat yang diajukan kepada pemerintah yang ada di dalam policy options di bagian selanjutnya.

Policy Options
Opsi-opsi yang direkomendasikan kepada Pemerintah ini merupakan opsi yang diberikan dalam waktu dekat setelah pemerintah memberikan keputusan untuk mengurangi subsidi BBM. Opsi 1 : Dual Price Dual price adalah kebijakkan dengan menerapkan dua harga BBM bersubsidi dan non subsidi di setiap SPBU. Dalam kebijakkan ini, jalur pengisian kendaraan bersubsidi dan non subsidi akan dibedakan Untuk itu akan ada pengklasifikasian kendaraan jenis mana saja yang layak untuk mendapatkan BBM bersubsidi. Strength : Akan lebih mudah tersortir pemberian BBM bersubsidi kepada masyarakat yang memang membutuhkan Weakness : Apabila pemerintah tidak membuat peraturan dengan menetapkan mekanisme sanksi, selecting and targetting yang jelas terhadap kebijakkan ini maka kebijakkan ini memiliki peluang disalahgunakan yang besar, apalagi di daerah-daerah terpencil yang sulit dipantau proses eksekusinya. Misalnya saja, dari klasifikasi jenis kendaraan yang layak mendapatkan BBM bersubsidi yaitu kendaraan roda dua dan kendaraan umum. Namun bagaimana bagi kendaraan plat hitam yang digunakan untuk transportasi UKM atau industri rumah tangga, misalnya. Opsi 2 : Mekanisme BLSM Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah kebijakkan yang diusung oleh pemerintah. Dalam kebijakkan ini masyarakat miskin akan diberikan uang tunai langsung dalam rangka mengurangi efek beban yang dapat disebabkan dari kenaikkan harga BBM. Kebijakan ini baik untuk mengurangi shock effect di awal periode kenaikan BBM dan dapat dengan segera membantu masyarakat miskin dan mendekati miskin ( target BLT 2005) untuk memenuhi kebutuhannya.

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013


Sebagai evaluasi, menurut studi yang dilakukan Bazzi, Sumarti dan Suryahadi (2008)

menyatakan bahwa penerima BLT ialah: 50% masyarakat miskin , 39% masyarakat hampir miskin dan 73% masyarakat tidak miskin. Studi ini dilakukan dengan metode kualitatif (Focus Group Discussion, In-Depth Interview, Direct Observation) pada lima provinsi di Indonesia. Studi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat miskin lebih menyukai BLT karena secara cepat dapat membantu mereka mengurangi beban karena kenaikkan BBM, BLT meningkatkan healthcare utilization, serta mengurangi child labor. Mendapatkan data PMT yang terbaru dan akurat sangat mempengaruhi efektivitas program ini. Hal ini dapat diatasi dengan memformulasikan kembali kriteria orang miskin, melakukan assesment kemiskinan secara spesifik. Strength : Memberikan bantuan cepat dan mengurangi shock effect setelah kenaikan harga BBM, kebijakkan ini akan berjalan efektif apabila pendekatan-pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam menentukan kriteria masyarakat miskin seperti apa yang berhak mendapatkan BLSM. Weakness : Perlu ada kebijakkan lanjutan setelah lima bulan pemberian BLSM, tidak adanya kepastian bahwa uang tunai yang diberikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, proses pendistribusian BLSM ke pelosok-pelosok Indonesia.

Kesimpulan dan Rekomendasi Apabila kenaikkan harga BBM terjadi, opsi 2 mengenai BLSM memiliki peluang lebih mungkin untuk dilakukan. Karena, dengan cepat mengurangi shock effect setelah kenaikan harga BBM. Namun, banyak kontrol ketat yang harus dilakukan dalam pelaksanannya. Pertama, assesment kemiskinan di setiap daerah (menggunakan metode PMT). Kedua, awasi pelaksanaan jangan sampai salah alamat dan buat pos pengaduan BLSM agar masyarakat bisa mengadukan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Ketiga, percepat proses pembangunan untuk membantu masyarakat tersebut setelah pelaksanaan BLSM. Sementara, opsi 1 mengenai dual price memang lebih sulit untuk dilakukan jika dibandingkan dengan opsi 2 untuk jangka pendek. Namun melihat nilai kebermanfaatan pada kebijakan ini maka opsi 1 juga dapat dilakukan untuk jangka menengah. Karena, dengan

Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013

melakukan kebijakan tersebut penggunaan BBM bersubsidi akan lebih tepat sasaran. Dalam hal ini ada beberapa jenis kendaraan yang layak mendapatkan BBM bersubsidi. Ada tiga jenis kendaraan yakni kendaraan roda dua, kendaraan umum, serta kendaraan yang digunakan untuk distribusi bahan pokok, sembako, barang dan lain sebagainya. Pertimbangan terakhir kendaraan untuk distribusi barang ini layak mendapatkan BBM bersubsidi karena memperkecil peluang naiknya harga terutama harga bahan pokok di pasaran. Namun, ada prasyarat sebelum diterapkannya kebijakkan ini yakni pemerintah harus membuat peraturan berikut dengan mekanisme sanksi apabila ditemukan SPBU yang tidak menggunakan kebijakkan ini. Selain itu, pengawasan ke daerah-daerah terpencil juga harus diawasi untuk mencegah kegiatan penimbunan.

Daftar Pustaka Alatas et al. (2012). Targeting The Poor : Evidence from a Field Experiment in Indonesia. American Economic Review 102 (4), 1206-1240. Bazzi S., Sumarto, S., Suryahadi, A. (2008). Assesing Indonesias Targeted Program : The Case of BLT 2005-2006. Feist, J. & Feist G. J. (2009). Theories of Personality. The McGraw-Hill Companies, Inc : New York. See. K.E. (2009). Reactions to Decisions With Uncertain Consequences: Reliance on Perceived Fairness Versus Predicted Outcomes Depends on Knowledge. Journal of Personality and Social Psychology 96(1), 104-118.

Anda mungkin juga menyukai