Anda di halaman 1dari 4

PENGOBATAN HIV

A. Garis Umum Pengobatan penderita dengan defisisensi imun natara lain adalah dengan menggunakan antibiotic/antiviral yang tepat, pemberian pooled human immunoglobulin yang teratur. Transplatansi sumsum tulang dari donor dan resipien yang memiliki hubungan genetic yang cocok telah dilkaukan dengan hasil yang baika pada bebarapa kasus. Transplatansi timus fetal telah pula dilakukan dengan aplasi timus. Komplikasi yang terdapat terjadi akibat transplatansi yaitu bila jaringan transplatansi menyerang sel pajamu-Graft Versus Host (GVH) reaction. Iradiasi kelenjar getah bening total kadang-kadang memberikan hasil yang lebih baik disbanding iradiasi seluruh tubuh dalam mengontrol reaksi GVH. B. Pemeberian Globulin Gama Globulin gama diberikan kepada penderita dengan defisiensi Ig teretentu (tidak pada defisiensi IgA). C. Pemberian Sitokinin Pemebrian infuse sitokinin seperti IL-2, GM, CSF, M-CSRF dan IFN_ kepada subyek dengan penyakit teretentu. D. Transfusi Transfusi diberikan dalam bentuk neutrofil kepada subyek dengan defisiensi fagosit dan pemberian limfosit autologus yang sudah menjalani tranfeksi dengan gen adenosine deaminase (ADA) untuk mengobati ACID E. Obat Antivirus Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan obat efektif. Siklus virus HIV menunjukan beberapa titik rentan yang diduga dapat dicegah obat aniviral. Ada 2 jenis obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV dan AIDS. Analog nuleotida mencegah aktivitas transcriptase seperi timidine-AZT, dideoksinosin dan dideoksisitidin yang dapat mengurangi kadar RNA HIV dalam plasma. Biasanya obat-obat tersebut tidak berhasil menghentikan progress penyakit oleh karena timbulnya bentuk mutasi reverse transcriptase yang resisten terhadap obat. Inhibitor protease virus sekarang prekusor menjadi kapsid virus matang dan protein core. Terapi dewasa ini menguanakan kombinasi 3 obat yang terdiri atas protease inhibitor dengan dua inhibitor reverse transcriptase yang terpisah. Hal ini digunakan untuk menurunkan kadar

RNA virus dalam plasma menjadi sangat rendah untuk lebih dari satu tahun. Perlu pengamatanterhadap kemungkinan terjadinya resistensi. Resisitensi terhadap inhibitor protease dapat terjadi setelah pemberian beberapa hari. Resistensi terhadap zidopudin (atau azidotimidin) dapat terjadi setelah pemberian bebrapa bulan. Untuk resitensi terhadap zidovudin, diperlukan tiga sampai empat mutasi dalam reserve transcriptase virus, tetapi satu mutasi saja sudah dapat menimbulkan resistensi terhadap inhibitor protease. F. Vaksinasi Pengembanagan vaksin untuk mencegah penyabaran AIDS merupakan penelitian yang diprioritaskan para ahli imunologi. Dewasan ini vaksinasi terhadap AIDS masih belum dapat dikembangkan. G. Terapi Genetik Terapi gen somatic menunjukkan harapan dalam terapi penyakit. Prosedur tersebut antar lain dilakukan dengan menyisipkan gen normal ke populasi sel ayng terkena penyakit. Hasil sementar menunjukkan bahwa limfosit T perifer emmpunyai kemampuan terbatas untuk berproliferasi. Untuk pengobatan jangka panjang akan diperluakan penyisipan gen ke sel asal sumsum tulang yang pleuripoten. Namun, hal tersebut masih sulit untuk dilakukan dan diperlukan studi lebih lanjut.

H. Terapi Potensial AIDS disebabkan oleh berbagai virus varian retrovirus HIV yang tergolong virus lenti, oleh karena menimbulkan penyakit dengan perkembangan lambat. Virus merupakan virus RNA yang memilki enzim unik, reserve transcriptase yang diperlukan untuk sintesis dsDNA spesifik dari genom viral RNA . DNA baru diintegarsikan dalam genom sel terinfeksi dan banyak yang tetap laten dalam sel. Bila diaktifkan , DNA digunakan sebagai templat RNA yang diperlukan untuk produksi virus. Virus dilepas di permukaan sel dan envelop virus dibentuk dari membrane sel pejamu, diubah oleh insersi glikoprotein virus. Dewasa ni obat dengan aktivitas anti HIV mencegah virus masuk, mencegah tahap reserve transcriptase RNA ke cDNA atau mencegah prekusor protein virus membelah diri dalam protein yang diperlukan untuk membentuk virion baru dan melengkapi pematangannya pada virus infeksisus. Reserve trenascriptase dapat dicegah tidak hanya oleh analog nukleosida tetapi juga oleh analog nucleotide dab bahan nonnukleosida.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN HIV Pengobatan pada penderit HIV/AIDS meliputi: 1. Pengobatan suportif 2. Penanggulangan penyakit oportunistik 3. Pengobatan obat antivirus 4. Penanggulangan dampak psikososial Pencegahan penyakit HIV/AIDS antara lain: 1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penderita AIDS 2. Mencegah hbungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai banyak pasangan 3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik 4. Melarang orang-orang yang termasuk kedalam kelompok berisiko tinggi untuk melakukan dodor darah 5. Memberika transfuse darah hanya untuk pasien yang bvenar-benar memerlukan 6. Memastikan terilitas alat suntik Obat anitivirus HIV/AIDS adalah: 1. Didanosin (ddI) Dosis : 2 x 100 mg, setiap 12 jam (BB <60 kg) 2 x 125 mg, setiap 12 jam (BB>60 kg) 2. Zidofudi (ZDP) Dosis : 500-600 mg/ hari, pemebrian setiap 4 jam sebanyak 100 mg, pada saat penderita tidak tidur. 3. Lamivudin (3TC) 4. Stavudin (d4T) Obat ARV (antiretrovirus) masih merupakan terapi pilihan karena: Obat ini bias memperlambat progresivitas penyakit dan dapat memperpanjang daya tahan tubuh.

Obat ini aman, mudah, dan tidak mahal. Angka transmisi dapat diturunkan sampai mendekati nol melalui identifikasi dini ibu hamil dengan positif dan pengelolaan klinis yang agresif. Hasil penelitian dalam upaya pencegahan dengan imunisasi belum memuaska. Penenlitian tersebut dilakukan di Uganda dengan menggunakan vaksin HIV yang disebut ALVAC-HIV dan vector canarypox recombinant untuk mewakili selubung dan gen inti HIV-1 sebagai upaya untuk merangsang sel pertahanan tubuh.

Beberapa ahli mengusulkan penelitian tentang bagaimana agar CD4 tiruan diserang oleh virus, sehingga CD4 tetap normal. Bagian yang diserang virus HIV adalah sel darah putih terutama sel limfosit yang menunjukkan seberapa besar fungsi pertahanan tubuh manusia. Jumlah CD4 yang rendah menunjukkan pertahanan tubuh yang lemah mudah terkena infeksi virus, baktri, dan jamur.

Terdapat alasan ilmiah mengapa vaksinasi HIV perlu dikembangkan, antara lain: 1. Studi pada primate nonmanusia tentang vaksin menunjukkan adanya perlindungan terhadap infeksi. 2. Vaksin terhadap retrovirus lainnya berhasil dikembangkan. 3. Hamper semua manusia membentuk respons imun terhadap HIV.

Anda mungkin juga menyukai