Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

Anggaran negara adalah urat nadi bagi suatu negara dalam menjalankan pemerintahan. Pengertian anggaran (budget) menurut Robert D Lee, Jr dan Ronald W Johnson adalah A document or a collection of documents that referto the financial condition of an organization (family, corporation, government),including information on revenues, expenditures, activities, and purposes orgoals. Terjemahan bebas dari pengertian anggaran tersebut adalah dokumen yang menunjukkan kondisi atau keadaan keuangan suatu organisasi (keluarga, perusahaan, pemerintah) yang menyajikan informasi mengenai pendapatan, pengeluaran, aktivitas dan tujuan yang hendak dicapai. Di Indonesia anggaran negara setiap tahun disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN secara filosofi adalah perwujudan dari kedaulatan rakyat sehingga penetapannya dilakukan setiap tahun dengan undang-undang. APBN pada dasarnya sebagai bentuk kepercayaan rakyat kepada pemerintah untuk mengelola keuangan negara sehingga pengelolaannya diharapkan dapat memenuhi syarat akuntabilitas (accountability), transparan (transparency), dan kewajaran (fairness). Hampir di semua negara yang berlandaskan hukum, ketentuan mengenai anggaran belanja negara ditetapkan dalam konstitusi. Di Indonesia ketentuan mengenai APBN terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan Pasal 23 yaitu: 1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. 3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan anggaran pendapatan dan belanja tahun yang lalu. APBN yang ditetapkan tiap tahun dengan undang undang mempunyai artibahwa terdapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wakilrakyat atas rancangan APBN yang diajukan oleh pemerintah. Menurut ArifinP.Soeria Atmadja pada Persetujuan
1

DPR atas APBN yang diusulkan pemerintahpada dasarnya adalah machtiging bukan hanya sebagai consent dari DPR kepada Pemerintah dalam hal ini presiden. Machtiging berarti menghendaki pertanggungjawaban pengelolaan APBN oleh presiden kepada pemberi mandat yaitu DPR. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran Negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan

penyelenggaraanpemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Dalam penyusunan APBN terdapat tahapan dari proses perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban yang dikenal dengan siklus APBN. Siklus APBN meliputi tahap perencanaan dalam bentuk RAPBN, pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN, pelaksanaan APBN, tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang dan pertanggungjawaban APBN.Pelaksanaan APBN secara khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pelaksanaan APBN disamping sebagai pembiayaan operasional pemerintahan juga mempunyai implikasi penting terhadap perekonomian negara, mengingat fungsi APBN adalah sebagai sistem kebijakan fiskal negara. Kebijakan fiskal adalah kebijakan dalam hal penerimaan dan pengeluaran negara. Menurut Marie Muhammad kebijakan fiskal sebenarnya merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Filosofi APBN Pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan tugas negara termasuk dalam hal pengurusan keuangan. Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan rupiah melalui APBN. Sesuai UUD 1945, APBN harus diwujudkan dalam bentuk undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan pemerintah. APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). APBN dipengaruhi dan ditentukan oleh keadaan sosial, politik, keamanan serta keadaan ekonomi. Sejak masa kemerdekaan sampai dengan sebelum era pemerintahan Orde Baru diakhir tahun 1960-an, fungsi APBN tidaklah bejalan dengan baik. Kebijakan APBN defisit dijalankan selama periode waktu sebelum pemerintahan Orde Baru tidak jelas ditunjukan mencapai suatu tujuan tertentu. Hal ini disebabkan karena tidak stabilnya situasi sosial, politik, dan ekonomi serta keamanan. Defisit anggaran belanja yang besar dan memuncak pada periode waktu akhir pemerintahan Orde Lama telah menimbulkan keadaan inflasi yang sangat gawat, mencapai lebih dari 500% per tahun di tahun 1966. Baru setelah pemerintahan Orde baru yang efektif sejak awal tahun 1970-an fungsi APBN bisa berjalan. Pada mulanya dialami keadaan ekonomi dengan tingkat output (produksi) nasional rendah dan dibarengi dengan adanya inflasi sangat tinggi. Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal telah dipakai untuk mengatasinya, namun telah mengakibatkan penurunan pengeluaran konsumsi dan investasi agregatif yang selanjutnya telah mengakibatkan penurunan inflasi, meskipun untuk sementara masih belum bisa menaikkan tingkat produksi nasional serta kesempatan kerja. Penerimaan
3

pajak yang telah digalakkan pun secara relatif kenaikan jumlahnya belum signifikan. Penurunan secara drastis pengeluaran pemerintah telah menurunkan angka laju inflasi secara drastis pula. Sejauh ini prinsip APBN seimbang selalu dipertahankan karena pengalaman di masa lampau APBN defisit akan membawa akibat terjadinya inflasi. Meskipun demikian, volume besarnya APBN selalu bertambah besar secara riel dari tahun ke tahun. B. Pengertian Siklus APBN Siklus APBN adalah masa atau jangka waktu saat anggaran disusun sampai dengan laporan keuangan disahkan oleh undang-undang. Tahap Tahap Siklus APBN : 1. Tahap Penyusunan Rancangan APBN 2. Tahap Penetapan APBN 3. Tahap Pelaksanaan APBN 4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN 5. Tahap Pertanggungjawaban APBN

1. Tahap Penyusunan Rancangan APBN Proses penyusunan RAPBN berlangsung dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli tahun n-1. Misalnya RAPBN untuk tahun 2009 sudah mulai disusun bulan Januari sampai dengan Juli 2008. Penyusunan RAPBN dimulai dengan dikeluarkannya surat edaran pagu indikatif dan prioritas program dari Departemen Keuangan dan Bappenas. Penyusunan pagu indikatif dan progam ini didasarkan pada arah rencana kerja pemerintah tahun bersangkutan yang kemudian diberikan kepada masing-masing Kementrian Negara/Lembaga (K/L).
4

Berdasarkan pagu indikatif dan prioritas program K/L menyusun Rencana Kerja K/L (RKK/L) yang dibuat berdasarkan rencana strategis (renstra) masing-masing K/L.Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus DPR dan pemerintah membahas pokok-pokok kebijakan fiskal dan rencana kerja pemerintah yang kemudian disusun pagu sementara tahun anggaran yang datang oleh Departemen Keuangan (Depkeu). Tahap berikutnya berdasarkan dokumen surat edaran (SE) bersama pagu indikatif yang dikeluarkan Depkeu dan Bappenas, prioritas program K/L dan SE pagu sementara dari Depkeu, K/L membuat Rencana Kerja Anggaran K/L (RKA-KL). Selanjutnya K/L membahas konsistensi dengan prioritas anggaran dari RKA-KL yang telah dibuat bersama Depkeu dan membahas konsistensi dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) bersama Bappenas. Setelah RKA-KL dibahas bersama Depkeu, semua RKA-K/L dihimpun menjadi satu untuk dijadikan lampiran RAPBN yang selanjutnya disampaikan kepada Presiden untuk dibacakan pada sidang paripurna DPR yang biasanya diadakan pada tanggal 16 Agustus. Sehari sebelum perayaan hari kemerdekaan. Dalam penyusunan APBN ada tiga pendekatan yang digunakan berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 dan selanjutnya dijabarkan dalam PP No. 21 Tahun 2004 yaitu :

A. Unified Budget Dalam pendekatan ini tidak dikenal pemisahan anggaran dalam bentuk anggaran rutin dan anggaran pembangunan belanja dalam APBN secara ekonomi diklasifikasikan dalam delapan klasifikasi sesuai dengan Government Finance Statistics (GFS) tahun 2001. Delapan klasifikasi itu adalah:

Belanja Pegawai : Dialokasikan antara lain untuk membayar gaji, honorarium, lembur dan vakasi PNS baik yang berada didalam negeri maupun di luar negeri;

Belanja Barang: Dialokasikan untuk pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas yang mendukung Tugas Pokok dan Fungsi (TOPUKSI) tiap-tiap K/L;

Belanja Modal: Dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya menambah modal atau aset pemerintah. Contohnya adalah pengadaan tanah, gedung

dan bangunan, jaringan jalan dan irigasi, peralatan dan mesin maupun dalam bentuk fisik lainnya seperti buku-buku, kitab suci, bibit atau benih dan binatang;

Bunga: Dialokasikan untuk pembayaran kewajiban atas penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung berdasarkan porsi pinjaman (Loan);

Subsidi: Dialokasikan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun swasta yang memproduksi, menjual, mengimpor ataupun mengekspor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga harga jualnya terjangkau masyarakat. Contonya adalah subsidi terhadap beras dan pupuk.

Bantuan Sosial: Dialokasikan untuk melindungi masyarakat dari gangguan-gangguan sosial semisal terjadi bencana alam, kerusuhan maupun wabah. Termasuk didalamnya adalah bantuan kepada lembaga pendidikan, kesehatan, peribadatan serta

menanggulangai kemiskinan.

Hibah: Dialokasikan bila ada negara sahabat memerlukan suntikan dana untuk menanggulangi bencana, krisis nasional ataupun diberikan kepada lembaga internasional untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan sosial lainnya.

Belanja Lain-lain: Dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat yang tidak tertampung didalam tujuh klasifikasi belanja diatas.

B. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) Suatu metode pendekatan anggaran terhadap pengambilan suatu kebijakan dalam prespektif lebih dari satu tahun anggaran dengan mempertimbangkan implikasi biaya dari kebijakan bersangkutan dengan tahun anggaran sebelumnya. KPJM merupakan proyeksi pengeluaraan selama beberapa tahun kedepan, proyeksi pengeluaran mencerminkan dampak kebijakan yang dilaksanakan pada tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya. C. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Base Budgeting) Penganggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai pengalokasian dana untuk mencapai tujuan secara terprogram atau untuk mencapai suatu indikator pengkuran kerja, efisiensi, dan produktifitas. Tujuan utama Penganggaran Berbasis Kinerja adalah akuntabilitas. Kinerja dan data yang terdapat dalam PBK mendorong pejabat publik untuk
6

bertanggungjawab terhadap kuliatas layananan, efisiensi, biaya dan efektifitas program yang dijalankan.

2. Tahap Penetapan APBN Jangka waktu pengesahannya terhitung sejak nota keuangan dibacakan presiden (16 Agustus) sampai dengan bulan Oktober (dua bulan sebelum APBN dilaksanakan). Jika DPR setuju dengan RUU APBN maka RUU tersebut disahkan menjadi UU APBN. Akan tetapi bila DPR tidak menyetujui RUU APBN dari Pemerintah maka Pemerintah menjalankan APBN tahun anggaran yang lalu (pasal 23 ayat 1 UUD 1945). Agar mempunyai sifat yang mengikat maka UU APBN diundangkan dalam Lembaran Negara dan penjelasannya dalam tambahan Lembaran Negara. UU APBN mempunyai sifat : a. Formal (hukum): bahwa anggaran tersebut membatasi ruang gerak pemerintah, maksudnya adalah segala tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara harus sesuai dengan jumlah pagu yang telah ditetapkan (tidak boleh melampuai batas pagu yang ada). b. Material (keuangan): bahwa anggaran tersebut bagi pemerintah merupakan rencana keuangan yang perlu disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan dengan mengadakan pergeseran anggaran. c. Menggambarkan kebijakan pemerintah dalam menentukan hak dan kewajiban dalam masa anggaran yang bersangkutan. 3. Tahap Pelaksanaan APBN Setelah RUU APBN disahkan menjadi UU APBN kemudian Presiden menetapkan Peraturan Presiden tentang Rincian APBN atau Pedoman Pelaksanaan APBN. Perpres ini berisi tentang hal-hal yang belum dirinci dalam UU APBN seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat/daerah K/L, pembayaran gaji, dana perimbangan dan alokasi subsidi.

a. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara: 1. Penerimaan anggaran adalah penerimaan Departemen yang terjadi di dalam negeri dan luar negeri;
7

2. Departeman tidak diperkenankan untuk mendakan pungutan yang tidak mencakup dalam anggaran; 3. Departemen menetapkan kebijakan jenis dan besarnya pungutan dengan persetujuan Menteri Keuangan. Instansi yang terlibat 1. Penerimaan pajak, bea masuk, bea keluar, dan penerimaan cukai oleh Departemen Keuangan; 2. Penerimaan non pajak oleh departemen yang mempunyai sumber penerimaan, dengan menunjuk bendahara penerimaan.

b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara Didasarkan pada prinsip: 1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; 2. efektif, terarah, dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan serta fungsi setiap Departemen ataupun Lembaga Pemerintah Non Departemen; 3. Mengutamakan penggunaan produksi kemampuan. Pedoman Pokok yang harus diperhatikan dalam mengelola APBN: 1. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang mempunyai akibat bagi negara apabila tidak tersedia dana dalam anggaran belanja negara serta tidak sesui dengan tujuan pengeluaran negara; 2. Pengeluaran anggaran belanja negara harus didasarkan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen sejenis lainnya -contohnya adalah SKPA- serta berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau tanda bukti pembayaran lainnya yang sah. dalam negeri dengan memperhatikan

4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN Yang berkepentingan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran adalah Menkeu. Pengawasan anggaran dapat dikelompokkan berdasar :

Asal: intern dan ekstern Waktu: preventif dan represif Bukti: dekat dan Jauh Keabsahan: kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) dan kebenaran material mengenai maksud tujuan (dochmatihgeid)

a. Pengawasan Intern Adalah alat pengawasan dari pimpinan organisasi yang bersangkutan untuk mengawasi apakah keigatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ditentukan. Pengawasan Intern dilaksanakan oleh: 1. BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan); 2. Inspektorat Jenderal Departemen; 3. Bawasda Propinsi; 4. Bawasda Kabupaten/Kota.

b. Pengawasan Ekstern Dilaksanakan oleh masyarakat atau organisasi yang berkepentingan dengan lembaga atau organisasi yang diawasi. Aparat pengawas ekstern adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Kewenangan BPK dalam melakukan pemeriksaan anggaran meliputi: 1. Pemeriksaan Keuangan: adalah pemeriksaan keuagan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) maupun Laporan Keuagan Pemerintah Daerah (LKPD). Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. 2. Pemeriksaan Kinerja: adalah pemeriksaan atas aspek dan efisiensi serta efektifitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen. Secara khusus pemeriksaan ini bertujuan untuk: Bagi Legislatif mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi

perhatian lembaga legislatif dan bagi eksekutif bertujuan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis, efisien dan efektif. 3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan ini ada pemeriksaan investigatif.

c. Pengawasan Preventif Dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kesalahan atau penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, biasanya berbentuk prosedur yang harus ditempuh. Untuk keuangan negara yang menjadi objek pengawasan adalah:

UU APBN Keppres Pelaksanaan APBN DIPA Limit penyimpangan uang bagi bendaharawan Larangan pembayaran oleh bank kepada bendaharawan atas saldo bendaharawan bersangkutan pada bank tersebut.

d. Pengawasan Represif Dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.

e. Pengawasan Dari Jauh (Pengawasan Pasif) Pengujian dan penelitian terhadap Surat Pertanggungjawaban (SPJ) beserta bukti pendukung. Pemeriksaan ini hanya meninjau dari segi formalnya tanapa diteliti segi materialnya. f. Pengawasan Dari Dekat (Pengawasan Aktif) Pengawasan di tempat kejadian transaksi secara langsung terhadap pelaksanaan administrasi sebagai bukti kelengkapan SPJ yang telah dikirimkan.
10

g. Pemeriksaan Kebenaran Formal Menurut Hak Dilakukan terhadap transaksi yang mengakibatkan pembayaran atau tagihan kepada negara, dengan memperhatikan jangka waktu, dasar hukum, dan keabsahan dokumen.

h. Pemeriksaan Kebenaran Material Mengenai Maksud dan Tujuan Pengeluaran Dilakukan untuk menghindari pemborosan dengan memperhatikan kebutuhan barang dan dana yang dianggarkan.

5. Tahap Pertanggujawaban APBN Selambat-lambatnya 6 bulansetelah anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan Keuangan meliputi :

a. Laporan realisasi APBN b. Neraca c. Laporan Arus Kas d. Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan Keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

11

BAB III KESIMPULAN

Pengertian anggaran adalah dokumen yang menunjukkan kondisi atau keadaan keuangan suatu organisasi (keluarga, perusahaan, pemerintah) yang menyajikan informasi mengenai pendapatan, pengeluaran, aktivitas dan tujuan yang hendak dicapai. Di Indonesia anggaran negara setiap tahun disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN yang ditetapkan tiap tahun dengan undang undang harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wakil rakyat atas rancangan APBN yang diajukan oleh pemerintah. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Selama pemerintahan orde baru yaitu dari TA 1969/1970 sampai dengan 1999/2000 APBN disusun berdasarkan sistem anggaran berimbang (T-account) yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran. Format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan antara lain tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan kurang transparan antara dana milik negara atau dana yang merupakan utang sehingga perlu disempurnakan. Mulai TA 2000 yaitu pada masa pemerintahan reformasi format APBN diubah menjadi Iaccount, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS). APBN dengan format GFS menggunakan sistem deficit spending dimana pinjaman dalam negeri dan luar negeri merupakan sumber untuk menutup defisit anggaran dan tidak diklasifikasikan sebagai penerimaan. APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). APBN disusun oleh dua komponen utama yaitu penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan bersumber dari dalam negeri yaitu pajak dan non pajak serta luar negeri yaitu utang. Sedangkan pengeluaran terdiri dari belanja pemerintahan pusat, belanja daerah, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

12

Tahun 2010, lebih dari 12 tahun setelah krisis ekonomi Indonesia 1998, dalam catatan anggota Badan Pekerja Komisi Anggaran Independen (BP-KAI), APBN masih sarat masalah. Keadaan APBN Indonesia dapat dicirikan sebagai berikut: di satu sisi masih sangat elitis dan belum memihak warga negara; di sisi lainnya, masih belum akuntabel.

13

Gambar Siklus APBN

14

15

Anda mungkin juga menyukai