Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pada masa modern ini penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari sangatlah besar peranannya, baik itu pemakaian sabun dalam bentuk padat, cair maupun dalan bentuk krem. Pemakaian sabun atau pemanfaatan sabun ini banyak kegunaannya, baik itu sebagai pembersih maupun juga sebagai desinfektan untuk mencegah atau pembunuh kuman-kuman penyakit yang tidak diinginkan dan sangat membahayakan diri kita sendiri. Sabun pada masa sekarang ini tidak lagi dipandang sebagai sabun mandi saja tetapi sudah sebagai sabun cuci baik untuk mencuci pakaian maupun untuk mencuci tangan yang kotor. Oleh karena itu banyak sekali merek-merek sabun baru yang keluar saat ini. Kita sebagai mahasiswa Teknik Kimia UNSRI juga harus tahu tentang proses-proses serta cara dalam pembuatan sabun dan merasa tertantang untuk mengetahuinya sebab hal itu mau tidak mau harus diketahui sebagai bekal untuk nanti terjun ke lapangan dunia usaha yang penuh dengan persaingan. Proses pembuatan sabun tersebut termasuk proses kimia sehingga bisa dipraktekkan cara pembuatannya. 1.2. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah : 1. Agar mengetahui material balance dalam pembuatan sabun 2. Membandingkan perhitungan secara teori maupun secara praktetk dari sabun yang didapat 3. Mengetahui cara pembuatan sabun sehingga dapat dimanfaatkan

1.3. Manfaat Percobaan Manfaat dalam melakukan percobaan ini adalah mengetahui cara pembuatan sabun, sehingga dapat menambah pengetahuan dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 1.4. Hipotesa 1. Massa sesudah reaksi adalah sama baik secara teori maupun secara praktek. 2. Perbedaan perhitungan yang didapat dari teori dan praktek tidak jauh berbeda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Ester Ester adalah senyawa-senyawa hasil reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol. Reaksi dari pembentukan ester dinamakan esterifikasi (pengesteran). Reaksi : O R C OH Asam + R OH Alkohol O R C OR Ester + H2O

Nama suatu ester diawali dengan nama alkil (yang berasal dari alkohol) dan diakhiri dengan nama asalnya. Zat zat pengharum (essence) yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan tidak lain adalah ester-ester. Buah-buahan memiliki keharuman tergantung dari jenis ester yang terkandung. Dibawah ini tercantum beberapa contoh buah-buahan serta jenis ester yang dimilikinya. Buah-buahan Jeruk Pisang Apel Jambu Nanas Pala Ester n Oktil asetat Amil asetat Amil valerat Amil butirat Butil butirat Butil miristat yang khas,

Ester dapat dihidrolisa oleh air untuk menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Reaksinya :

O C OCH2CH3 Etil asetat + H2O

O CH3 C OH Asam asetat + CH3CH2OH Etanol

Jadi hidrolisa ester merupakan kebalikan dari reaksi esterifikasi. Ester dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam karboksilat dan alkohol. Jika ester kita reaksikan dengan basa gliserida, maka garam karboksilat yang terbentuk adalah sabun. 2. Safonifikasi Safonifikasi adalah hidrolisa ester dari alkali, membentuk alkohol dan garam dan sisa asamnya. Reaksinya : Lemak (gliserida) + Basa Sabun garam + Gliserol alkohol

Di pabrik-pabrik sabun, gliserida (lemak) dididihkan dalam larutan NaOH. Setelah sabun terbentuk, NaCl ditambahkan ke dalam campuran, agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Adapun gliserol dipisahkan dengan cara destilasi. Kemudian sabun yang kotor dimurnikan dengan cara mengendapkan beberapa kali (represipitasi). Akhirnya ditambahkan parfum supaya sabun memiliki bau yang dikehendaki. Ada dua jenis sabun, yaitu : 1. Natrium karboksilat, misalnya Na palmirat dan Na Stearat yang dibuat dari lemak dan NaOH. Sabun yang mengandung logam natrium ini disebut sabun keras, dan sering dikatakan sebagai sabun cuci. 2. Kalium karboksilat, misalnya K palmirat dan K stearat, yang dibuat dari lemak dan KOH.

Sabun ini mengandung logam kalium disebut dengan sabun lunak yang sering juga disebut dengan sabun mandi. 3. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan campuran ester-ester gliseril dari asam fatty (lemak) atau triglyceride (trigliserida). Ada bermacam-macam sumber aslinya yang berbeda dan tergantung dari sifat-sifat fisis dan kimia dari campuran ester. Ester-ester tersebut dapat berbentuk solid (padatan), liquid (cairan), volatile saturated (uap jenuh yang mudah menguap) dan sebagian senyawanya yang unsaturated (tidak jenuh). Komposisi trigliserida terdiri dari ester 5 % glyceride dan 95 % fatty acid (asam lemak) yang merupakan gabungan dari ester-ester. Formula dari gliserida yaitu : R = R = R Lemak adalah ester dari gliserol atau asam palmitat atau asam stearat. Gugus alkil (R), untuk masing-masing R,R, R bisa sama di dalam ikatan molekulnya dan juga R = R = R. Hal ini tergantung dari ikatan molekul asam lemak itu sendiri. Ester-ester lemak suku tinggi dari asam lemak jenuh lebih stabil seperti Glyceride tripalmitate, dan Glyceride tristearat. Karena sumber fatty acid (asam lemak) merupakan bagian yang penting dari molekul-molekul gliserida dan merupakan bagian yang aktif maka sifat-sifat fisis dan kimia dari lemak sebagian besar tergantung dari sifat-sifat fisis dan kimia setiap komponen fatty acid (asam lemak). 4. Soap (Sabun) dan Detergent Istilah agen permukaan aktif (surface active agent) adalah meliputi soap (sabun) dan detergent, wetting agent (agen basah) dan penetrants. Masing-masing mempunyai aktivitas dan sifat khusus yang berbeda pada kontak dua fase.

Surface active agent merupakan gabungan antara water attracting (gaya tarik air) atau hydrofillik group terhadap suatu molekul lainnya. Detergent secara umum diartikan sebagai pembersih. Untuk memulai pengertian tentang detergent dapat dimulai dari sabun. Sabun adalah produk dari caustic soda dan lemak. Lemak merupakan campuran dari gliserida dimana komposisinya berbeda-beda sesuai dengan sumbernya. Trigliceralacetat adalah ester-ester yang terjadi bila glycerol alkohol terhidrat digabungkan dengan asam lemak yang mempunyai sifat khusus tetapi natural fat (lemak alami). Mekanisme Kerja Sabun Kotoran yang melekat pada kulit atau pakaian atau benda lainnya pada umumnya berasal dari lemak, minyak dan keringat, butir-butir tanah dan sebagainya. Zat tersebut sangat sukar larut dalam air karena bersifat non polar. Untuk itu diperlukan sabun untuk melarutkannya. Suatu gugus sabun tersusun dari bagian muka berupa gugus COONa yang polar serta bagian ekor berupa rantai alkil yang bersifat non polar. Ketika sabun dimasukkan kedalam air (pelarut yang polar) maka sabun akan mengalami ionisasi bila dimasukkan kedalam sabun. Gugus-gugus ini akan membentuk buih, dimana akan mengarah kepada air (karena sama-sama polar), sedangkan bagian yang lain akan mengarah kepada kotoran (karena sama-sama non polar). Karena itu kotoran terikat pada sabun dan sabun terikat pada air, maka dengan adanya gerakan tangan atau mesin cuci, maka kotoran itu akan tertarik atau terlepas. Jika kotoran berupa minyak atau lemak akan membentuk emulsi minyak-air dan sabun sebagai emulgator. Jika sabun bertemu dengan kotoran tanah, maka akan diadsorpsi oleh sabun dan membentuk suspensi butiran tanah-air dimana sabun sebagai zat pembentuk suspensi.

Bahan bahan yang terdapat dalam deterjen : ] Bahan penurun tegangan antar muka Bahan ini merupakan bahan utama deteren. Bahan inilah yang memegang peranan besar dalam proses pencucian karena dengan penurunan tegangan antar muka pada pakaian maka lemak, minyak, ataupun kotoran akan mudah larut dalam air sehingga pakaian mudah dibersihkan. ] Bahan Penunjang Bahan ini misalnya STTP yang berguna untuk mengikat ion-ion yang mungkin terdapat pada air cucian misalnya ion pada air sadah. ] Bahan Pengisi Bahan ini digunakan sebagai bahan penambah massa deterjen. Biasanya dibuat dari Natrium Silika (Na2 SO4 ) ] ] Bahan Tambahan Bahan tambahan ini misalnya berupa parfum atau zat pewarna Air Air juga diperlukan untuk bahan pengikatnya Istilah agen permukaan aktif adalah meliputi soap (sabun) dan deterjen, wetting agent (agen basa) dan penetransts. Masing-masing mempunyai aktifitas dan sifat khusus yang berbeda pada kontak dua fase. Surface active agent merupakan gabungan antara water attracting atau hidrofilik group terhadap suatu molekul lainnya. Deterjen secaara umum dapat diartikan sebagai pembersih. Untuk memulai pengertian tentang deterjen, dapat dimulai dari sabun. Dimana sabun merupakan produk kaustik. Lemak merupakan campuran dari glisserida dimana komposisinya berbeda-beda sesuai dengan sumbernya. Triglisesrilasetat adalah ester-ester yang terjadi bila glycerol alkohol terhidrat digabungkan dengan asam lemak yang mempunyai sifat khusus tetapi natural fat (lemak alami).

Angka penyabunan adalah suatu bilangan yng menunjukan jumlah miligram dari potassium hidroksida yang diperlukan untuk menyabun 1 gram dari berat lemak/ minyak. Minyak atau lemak terdiri asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah melalui safonifikasi menjadi berat molekul tinggi dari asam lemak pada gliserida. Disamping pentingnya angka penyabunan dalam proses pembuatan sabin, masih ada beberapa bilangan lainnya yang erat sekali hubungannya dengan proses pembuatan sabun. Bilangan tersebut adalah : a. Acid Value Adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam 1 gram minyak atau lemak. b. Hanner Value Adalah bilangan yang menyatakan presentase asam 0- asam lemak yang tidak larut dalam lemakatau minyak. Sifat Kimia Sabun a. Dapat terhidrolisa dalam air membentuk basa dan asam karboksilat. Hal ini dikarenakan sabun tersusun oleh basa kuat dan asam lemah. b. Dalam air sabun berbentuk koloid dimana alkilnya bersifat non polar sehingga dapat membersihkan kotoran yang berupa senyawa non polar, sedang gugusan karboksilat yang bersifat polar membersihkan kotoran yang bersifat polar. c. Dapat bereaksi dengan asam mineral membentuk asam lemak dan garam anorganik. Lemak dan Minyak Dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang : pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak beersifat cair . Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan glisrida pada tumbuhan cenderung berupa minyak; karena itu biasa terdengar ungkapan lemak

hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung,minyak bunga matahari). Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang disebut asam lemak , umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak bercabang. Lemak dan minyak sering kali diberi nama sebagai derivat asam-asam lemak ini. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, dan tripalmitat dari gliserol , disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester : sebagai contoh, gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat. Asam-asam lemak dapat juga diperoleh dari lilin (waxes), misalnya lilin lebah. Dalam hal-hal ini, asam lemak diesterkan dengan suatu alkohol sederhana berantai panjang. C25H51CO2C28H57 dalam lilin lebah C27H55CO2C32H65 dalam lilin carnauba C15H31CO2C16H33 setil palmaitat dalam spermaceti Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan triliserida campuran artinya, ketiga bagian asam lemak dari gliserida itu tidaklah sama. Sabun dan Detergen Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam logam natrium) dari asamasam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18,namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Kemiungkinan sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Cesar. Teknik pembuatan sabun dilupakan orang dalam Zaman Kegelapan (Dark Ages), namun ditemukan kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun mulai meluas pada abad ke 18.

Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada zaman yang lampau. Lelehan sapi atau lemak lain dipanaskan denga lindi (natrium hidroksida)dan karenanya terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam lemak. Dulu digunakan abu kayu (yang mengandung basa seperti kalium karbonat) sebagai ganti lindi (lye = laruta alkali). Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. (Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabunnya dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl, dan gliserol. Zat tambahan (additive) seperti batu apung, zatwarna dan parfum kemudian ditambahka. Sabun padat itu lalu dilelehkan dan dituang ke dalam suatu cetakan. Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik an larut dalam zat-zat nonpolar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon,sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air. Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan olehdua sifat sabun. Pertama, ranatai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalamzat nonpolar,seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air,ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembuk dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapatsaling bergabung, tetapi tetap tersuspensi. Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan surfaceactive agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaaan

air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik (biasanya, namun tidak harus, ionik). Porsi hidrokarbon dari suatu molekul surfakta harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif. Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai anionik, kationik, atau netral, bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus karboksilatnya, adalah surfaktan anionik,benzalkonium klorida (N- benzil amonium kuartener klorida) yang bersifat anti bakteri adalah contoh-contoh surfaktan kationik. Surfaktan netral mengandung suatu gugus non-ion seperti suatu karbohidrat yang dapat berikatan-hidrogen dengan air. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatanikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan hal ini dengan menaruh kepalakepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air. Setelah Perang Dunia II, dikembangkan detergen sintetik. Eperti sabun, detergen adalah surfaktan anionik- garamdari sulfonat atau sulfat berantai panang dari natrium (RSO3-Na+ dan ROSO3- Na+). Detergen mempunyai keunggulan dalam hal tidak mengendap bersama ion logam dalam air sadah. Salah satu detergen yang pertama-tama digunakan adalah suatu p alkilbenzenasulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang. Bagian alkil senyawa ini disintetis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cicin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel-Crafts. Sulfonasi,yang disusul dengan pengolahan dengan basa,menghasilkan detergen itu. Sayang, mikroorganisme tidak dapat menguraikan rantai hidrokarbon yang sangat bercabang itu. Detergen ini lolos lewat instalasi pengolaha limbah tanpa terubah, sehingga menyebabkan sungai berbusa-busa dan, dalam beberapa hal, bahkan menyebabkan air PAM berbusa. Pada tahun 1965,industri mengubahnya menjadi detergen yang biodegradabel.

BAB III METODOLOGI


3.1. Alat dan Bahan Alat : 1. Becker gelas 1000 ml 2 buah. 2. Becker gelas 100 ml 1 buah. 3. Termometer 1 buah. 4. Gelas ukur 100 ml 1 buah. 5. Pengaduk kayu. 6. Pemanas (water bath). 7. Neraca analitis. 8. Mortar. Bahan : 1. Garam 15 gram. 2. Aquadest 50 gram. 4. Minyak sayur 150 ml. 5. NaOH 40 gram. 6. Pewarna secukupnya. 3.2. Prosedur Percobaan 1. Garam dihaluskan. 2. Air dipanaskan kemudian dilarutkan garam didalamnya. 3. Minyak dan NaOH dipanaskan dalam water bath (80 o) sampai mendidih sambil diaduk terus. 4. Tambahkan larutan garam (dalam keadaan panas) dan pewarna, lalu diaduk terus sampai kental dan timbul minyak. 5. Pisahkan minyak dari campuran bahan tadi, kemudian minyak yang telah dipisahkan tadi ditimbang.

6. Campuran yang telah dipisahkan dari minyak dimasukkan ke dalam plastik (sebelumnya plastik ditimbang terlebih dahulu), lalu wadah plastik tersebut ditutup. 7. Tunggu sampai 2 hari kemudian timbang.

BAB IV HASIL PENGAMATAN & PENGOLAHAN DATA

4.1. Data Hasil Pengamatan


Minyak Sayur 225 gr Dipanaskan di waterbath T = 80 0C Ditambah NaOH 75 gr

Dicampur, lalu diaduk homogen + bahan pewarna

Aquadest + Garam 50 gr + 15 gr

Dipanaskan di pemanas T = 80 0C

Setelah dingin Gliserol dan Sabun terpisah

Berat Sabun = 230 gr

Berat Gliserol = 40 gr

4.2. Perhitungan Data : Berat garam Berat aquadest Berat minyak Berat NaOH = 15 gram = 50 gram = 225 gram = 75 gram

Berat Beker kecil = 47 gram Berat Beker besar = 326 gram Berat Beker bekas NaOH = 48,5 gram Berat plastik = 0,6 gram Berat plastik +Sabun kering = 230,6 gram Berat gliserol + Beker = 366 gram BM minyak = 890 gram/mol BM NaOH = 40 gram/mol BM sabun = 306 gram/mol BM gliserol = 92 gram/mol

Reaksi Safonifikasi : (C17H33COO)3C3H5 + 3 NaOH minyak nabati

3 C17H33COONa + C3H5(OH)3
sabun gliserol

Perhitungan secara teori :


Input :
Mol minyak = berat minyak 225 gr = = 0,2528 mol BM minyak 890 gr/mol

ket : mol minyak dianggap sebagai limiting reaktan

3 Mol sabun = 1 x limiting reaktan

= 3 x 0,2528 mol =0,7584 mol

Berat sabun terbentuk

= mol sabun terbentuk x BM sabun


=0,7584 mol x 306 gr/mol =232,0704 gr

Mol gliserol = mol limiting reaktan = 0,2528 mol Berat gliserol terbentuk = mol gliserol x BM gliserol
=0,2528 mol x 92 gr/mol =23,2576 gr

Mol NaOH tersedia

berat NaOH BM NaOH

75 gr 40 gr/mol =1,875 mol =

Mol NaOH bereaksi


Mol NaOH sisa

3 =1 x 0,2528 = 0,7584 mol

=1,875 mol 0,7584 mol = 1,1166 mol

Berat NaOH sisa

= mol NaOH x BM NaOH


=1,1166 mol x 40 gr/mol =44,664 gr

Berat air output Berat garam output

= berat air input = 50 gr = berat garam input = 15 gr

Dari perhitungan di atas dapat dibuat tabel sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Material Garam (NaCl) Air NaOH Minyak Gliserol Sabun Total Input 15 gr 50 gr 75 gr 225 gr 365 gr Output 15 gr 50 gr 44,664 gr 23,2656 gr 232,0704 gr 365gr

Perhitungan secara praktek :


Data : - Berat Gliserol - Berat Sabun = 366 gram 326 gram = 40 gram = 230,6 0,6 = 230 gram

Asumsi : Berat (air + garam) dalam gliserol = 30 gram Maka : Berat air dalam gliserol = 30 gr berat garam yang dipakai = 30 gr 15 gr = 15 gr Berat Gliserol Murni = berat praktek berat air dalam gliserol = 40 gr 15 gr = 25 gr Berat air sisa = berat air yang digunakan berat air dalam gliserol = 50 gr 15 gr

= 35 gr Berat air out put = berat air dalam gliserol + Berat air sisa = 15 gr + 35 gr = 50 gr

Mol NaOH : Mol Sabun = 3 : 3 Mol NaOH : Mol Sabun = 1 : 1 Mol NaOH = Mol Sabun Berat NaOH yang bereaksi = =
BM NaOH x Berat Sabun yang dihasilkan BM Sabun 40 gr / mol x 230 gr 306 gr / mol

= 30,06 gr. Berat NaOH out put = Berat NaOH input Berat NaOH bereaksi = 75 gr 30,06 gr = 44,94 gr.

Material Balance secara praktek :

No.

Material

Input

Output

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Garam (NaCl) Air NaOH Minyak Gliserol Sabun Total

15 gr 50 gr 75 gr 225 gr 365 gr

15 gr 50 gr 44,94 gr 25 gr 230 gr 365 gr

Dari perhitungan di atas didapat persen yield : % Yield =


Berat sabun sec ara praktek x 100 % Berat sabun sec ara teori 230 gr

= 232,0704 gr x 100% = 99,10 %

BAB V PEMBAHASAN
Ester merupakan senyawa-senyawa hasil reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol. Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi atau pengesteran.

Nama suatu ester diawali dengan nama alkol yang berasal dari alkohol dan diakhiri dengan nama asalnya. Zat-zat pengharum yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan tidak lain adalah ester-ester. Buah-buahan memiliki keharuman yang khas, tergantung pada jenis ester yang terkandung di dalamnya. Saponifikasi atau penyabunan merupakan salah satu reaksi ester yang mudah dipelaajari. Ester yang bereaksi dengan basa menghasilkan garam karboksilat dan alcohol. Apabila ester yang kita reaksikan dengan basa adalah gliserida yang biasanya gliseril tripalmitat dan gliseril tristearat, maka garam karboksilat disebut sabun dan reaksinya ini disebut saponifikasi. Reaksinya sebagai berikut : Lemak (gliserida) + Basa Sabun garam + Gliserol alkohol

Gliserida merupakan ester-ester dari asam dan gliserol. Gliserol mengandung tiga gugus OH-, sehingga akan mengikat dengan tiga molekul asam. Dalam reaksi penyabunan biasanya digunakan lemak yang merupakan gliserida yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam yang jenuh. Pada percobaan ini kita menggunakan minyak nabati yang merupakan gliserida yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam tak jenuh. Rantai alkil pada minyak nabati mengandung ikatan tak jenuh sehingga mudah mengalami adisi. Minyak yang teradisi ini disebut minyak tengik. Itulah sebabnya sabun yang dihasilkan dalam percobaan mengandung bau. Sabun yang dihasilkan berupa natrium karboksilat yang dibuat dari caustic soda yang disebut sabun keras atau dikenal dengan sabun cuci. Pada saat pendidihan harus dilakukan pengadukan sempurna agar proses pembentuka sabun dapat berjalan dengan sempurna pula.Pada percobaan ini diperoleh sabun keras dengan berat 230 gr. Pada percobaan ini jika telah diketahui berapa persen yield yang diperoleh dapat diketahui dari jumlah massa zat sebelum bereaksi dan sesudah reaksi adalah sama. Setelah dilakukan percobaan dan hasil yang diperoleh ditimbang didapat berat sabun adalah 230 gram hampir mendekati berat sabun secara teoritis yaitu 232,0704

gram. Berat sabun yang terbentuk tidaklah maksimal karena lemak yang lebih kurang lamanya waktu pengadukan serta kesalahan praktikan dalam menimbang dan menghitung komposisi bahan . Pada perhitungan saponifikasi kali ini diperoleh % yield sebesar 99,10 %. Nilai % yield yang kurang dari 100 % mungkin disebabkan 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang menghambat yang terjadi dalam reaksi seperti lambatnya pembentukkan sabun. Mungkin dalam pembentukkan sabun tidak semua ikatan terikat sempurna membentuk sabun dan gliserol yang belum dipisahkan. Untuk mendapatkan sabun yang murni biasanya dilakukan pemisahan dengan cara penyaringan atau distilasi sehingga dapat diketahui berapa besar produk utama yang murni yang dihasilkan. Agar tidak terjadi kesalahan pada percobaan ini, sebaiknya minyak nabati dan larutan NaOH dididihkan pada temperatur 80oC dan dididihkan secara terpisah. Dimana panas berpengaruh pada pembentukkan sabun. Setelah terbentuknya sabun kemudian ditambahkan garam ke dalam campuran tersebut. Larutan garam ini berfungsi untuk memisahkan sabun dari hasil sampingannya, yaitu gliserol, biasanya dipisahkan dengan cara distilasi dan sabun dengan penyaringan. Kemudian sabun yang masih kotor dimurnikan dengan cara pengendapan dengan berulang-ulang kali. Untuk mendapatkan sabun yang wangi, maka ditambahkan parfum yang tidak mengandung alkohol, karena memungkinkan akan bereaksi membentuk ester.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


IV.1. Kesimpulan 1. Penyabunan (safonifikasi) merupakan salah satu reaksi ester.

2. Penyabunan merupakan reaksi antara ester yang berupa gliserida dengan basa(caustic soda). 3. Gliserida yang dipakai dalam percobaan ini berasal dari gliserol dan asam tak jenuh. 4. Penyabunan dengan basa NaOH akan menghasilkan sabun berupa natrium karboksilat yang disebut sabun keras dan dikenal dengan nama sabun cuci. 5. Persen yield yang didapat dalam percobaan ini adalah 5,6448 %.

IV.2. Saran 1. Sebaiknya pada percobaan ini dipakai Gliserida lemak yang berasal dari Gliserol dan asam yang jenuh untuk hasil yang lebih baik. 2. Pendidihan dan pengadukan harus dilakukan dengan maksimal untuk membentuk reaksi yang sempurna sehingga didapat sabun yang optimal. 3. Sebaiknya pada percobaan ini proses pembuatan sabun dilakukan sesuai dengan literatur agar praktikan dapat mengetahui proses pembuatan sabun yang sederhana maupun modern.

DAFTAR PUSTAKA

1. James, General Chemistry, Principles and Structure, Third Edition, New York. 2. P. Critchlow, Basic Chemistry, Macmilan, London, 1982.

3. E. S. Henderson, Chemistry Today, Macmilan, 1984. 4. Louis, Chemistry Made Easy, Del, New York, 1978. 5. Fessenden, Ralph J., & Fessenden, Joan.S., 1994, Kimia Organik Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

GAMBAR ALAT.

Anda mungkin juga menyukai