MATA
I. PENDAHULUAN Pemeriksaan mata pada klien yang datang dengan keluhan yang dirasakan pada mata mempunyai peranan penting dalam menentukan perjalanan penyakit dan penyembuhan penyakit. Deteksi dini kelainan mata secara tepat sangat penting untuk mencegah kebutaan akibat penyakit yang tidak terdiagnosa dengan tepat atau terlambat dirujuk, sehingga diperlukan pemeriksaan mata dasar untuk menegakkan kemungkinan penyebab dan membantu ketepatan waktu dalam merujuk klien. Dalam pelayanannya, paramedis merupakan ujung tombak untuk menngetahui decara dini dan tepat serta dapat memberi gambaran dan informasi kepada penderita tentang pencegahan, pengobatan serta pemahaman tentang kelainan mata yang dijumpai serta tindakan pertolongan pertama yang diberikan kepada klien. II. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Secara anatomi mata terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : 1. Suprasilia (alis mata) Terletak ditepi atas rongga orbita, yang berfungsi sebagai penahan kotoran dan kosmetik. 2. Palpebra (kelopak mata) Terdiri dari palpebra superior dan inferior (kelopak mata atas dan bawah) yang berfungsi sebagai pelindung dari bola mata dimana dapat membuka dan menutup. Muskulus orbikularis dapat menyebabkan mata berkedip yang juga menyebabkan sekresi glandula lakrimal (kelenjar air mata) yang membasahai mata. Muskulus levator palpebra menyebabkan kelopak mata dapat membuka dan menutup. Kelenjar Meibom berfungsi sebagai penghasil cairan lapisan air mata, selain itu terdapat kelenjar Zeiss dan Molle yang bermuara di folikel pada bulu mata. 3. Konjungtiva (selaput lendir mata) Merupakan lapisan transparan yang terdiri dari konjungtiva tarsalis superior dan inferior yang menutupi kelopak mata atas dan bawah, konjungtiva forniks serta konjungtiva bulbi yang menutupi bagian depan bola mata. Terdiri dari lapisan tipis yang banyak mengandung sel Goblet menghasilkan zat yang menjadi lapisan dari air mata. 4. Bulbus okuli (bola mata) Merupakan bagiain yang terltak di rongga orbita yang dapat diperikda dari luar dengan bantuan lampu senter yaitu bagian bagian sebagai berikut : Kornea, Sklera bagian depan, Bilik mata depan (kamera okuli anterior), Pupil dan iris (Teling mata) dan Lensa. Sedang pemeriksaan badan kaca, retina dan Nervus II dapat dilakukan dengan oftalmoskop, dengan Slit lamp dan Gonioskpi dapat diperiksa sudut bilik mata depan. Kornea (selaput bening mata) : Merupakan lapisan yang jernih /transparan yang merupakan media refraksi yang terdepan dari bola mata yang berfungsi sebagai jendela masuknya cahaya. Persarafan sensorisnya didapat dari serabut N VII untuk sensai rasa nyeri. Sklera (selaput putih mata) Merupakan lapisan paling luar dari dinding bola mata yang akan melanjutkan diri ke bagian belakang bola mata yang terdiri dari 3 (tiga) la[pisan yaitu sklera, koroid dan retina. Uvea terdiri dari : Iris terletak melingkar membentuk pupil : terdiri dari otot sfingter untuk gerakan miosis (pupil mengecil) dan otot dilatator unytuk gerakan dilatasi atau midriasis, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam bola mata. Badan siliar merupakan lanjutan iris di bagian belakang dan memproduksi humor akuos yang memberi nutrisi untuk mata
Di badan siliar terdapat otot otot yang berfungsi untuk akomodasi lensa yang penting untuk melihat dekat. Retina : lapisan yang meliputi 2/3 bagian dalam dari dinding bola mata, terdiri dari lapisan sensoris yang secara dapat terlepas dari lapisan di bawahnya sehingga terjadi apa yang disebut ablasio retina. Akuos humor : Merupakan cairan dalam bola mata yang berfubgsi selain sebagai cairan nutrisi juga untuk mempertahankan tekanan intra okular antara 10-20 mm Hg. Sirkulasi Humor akuos adalah dari bilik mata belakang melalui celah antara iris dan lensa masuk ke bilik mata depan. Selanjutnya ke saluran Schlemm yang terdapat disudut bilik mata depan . Bila sirkulasi tehgambat, tekanan intra okular (TIO) akan meninggi terjadi apa yang disebut glaukoma. 5. Lapisan airmata : Terdiri dari 3 (tiga) lapisan yaitu lapisan lemak dari kelenjar Meibom, air dari kelenjar lakrimal dan musin dari sel Goblet. Berfungsi untuk membasahi kornea , bersifat anti mikroba. Air mata kan disalurkan ke kanalikuli superior dan inferior kemudian ke sakus lakrimalis, selanjutnya melalui duktus nasolakrimalis akan masuk ke rongga hidung. 6. Otot otot penggerak bola mata berfungsi untuk menggerakan bola mata ke madial, lateral, superioir dan inferior serta oblik. Masing masing mendapat persarafan sebagai berikut. a. Rektus medial - N III - ke medial b. Rektus lateral - N VI - ke temporal c. Rektus superior - N III - ke atas d. Rektus inferior - N III - ke bawah e Oblikus superior - N IV f. Oblikus inferior - N III
III. PEMERIKSAAN MATA Seperti pemeriksaan yang lain, pemeriksaan mata pun dimulai dari : 1. Keluhan utama . 2. Anamnesa : Riwayat perjalanan penyakit a.l. keluhan utama,sejak kapan, bagaimana, dimana dan riwayat pengobatan sebelumnya 3. Pemeriksaan Umum Mata : Keadaan umum dan pemeriksaan dasar mata Pemeriksaan dasar : Alat pemeriksaan : Snellen Chart,E Chart Lampu senter Loupe (Magnifier loupe atau Loupe Monokuler) Funduskopi direk (Diagnostik set) Pemeriksaan Visus : Membandingkan ketajaman penglihatan penderita (yg diperiksa) dgn ketajaman penglihatan orang normal, cara pemeriksaan sebagai berikut : Penderita duduk 5 m atau 6 m atau 20 feet didepan E Chart/Snellen Chart yg diletakkan sejajar mata dan mendapat penerangan yg cukupl Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata (mata kanan kemudian kiri), menutup mata jangan ditekan. Orang normal 6/6 atau 5/5 Bila tidak bisa melihat Chart : Hitung jari, Lambaian tangan atau Cahaya
PENULISAN VISUS
Tajam penglihatan/Visus dinyatakan dgn angka : Jarak penferita dgn Snellen/E Chart ------------------------------------------Jarak huruf tersebut seharusnya dpt dibaca
Contoh : Visus 6/30 berarti Pada jarak 6 m penderita dapat membaca huruf-huruf seharusnya dapat dibaca pada jarak 30 m Bila tidak dapatmembaca/melihat huruf terbesar Snellen/E Chart, penderita diminta menghitung jari mulai jarak 6 m atau 5 m , Visus di tulis sbb: 6/60, dst4/60 3/60 , 2/60, 1/60
Bila tidak dapat menghitung jari, pemeriksa menggerakan telapak tangannya dan penderita menyebutkan arah gerakan, bila menjawab dgn benar maka Visus : 1/300
Bila tidak dapat melihat gerakan telapak tanagn, sinari dengan senter pada jarak 1 m, bila dapat melihat maka Visus : 1 /
Tajam penglihatan/Visus Normal adalah 6/6 atau 5/5 Visus 0 - 3/60 = buta ( WHO ) 3/60 - 6/60,5/60 = buruk 6/60,5/60 - 6/18,5/15 = sedang 6/18,5/15 - 6/6 ,5/5 = baik
Setelah dilakukan pemeriksaan visus kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaaan bagianbagian mata yang dilakukan mulai dari : - Palpebra superior dan inferior. - Konjungtiva tarsalis superior dan inferior - Konjungtiva bulbi. - Sklera. - Kornea - Bilik mata depan - Pupil/iris - Lensa - Funduskopi Palpasi : Untuk memeriksa tekanan bola mata, bila mungkin dapatr dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan tonometer Schiotz Posisi primer bola mata : yaitu posisi bola mata pada pemeriksaan dimana pada orang normal disebut ortoforia, sedang bila terdapat kelainan dapat terjadi exotropia (juling ke arah luar/lateral),esotropia (juling kearah dalam/medial), hipertropia ( letak lebih kearah superior /atas) atau hipotropia. (letak lebih ke arah bawah/inferior) Pergerakan bola mata : versi dan duksi . Versi dilakukan pada masing-masing mata (satu persatu), sedangkan duksi dilakukan pemeriksaan sekaligus pada kedua mata., dilakukan dengan menganjurkan penderita melihatr pada obyek yang ditunjukkan pemeriksa. KASUS-KASUS YG PERLU DI RUJUK - Visus yang menurun tiba-tiba yang terdapat pada peradangan: seperti berikut : keratitis (peradangan kornea), iritis (peradangan iris) dan uveitis (pereadangan uvea) - Glaukoma akut yaitu peninggian tekanan intra okular - Kelainan retina : ablasio, kelainan pem. darah retina - Kelainan Nervus Optikus : neuritis retrobulbar, papilitis, papil edema karena peninggian tekanan intrakranial - Trauma tembus : bulbus okuli (bola mata) seperti trauma temus sklera, kornea
Ttrauma kimia yg berat Trauma palpebra/konjungtiva yang luas Penurunan visus yang lebih buruk dari 3/60 (buta menurut WHO) Kelainan refraksi yang sulit dikoreksi
Skema pemeriksaan dasar mata : Visus Normal (1.0, 6/6, 5/5) Status oftalmologis Diagnosa : T.a.k. Emetrop . Blefaritis/Hordeolum Visus ber(+) : . Konjungtivitis . Skleritis Kelainan Refraksi . Perdarahan sub . Miopia
konjungtiva . Hipermetropia . Astigmat . Presbiopia
Visus Normal : Blefaritis: Peradangan tepi kelopak mata Hordeolum : Peradangan akut kelenjar Meibom Khalazion : Peradangan kronis Kelenjar Meibom
Salep a.biotik steroid (Cendomycos) SM a.biotik non steroid (C.Mycetine Salep antibiotik steroid/non steroid (C.Mycos/Xitrol/Mycetine/G.misin) Antibiotik oral, Antiinflamasi Insisi dan bebat mata
Konjungtivitis (lihat pengelolaan mata merah) Skleritis : Peradangan lokal di sklera Perdarahan subkonjungtiva Visus Menurun : Miopia : Rabun jauh Hipermetropia : Rabun dekat Astigmat : Presbiop : Rabun dekat krn usia Salep mata steroid (C.Xitol/Mycos) Tetes/ salep mata exjuvantivus (C.Mycetine/Kloramfenikol) Koreksi lensa (-) Koreksi lensa (+) Koreksi lensa silindris Koreksi lensa (+) utk baca
Visus Tetap Konjungtivitis non purulen . Alergika/vernalis Iritatif/traumatika Konjungtivitis purulenta . Purulenta GO/non GO
Diagnosa dan Gambaran Klinis Konjungtivitis non purulen . Konjtis vernalis . Iritatif/traumatika Sekret serosa,seromukosa, mukosa
Terapi Antialergi tetes mata (Conver/Optihis) Bilas cairan netral,tetes/salep mata antibiotik, antiinflamasi oral antihistamin.
Diagnosa dan Gambaran klinis Konjungtivitis purulenta non GO : . Sekret mukopurulen/purulen Konjtis purulenta GO . Sekret purulen banyak . Biasanya bilateral
Terapi
Salep/tetes mata antibiotik (C mycetine/ Gentamisisn/C.Fenikol Lab: Gram Apus Sekret (+) GO Prokain Penisilin 50.000 IU/kg bb IM Bilas sekret dengan lar. fisiologis T.Ma.ibiotik (Gentamisin/Kloramfenikol) Isolasi Tetes mata antibiotik non steroid spektrum luas untuk Gram (+) dan Gram(-) 1tetes tiap 2-3 jam (Gentamisin,Poligram, Salep mata a.biotik non steroid spektrum luas malam hari Tetes sikloplegik (sulfas atropin) Suntikan gol aminoglikosid (gentamisin) sub konjungtiva bila hipopion (+) 0,4 cc selama 4 hari (ulang bila respon kurang)
Keratitis/Ulkus kornea bakteri .Fotofobia . Kekeruhan dikornea s/d stroma (tes Fluoresen +) dengan Slit Lamp . Sensitivitas tetap . Fotofobia . Sekret serosa/seromukosa . Hipopion
Keratitis/Ulkus kornea o.k. virus . Fotofobia Tetes/salep mata antivirus (IDU atau . Kekeruhan dikornea s/d asiklovir) stroma (tes Fluoresen +) Tetes/salep antibiotik non steroid dengan Slit Lamp Bebat mata sampai lesi membaik Sensitivitas menurun . Fotofobia . Discharge serosa/seromukosa Glaukoma akut . Nyeri kepala, mual muntah
Carpin TM 3-4 x 1 tetes atau Timolol 3 x 1 tetes Infus Manitol (bila tsb di atas tidak efek tif) 20 tetes/menit Gliserol 50% 3x 50 cc p.o. Operasi trabekulektomi
Diagnosa dan gambaran klinis Iritis/uveitis . Fotofobia . Pupil iregular . Flare/hipopion (+) KELAINAN NON INFEKSI Hifema Traumatika Darah di bilik mata depan Lensa (katarak) Kekeruhan pada lensa . Katarak imatur Funduskopi : Reflek fundus (+) dengan defek (+) . Katarak matur . Katarak hipermatur Penyulit : Glaukoma sekunder Vitreus opasiti Kekeruhan badan kaca o.k . Perdarahan . Peradangan Retina . Retinopati
Terapi Tetes mata steroid 3-4 x 1 tetes Antiinlamasi steroid oral Midriatika/sikloplegik tetes mata Tapering off bila respon baik Cari focal infeksi/penyakit primer Rawat dengan posisi semi fowler (setengah duduk) sampai hifema (-) Observasi Visus dan TIO
Terapiexjuvantivus TM anti katarak (Catarlent / Katalin) atau bila visus cukup mengganggu dilakukan operasi Operasi Operasi
. . . .
Terapi penyakit primer Kasus berat rujuk RS Mata Cicendo untuk pemeriksaan FFA(foto fluoresin angiografi) dan terapi laser. Oklusi pembuluh darah retina Observasi , kasus berat rujuk RS Mata Cicendo untuk FFA dan terapi laser Perdarahan retina Terapi penyakit primer Ablasio retina Rujuk RS Mata Cicendo Retinitis pigmentosa Terapi exjuvantivus, prognosa ad malam
Neuritis optik Anti inflamasi steroid sampai respon (+) RAPD (+),Lapang pandang menurun Papilitis/papil edema Prednison / Dexametason dosis tinggi Oral atau parenteral Atrofi Papil Prognosa ad malam
Terapi
Xeroftalmia Hemeralopia (buta senja) Xerosis konjungtiva (Konjungtiva kering) Bercak Bitot (Seperti busa sabun di sudut mata Xerosis kornea Ulkus kornea Keratomalasia KELAINAN OKULOPLASTI Enteropion senilis Palpebra melipat ke dalam Enteropion trakhomaatosa Palpebra melipat ke dalam o,k penyakit trakhoma Pterigium Pertumbuhan konjungtiva dari limbus ke kornea
Hari I Vitamin A 200.000 IU Hari II Vitamin A 200.000 IU 2 minggu kemudian Vit A 200.000 IU
KEDARURATAN MATA Trauma tumpul Palpebra Kornea Hifema Trauma tajam non perforatum dan perforatum Palpebra, kornea, sklera Antiinflamasi dan analgetik, Kompres , Tetes mata anti inflamasi Lihat di atas
Tetes mata antibiotik Antibiotik oral, antiinflamasi dan analge Tik Rujuk untuk reposisi palpebra, jahit kornea, jahit sklera Bilas secepatnya dengan cairan fisiologis Tetes antibiotik mata non steroid C.fenikol/Gentamisin/Dibekacin Bilas secepatnya dengan cairan fisiologis Tetes mata antibiotik dan antiinflamasi steroid C.Xitrol/Polydex/Mycos/Garason Observasi perbaikan visus Bebat mata minimal 7 hari sampai lesi membaik Tetes anestesi lokal TM, Angkat benda asing dari mata dengan kapas, pinset atau jarum 27 G bila perlu dengan lupr atau di bawah mikroskop Bebat mata sampai lesi membaik.
Basa
Benda asing
DIAGNOSA KATARAK
Definisi : Katarak adalah suatu penyakit degeneratif (kemunduran) fungsi lensa yang ditandai dengan kekeruhan lensa . Penyebab : Kekeruhan lensa pada katarak adalah karena proses degenerasi yang bisa disebabkan oleh usia, penyakit sistemik seperti DM, penyakit infeksi intra uterine, trauma dan penyakit mata lain . Pembagian katarak : 1. Katarak senilis pada usia lebih dari 40 tahun. 2. Katarak juvenilis / presenilis pada usia kurang dari 40 tahun 3. Katarak kongenital merupakan katarak bawaan 4. Katarak traumatika 5. Katarak komplikata akibat penyakit sistemik atau penyakit mata lain. Gejala : Penurunan ketajaman penglihatan (visus) berangsur-angsur tanpa disertai rasa nyeri Pada stadium awal penderita lebih mengeluh silau pada tempat terang dan merasa nyaman bila melihat di tempat teduh, kemudian visus berkurang dan melihat seperti ada asap atau kabut. Gambaran klinik : Lensa mata tampak keruh dari warna keabu-abuan sampai putih seperti kulit kerang, pada katarak yang telah lama bisa berubah menjadi kehitaman yaitu pada daerah pupil (orang-orangan) mata. Pada pemeriksaan dengan senter tampak pupil berwarna keruh (sebaiknya diperiksa di tempat agak gelap / teduh agar pupil melebar.) Pengobatan : Karena katarak merupakan penyakit degeneratif , penyakit ini tidak dapat diobati, bila visus sudah mengganggu dilakukan operasi. Operasi katarak dilakukan untuk mengangkat lensa yang keruh dan dapat dilakukan sekaligus dengan penanaman lensa buatan (Lensa Intra Okuler=LIO/ Intra Ocular Lens=IOL). Koreksi Visus penderita pasca operasi : Pada penderita katarak yang dioperasi tanpa lensa tanam visus dikoreksi dengan sferis + 10 D, sedang pada penderita dengan pemasanagn LIO/IOL dikoreksi sampai mendapatkan visus terbaik.
I. PENDAHULUAN Pemeriksaan mata pada konsep dokter keluarga adalah pemeriksaan di mana seorang pasien berhadapan dengan seorang dokter (the doctor up front, the one sitting face to face with a patient). Deteksi dini kelainan mata secara tepat sangat penting untuk mencegah kebutaan akibat penyakit yang tidak terdiagnosa dengan tepat atau terlambat dirujuk, sehingga diperlukan standar pmeriksaan mata dasar untuk menegakkan dignosa dan membantu dalam sistim rujukan. Dalam pelayanannya, dokter keluarga diharapkan dapat memberi gambaran dan informasi kepada penderita tentang pencegahan, pengobatan serta
pemahaman tentang penyakit mata yang sering dijumpai serta perkembangan IPTEKDOK khususnya di dalam I.Penyakit Mata. II. PEMERIKSAAN MATA DASAR Seperti pemeriksaan klinis yang lain, pemeriksaan mata pun dimulai dari : 4. Keluhan utama . 5. Anamnesa : Riwayat perjalanan penyakit a.l. keluhan utama,sejak kapan, bagaimana, dimana dan riwayat pengobatan sebelumnya 6. Pemeriksaan Umum Mata : Keadaan umum dan pemeriksaan dasar mata Pemeriksaan dasar : Alat pemeriksaan : Snellen Chart,E Chart Lampu senter Loupe (Magnifier loupe atau Loupe Monokuler) Funduskopi direk (Diagnostik set) Pemeriksaan Visus : Membandingkan tajam penglihatan orang normal dengan penderita. Cara pemeriksaan : Penderita duduk 5 atau 6 meter di depan Snellen Chart atau E Chart. Pemeriksaan visus dilakukan pada masing-masing mata. Nilai normal : 1.0, 6/6,5/5. Buta menurut WHO : lebih buruk atau sama dengan 3/60 . Inspeksi dilakukan mulai dari : - Palpebra superior dan inferior. - Konjungtiva tarsalis superior dan inferior - Konjungtiva bulbi. - Sklera. - Kornea - Bilik mata depan - Pupil/iris - Lensa - Funduskopi Palpasi : Untuk memeriksa tekanan bola mata Posisi primer bola mata : ortoforia, exotropia,esotropia, hiper atau hipotropia. Pergerakan bola mata : versi dan duksi .
Skema pemeriksaan dasar mata : Visus Normal (1.0, 6/6, 5/5) Status oftalmologis Diagnosa : Menurun Tes lubang jarum (Pin hole)
T.a.k. Emetrop
. Blefaritis/Hordeolum Visus ber(+) : . Konjungtivitis . Skleritis Kelainan Refraksi . Perdarahan sub . Miopia
konjungtiva
Visus Normal : Blefaritis: Peradangan tepi kelopak mata Hordeolum : Peradangan akut kelenjar Meibom Khalazion : Peradangan kronis Kelenjar Meibom
Salep a.biotik steroid (Cendomycos) SM a.biotik non steroid (C.Mycetine) Cuci dengan sampo bayi) Salep antibiotik steroid/non steroid (C.Mycos/Xitrol/Mycetine/G.misin) Antibiotik oral, Antiinflamasi Insisi dan bebat mata
Konjungtivitis (lihat pengelolaan mata merah) Skleritis : Peradangan lokal di sklera Perdarahan subkonjungtiva Visus Menurun : Miopia : Rabun jauh Hipermetropia : Rabun dekat Astigmat : Presbiop : Rabun dekat krn usia Salep mata steroid (C.Xitol/Mycos) Tetes/ salep mata exjuvantivus (C.Mycetine/Kloramfenikol) Koreksi lensa (-) Koreksi lensa (+) Koreksi lensa silindris Koreksi lensa (+) utk baca
Visus Tetap Konjungtivitis non purulen . Alergika/vernalis . Iritatif/traumatika Konjungtivitis purulenta . Purulenta GO/non GO
Diagnosa dan Gambaran Klinis Konjungtivitis non purulen . Konjtis vernalis . Iritatif/traumatika Sekret serosa,seromukosa, mukosa
Terapi Salep/tetes mata steroid (C.Xitrol/Mycos) Bilas cairan netral,tetes/salep mata antibiotik, antiinflamasi oral antihistamin.
Diagnosa dan Gambaran klinis Konjungtivitis purulenta non GO : . Sekret mukopurulen/purulen Konjtis purulenta GO . Sekret purulen banyak . Biasanya bilateral
Terapi
Salep/tetes mata antibiotik (C mycetine/ Gentamisisn/C.Fenikol Lab: Gram Apus Sekret (+) GO Prokain Penisilin 50.000 IU/kg bb IM Bilas sekret dengan lar. fisiologis T.Ma.ibiotik (Gentamisin/Kloramfenikol) Isolasi Tetes mata antibiotik non steroid spektrum luas untuk Gram (+) dan Gram(-) 1tetes tiap 2-3 jam (Gentamisin,Poligram, Salep mata a.biotik non steroid spektrum luas malam hari Tetes sikloplegik (sulfas atropin) Suntikan gol aminoglikosid sub konjungtiva bila hipopion (+) 0,4 cc selama 4 hari (ulang bila respon kurang)
Keratitis/Ulkus kornea bakteri .Fotofobia . Kekeruhan dikornea s/d stroma (tes Fluoresen +) dengan Slit Lamp . Sensitivitas tetap . Fotofobia . Discharge serosa/seromukosa . Hipopion
Keratitis/Ulkus kornea o.k. virus . Fotofobia Tetes/salep mata antivirus (IDU atau . Kekeruhan dikornea s/d asiklovir) stroma (tes Fluoresen +) Tetes/salep antibiotik non steroid dengan Slit Lamp Bebat mata sampai lesi membaik Sensitivitas menurun . Fotofobia . Discharge serosa/seromukosa Glaukoma akut . Nyeri kepala, mual muntah . TIO meninggi . Edema kornea . Pupil mid dilatasi Asetazolamide 4 x 250 gram Carpin TM 3-4 x 1 tetes atau Timolol 3 x 1 tetes Infus Manitol (bila tsb di atas tidak efek tif) 20 tetes/menit Gliserol 50% 3x 50 cc p.o. Operasi trabekulektomi
Diagnosa dan gambaran klinis Iritis/uveitis . Fotofobia . Pupil iregular . Flare/hipopion (+) KELAINAN NON INFEKSI Hifema Traumatika Darah di bilik mata depan
Terapi Tetes mata steroid 3-4 x 1 tetes Antiinlamasi steroid oral Midriatika/sikloplegik tetes mata Tapering off bila respon baik Cari focal infeksi/penyakit primer Rawat dengan posisi semi fowler (setengah duduk) sampai hifema (-) Observasi Visus dan TIO
Lensa (katarak) Kekeruhan pada lensa . Katarak imatur Funduskopi : Reflek fundus (+) dengan defek (+) . Katarak matur . Katarak hipermatur Penyulit : Glaukoma sekunder Vitreus opasiti Kekeruhan badan kaca o.k . Perdarahan . Peradangan Retina . Retinopati
Terapiexjuvantivus TM anti katarak (Catarlent / Katalin) atau bila visus cukup mengganggu dilakukan operasi Operasi Operasi
. . . .
Terapi penyakit primer Kasus berat rujuk RS Mata Cicendo untuk pemeriksaan FFA(foto fluoresin angiografi) dan terapi laser. Oklusi pembuluh darah retina Observasi , kasus berat rujuk RS Mata Cicendo untuk FFA dan terapi laser Perdarahan retina Terapi penyakit primer Ablasio retina Rujuk RS Mata Cicendo Retinitis pigmentosa Terapi exjuvantivus, prognosa ad malam Anti inflamasi steroid sampai respon (+) Prednison / Dexametason dosis tinggi Oral atau parenteral Prognosa ad malam
Diagnosa dan Gambaran klinis Xeroftalmia Hemeralopia Xerosis konjungtiva Bercak Bitot Xerosis kornea Ulkus kornea Keratomalasia KELAINAN OKULOPLASTI Enteropion senilis Palpebra melipat ke dalam Enteropion trakhomaatosa Palpebra melipat ke dalam o,k penyakit trakhoma Pterigium Pertumbuhan konjungtiva dari limbus ke kornea
Terapi Hari I Vitamin A 200.000 IU Hari II Vitamin A 200.000 IU 2 minggu kemudian Vit A 200.000 IU
KEDARURATAN MATA Trauma tumpul Palpebra Kornea Antiinflamasi dan analgetik, Kompres , Tetes mata anti inflamasi
Hifema Trauma tajam non perforatum dan perforatum Palpebra, kornea, sklera
Lihat di atas
Tetes mata antibiotik Antibiotik oral, antiinflamasi dan analge Tik Rujuk untuk reposisi palpebra, jahit kornea, jahit sklera
Bilas secepatnya dengan cairan fisiologis Tetes antibiotik mata non steroid C.fenikol/Gentamisin/Dibekacin Bilas secepatnya dengan cairan fisiologis Tetes mata antibiotik dan antiinflamasi steroid C.Xitrol/Polydex/Mycos/Garason Observasi perbaikan visus Bebat mata minimal 7 hari sampai lesi membaik Tetes anestesi lokal TM, Angkat benda asing dari mata dengan kapas, pinset atau jarum 27 G bila perlu dengan lupr atau di bawah mikroskop Bebat mata sampai lesi membaik.
Basa
Benda asing
DIAGNOSA KATARAK
Definisi : Katarak adalah kekeruhan lensa . Penyebab : Kekeruhan lensa pada katarak adalah karena proses degenerasi yang bisa disebabkan oleh usia, penyakit sistemik seperti DM, penyakit infeksi intra uterine, trauma dan penyakit mata lain . Pembagian katarak : 6. Katarak senilis pada usia lebih dari 40 tahun. 7. Katarak juvenilis / presenilis pada usia kurang dari 40 tahun 8. Katarak kongenital merupakan katarak bawaan 9. Katarak traumatika 10. Katarak komplikata akibat penyakit sistemik atau penyakit mata lain. Gejala : Penurunan ketajaman penglihatan (visus) berangsur-angsur tanpa disertai rasa nyeri Pada stadium awal penderita lebih mengeluh silau pada tempat terang dan merasa
nyaman bila melihat di tempat teduh, kemudian visus berkurang dan melihat seperti ada asap atau kabut. Gambaran klinik : Lensa mata tampak keruh dari warna keabu-abuan sampai putih seperti kulit kerang, pada katarak yang telah lama bisa berubah menjadi kehitaman yaitu pada daerah pupil (orang-orangan) mata. Pada pemeriksaan dengan senter tampak pupil berwarna keruh (sebaiknya diperiksa di tempat agak gelap / teduh agar pupil melebar.) Pengobatan : Karena katarak merupakan penyakit degeneratif , penyakit ini tidak dapat diobati, bila visus sudah mengganggu dilakukan operasi. Operasi katarak dilakukan untuk mengangkat lensa yang keruh dan dapat dilakukan sekaligus dengan penanaman lensa buatan (Lensa Intra Okuler=LIO/ Intra Ocular Lens=IOL). Koreksi Visus penderita pasca operasi : Pada penderita katarak yang dioperasi tanpa lensa tanam visus dikoreksi dengan sferis + 10 D, sedang pada penderita dengan pemasanagn LIO/IOL dikoreksi sampai mendapatkan visus terbaik.
I.
PEMERIKSAAN DASAR MATA ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA 1. ALIS MATA (SUPERCILIA) SEBAGAI PELINDUNG/MENAHAN KOTORAN 2. KELOPAK MATA (PALPEBRA) REFLEKS KEDIP SEKRESI AIR MATA PELINDUNG MATA 3. KONJUNGTIVA SELAPUT LENDIR MATA TRANSPARAN, KAYA PEMB. DARAH MENGNDUNG SEL GOBLET LAPIS
AN AIR MATA
4. BOLA MATA (BULBUS OKULI) - KORNEA : SELAPUT BENING MATA JENDELA UNTUK MASUKNYA CAHAYA - SKLERA : SELAPUT PUTIH MATA JAR. IKAT PELINDUNG MATA - UVEA : IRIS MEMBENTUK PUPIL MENGATUR CAHAYA YG MASUK BADAN SILIAR PRODUKSI HUMOR AKUOS DI BILIK MATA DAN AKOMODASI KOROID LANJUTAN BADAN SILIER
PENANGGULANGAN BUTA KATARAK SEBAGAI MASALAH SOSIAL KEBUTAAN No 1 di ASEAN KATARAK (Kekeruhan lensa kemunduran fungsi) BUTA KATARAK (USIA PRODUKTIF) PRODUKTIVITAS PENURUNAN SDM TINDAK LANJUT PEMERINTAH MASYARAKAT DONATUR MASYARAKAT MISKIN Miskin pengetahuan, Miskin (tidak mampu bayar ke RS) Miskin (betul-betul tidak ada biaya) TEROBOSAN 100 % Gratis, Subsidi Silang Dana mandiri (JPKM) Kota/Kab/Kec LSM Lokal, Orang kaya di Indonesia ANTISIPASI BILA BULAN MADU DENGAN DONATUR BERAKHIR