Anda di halaman 1dari 113

APLIKASI PRAKTIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

(Bagi mahasiswa Keperawatan & Praktisi Perawat Perkesmas)

Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat RahmatNyalah kami dapat menyelesaikan buku Aplikasi praktis asuhan keperawatan keluarga. Buku ini mencakup beberapa teori/ model yang melandasi asuhan keperawatan keluarga, yang dapat digunakan oleh mahasiswa dan petugas perkesmas di Puskesmas beserta contoh kasus yang sangat mudah diaplikasikan secara operasional. Bagi pengelola institusi pendidikan, buku ini dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa terkait asuhan keperawatan keluarga yang meliputi penilaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotor. Saat ini, kondisi yang ada di Indonesia, program basic six Puskesmas hanya meliputi promosi kesehatan, KIA/KB, gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular dan pelayanan kesehatan dasar. Sedangkan program perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan upaya kesehatan pengembangan yang terintegrasi kedalam upaya kesehatan wajib Puskesmas. Kondisi inilah yang akan menjawab seberapa besar masalah kesehatan keluarga melalui program perawatan kesehatan keluarga yang ada di Puskesmas dapat terdeteksi sedini mungkin dengan mengunggulkan upaya promosi kesehatan dan upaya preventif, tidak hanya kuratif dan rehabilitatif. Kurangnya pemahaman petugas kesehatan terhadap pentingnya asuhan keperawatan keluarga, melalui keluarga binaan wilayah Puskesmas dengan melakukan kunjungan rutin ke keluarga, membantu mengatasi masalah keluarga, memberdayakan peran keluarga, juga mempunyai andil besar terhadap bagaimana status kesehatan di keluarga. Untuk itulah penulis

berinisiatif memberikan gambaran konsep dan tehnik asuhan keperawatan keluarga secara lebih operasional. Dengan adanya buku ini, kiranya semua pihak yang tertarik atau berminat dalam keperawatan kesehatan keluarga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya, sehingga program perkesmas terutama kunjungan keluarga binaan sudah tidak lagi menjadi program titipan. Hal ini tidak akan terjadi, bila perawat perkesmas bersungguh-sungguh dan secara rutin melakukan kunjungan rumah di keluarga binaannya. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan berupa saran dan petunjuk dalam penerbitan buku ini, terutama Ibu Wayan Mulati dan Ibu Dra. IGA Mandriwati, MKes yang banyak memberikan inspirasi dengan semangat dan motivasi beliau untuk maju. Juga ucapan terima kasih kepada orang tua tersayang (Alm S.Sjamsoel Achjar dan Sringati Oetami), suami tercinta (Agus Pujosiswono, SSi) dan kedua anak kami tercinta (Della Firsty Apskania dan Ganda Yudha Pamungkas), sehingga buku ini dapat terselesaikan. Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Terima kasih.

Denpasar, Agustus 2009 Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I : KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA: A. Pengertian Keluarga B. Tipe keluarga C. Fungsi keluarga D. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga E. Level pencegahan keperawatan keluarga F. Tugas keluarga G. Tingkat kemandirian keluarga BAB II: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengkajian 1. Penjajagan tahap I 2. Penjajagan Tahap II 3. Analisis data 4. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga 5. Prioritas masalah B. Perencanaan 1. Penetapan tujuan 2. Rencana tindakan C. Implementasi D. Evaluasi BAB III : KOMPETENSI PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Level/ tingkatan praktik keperawatan keluarga B. Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga C. Pemberdayaan keluarga (Empowering) D. Pendidikan kesehatan keluarga (Health Education) E. Terapi modalitas dan terapi komplementer BAB IV:METODE DAN MEDIA (ALAT PERAGA) PENDIDIKAN KELUARGA A. Metode pendidikan kesehatan keluarga 1. Pengertian 2. Tujuan Pemilihan Metode Pendidikan Kesehatan 3. Macam Metode Pendidikan Kesehatan a. Ceramah KESEHATAN

b. Diskusi kelompok c. Ceramah d. Demonstrasi e. Studi kasus f. Panel g. Simposium h. Role play i. Pemutaran film j. Siaran terprogram k. Interview/ Tanya jawab B. Media (alat peraga) pendidikan kesehatan 1. Leaflet 2. Poster 3. Papan tulis 4. Flipchart 5. Buletin 6. Flash card 7. Buku cerita bergambar 8. Chart 9. Diorama 10. Flannel Graph BAB V: KOMPETENSI KRITIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengetahuan / knowledge B. Sikap/ attitude C. Psikomotor BAB VI: APLIKASI PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengkajian B. Perencanaan C. Pelaksanaan & Evaluasi BAB VII: APLIKASI PRAKTIS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAGI PRAKTISI PERAWAT PERKESMAS. A. Pengkajian B. Perencanaan, Pelaksanaan & Evaluasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 7.1 : Kriteria tingkat kemandirian keluarga : Analisis data keperawatan : Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga : Rencana keperawatan keluarga Bpk A : Contoh catatan perkembangan keperawatan keluarga Bpk A : Format penilaian kompetensi pengetahuan : Format penilaian kompetensi sikap : Format penilaian kompetensi ketrampilan :Analisis masalah keperawatan keluarga Bpk RS

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.2 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 7.1 Gambar 7.2 : Model Family Centre Nursing Friedman : Peran perawat Puskesmas minimal dan ideal : Macam alat peraga berdasar tingkat intensitasnya : Upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan di Puskesmas : Pengorganisasian Perkesmas di Puskesmas

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 remaja Lampiran 2

: Web of caution keluarga Bpk RS dengan masalah kesehatan reproduksi : Laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan keluarga Bpk RS

BAB I KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


A. PENGERTIAN KELUARGA Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga (Family Health Nursing) dapat dinyatakan berdasar berbagai sumber sebagai berikut: 1. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998) 2. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial keluarga (Burgess dkk, 1963). 3. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zentner, 1997). 4. Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan ekonomi (Hanson, 1996). 5. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah yang saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Baylon dan Maglaya, 1978). 6. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1988). 6. Keluarga menurut Stuart (1991), meliputi 5 sifat yaitu: a. Keluarga merupakan unit suatu sistem. b. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan atau dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu atap. c. Keluarga dapat mempunyai anak ataupun tidak mempunyai anak. d. Terdapat komitment dan saling melengkapi antar anggota keluarga. e. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota keluarga. Keluarga merupakan subsistem komunitas sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Oleh karena itu perawat komunitas perlu memberikan intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam mencapai derajat kesehatan yang diinginkan, dengan mengambil langkah peningkatan pemberdayaan peran keluarga. Allender & Spradley, (1997) memberikan alasan mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai

sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar dapat melakukan tugas sesuai perkembangannya. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya. Keluarga sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota keluarga. Mempelajari keluarga secara utuh lebih mudah daripada mempelajari masing-masing anggotanya Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan individu. Disfungsi apapun yang terjadi pada keluarga akan berdampak pada satu atau lebih anggota keluarga atau keseluruhan keluarga, bila ada satu orang yang sakit akan berpengaruh pada keluarga secara keseluruhan. Adanya hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, sangat memerlukan peran keluarga pada saat menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga. Juga keluarga merupakan sistem pendukung yang vital untuk individu, merupakan support sistem utama individu dengan mengkaji setiap sumber yang tersedia. Karakteristik keluarga yang sehat, bila anggota keluarganya berinteraksi satu dengan yang lainnya, anggota keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara fleksibel, anggota keluarga selalu termotivasi untuk berkomunikasi dengan keluarga lainnya dan juga dengan masyarakat sekitar serta setiap anggota keluarga menguasai salah satu tugas keluarga seperti pengambilan keputusan atau upaya pencarian informasi. B. TIPE KELUARGA Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti: 1. Menurut Maclin (1988), pembagian tipe keluarga: a. Keluarga tradisional 1). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama 2). Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu kelurga hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan. 3). Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. 4). Bujang dewasa yang tinggal sendirian. 5). Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja. 6). Jaringan keluarg besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis. b. Keluarga non tradisional.

1). Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja). 2). Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak. 3). Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah. 4). Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama. 2. Menurut Allender & Spradley (2001), membagi tipe keluarga berdasarkan: a. Keluarga tradisional 1). Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak angkat 2). Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi. 3). Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. 4). Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. 5). Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja. 6). Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. b. Keluarga non tradisional 1). Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. 2). Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. 3). Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga. 3. Menurut Carter & Mc Goldrick (1988) dalam Setiawati & Dermawan (2005), membagi tipe keluarga berdasar: a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. b. Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama. c. Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

C. FUNGSI KELUARGA

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) ; Setiawati & Dermawan (2005) yaitu: 1. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang. 2. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat. 3. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. 4. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Fungsi biologis Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. 6. Fungsi psikologis Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. 7. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. D. TAHAPAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga menurut

Duvall & Miller (1985) ; Carter & Mc Goldrick (1988), mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti: 1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua. 2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan. 3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nila dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak. 4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah. 5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah. 6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah) Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anaggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak. 7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan ,pensiun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para

orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak. 8. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia. Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. E. LEVEL PENCEGAHAN PERAWATAN KELUARGA Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu: 1.Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik ( specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi lingkungan yang bersih, olah raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. 2. Pencegahan sekunder (secondary prevention), yaitu tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early diagnosis) dan melakukan tindakan penyembuhan (promp treatment) seperti screening kesehatan, deteksi dini adanya gangguan kesehatan. 3. Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan emosional. F. TUGAS KELUARGA Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi / penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah: 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. 3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada daam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit. 4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. 5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh kelurga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga. G. TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui criteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006) sebagai berikut: 1. Tingkat kemandirian I ( keluarga mandiri tingkat I / KM -I) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. 2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/ KM-II) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar. d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. 3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/ KM-III) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar. d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. f. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran 4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/ KM-IV) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar. d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. f. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran g. Melakukan tindakan promotif secara aktif

Kriteria tingkat kemandirian keluarga, diuraikan seperti tabel 1.1 Tabel 1.1 Kriteria tingkat kemandirian keluarga No Kriteria Tingkat kemandirian IV V

Menerima petugas Kesehatan Masyarakat

keluarga I II III Perawatan V V V

Menerima pelayanan keperawatan V V yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.

Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran Melakukan secara aktif tindakan promotif

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. TEORI MODEL FAMILY CENTRE NURSING FRIEDMAN Model ini menjelaskan bahwa keluarga sebagai suatu system sosial yang merupakan kelompok terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu yang didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama. Model family centre nursing Friedman, seperti gambar 2.1. Gambar 2.1 Model Family Centre Nursing Friedman

Pengkajian keluarga: -Identifikasi data sosiokultural -Data lingkungan -Struktur keluarga -Fungsi keluarga -Strategi koping dan stress keluarga

Pengkajian individu sebagai anggota keluarga: -Mental -Fisik -Emosi -Sosial -Spiritual

Identifikasi keluarga, subsistem keluarga dan masalah kesehatan individu

(diagnosis keperawatan)

Rencana tindakan: -Setting tujuan -Identifikasi sumber daya -Alternatif pendekatan -Memilih alternatif tindakan -Prioritas masalah

Intervensi Implementasi dari rencana tindakan

Evaluasi perawatan

Data yang terkumpul dilakukan analisis menggunakan diagram masalah untuk menyusun diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan 5 tugas perawatan keluarga seperti potensial, risiko dan aktual. Tahap awal perencanaan adalah penyusunan tujuan baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang ditujukan untuk mengatasi masalah sedangkan tujuan jangka pendek ditujukan untuk mengatasi etiologi/ penyebab masalah. Rencana intervensi dirancang berdasarkan tujuan khusus dengan menggunakan media informasi kesehatan seperti leaflet, buku panduan, booklet, lembar balik untuk merubah pengatahuan, sikap dan tindakan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami keluarga. Implementasi keperawatan dilakukan untuk membantu memandirikan keluarga, sedangkan evaluasi menggambarkan keberhasilan dalam proses keperawatan keluarga dan dapat digunakan untuk perencanaan kegiatan berikutnya. A. PENGKAJIAN (ASSESSMENT) Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu: I. Data Umum a. Identitas kepala keluarga 1. Nama kepala Keluarga (KK) 2. Umur (KK) : :

4. Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : 5. Pendidikan kepala Keluarga (KK) : 6. Alamat dan nomor telpon b. Komposisi anggota keluarga : :

Na ma

Se

Hub

Pendi

Pe ker ja an

Ketera ngan

mur x

dengan KK dikan

c. Genogram : Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar dengan simbul berbeda (Friedman, 1998) seperti : Laki-laki Perempuan : : : X : ---------------:

Meninggal dunia Tinggal serumah

Pasien yang diidentifikasi Kawin Cerai Anak adopsi

Anak kembar

Aborsi/keguguran

d. Tipe keluarga e. Suku bangsa : 1. Asal suku bangsa keluarga 2. Bahasa yang dipakai keluarga 3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan. f. Agama : 1. Agama yang dianut keluarga 2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan g. Status sosial ekonomi keluarga: 1. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan 3. Tabungan khusus kesehatan 4. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi) h. Aktifitas rekreasi keluarga II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi c. Riwayat keluarga inti: 1. Riwayat terbentuknya keluarga inti 2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau penyakit menular di keluarga) d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) : 1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga 2. Riwayat kebiasaan/ gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan III. Lingkungan a. Karakteristik rumah : 1. Ukuran rumah (luas rumah) 2. Kondisi dalam dan luar rumah 3. Kebersihan rumah 4. Ventilasi rumah 5. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) 6. Air bersih 7. Pengelolaan sampah 8. Kepemilikan rumah 9. Kamar mandi/ wc 8. Denah rumah b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal : 1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja 2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat 3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan c. Mobilitas geografis keluarga: 1. Apakah keluarga sering pindah rumah 2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stress) d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 1. Perkumpulan/ organisasi sosial yang diikuti oleh anggota keluarga

2. Digambarkan dalam ecomap e. Sistem pendukung keluarga Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah IV. Struktur keluarga a. Pola komunikasi keluarga: 1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga 2. Cara keluarga memecahkan masalah b. Struktur kekuatan keluarga : 1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah 2. Power yang digunakan keluarga c. Struktur peran (formal dan informal) : 1. Peran seluruh anggota keluarga d. Nilai dan norma keluarga V. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif : 1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang. 2. Perasaan saling memiliki 3. Dukungan terhadap anggota keluarga 4. Saling menghargai, kehangatan b. Fungsi sosialisasi : 1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar 2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga c. Fungsi perawatan kesehatan : 1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi/ promosi). 2. Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajagan tahap II (berdasar 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan). VI. Stress dan koping keluarga a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga. b. Respon keluarga terhadap stress c. Strategi koping yang digunakan d. Strategi adaptasi yang disfungsional : Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif

VII. Pemeriksaan fisik (head to toe) a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genitalia. d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik VII. Harapan keluarga 1. Terhadap masalah kesehatan keluarga 2. Terhadap petugas kesehatan yang ada ANALISIS DATA Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks seperti tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Analisis data keperawatan NO 1 DATA Data subjektif: Diagnosis keperawatan Gangguan rasa nyaman, nyeri haid

Keluarga mengatakan anak L pada keluarga Bapak A khususnya mengalami nyeri haid yang Anak L berhubungan dengan berlangsung 1-2 hari. Keluarga mengatakan tidak ketidakmampuan keluarga merawat diobati apapun tetapi anggota keluarga yang mengalami terkadang diberikan feminax 1 nyeri haid. butir sehari bila terasa nyeri.

Anak L mengatakan bila haid, badan terasa malas beraktivitas, perut mulas, pegal, merasa lelah dan inginnya marah-marah. Anak L mengatakan kadang mendapatkan haid 2 kali sebulan. Keluarga mengatakan tidak tahu penyebab, akibat, cara perawatan nyeri haid. Anak L Tampak malas Nyeri bila abdomen ditekan pada

Data objektif: -

Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti:

1. Diagnosis sehat / wellness Diagnosis sehat/ wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom/ sign), tanpa komponen etiologi (E). Contoh perumusan diagnosis sehat/ wellness: Potensial peningkatan kemampuan keluarga Bapak A dalam meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu N. 2. Diagnosis ancaman (risiko) Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/ sign (S). Contoh diagnosis risiko: Risiko cedera pada keluarga Bapak A khususnya ibu N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

3. Diagnosis nyata/ gangguan. Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/ gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/ sign (S). Contoh diagnosis nyata/ aktual: Gangguan cerebral pada keluarga Bapak A khususnya ibu N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi. Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu: 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi : a. Persepsi terhadap keparahan penyakit b. Pengertian c. Tanda dan gejala d. Faktor penyebab e. Persepsi keluarga terhadap masalah 2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

a. Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. b. Masalah dirasakan keluarga c. Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami. d. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan e. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan f. Informasi yang salah 3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi: a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit. b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. c. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga. d. Sikap keluarga terhadap yang sakit 4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi: a. Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan b. Pentingnya higyene sanitas c. Upaya pencegahan penyakit 5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi: a. Keberadaan fasilitas kesehatan b. Keuntungan yang didapat c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan d. Pengalaman keluarga yang kurang baik e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga seperti tabel 2.2. Tabel 2.2 Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga KRITERIA BOBOT SKOR

Sifat masalah:

Aktual = 3 Risiko = 2 Potensial = 1

Kemungkinan untuk dipecahkan Potensi dicegah masalah

masalah 2

Mudah = 2 Sebagian = 1 Tidak dapat = 0

untuk 1

Tinggi = 3 Cukup = 2 Rendah = 1

Menonjolnya masalah

Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1 Tidak dirasakan adanya masalah = 0

B. PERENCANAAN (PLANNING) Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan keluarga adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk meperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & Mc Farlane, 2000) Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/ masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M = measurable / dapat diukur, A=achievable / dapat dicapai, R=reality, T=time limited/ punya limit waktu). Contoh pembuatan rencana keperawatan keluarga seperti tabel 2.3. Tabel 2.3 Rencana keperawatan keluarga Bapak A DIAG NOSIS KEPE RAWA TAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI STANDAR EVALUASI RENCANA INTERVEN SI

Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bapak A khusus

Tujuan umum:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 minggu, nya Anak L diharapkan berhubungan nyeri haid dengan berkurang. ketidakmam puan keluar ga merawat anggota keluarga yang menga lami haid. nyeri Tujuan Khusus: Setelah pertemuan 6x45 menit, keluarga mampu: 1. Mengenal masalah nyeri haid dengan: a. Menjelaskan apa yang Respon verbal dimaksud nyeri haid Haid adalah peristiwa meluruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengan dung darah. Diskusikan dengan keluarga pengertian haid. kan keluarga untuk mengung kap kembali pengertian haid. Diskusikan tanda dan gejala yang biasanya terjadi pada anak L Anjurkan keluarga untuk menyebut kan kembali tanda

pembuluh Anjur

b.Menjelaskan tanda/gejala haid

Respon verbal

Menyebutkan 5 dari 8 tanda/gejala yang terjadi sebelum haid: malas beraktivitas, lemas, mudah lelah, emosi labil, kram perut, nyeri kepala, pingsan, sakit pada payudara.

sebelum haid. Beri pujian atas jawaban yang benar. Diskusikan Menyebutkan 3 bersama dari 4 penyebab keluarga penyebab nyeri haid: nyeri haid. hormon, posisi rahim, penyakit Motivasi infeksi rahim, keluarga faktor psikis seperti untuk mengulang stress kembali penyebab nyeri haid. Jelaskan kembali tentang halhal yang telah didiskusikan . 2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah nyeri haid : a.Menjelaskan akibat yang terjadi bila nyeri haid tidak diatasi.

c. Menjelaskan penyebab nyeri haid.

Respon verbal

Respon verbal

Menyebutkan akibat bila nyeri haid tidak diatasi seperti syok, TD/N/RR meningkat.

Identifikasi akibat nyeri haid yang lalu. Motivasi keluarga untuk mengungkap kan kembali akibat nyeri haid bila tidak diatasi. Diskusikan dengan keluarga tentang rentangan nyeri yang dialami remaja untuk mengambul keputusan selanjutnya.

b.Mengambil keputusan Respon verbal untuk mencegah nyeri haid agar tidak bertambah parah.

Keputusan keluarga untuk mengatasi nyeri haid agar tidak bertambah berat.

Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi nyeri haid. Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi nyeri haid secara tepat. Beri reinforce ment atas keputusan yang diambil keluarga. 3. Merawat keluarga dengan nyeri : a. Menjelaskan cara perawatan nyeri haid. Respon verbal. Cara perawatan Gali nyeri haid: pengetahuan 1. Kompres dengan keluarga dalam air hangat. mengatasi 2.Mandi air hangat nyeri haid. 3.Minum hangat Diskusikan 4.Kurangi makanan dengan keluarga bergaram cara 5.Posisi perawatan menungging nyeri haid. 6.Menggosok Motivasi pinggang/perut keluarga yang sakit. untuk 7.Kurangi makanan mengung yang mengandung kapkan cafein/ coklat. kembali apa 8.Minum air putih, yang telah juice buah-buahan, disampaikan . teh chamomile. 9.Jika banyak mengeluarkan darah, makan suplemen zat besi Keluarga mendemonstasikan kembali cara perawatan nyeri haid seperti yoga, imagery guidance,

b.Mendemons trasikan cara perawatan nyeri haid.

Respon psikomotor

Demonstarsi kan cara perawatan nyeri haid seperti yoga,

tehnik nafas dalam, imagery relaksasi, obat guidance, tradisional. nafas dalam, Keluarga dapat relaksasi, obat menilai tradisional. keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan self control yang disediakan dengan mengobservasi adanya penurunan denyut nadi, penurunan skala nyeri dan lamanya nyeri terjadi. Motivasi keluarga untuk redemonstra si. Beri pujian positif atas upaya keluarga dalam menilai keberhasilan terapi modalitas yang dilaku kan. 4. Keluarga Respon verbal mampu memodifikasi lingkungan dalam perawa tan nyeri haid: Menciptakan suasana rumah yang tenang, kembangkan komunikasi yang terbuka, menyedia Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan dan kan waktu dan komunikasi menjadi pendengar yang efektif yang baik bagi untuk mengurangi remaja. nyeri haid. Beri kesem patan keluar ga untuk bertanya tentang hal yeng belum jelas. 5. Keluarga mampu Respon verbal memanfaatkan pelayanan kesehatan bila nyeri haid berlanjut: a.Menyebutka n manfaat fasilitas kesehatan. Menjelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri bila haid berlanjut. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan. Anjurkan keluarga

untuk periksa ke pelayanan kesehatan bila haid lebih dari 1 kali sebulan dengan jumlah banyak dan rasa nyeri hebat. Respon psikomotor b. Memanfaatkan fasilitas pelaya nan kesehatan Kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan bila haid lebih dari satu kali sebulan. Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjung i fasilitas kesehatan.

C. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi.

D. EVALUASI Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga. Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga setempat sesuai dengan kondisi dan situasi keluarga, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah keluarga. Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan keluarga dan program apa yang dibutuhkan keluarga, apakah media yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau keluarga, siapa yang menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Evaluasi juga bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan penyelesaiannya.

Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program, sumber daya dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan keluarga, dengan membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan ( knowledge), sikap (attitude) dan perubahan perilaku. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga, didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, analysis, planning) seperti tabel 2.4. Tabel 2.4 Contoh catatan perkembangan keperawatan Keluarga Bapak A Tanggal No Dx 17/8/2009 1.1 Implementasi Dengan menggunakan leaflet, mendiskusikan bersama keluarga tentang: pengertian haid, gejala sebelum haid, penyebab nyeri haid. Menanyakan pada keluarga tentang hal-hal yang belum dimengerti menyangkut pengertian, gejala, penyebab nyeri haid. Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali pengertian, gejala, penyebab nyeri haid. Evaluasi Paraf SUBJEKTIF: -Keluarga mengatakan nyeri haid yang terjadi pada anak L termasuk nyeri ringan dengan skala 2, terjadi 1-2 hari menjelang haid. -Keluarga mengatakan haid merupakan proses meluruhnya/ pelepasan sel telur yang tidak dibuahi, yang terkadang dapat menimbulkan sakit perut pada wanita. -Keluarga mengatakan gejala yang biasanya terjadi sebelum haid seperti adanya perasaan malas beraktivitas, lemas, emosi labil, nyeri kepala, keram perut, pingsan. -Keluarga mengatakan nyeri haid pada remaja dapat disebabkan karena Memberi pujian hormon, pengaruh posisi atas jawaban yang rahim, penyakit infeksi benar dari keluarga. rahim, faktor psikis seperti stress. OBJEKTIF: Keluarga menyimak

setiap penjelasan dengan baik. ANALYSIS: Tujuan instruksional khusus (TUK 1) tercapai sesuai rencana. PLANNING: Evaluasi kembali TUK 1 tentang pengertian, gejala, penyebab nyeri haid pada pertemuan kunjungan berikut. Lanjutkan ke TUK 2 tentang bagaimana mengidentifikasi nyeri haid untuk pengambilan keputusan yang akan diambil keluarga.

BAB III KOMPETENSI PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Keperawatan keluarga sepenuhnya tidak hanya menjadi tanggung jawab perawat keluarga, namun tanggung jawab perlu pula diberikan kepada keluarga dengan mempertimbangkan kapasitas, kompetensi dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga (Feeley & Gottlieb, 2000). Tingkatan praktik keperawatan keluarga tergantung dari perawat mengartikan keluarga dan pemahamannya dan tergantung bagaimana perawat memandang keluarga tersebut. Penekanan praktik keperawatan keluarga dengan menggabungkan holistik, sistemik berdasarkan kekuatan yang ada pada keluarga. Keluarga dapat menjadi fokus perawatan, perawat keluarga harus bisa bekerja secara simultan antara individu dan keluarga. A. LEVEL/ TINGKATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA Terdapat beberapa level / tingkatan keperawatan keluarga menurut Bozzet, 1987 dalam Friedman, (1998) yaitu: 1. Level 1 Individu merupakan fokus intervensi dan keluarga sebagai background. Keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien yang merupakan latar belakang atau fokus sekunder,

sedangkan individu merupakan bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan dengan pengkajian dan intervensi keperawatan. Dalam hal ini perawat keluarga, dapat menganggap keluarga sebagai bagian sistem pendukung sosial klien tetapi hanya dengan sedikit keterlibatan keluarga ke dalam rencana perawatan klien. 2. Level 2 Keluarga sebagai penjumlahan dari anggota-anggotanya (keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga). Dalam praktik keperawatan keluarga, keluarga dipandang sebagai kumpulan dari anggota keluarga, sehingga asuhan keperawatan bisa digunakan untuk seluruh anggota keluarga tersebut. Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu, tetapi bisa lebih individu. 3. Level 3 Subsistem dalam keluarga bisa dilihat dari hubungan antara anggota-anggota keluarga. Subsistem keluarga merupakan pusat perhatian sebagai penerima pengkajian dan intervensi keperawatan keluarga. Sebagai contoh, hubungan antara anak dengan anak, akan beda dengan hubungan antara ayah dengan anak atau ibu dengan anak. 4. Level 4 Seluruh anggota keluarga merupakan fokus intervensi. Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan keluarga. Keluarga menjadi yang utama dengan anggota keluarga sebagai latar belakang atau konteks. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi, adanya saling ketergantungan antara subsistem keluarga dengan keseluruhan keluarga dan lingkungan sekitar. Karakteristik dari optimalisasi fungsi keluarga, dapat dilihat dari bagaimana keluarga menghargai perasaan orang lain, mendorong otonomi dari anggota-anggotanya, mengharapkan anggota-anggotanya bertanggung jawab terhadap kebutuhannya sendiri, bersikap terbuka dan spontan dalam mengekspresikan perasaan, kepercayaan dan perbedaan yang ada. B. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Pengertian peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran juga diartikan sebagai bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu atau peran merupakan cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik yang diakui oleh pemerintah dan diberi kewenangan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab secara profesional sesuai kode etik keperawatan. Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga meliputi peran sebagai pendidik (educator), peneliti (researcher), konselor (counselor), manajer kasus (case manager), kolaborator (collaborator), penghubung (liaison), pembela (advocate) (Helvie, 1998; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Berikut dijelaskan masing-masing peran tersebut.

1. Pendidik (educator) Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga sebagai pendidik (educator), diharapkan perawat komunitas harus mampu memberikan informasi kesehatan yang dibutuhkan keluarga melalui pendidikan kesehatan, pemberian pendidikan kesehatan dapat dilakukan di rumah pada saat kunjungan rumah (home visit) atau pada institusi formal dan pilihan sesuai dengan tingkatan kemampuan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000). Fokus dan isi pendidikan kesehatan kepada keluarga meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dampak dari penyakit (Friedman, Bowden & Jones, 2003). 2. Peneliti (researcher) Peran sebagai peneliti ditunjukkan oleh perawat komunitas dengan berbagai aktivitas penelitian yang berfokus pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Perawat dapat mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, analisis data, intepretasi data, mengaplikasi penemuan, mengevaluasi, desain dan menerapkan hasil temuan dalam pengembangan dan perbaikan praktik keperawatan komunitas. Perawat komunitas mengaplikasikan hasil riset dalam praktik keperawatan keluarga, mengumpulkan data, merancang dan mendesiminasikan hasil riset. 3. Konselor (counselor) Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga, mendengar keluhan keluarga secara objektif, memberikan umpan balik dan informasi serta membantu keluarga melalui proses pemecahan masalah dan mengidentifikasi sumber yang dimiliki keluarga (ICN, 2002). Perawat memberikan bantuan secara profesional dengan metode yang disesuaikan kebutuhan dan masalah yang dihadapi keluarga, sehingga keluarga memahami dan menggunakan pengertiannya atas tujuan yang ditetapkan bersama secara wajar, dan akhirnya keluarga dapat menjadi lebih produktif. Perawat membantu mengidentifikasi alternatif solusi, membuat keluarga menyadari proses pemecahan masalah yang dihadapinya. 4. Manajer kasus (case manager) Perawat komunitas dapat mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan keluarga, merancang rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengawasi dan mengevaluasi dampak terhadap pelayanan yang diberikan. Perawat perlu menunjukkan kemampuan dalam mengidentifikasi sumber daya dan sumber dana keluarga, memotivasi dan melakukan koordinasi dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan keluarga. 5. Kolaborator (collaborator) Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan antara perawat dengan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan keluarga secara komprehensif. Perawat komunitas dapat berpartisipasi bekerjasama membuat keputusan kebijakan, berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan, berpartisipasi bekerjasama melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah keluarga. Perawat harus mampu melakukan komunikasi secara lebih efektif. Kolaborasi yang efektif dapat dilihat dari komunikasi dengan keluarga, kelompok dan tim serta pemecahan masalah yang dilakukan (Clark, 1999).

6. Penghubung (liaison) Perawat sebagai peran penghubung (liaison) membantu mempertahankan kontinuitas diantara petugas profesional dan non profesional. Perawat komunitas diharapkan merujuk permasalahan klien kepada sarana pelayanan kesehatan serta sumber yang ada di masyarakat seperti Puskesmas, RS, tokoh agama, tokoh masyarakat (Alender & Spradley, 2001). 7. Pembela (advocate) Peran sebagai advocate ditunjukkan oleh perawat yang tanggap terhadap kebutuhan komunitas dan mampu mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada pemberi pelayanan secara tepat. Perawat komunitas juga mampu menggunakan sumber-sumber atau dukungan yang tersedia di masyarakat serta membantu komunitas mengambil keputusan guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Advokasi ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan bagi decision maker atau pengambil kebijakan. 8. Pemberi perawatan langsung Perawat komunitas memberikan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung dengan menggunakan prinsip tiga tingkatan/ level pencegahan (pencegahan primer (primary prevention), pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention). 9. Role model, dengan menampilkan perilaku yg dapat dipelajari oleh orang lain, menjadi panutan bagi keluarga, memberikan contoh yang benar bagi keluarga 10. Referral resourse, dengan membuat rujukan dan follow up rujukan ke pelayanan kesehatan lain atau ke tenaga kesehatan lain yang diperlukan keluarga. 11. Pembaharu (inovator), dengan cara membantu melaksanakan perubahan kearah yang lebih baik untuk perbaikan dan kepentingan kesehatan keluarga. Gambaran peran perawat Puskesmas minimal dan ideal, seperti gambar 3.1 Gambar 3.1 Peran perawat Puskesmas minimal dan ideal

PERAN PERAWAT PUSKESMAS (MINIMAL VS IDEAL)

PEMODIFIKASI LINGKUNGAN PENDIDIK KESEHATAN PENEMU KASUS PEMBAHARU (CHANGE AGENT) KONSELOR

KONSULTAN

KOORDINATOR /PENGHUBUNG

KLIEN
ROLE MODEL PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

PENELITI

MANAJER KASUS

ADVOKAT

Ditwat

25

Keterangan: = peran dan fungsi perawat minimal = peran dan fungsi perawat ideal C. PEMBERDAYAAN KELUARGA (EMPOWERING) Pemberdayaan merupakan proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada keluarga. Pemberdayaan merupakan upaya memobilisasi keluarga agar mampu berperan dalam pengambilan keputusan dan tindakan strategis, juga merupakan upaya fasilitasi agar keluarga mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi keluarga sesuai kebutuhannya (Hitchock, Schubert dan Thomas,1999) Pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi keluarga menuju kualitas kehidupan yang lebih baik serta meningkatkan potensi keluarga dalam bidang kesehatan, membantu keluarga agar mampu membantu dirinya sendiri, mandiri, berswadaya dan mampu mengadopsi inovasi. Fokus peningkatan kesadaran keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan, membutuhkan partisipasi aktif dan hubungan kerjasama. Pemberdayaan dilakukan untuk membantu keluarga dalam kegiatan promosi kesehatan, preventif, pemulihan kesehatan sehingga berfungsi secara optimal. Perawat komunitas perlu mengetahui karakteristik keluarga setempat yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik, dengan cara mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi keluarga seperti nilai, norma dan sikap, pengambilan keputusan keluarga, kepemimpinan dan sebagainya. Selain itu perlu melakukan pendekatan agar keluarga sadar bahwa mereka punya masalah yang harus dipecahkan dan kebutuhan yang harus dipenuhi, dengan cara merangsang keluarga untuk mendiskusikan masalahnya dan merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan. Membantu mengidentifikasi masalah yang paling menekan, membangun rasa percaya diri keluarga, mengorganisir kekuatan dan sumber yang dapat dimanfaatkan keluarga, meningkatkan kemampuan keluarga untuk mandiri.

Keberhasilan pemberdayaan keluarga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk kelompok yang diajak bekerjasama, situasi sosial politik yang mendukung dan pengalaman keluarga. Adanya hubungan saling percaya, saling menghormati, ketertarikan anggota terhadap manfaat dan kemampuan mengambil langkah kompromi dari keluarga. Ketersediaan sumber daya manusia yang trampil, adanya ketersediaan sumber dana, memiliki tujuan yang jelas dengan peran masing-masing anggota serta adanya keterlibatan pengambil kebijakan. Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan keluarga antara lain menumbuhkembangkan potensi yang ada di keluarga seoptimal mungkin untuk mengatasi masalah keluarga dan meningkatkan status kesehatan keluarga, berprinsip meningkatkan kontribusi keluarga baik secara fisik maupun non fisik, mengembangkan kegiatan keluarga melalui fasilitas dan memotivasi dengan memperkuat sumber daya keluarga sehingga nantinya agar terjadi alih peran antara petugas kesehatan kepada keluarga, memanfaatkan potensi yang dimiliki keluarga. D. PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA (HEALTH EDUCATION) Pendidikan kesehatan merupakan upaya terencana untuk perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang terjadi, seharusnya didasarkan pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran yang dihasilkan akibat pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan strategi penting dalam asuhan keperawatan komunitas, karena pendidikan kesehatan merupakan upaya transformasi pengetahuan tertentu dari perawat kepada masyarakat. Pendidikan kesehatan diberikan agar masyarakat menjadi tahu, mau dan mampu dalam menyelesaikan masalah. Pendidikan kesehatan ini dilakukan dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah dan mengatasi lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan (health education), merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi kesehatan (health promotion) yang dapat dilakukan kepada keluarga. Promosi kesehatan merupakan pendidikan kesehatan plus atau promosi kesehatan adalah lebih dari kegiatan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Promosi kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan, selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan media kesehatan keluarga seperti menggunakan spanduk, VCD, penyebaran leaflet dan sebagainya. Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan, baik perubahan yang terjadi di keluarga juga perubahan yang terjadi di lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya). Promosi

kesehatan tidak hanya ditujukan untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan fisik dan lingkungan non fisik dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan keluarga. Pendidikan kesehatan diperlukan pada lima tingkat pencegahan yaitu pada health promotion, dalam upaya peningkatan gizi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hygiene dan perbaikan sanitasi lingkungan. Specific protection (pencegahan spesifik), dalam program imunisasi. Early diagnosis and prompt treatment, ditujukan pada keluarga yang sulit mendeteksi penyakit yg terjadi di keluarga. Disability limitation, ditujukan pada keluarga yg tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yg lengkap terhadap penyakitnya. Rehabilitation, diperlukan pendidikan kesehatan pada pemulihan cacat dengan latihan atau ditujukan pada masyarakat untuk kembali diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat setelah sembuh dari penyakit. E. TERAPI MODALITAS & TERAPI KOMPLEMENTER Terapi modalitas merupakan terapi yang dilakukan perawat secara mandiri sebagai alternatif pengobatan yang dapat dilakukan klien dan keluarga dalam hal pengobatan dan sudah dibuktikan secara riset dampaknya terhadap kesehatan klien. Sedangkan terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang dipakai oleh tenaga praktisi lainnya dalam pengobatan sebagai terapi pelengkap tindakan perawat. Perawat dapat memberikan alternatif pengobatan nyeri haid yang dapat dilakukan di rumah tanpa harus meminum obat dengan penggunaan terapi modalitas (modality therapies) seperti thermal therapy (kompres hangat), relaksasi progresif, imagery guidance. Penggunaan terapi modalitas biasanya dilengkapi dengan penggunaan terapi komplementer (complementary therapies) / terapi pelengkap seperti senam haid, yoga, meditasi. Penggunaan terapi modalitas dan terapi komplementer merupakan cara sehat bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan reproduksinya, karena penggunaan obat-obatan yang secara bebas dibeli di warung tanpa resep, akan berdampak negatif terhadap kesehatan tubuh remaja. Penggunaan terapi modalitas dan komplementer di rumah, dapat meningkatkan kemampuan keluarga secara mandiri dengan mengenal perawatan organ reproduksi secara sehat.

BAB IV METODE DAN MEDIA (ALAT PERAGA) PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA

A. METODE PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA

1. Pengertian Implementasi kegiatan asuhan keperawatan komunitas ditujukan untuk melakukan perubahan masyarakat baik perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku kesehatan. Setiap perubahan di masyarakat, memerlukan peran perawat komunitas dengan melihat tujuan apa yang ingin dicapai pada setiap kegiatan keperawatan komunitas yang dilakukan. Apakah program yang dilakukan mengharapkan adanya perubahan pengetahuan, sikap atau tindakan. Salah satu bentuk program kegiatan yang dilakukan perawat komunitas adalah melakukan pendidikan kesehatan (health education). Pendidikan kesehatan (health education), merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan dalam rangka promosi kesehatan (health promotion). Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan sehingga nantinya berpengaruh terhadap sikap dan perubahan perilaku kesehatannya. Perubahan yang terjadi di masyarakat, dapat dipengaruhi oleh peran perawat komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan, sasaran penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga dipengaruhi oleh bagaimana pesan tersebut sampai di masyarakat dengan memperhatikan aspek waktu, kesesuaian metode dan media/ alat peraga yang digunakan, ketersediaan sarana dan fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan, besarnya kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan dan kemampuan masyarakat dalam menerima pesan kesehatan tersebut. Metode merupakan cara untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada sasaran, sedangkan tehnik adalah segala upaya tertentu agar cara yang dilaksanakan dapat terwujud secara baik dan sempurna. Pemilihan metode pendidikan kesehatan, disesuaikan dengan tujuan pendidikan, kemampuan sasaran, kemampuan pemberi pendidikan kesehatan, besarnya kelompok masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat serta waktu penyampaian pendidikan kesehatan. 2. Tujuan pemilihan metode pendidikan kesehatan Pemilihan metode pendidikan kesehatan tergantung daripada tujuan yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan perilaku (apakah program mengharapkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan). Berikut ini beberapa metode pendidikan kesehatan untuk merubah masing-masing unsur perilaku yang diharapkan seperti: 1. Perubahan pengetahuan/ knowledge, dapat menggunakan metode ceramah, seminar, studi kasus, curah pendapat, panel, symposium. 2. Perubahan sikap/ attitude, dapat menggunakan metode diskusi kelompok, tanya jawab, roleplay, pemutaran film, sisran terprogram. 3. Perubahan tindakan/ practice, dapat menggunakan metode demonstrasi, bengkel kerja, latihan mandiri, eksperimen 3. Macam metode pendidikan kesehatan Pada sasaran individu dan keluarga, perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi. Sedangkan pada sasaran kelompok dan masyarakat,

perawat komunitas dapat menggunakan siaran terprogram. a. Ceramah.

metode ceramah, diskusi kelompok, curah

pendapat (brain storming), demonstrasi, studi kasus, panel, symposium, role play, film,

Ceramah merupakan salah satu metode penyampaian informasi yang disampaikan oleh perawat komunitas kepada masyarakat untuk menjelaskan ide, pengertian atau pesan kesehatan disertai diskusi dan tanya jawab secara langsung. Tujuan penyampaian ceramah untuk menyajikan satu pandangan tentang masalah yang menarik, secara langsung dan logis, menyajikan satu masalah untuk dibahas secara diskusi umum sehingga merangsang masyarakat untuk berfikir dan belajar lebih lanjut tentang suatu masalah. Keuntungan penggunaan metode ceramah adalah dapat dipakai pada orang dewasa dengan kelompok besar, tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu, mudah untuk menyelenggarakannya, dapat dilakukan pada masyarakat berpendidikan tinggi maupun hanya menggunakan kata-kata saja, sehingga bila daya ingat masyarakat terbatas akan menyebabkan pesan kesehatan tidak sampai ke masyarakat karena hanya menggunakan satu indera saja. Perawat komunitas harus menguasai pokok pembicaraan, dan harus dapat memanfaatkan pendengarannya dengan cara menilai reaksi masyarakat baik verbal maupun non verbal. Pandangan harus tertuju pada semua sasaran masyarakat, dengan menggunakan suara yang cukup jelas dengan penampilan yang meyakinkan dan menguasai seluruh topik materi yang disampaikan. b. Diskusi kelompok Diskusi kelompok dapat dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15 orang. Agaar semua peserta diskusi dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak duduk berhadapan dan saling memandang satu sama lainnya, seperti saat melakukan kegiatan refleksi diskusi kasus (RDK) yang sudah dibahas di bab sebelumnya. Tujuan diskusi diharapkan terjadi keterbukaan dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, sehingga diperlukan peran fasilitator atau pemimpin diskusi untuk mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi diantara mereka. Keuntungan diskusi kelompok, dapat mendorong rasa kesatuan dan menciptakan rasa kepemimpinan bersama dengan saling memberikan pendapat dan memperoleh pendapat dari orang lain. Sedangakn kerugiannya, diskusi kelompok tidak dapat dipakai pada kelompok besar karena dianggap kurang efektif dan diskusi dapat berlarut-larut, terutama bila diskusi didominasi oleh orang-orang tertentu saja dan pemimpin diskusi tidak dapat mengarahkan jalannya diskusi. c. Curah pendapat (brain storming) Curah pendapat merupakan proses pemecahan masalah dimana anggotaanggotanya mengusulkan semua kemungkinan pemecahan yang difikirkan olehnya, tanpa ada kritik dan evaluasi atas pendapat mereka. Kegiatan curah pendapat dapat dilakukan pada saat focus group discussion (FGD) yang sudah dibahas pada bab sebelumnya. Prinsip

pelaksanaan curah pendapat sama dengan diskusi kelompok, memerlukan pemimpin diskusi untuk memancing satu masalah yang menarik untuk dibahas bersama dan menjadi kebutuhan masyarakat. Tujuan kegiatan curah pendapat, untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta diskusi, dengan cara mengembangkan daya kreatif untuk berfikir dan menggali pendapat masyarakat dengan merangsang partisipasi semua peserta diskusi. Keuntungan curah pendapat, dapat digunakan pada kelompok besar maupun kecil dengan cara membangkitkan dan merangsang pendapat baru tanpa memberikan evaluasi atas pendapat yang disampaikan, merangsang semua peserta untuk berbicara dan mengeluarkan pendapatnya, tidak menyita waktu lama. Sedangkan kekurangan curah pendapat, sangat sulit membuat anggota mengerti bahwa segala pendapatnya dapat diterima dan ada kecenderungan peserta mengadakan evaluasi segera setelah pendapat diajukan, terkadang diskusi mudah terlepas dari kontrol terutama bila pemimpin diksusi atau fasilitator kurang bias mengarahkan. d. Demonstrasi Demonstrasi merupakan cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk mengevaluasi adanya perubahan psikomotor dengan memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, prosedur dengan disertai alat peraga dan tanya jawab. Demonstrasi biasanya dilakukan oleh perawat komunitas untuk memberikan gambaran tentang prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan terapi modalitas dan terapi komplementer (terapi alternatif) di masyarakat. Evaluasi pencapaian pelaksanaan demonstrasi, dapat diketahui dari redemonstrasi yang dilakukan ulang oleh masyarakat. Tujuan demonstrasi adalah untuk mengajarkan bagaimana melaksanakan dan memperagakan suatu tehnik yang baru, dengan cara meyakinkan masyarakat bahwa prosedur baru tersebut telah memberikan manfaat. Selain itu juga untuk meningkatkan minat belajar dengan mencoba sendiri prosedur yang didemonstrasikan. Keuntungan demonstrasi, lebih meyakinkan masyarakat karena dapat segera ditiru dan dibuktikan, tidak hanya sekedar memberikan berita yang didengar dan dibaca saja. Kerugiannya, memerlukan waktu dan biaya besar dalam mempersiapkan bahan yang diperlukan, karena menggunakan benda dan bahan yang sesungguhnya. Selain itu peserta dapat memperoleh kesempatan memperagakan kembali apa yang sudah didemonstrasikan. Metode ceramah dan curah pendapat (brain storming), dilakukan dengan tujuan untuk merubah pengetahuan (knowledge) masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, sedangkan diskusi kelompok ditujukan untuk merubah sikap (attitude) masyarakat dari tidak mau menjadi mau serta demonstrasi ditujukan untuk merubah tindakan ( practice) masyarakat dari tidak mampu menjadi mampu melakukan kegiatan kesehatan sesuai harapan. Kegiatan promosi kesehatan di masyarakat, dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan masyarakat seperti penyampaian pendidikan kesehatan dalam bentuk ceramah, diskusi, curah pendapat, demonstrasi. Juga dapat dilakukan secara tidak langsung (penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat tanpa berhadapan langsung), yaitu

menggunakan perantara

media cetak dan elektronik seperti adanya kegiatan diskusi

interaktif yang membahas masalah kesehatan masyarakat melalui televisi atau radio, tulisan di majalah, koran atau internet tentang konsultasi dan tanya jawab kesehatan. Selain itu promosi kesehatan juga dapat dilakukan dengan melakukan pemasangan spanduk, poster yang dipasang di pinggir jalan, Puskesmas, Rumah Sakit, pasar, sekolah, tempat keramaian yang sering dilalui dan menjadi tempat pertemuan dan berkumpul masyarakat. Semua kegiatan promosi kesehatan tersebut, ditujukan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik dan menguntungkan kesehatannya. e. Studi kasus / case study Studi kasus merupakan gambaran sekumpulan situasi masalah termasuk detail detail yang memungkinkan kelompok menganalisa masalah. Permasalahan yang digambarkan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang memerlukan analisa diagnosa dan terapi, dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. Tujuan penggunaan metode studi kasus, untuk menghubungkan masalah dengan situasi hidup, menganalisis situasi masalah, membantu anggota memahami suatu masalah, menganalisis fakta yang ada tentang suatu masalah, mencari kemungkinan pemecahan masalah. Studi kasus dapat dilakukan secara tertulis, lisan, difilmkan, diperankan atau diceritakan dengan memberi kesempatan peserta untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya. Diperlukan pemimpin studi kasus yang terampil, dan memerlukan banyak waktu jika dilakukan secara mendalam. Keuntungan yang didapatkan terhadap penggunaan metode studi kasus, memberikan kesempatan kepada anggota secara merata untuk mengusulkan pemecahan, serta memungkinkan dilakukannya tindak lanjut dengan menggunakan simulasi. f. Panel Panel merupakan pembicaraan tentang sebuah topik yang sudah direncanakan, dilakukan di depan pengunjung. Diskusi panel memerlukan tiga atau lebih panelis yang menjadi pembicara dalam diskusi, didampingi seorang moderator. Panel bertujuan untuk memberikan pendapat yang berbeda dari berbagai aspek tentang suatu masalah, membahas pokok pembicaraan yang terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok dan juga untuk menggali suatu masalah. Panel dapat memberikan kesempatan mengemukakan pandangan yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan cara meningkatkan kemampuan analisis dan membangkitkan berfikir kritis diantara peserta. Pertukaran pendapat diantara pembicara dapat membangkitkan suasana diskusi. Panel memerlukan persiapan yang matang dan waktu yang cukup, karena panel dapat berlarut-larut sehingga tujuan diskusi tidak tercapai serta memungkinkan pembicara berbicara terlalu banyak terutama bila moderator tidak trampil dalam memanfaatkan waktu yang tersedia. Panel dapat memecahbelahkan peserta, bila mereka memihak pembicara tertentu. g. Simposium

Simposium merupakan serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan mengungkapkan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu dan dipimpin oleh moderator. Simposium bertujuan untuk mengupas aspek yang berbeda dari topik tertentu, mengungkap pokok pembicaraan yang sudah ditentukan dengan tidak memerlukan reaksi peserta. Simposium dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, dapat mengungkapkan banyak informasi dalam waktu singkat. Kekurangan simposium secara umum membatasi pendapat pembicara, sulit mengadakan kontrol waktu, kurang spontanitas dan kurang kreatifitas, agak terlalu formal, hanya menakankan pada pokok pembicaraan serta kurang adanya interaksi sosial. Simposium memerlukan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat. h. Bermain peran/ role play Role play merupakan permainan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya, dimainkan oleh beberapa orang untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. Role play bertujuan untuk menganalisis kemungkinan pemecahan bagi satu masalah yang melibatkan emosi dengan memberikan gambaran tentang berbagai sikap yang berbada dalam satu masalah. Melalui role play dapat membantu anggota menambah rasa percaya diri, membantu anggota memperoleh pengalaman yang dialami orang lain serta membantu anggota menyelami masalah dan membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah. Role play dapat dipakai pada kelompok besar dan kelompok kecil, memerlukan seorang pemimpin yang terlatih. i. Pemutaran film Pemutaran film merupakan penyampaian informasi kepada sasaran melalui media film. Media pemutaran film digunakan untuk mencapai sasaran yang lebih besar, lebih menarik perhatian, membantu proses pengamatan/ pengenalan dan ingatan karena bersifat visual. Kekurangan pemutaran film, memerlukan peralatan dan tehnologi tinggi, mahal, memerlukan ruangan khusus karena tidak dapat dilaksanakan di sembarang tempat serta kesulitan dalam menerima informasi tidak dapat segera diatasi. j. Siaran terprogram Siaran terprogram merupakan penyampaian informasi secara terprogram melalui siaran radio dan televisi yang bertujuan merubah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat. Siaran terprogram dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum, dapat mencakup sasaran yang luas, tenaga pengajar dapat dikurangi sampai seminimal mungkin. Kekurangan penggunaan metode siaran terprogram, radio dan televisi belum merata dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, memerlukan perencanaan yang matang dan memerlukan penyiar yang mahir.

k. Interview/ Tanya jawab Interview merupakan tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan untuk membahas topik masalah secara mendalam. Keuntungan interview adalah topik pembahasan sesuai dengan minat dan perhatian publik, tidak kaku seperti ceramah/ kuliah sehingga interviewer harus tahu permasalahan, tahu kehendak publik serta menguasai tehnik wawancara. B. MEDIA (ALAT PERAGA) PENDIDIKAN KESEHATAN Faktor yang mempengaruhi proses pendidikan kesehatan antara lain tergantung pada media atau alat bantu yang digunakan, disamping faktor masukan (input) berupa sasaran pendidikan, juga faktor metode, materi yang ingin disampaikan serta faktor pemberi informasi kesehatan (Ajik, 1995 ; Notoatmodjo, 1993). Kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat komunitas, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pesan yang disampaikan, dapat lebih mudah diterima bila menggunakan media (alat bantu) yang sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Alat bantu merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan pendidikan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi memperagakan sesuatu untuk membantu agar pesan yang disampaikan lebih jelas dan masyarakat dapat menerima pesan secara jelas pula, dengan memanfaatkan seluruh panca indera sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan yang disampaikan Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan dengan menjelaskan adanya fakta-fakta, prosedur, tindakan secara lebih sisitimatis. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Media dapat mempermudah penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat, dapat menghindari kesalahan persepsi dengan menampilkan objek secara jelas sehingga mencapai sasaran lebih banyak dan membantu sasaran belajar lebih cepat dan jelas. Menumbuhkan minat terhadap kelompok sasaran, sehingga sasaran apat menyampaikan dan meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekelilingnya. Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan sasaran, apakah individu atau kelompok/ masyarakat, bahasa yang digunakan oleh sasaran, minat dan perhatian sasaran, pengetahuan dan pengalaman sasaran dalam mmenerima pesan yang disampaikan, adat$ istiadat serta kebiasaan sasaran, serta kategori sasaran seperti pendidikan, umur, pekerjaan sasaran. Sehingga pembuatan alat peraga harus memenuhi kebutuhan masyarakat, sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran. Masing-masing alat peraga mempunyai intensitas yang berbeda-beda di dalam membantu persepsi masyarakat. Penggunaan media (alat bantu) pendidikan kesehatan menurut Elgar Dale, yang mempunyai intensitas yang paling tinggi adalah benda asli, sedangkan yang mempunyai intensitas yang paling rendah adalah dengan kata-kata, seperi gambar 4.1. Gambar 4.1 Macam alat peraga berdasarkan tingkat intensitasnya

1. Kata-kata 2. Tulisan 3. Rekaman radio 4. Film 5. Televisi 6. Pameran 7. Field trip 8. Demonstrasi 9. Sandiwara 10. Benda tiruan 11. Benda asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Media/ alat peraga mempunyai faedah untuk menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran lebih banyak, membantu dalam mengatasi banyak masalah dalam penyampaian, mempermudah penyampaian bahan oleh pendidik, mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran serta merangsang sasaran untuk pesan-pesan yang diterima kepada orang lain. Jenis alat peraga yang sederhana, yang dalam dilakukan pada saat kunjungan keluarga di rumah seperti leaflet, buku cerita bergambar, diorama, flash card, benda nyata. Sedangkan penggunaan di instansi seperti kantor, Rumah sakit, Puskesmas dan sekolah seperti papan tulis, poster, diorama, flannel graph, fliph chart, buku cerita bergambar. Media / alat peraga yang sering digunakan di masyarakat seperti leaflet, poster, flipchart, lembar balik, pemutaran film, VCD, Over head projector (OHP), papan tulis, televisi, sticker, majalah. 1. Leaflet Leaflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang masalah kesehatan tertentu yang ingin disampaikan, untuk menambah pengetahuan sasaran, dapat digunakan sebagai bahan diskusi sehingga mencapai sasaran yang lebih luas. Leaflet dapat disebarkan kepada sasaran oleh perawat komunitas sebelum atau sesudah penyampaian pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih memahami informasi yang disampaikan. Leaflet dapat dibawa pulang dan dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga dan masyarakat lain yang ada di lingkungannya. Leaflet harus dibuat semenarik mungkin, dengan warna dan gambar yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, menerangkan pesan kesehatan selengkap mungkin. Hindari kesalahan penulisan karena hal ini dapat mempengaruhi kesalahan persepsi sasaran. Leaflet berisi tulisan yang terdiri dari 200- 400 kata, isi leaflet harus dapat ditangkap dengan sekali baca, leaflet harus dapat menerangkan dirinya sendiri, ukuran leaflet 20 x 30 cm. 2. Poster

Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik terhadap pesan yang akan disampaikan. Poster dibuat dengan gambar dan warna yang merangsang, dapat menerangkan pesan yang disampaikan secara jelas, dibuat tidak lebih dari 7 kata dan dapat dibaca dengan jarak 6 meter. Poster biasanya dipasang di tempat-tempat umum atau di tempat banyak orang berkumpul seperti di pemberhentain bis, dekat pasar, persimpangan jalan, Rumah sakit, Puskesmas, sekolah. Poster harus dapat menggugah emosi bagi masyarakat yang melihatnya, sehingga mudah untuk merubah perilaku masyarakat, poster dapat dibuat dengan ukuran 50 x 70 cm atau 35 x 50 cm. 3. Papan tulis. Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan pendidikan kesehatan pada setting sekolah. Papan tulis dapat digunakan berulang kali, untuk mengungkapkan berbagai macam informasi yang akan disampaikan. Pemanfaatan papan tulis harus disesuaikan dengan tempat duduk sasaran, bagian bawah papan tulis harus diletakkan sejajar dengan mata sasaran agar sasaran tidak menengadah atau terlalu menunduk. Papan tulis diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan tidak terdapat pantulan sinar yang dapat mengganggu pandangan sasaran. Tulisan yang ingin disampaikan harus jelas, singkat, mudah dibaca sasaran, jangan menghalangi sasaran menghadap papan tulis. 4. Flipchart Flipchart merupakan koleksi chart yang disusun dalam urutan tertentu, dengan ukuran sama dengan poster. Flipchart dapat dibawa kemana-mana, urutan penyajian dapat diatur dengan tepat. Penulisan dan jumlah flipchart tergantung pesan yang ingin disampaikan dan waktu penyampaian. Sebelum memulai pendidikan kesehatan, sebaiknya chart ditutup dahulu, urutan penyajian dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan. Leaflet, poster, majalah, lembar balik, sticker merupakan media cetak, dengan fungsi utamanya memerikan informasi kesehatan melalui gambar, kata-kata dan foto dalam tata warna yang menarik. Media cetak tidak dapat menstimulir efek suara dan gerak, biaya murah, tidak memerlukan listrik dan dapat dibawa kemana-mana. Sedangkan media elektronik seperti televise, film, VCD merupakan media bergerak, dapat dilihat dan didengar melalui alat Bantu elektronika. Media elektronik lebih mudah memberi pemahaman ke masyarakat, dengan mengikutsertakan semua panca indera, lebih menarik karena terdapat gambar dan suara, jangkauan relatif lebih luas. Tetapi penggunaan media elektronik memerlukan biaya tinggi, perlu persiapan matang dan memerlukan ketrampilan khusus untuk operasionalnya, perlu listrik dan sedikit rumit. Selain faktor media, faktor individual subjek sasaran juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan seperti umur, tingkat pendidikan, kepercayaan dan adat istiadat sehingga sulit untuk berubah, lingkungan tenpat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi

perubahan perilaku, disamping pengaruh kondisi fisik dan psikologi sasaran seperti pengamatan, intelegensi, daya tangkap, ingatan, motivasi (Notoatmodjo, 1993). Faktor pemberi pesan kesehatan seperti petugas kesehatan juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan seperti kurangnya persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan, bahasa yang disampaikan kurang dapat dimengerti sasaran, penampilan kurang meyakinkan sasaran, suara terlalu kecil, penyampaian materi terlalu monoton sehingga membosankan, disamping pemilihan tempat dan penetapan waktu yang tidak sesuai dengan keinginan sasaran (Effendy, 1998) 5. Buletin Buletin merupakan alat peraga yang berukuran 90x120 cm yang biasanya ditempelkan gambar, tulisan dari topik tertentu. Prinsip pembuatan bulletin, tepatkan pada tempat yang mudah dilihat, gunakan pada peristiwa tertentu saja seperti pada waktu libur, judul harus menarik, tentukan jangka waktu pemasangan supaya tidak membosankan seperti 1-2 minggu untuk sekolah dan 3 minggu untuk ruangan umum. Keuntungan bulletin antara lain merangsang perhatian sasaran, menghemat waktu dan membiarkan pembaca belajar masalah dalam urutan tertentu, sebagai review terhadap bahan yang pernah diajarkan. 6. Flash card Flash card merupakan alat peraga berupa kartu bergambar ukuran 25x30 cm untuk menyampaikan masalah tertentu, tulisan diletakkan di belakang gambar. Keuntungan penggunaan flash card, mudah dibawa kemana-mana, dapat disimpan. 7. Buku cerita bergambar Buku cerita bergambar merupakan alat peraga berupa buku yang berisi gambar, garis-garis, foto yang terdiri dari 12 halaman, dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok, keterangan gambar ditulis pada setiap gambar. Keuntungan penggunaan buku cerita bergambar adalah mudah dibuat, murah, mudah dibawa kemana-mana. 8. Chart Chart merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan gambar atau diagram dengan ukuran 50x75cm atau 75x100cm, yang digunakan pada kelompok kecil. Keuntungan chart adalah mudah dibuat, pesan yang ruwet dapat diperlihatkan dengan cara sederhana. 9. Diorama Diorama merupakan visualisasi tiga dimensi yang disajikan seolah-olah seperti bentuk nyata. Figur orang dan lainnya disusun tata letak untuk menggambarkan situasi. 10. Flannel Graph

Flannel Graph merupakan alat peraga yang menggunakan papan keras ditutup dengan flannel.

BAB V KOMPETENSI KRITIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Penilaian kompetensi kritis asuhan keperawatan komunitas, meliputi penilaian aspek pengetahuan (knowledge), penilaian aspek sikap (attitude) dan penilaian aspek ketrampilan. Penilaian pencapaian kompetensi kritis ditetapkan berdasarkan pembobotan

dengan standar pencapaian minimal yang ditetapkan yaitu aspek pengetahuan ditetapkan 20%, aspek sikap 20% sedangkan aspek ketrampilan 60%.

A. PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Penilaian kompetensi pada aspek pengetahuan, ditetapkan 20% dengan standar pencapaian minimal / nilai batas kelulusan mencapai 60, seperti tabel 5.1 berikut:. Tabel 5.1 FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI PENGETAHUAN Nama mahasiswa NIM Semester Kompetensi 28 Aspek kompetensi/ bobot Penilaian pengetahuan (20%) Nilai batas lulus (NBL)= 60 Sub kompetensi: 28.1.Pengkajian keperawatan keluarga : . : . : . : Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Kisi-kisi pengetahuan kritis 1. Pengertian keluarga 2.Tipe keluarga 3.Fungsi keluarga: a. Fungsi afektif b. Fungsi sosialisasi c. Fungsi biologis d. Fungsi ekonomi e. Fungsi psikologis f. Fungsi perawatan kesehatan 4.Tahapan dan tugas perkembangan keluarga. 5.Penjajagan tahap I (menggunakan pengkajian model family centre nursing Friedman): a. Data umum b. Tahap perkembangan keluarga c. Lingkungan d. Struktur keluarga e. Fungsi keluarga f. Stress dan koping keluarga g. Pemeriksaan fisik h. Harapan keluarga 6.Penjajagan tahap II (berdasar 5 tugas keluarga): a. Mengenal masalah b. Mengambil keputusan c. Merawat anggota keluarga d. Modifikasi lingkungan e. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan. 7.Analisis data: a. Data Subjektif (DS) b. Data Objektif (DO) 8.Perumusan diagnosis keperawatan keluarga: Nilai (0-10) Keterangan

28.2. Diagnosis keperawatan keluarga

a.Wellness/sehat (potensial) b. Ancaman (risiko) c. Aktual (gangguan) 9.Penapisan masalah (skoring): a. Sifat masalah b. Kemungkinan masalah untuk diubah c. Potensi masalah untuk dicegah d. Menonjolnya masalah 28.3. Rencana keperawatan keluarga 10.Penetapan kriteria perumusan tujuan: a. Tujuan jangka panjang b. Tujuan jangka pendek 11. Penetapan kriteria evaluasi: a. Respon verbal b. Respon afektif c. Respon psikomotor 28.4. Memberdayakan keluarga (empowerment) 28.5. Pendidikan kesehatan keluarga (health education) 12. Pengertian dan tujuan pemberdayaan keluarga

13. Pengertian pendidikan kesehatan 14. Jenis media dan alat bantu pendidikan kesehatan yang dapat dimanfaatkan pada keperawatan keluarga serta tingkat intensitas berdasar teori Elgar Dale. 15. Penetapan evaluasi asuhan keperawatan keluarga (SOAP) 16. Tingkat kemandirian keluarga: a. Tingkat kemandirian I b. Tingkat kemandirian II c. Tingkat kemandirian III d. Tingkat kemandirian IV

28.7. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga

28.8. Dokumentasi asuhan keperawatan keluarga

17. Prinsip pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga secara benar dan tepat. SUB TOTAL NILAI RATA-RATA ./170 x 100 = ..

Keterangan : 1. Penilaian untuk aspek pengetahuan ditekankan pada penilaian terhadap pengetahuan dan teori singkat yang berkaitan dengan tindakan/ kompetensi yang akan dilakukan. 2. Metode penilaian bisa diperoleh dari laporan, presentasi atau responsi. 3. Instrumen pertanyaan menggunakan daftar pertanyaan dengan nilai 0-10. Denpasar, Agustus 2009 Penilai

B. SIKAP (ATTITUDE) Penilaian kompetensi pada aspek sikap, ditetapkan 20% dengan standar pencapaian minimal / nilai batas kelulusan mencapai 60, seperti tabel 5.2 berikut: Tabel 5.2 FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP Nama mahasiswa NIM Semester Kompetensi 28 ASPEK KOMPETENSI/ BOBOT Penilaian sikap (20%) Nilai batas lulus (NBL) = 60 : . : . : . : Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Kisi-kisi sikap 1. Bekerja secara sistimatis 2.Bekerja dengan hati-hati dan cermat. 3.Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat dan sesuai kondisi keluarga. 4.Menghargai pendapat keluarga. 5.Menghargai privacy sesuai budaya keluarga SUB TOTAL NILAI RATA-RATA .........../10 x 100 = .......... Selalu (2) Kadangkadang (1) Tidak pernah (0)

Keterangan: 1. Penilaian sikap ditekankan pada sikap pelaksanaan kegiatan sesuai standar. 2. Metode penilaian melalui observasi pada saat penilaian praktek. 3. Instrumen penilaian menggunakan lembar observasi /check lyst dengan skala likert. Denpasar, Agustus 2009 Penilai

C. PSIKOMOTOR Penilaian kompetensi pada aspek ketrampilan, ditetapkan 60% dengan standar pencapaian minimal / nilai batas kelulusan mencapai 100. Pada kompetensi ketrampilan asuhan keperawatan komunitas, dapat dievaluasi berdasarkan sub kompetensi seperti asuhan keperawatan komunitas, melaksanakan promosi kesehatan, kolaborasi lintas sector, pemberdayaan komunitas dan melaksanakan rujukan kesehatan. Sub kompetensi komunitas seperti tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI KETRAMPILAN

Nama mahasiswa NIM Semester Kompetensi 28

: . : . : . : Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Penilaian Ya Tidak Ketrampi lan

Aspek yang dinilai/ bobot


Penilaian ketrampi lan (60%) Nilai batas lulus (NBL)=100 Sub kompeten si: 28.1. Pengkajian keperawatan keluarga.

Kriteria pencapaian ketrampilan


Tahap persiapan: 1. Menyerah kan dan mendikusikan laporan pendahuluan kepada pembimbing. 2.Menyiapkan sistem klien dan lingkungan 3.Menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Tahap pelaksanaan: 1.Salam dan perkenalan pada keluarga. 2. Menjelaskan tujuan prosedur yang akan dilakukan. 3. Kontrak waktu dengan keluarga. 4.Berbicara dengan kontak mata 5. Mendengar secara aktif 6. Selama intervensi, selalu melibatkan respon keluarga (verbal dan non verbal). 7. Menggunakan bahasa dan kata-kata yang dimengerti oleh keluarga. 8. Melakukan prosedur/ tindakan dengan tepat. 9. Menggunakan alat Bantu dengan cara yang tepat. 10. Melibatkan semua anggota keluarga. 11. Pengkajian dilakukan secara sistimatis menggunakan model family centre nursing Friedman. 12. Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga (head to toe). 13. Melakukan pengkajian penjajagan tahap II, bila ditemui data maladaptif

berdasar 5 tugas keluarga.

28.2. Diagnosis keperawatan keluarga

1. Melakukan analisis data: a. Data Subjektif (DS) b. Data Objektif (DO) 2. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga secara tepat. 3. Penentuan skoring untuk prioritas masalah, dilakukan secara tepat.

28.3. Rencana asuhan keperawatan keluarga

1. Adanya tujuan jangka panjang dan jangka pendek dalam keperawatan keluarga. 2. Tujuan dibuat sesuai kriteria SMART: S=spesifik M=Measurable/ dapat diukur A=Achievable/ dapat dicapai R= Reality T= Time limited/ punya limit waktu 3. Identifikasi sumber yang dimiliki keluarga. 4. Identifikasi konsekuensi bila tidak melakukan tindakan. 5. Rencana tindakan disusun bersama keluarga sesuai sumber daya keluarga. 6. Penetapan kriteria evaluasi berdasar pada rencana keperawatan keluarga mencakup respon verbal, afektif dan psikomotor.

28.4. Memberdaya kan keluarga

1.Mengikutkan seluruh anggota keluarga pada setiap tindakan keperawatan yang dilakukan. 2. Tindakan yang dilakukan selalu memandirikan keluarga dengan memanfaatkan potensi yang ada di keluarga.

28.5. Pendidikan kesehatan pada keluarga

1. Media dan alat bantu yang digunakan sesuai dan tepat untuk keluarga. 2. SAP disiapkan sesuai topik bahasan 1. Demonstrasi cara perawatan yang dilakukan

28.6.

Melakukan tindakan keperawatan klinis secara langsung pada keluarga

sesuai kasus keluarga. 2. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. 3. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga. 4. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

28.7. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga

Tahap terminasi: 1. Mengawasi keluarga melakukan perawatan (redemonstrasi) 2. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga dilakukan secara tepat berdasar SOAP. 3. Melakukan rencana tindak lanjut (RTL) keperawatan keluarga selanjutnya. 4. Mengevaluasi tingkat kemandirian yang diperoleh keluarga.

28.8. Dokumentasi asuhan keperawatan keluarga

1. Mendokumentasikan semua asuhan keperawatan keluarga yang sudah dilakukan. 2. Mencantumkan tanggal, nama terang, tanda tangan pada tindakan keperawatan yang dilakukan. 3. Semua kegiatan asuhan keperawatan ditulis sesuai standar format asuhan keperawatan keluarga. SUB TOTAL NILAI RATA-RATA

Keterangan: 1. Penilaian ditekankan pada pencapaian pelaksanaan langkah-langkah kegiatan sesuai standar, penilaian dengan memberikan tanda (V). 2. Mahasiswa dinyatakan lulus bila telah kompeten / menguasai semua sub kompetensi untuk setiap kompetensi yang diharapkan.

Denpasar, Agustus 2009 Penilai

PERENCANAAN PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI


PROGRAM STUDI STANDAR KOMPETENSI 28 BIDANG KAJIAN NAMA PENILAI : D3 Keperawatan : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga : Komunitas : Metode penilaian Sk Ob Rp

Sub Kompetensi & indikator

Ranah

Es

Pg

In

Sub Kompetensi : 28.1.Melaksanakan pengkajian keperawatan keluarga Kognitif 28.1.1.Menjelaskan prinsip konsep keperawatan keluarga 28.1.2.Menjelaskan model asuhan keperawatan keluarga 28.1.3.Menguraikan data dasar dan data fokus pengkajian keperawatan keluarga Psikomotor/Afektif 28.1.1.Melakukan pengkajian kep keluarga berdasar etika, norma, budaya dan aspek legal. 28.1.2.Menunjukkan prosedur pengkajian keluarga. 28.1.3. Menunjukkan aspek/komponen penting dalam pengkajian keluarga. 28. 1.4. Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga Sub kompetensi 28.2.Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Kognitif 28.2.1.Menjelaskan perumusan diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan analisa data pada keluarga. Psikometor/ Afektif 28.2.1. Analisa data keperawatan keluarga dilakukan 28.2.2.Merumuskan diagnosa keperawatan secara tepat pada tiap keluarga 28.2..3.Merumuskan skoring masalah keperawatan keluarga. 28.2.4. Memprioritaskan masalah keperawatan keluarga C2 C2 C2 X X X X

P3/A3

P3/A3 P3/A3 P2/A2

X X X

C3

P3/A2 P3/A2 P3/A2 P3/A3

X X X X

Sub Kompetensi 28.3. Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga Psikomotor /Afektif 28.3.1.Merumuskan tujuan setiap diagnosis keperawatan keluarga dengan benar 28.3.2.Merumuskan indikator tujuan asuhan keperawatan keluarga. 28.3.3.Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga 28.3.4. Memilih rencana tindakan keperawatan keluarga sesuai

P3/A2 X P3/A3 P3/A2 P3/A2 X X X

prioritas masalah. Sub kompetensi 28.4.Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga kognitif: 28.4.1 Menjelaskan prinsip pendidikan kesehatan pada keperawatan keluarga Psikomotor /Afektif 28.4.1. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan pada keperawatan keluarga 28.4.2 Menunjukkan pra- planning pendidikan kesehatan pada perawatan keluarga 28.4.3 Menunjukkan prosedur pendidikan kesehatan keluarga 28.4.4 Mengimplementasikan komunikasi terapeutik pada keluarga 28.4.5 Menunjukkan advokasi kesehatan pada keluarga Sub Kompetensi : 28.5 .Melakukan tindakan keperawatan klinis secara langsung pada keluarga Psikomotor /Afektif 28.5.1. Melaksanakan komunikasi bersama keluarga sebelum tindakan keperawatan. 28.5.2. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan keluarga 28.5.3 Melakukan tindakan keperawatan dengan memberdayakan keluarga Sub kompetensi 28.6.Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan keluarga Kognitif 28.6.1.Menjelaskan tingkat kemandirian keluarga C2 X P3/A2 P3/A3 P3/A2 X X X C2 X

P3/A2 P3/A3 P2/A3 P3/A2 P3/A3

X X X X X

Psikomotor /Afektif 28.6.1. Mengidentifikasi aspek yang P3/A3 dinilai pada evaluasi keperawatan keluarga. 28.6.2. Mengidentifikasi indikator P3/A3 keberhasilan tujuan keperawatan. 28.6.3 Menunjukkan bukti keberhasilan P3/A3 sesuai kriteria tujuan.

X X X

28.6.4 Membuat kesimpulan hasil keperawatan 28.6.5 Merumuskan tindak lanjut asuhan keperawatan keluarga Sub kompetensi 28.7 Melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan pada keluarga Psikomotor/ afektif 28.7.1. Menuliskan seluruh data dan informasi tentang keperawatan keluarga dan tindakan yang diberikan dalam dokumen. 28.7.2. Menulis diagnosa keperawatan dalam dokumen 28.7.3. mencatat perencanaan keperawatan keluarga dalam dokumen 28.7.4. Mencatat respon pasien dan hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan. 28.7.5. Menandatangani catatan keperawatan

P2/A3 P3/A2

X X

P3/A3

P3/A2 P3/A2 P3/A2 P3/A3

X X X X

Keterangan : Es= essay ; Pg = Pilihan ganda : Ob=observasi: Sk=studi kasus: Rp=Roleplay In=interview

DAFTAR PERTANYAAN TULISAN STANDAR KOMPETENSI 28 SUB KOMPETENSI KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI (KPK) : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga : JENIS EVALUA SI KUNCI JAWABAN

ITEM PERTANYAAN

1.1. Menjelaskan prinsip konsep keperawatan keluarga

Jelaskan pengertian keluarga

Essay

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah atau adopsi, pernikahan, tinggal serumah (Friedman). Macam/Tipe keluarga: keluarga inti (nuklear family): keluargayg terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga besar (extended family): keluarga inti ditambah dg saudara lainnya. Keluarga berantai : keluarga yg terdiri dari pria dan wanita yg menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga duda/janda: keluarga yg terjadi krn kematian atau perceraian Keluarga berkomposisi; keluarga yg perkawinananya berpoligami dan hidup bersama-sama. Keluarga kabitas: keluarga yg terbentuk tanpa perkawinan. A

Jelaskan macam/ tipe keluarga

Essay

Respon keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang atau sedih termasuk fungsi : a. Afektif b. Sosialisasi c. Bologi d. Ekonomi e. Psikologis Tahapan keluarga dengan tugas perkembangan membantu anak mandiri mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tuadan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal

Pilihan ganda

Pilihan ganda D

anak, merupakan tahapan perkembangan keluarga : a. keluarga dg anak pra sekolah b. keluarga dg anak usia sekolah c. keluarga dg anak remaja d. keluarga dg melepaskan anak ke masyarakat.

1.2. Menjelaskan model askep keluarga

Jelaskan model asuhan keperawatan yang dipakai pada askep keluarga. Jelaskan data apa saja yang harus dikaji menggunakan model family center nursing ( fredman)

Essay Model Family centre nursing Friedman, dengan menggunakan keluarga sebagai pusat perawatan. Essay Penjajagan tahap I berisi tentang: Data Umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga,lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan koping keluaga, pemeriksaan fisik( head toToe), harapan keluarga. Penjajagan tahap II, dilakukan bila ditemui adanya data maladaptif, berisi tentang 5 tugas keluarga yaitu mengenal masalah, meengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

1.3. Menguraikan data dasar dan data fokus pengkajian keperawatan keluarga

2.1. Menjelaskan perumusan diagnosis keperawatan keluarga berdasar analisa data keluarga

Jelaskan rumusan diagnosis keperawatan keluarga

Essay Rumusan diagnosis keperawatan keluarga: a. Wellness/ sehat (potensial), bila belum ada data maladaptif atau paparan masalah, keluarga punya potensi untuk ditingkatkan. Paparan diagnosis hanya mencantumkan problem saja tanpa etiologi (P). b. Ancaman (risiko), belum terdapat paparan masalah,

4.1. Menjelaskan prinsip pendidikan kesehatan pada keperawatan keluarga.

Prinsip pendidikan kesehatan pada keperawatan keluarga, kecuali: a. Menyampaikan tujuan b. Kontrak waktu c. Tidak perlu mengetahui sasaran d. Pemilihan media yang tepat Jelaskan tingkat kemandirian keluarga.

Pilihan ganda C

namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Paparan diagnosisnya PES/PE. c. Aktual (gangguan), sudah timbul gangguan didukung dengan beberapa data maladaptive, dengan paparan PES/PE.

6.1. Menjelaskan evaluasi askep keluarga berdasarkan tingkat kemandirian keluarga

Essay a. Kemandirian I : menerima petugas puskesmas, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana. b. Kemandirian II : ditambah menyatakan masalah secara benar, memanfaatkan sarana kesehatan sesuai anjuran, melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran. c. Kemandirian III: ditambah melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif d. Kemandirian IV: Ditambah melaksanakan tindakan promosi secara aktif.

LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL KOMPETENSI 28 SUB KOMPETENSI : : : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga : Melaksanakan pengkajian keperawatan keluarga

Uraian kompetensi NO ELEMEN

: Kompetensi ini meliputi tindakan mengkaji status kesehatan keluarga, masalah kesehatan keluarga. Tindakan ini dapat dilakukan dilaboratorium, dan keluarga KRITERIA PENCAPAIAN SKALA KET KOMPETENSI (KPK) PENILAIAN YA TIDAK 1.1.Salam dan perkenalan disampaikan pada keluarga 1.2.Informasi tentang kunjungan rumah dijelaskan pada keluarga 1.3.Kontrak dengan keluarga sudah disampaikan, meliputi: - Tujuan - Waktu 2.1.Informasi tentang prosedur pengkajian disampaikan kepada keluarga 2.2.Lingkungan yang aman dan nyaman diciptakan 2.3.Alat dan bahan untuk pengkajian disiapkan sesuai kebutuhan seperti leaflet, poster, benda asli, benda tiruan dsb 2.4.Alat dan bahan disediakan secara rapi. 3.1.Pengkajian dilakukan secara sistematis 3.2.Data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga dikaji. 3.3. Pengkajian penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptif dikaji berdasar 5 tugas keluarga. 3.4.Pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga dilakukan (head to toe) 4.1. Masalah kesehatan keluarga diperoleh berdasarkan pengkajian model Friedman. 4.2. Merumuskan masalah keluarga untuk semua anggota keluarga.

Melakukan pengkajian keperawatan berdasar etika, norma, budaya, aspek legal.

Menunjukkan prosedur pengkajian keluarga

Menunjukkan aspek / komponen penting dalam pengkajian keluarga

Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga

Denpasar, Agustus 2009 Penilai LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL SUB KOMPETENSI Uraian Unit : : : Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga : Kompetensi ini meliputi tindakan merumuskan diagnosa

keperawatan keluarga. Tindakan ini sebagai rangkaian dalam membantu keluarga yang mengalami masalah kesehatan keluarga. Tindakan ini dapat dilakukan dilaboratorium maupun di keluarga NO ELEMEN KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI (KPK) 1.1.Data subjektif dan data objektif dikelompokkan 1.2. Data hasil yang sudah dikelompokkan dibandingkan dengan data normal 1.3. Rumusan masalah keperawatan keluarga berdasarkan ada/tidaknya data maladaptif pada seluruh anggota keluarga 1.4. Rumusan etiologi berdasarkan 5 tugas keluarga. 2.1. Rumusan masalah Wellnes/ sehat hanya P saja, Risiko dan gangguan rumusan PE atau PES. 3.1. Data hasil analisa diskoring berdasarkan rumus 4.1.Diagnosis keperawatan dipritaskan berdasarkan hasil perhitungan skoring sesuai pedoman Friedman. SKALA PENILAIAN YA 1 Analisa keperawatan keluarga dilakukan TIDAK KET

Merumuskan diagnosis keperawatan secara tepat pada tiap keluarga. Merumuskan scoring masalah keperawatan keluarga Memprioritaskan masalah keperawatan keluarga

3 4

Denpasar, Agustus 2009 Penilai

LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL Kompetensi 28 : : : Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Keluarga

Sub Kompetensi 28.3 No 1. Elemen Merumuskan tujuan setiap diagnosis keperawatan keluarga dengan benar Merumuskan indikator tujuan asuhan keperawatan keluarga Menyusun rencana keperawatan keluarga

: Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Kriteria Pencapaian Kompetensi 1.1 Tujuan ditetapkan dengan melibatkan keluarga 1.2 Tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang ditentukan 1.3 Tujuan jangka pendek sesuai pedoman SMART 2.1. Tujuan jangka pendek mengacu pada problem (P) 2.2. Tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi (E) 3.1 Rencana keperawatan dipilih bersama dengan keluarga 3.2 Rencana keperawatan disusun berdasarkan tingkat kemampuan perawat 3.3 Rencana keperawatan sesuai dengan kemampuan sumberdaya keluarga 4.1 Rencana tindakan keperawatan keluarga disusun berdasar prioritas masalah 4.2. Mengikutsertakan keluarga dalam menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah yang ditetapkan. Denpasar, Agustus 2009 Penilai Skala Penilaian Ya Tdk Ket

2.

3.

4.

Memilih rencana tindakan keperawatan keluarga sesuai prioritas masalah

LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL KOMPETENSI 28 SUB KOMPETENSI : : : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga : Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga

NO

ELEMEN

KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI (KPK) 1.1 Kebutuhan pendidikan kesehatan pada keluarga ditetapkan / diidentifikasi 1.2 Topik penyuluhan ditetapkan 2.1 Pra planning diserahkan maksimal sehari sebelum pelaksanaan. 2.2. Praplaning berisi tentang latar belakang, tujuan, media dan alat Bantu, sasaran, tehnik evaluasi. 3.1 Satuan acara penyuluhan disiapkan 3.2 Lingkungan yang aman dan nyaman bagi keluarga disiapkan 3.3 Alat dan bahan untuk penyuluhan disiapkan 3.4 Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan masalah 3.5 Respon keluarga saat dan setelah penyuluhan dievaluasi 3.6. Menggunakan media dan alat bantu sesuai sasaran. 4.1. Menggunakan tehnik komunikasi yang benar. 4.2 Menggunakan bahasa sesuai sasaran. 4.3. Bersikap sopan 4,4. Menghargai pendapat keluarga 5.1. Mengikutkan keluarga dalam setiap kegiatan. 5.2. Melakukan advokasi kesehatan pada keluarga

SKALA PENILAIAN YA TIDAK

KET

Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan pada keperawatan keluarga Menunjukan pra planning pendidikan kesehatan pada perawatan keluarga

Menunjukkan prosedur pendidikan kesehatan keluarga

Mengimplementasika n komunikasi terapeutik pada keluarga

Menunjukan advokasi kesehatan pada keluarga

Denpasar, Agustus 2009 Penilai

LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL KOMPETENSI 28 : : : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga

SUB KOMPETENSI NO ELEMEN

: Melakukan tindakan keperawatan klinis secara langsung pada keluarga KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI (KPK) 1.1. Komunikasi dengan keluarga sebelum melakukan tindakan keperawatan. 1.2. Bersikap sopan 2.2. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai rencana. 2.2. Melakukan rujukan kesehatan bila diperlukan. 2.3. Melakukan tindakan keperawatan klinis secara langsung pada keluarga. 3.1. Mengikutsertakan seluruh keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan. 3.2. Berusaha untuk memandirikan keluarga sesuai sumber daya keluarga Denpasar, Agustus 2009 Penilai SKALA PENILAIAN YA TIDAK KET

Melaksanakan komunikasi bersama keluarga sebelum tindakan keperawatan Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan keluarga

Melakukan tindakan keperawatan dengan memberdayakan keluarga

LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL KOMPETENSI 28 SUB KOMPETENSI : : : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga : Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan keluarga

NO

ELEMEN

KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI (KPK) 1.1. Aspek evaluasi keperawatan keluarga ditetapkan berdasarkan jangka pendek, menengah dan panjang 1.2. Limit waktu pencapaian evaluasi berdasarkan sumber daya dan sumber dana keluarga. 2.1. Indikator Keberhasilan evaluasi ditetapkan 2.2. Indikator kriteria evaluasi berdasar respon verbal, respon afektif dan respon psikomotor keluarga. 3.1. Keberhasilan kegiatan ditetapkan sesuai kriteria tujuan 3.2. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kriteria SOAP. 4.1. Kesimpulan hasil keperawatan yang sudah dilakukan ditetapkan. 5.1. Rumusan tindak lanjut asuhan keperawatan keluarga ditetapkan bersama keluarga.

SKALA PENILAIAN YA TIDAK

KET

Mengidentifikasi aspek yang dinilai pada evaluasi keperawatan keluarga

Mengidentifikasi indicator keberhasilan tujuan keperawatan

Menunjukkan bukti keberhasilan sesuai kriteria tujuan

Membuat kesimpulan hasil keperawatan Merumuskan tindak lanjut asuhan keperawatan keluarga

Denpasar, Agustus 2009 Penilai

LEMBAR OBSERVASI NAMA MAHASISWA TANGGAL KOMPETENSI 28 SUB KOMPETENSI : : : Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga : Melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan pada

keluarga NO ELEMEN KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI (KPK) 1.1.Seluruh data yang diperoleh ditulis dengan jelas dan benar. 1.2. Semua tindakan yang dilakukan ditulis dengan jelas dan benar. 1.3. Menyertakan inform concent sebagai bukti keikutsertaan keluarga 2.1. Diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan bersama keluarga ditulis dengan jelas dan benar. 3.1. Rencana tindakan keperawatan keluarga ditulis dengan jelas dan benar. 4.1. Respon keluarga ditulis secara jelas dan benar. 4.2. Tindakan keperawatan ditulis secara jelas dan benar 4.3. Evaluasi tindakan ditulis secara jelas dan benar. 5.1. Catatan keperawatan ditanda tangani dengan nama jelas. 5.2. Menghindari salah tulis. 5.3. Tanggal pelaksanaan tertulis. 5.4. Menggunakan format yang sudah baku asuhan keperawatan keluarga. Denpasar, Agustus 2009 Penilai SKALA PENILAIAN YA 1 Menuliskan seluruh data dan informasi tentang keperawatan keluarga dan tindakan yang diberikan dalam dokumen TIDAK KET

Menulis diagnosis keperawatan dalam dokumen Mencatat perencanaan keperawatan keluarga dalam dokumen Mencatat respon pasien dan hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan Menandatangani catatan keperawatan

BAB VI APLIKASI PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2009, Asuhan keperawatan keluarga Bapak RS dengan remaja PT I. Data Umum a. Identitas kepala keluarga : 1. Nama kepala keluarga 2. Umur 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Alamat NAMA Ibu N Anak PT Anak HN c. Genogram : UMUR 34 th 12 th 5,5 th : Bpk RS : 36 tahun : Pedagang kain keliling : SD : RT 02 RW 10 Kelurahan Gentengan : HUB KK Istri Anak Anak Dg PENDIDIKA N SMEA SMP klas I TK KET Sehat Sakit Sehat SEX P P L

b. Komposisi anggota keluarga

Keterangan : = meninggal --------------------d. Tipe keluarga : Tipe keluarga Bapak RS adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. e. Suku bangsa : Keluarga Bpk RS merupakan keluarga suku Sunda, bahasa yang digunakan sehari-hari Bahasa Indonesia, tidak ada kebiasaan keluarga yang dipengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya. f. Agama : Keluarga Bpk RS beragama Islam dan seluruh anggota keluarganya melaksanakan sholat lima waktu. g. Status sosial ekonomi keluarga: Penghasilan keluarga Bpk RS diperoleh dari Bpk RS yang bekerja sebagai pedagang kain keliling luar kota. Penghasilan rata-rata sebulan Rp 800.000,- yang dipergunakan untuk = tinggal serumah

bayar kontrakan rumah Rp 300.000,-/ bulan, transport/ jajan sekolah/ bayar sekolah anak PT dan anak HN, keperluan makan sehari-hari. Keluarga tidak mempunyai tabungan khusus untuk kesehatan, tiap bulannya keluarga tidak bisa menabung. Barang yang dimiliki keluarga di rumah seperti kompor minyak, kipas angin, seterika, televisi 14 inchi. h. Aktivitas rekreasi keluarga: Keluarga jarang pergi ke tempat rekreasi secara bersama, karena Bpk RS 4 bulan sekali baru pulang ke rumah sebagai pedagang kain keliling keluar kota. Kebiasaan kumpul bersama biasanya dilakukan keluarga di malam hari. B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tahap perkembangan keluarga Bpk RS saat ini termasuk keluarga dengan anak remaja, tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja seperti: a. Mempertahankan pola komunikasi, keluarga Bpk RS mempunyai 1 anak usia remaja putrid, keluarga tidak terbuka terhadap anaknya. Anak PT tampak pendiam di depan ibunya, bila ada permasalahan yang menyangkut remaja selalu dibicarakan dengan teman atau saudara, tidak dengan ibu N karena menurut anak PT, ibu N selalu mengatakan tidak boleh, tidak baik dan sebagainya. Anak PT tidak begitu dekat dengan ibu N, jarang berkomunikasi. Apalagi Bpk RS jarang di rumah, karena berdagang kain keliling luar kota yang datangnya hanya 4 bulan sekali. b. Memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, keluarga Bpk RS menerapkan keseimbangan antara kebebasan yang diberikan dengan tanggung jawab masing-masing. Ibu N sudah memberikan pembagian tugas dengan anak PT dalam melakukan kegiatan mencuci baju, menyeterika, memasak, menyapu. Anak PT jarang bergaul dengan tetangga sekitar rumah, sepulang sekolah selalu dihabiskan dengan tidur atau pergi ke rumah sepupu yang tinggal di RT yang sama. 2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Anak-anak Bpk RS tidur bersama ibunya dalam 1 kamar, karena kamar keluarga Bpk RS cuma 1 kamar. Bila Bpk RS dating, Bpk RS selalu tidur di ruang tamu. 3. Riwayat keluarga inti Bpk RS dan ibu N menikah sudah 13 tahun yang lalu, perkawinannya direstui oleh kedua orang tua masing-masing. Ibu N merupakan pilihan sendiri dan tidak dijodohkan. Penyakit yang diderita oleh orang tua dan saudara ibu N kebanyakan hipertensi. 4. Riwayat keluarga sebelumnya Riwayat orang tua pihak Bpk RS dan ibu N tidak mempunyai kebiasaan kawin cerai, tidak pemabuk dan tidak penjudi. Orang tua Bpk RS (Bpk B) meninggal karena penyakit paruparu. Sedangkan kedua orang tua dan kakak ibu N meninggal karena hipertensi. C.LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah Rumah yang dihuni Bpk RS merupakan rumah kontrakan, berukuran 7x7 m terdiri dari ruang tamu yang berfungsi juga sebagai kamar tidur bila Bpk RS dating, 1 kamar tidur,

dapur, kamar mandi dan WC. Jarak dengan septic tank lebih dari 15 meter, kondisi WC bersih dengan model WC leher angsa. Lantai terbuat dari keramik, rumah permanen, sirkulasi udara diperoleh dari pintu depan, pintu belakang dan jendela depan. Keluarga tidak mempunyai halaman rumah, sampah keluarga diletakkan di tempat sampah depan rumah. Kebersihan rumah cukup, air minum sehari-hari diperoleh dari air sumur bor dengan kondisi air bersih yang biasanya digunakan keluarga untuk mandi dan mencuci semua perabot keluarga. Kondisi got lancar, tidak berbau dan terbuka. Denah rumah 3 1 5 Keterangan gambar : 1. Ruang tamu 2. Kamar tidur 3. Kamar mandi 4. Dapur 5. Teras 2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Keluarga Bpk RS tinggal di lingkungan yang berpenduduk padat, mayoritas penduduknya bersuku Betawi dan Sunda, rata-rata pedagang. Mertua, sepupu, kakak kandung ibu N tinggal di belakang rumah ibu N. Lingkungan tetangga cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan. 3. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bpk RS sudah lama tinggal dan mengontrak di rumah ini. Rumah Bpk RS berada 200 meter dari jalan raya, jenis kendaraan yang dipakai biasanya angkot. 3. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat Ibu N sangat aktif mengikuti perkumpulan. Setiap 3 kali seminggu, ibu N mengikuti pengajian dan sebulan sekali mengikuti arisan PKK, senam dilakukan setiap 2 kali seminggu. Bpk RS tidak mengikuti perkumpulan apapun di rumah, karena Bpk RS selalu pulang hanya 4 bulan sekali. 4. Sistem pendukung keluarga Keluarga Bpk RS bila ada masalah keluarga termasuk masalah keuangan, biasanya dibantu oleh keluarga yang lain, mertua dan tetangga yang tinggal berdekatan dengan rumah Bpk RS dengan meminjam uang untuk keperluan berobat dan lainnya. D. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola komunikasi keluarga 1 4 2

Interaksi dalam keluarga paling sering dilakukan pada malam hari, pola komunikasi keluarga tertutup antara anak dan ibu N. Apabila ada masalah keluarga biasanya ibu N selalu mendiskusikan dengan mertua, saudara yang tinggal di belakang rumah. 2. Struktur kekuatan keluarga Kaluarga Bpk RS saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila ad anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya bersama-sama. Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik. 3. Struktur peran Bpk RS sebagai kepala keluarga, pencari nafkah yang menjadi pedagang kain keliling ke luar kota yang biasanya kembali ke rumah setiap 4 bulan sekali. Ibu N sebagai pengasuh anak, pengatur rumah tangga. Anak PT sebagai anak sekolah yang menginjak usia remaja, tampak pendiam dan tertutup, tidak pernah melakukan kegiatan yang merugikan keluarga dan orang lain, berperan membantu kegiatan sehari-hari keluarga seperti menyeterika pakaian, menyapu dan mencuci pakaian. 4. Nilai dan norma keluarga Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti mengaji, sholat, berpuasa pada bulan Romadhon. Bila akan pulang terlambat harus memberitahu dulu kepada orang tua, saat magrib harus sudah ada di rumah dan pada malam hari hanya boleh berada di luar rumah sampai jam 22.00 malam karena Bpk RS tidak ada di rumah. Anak PT juga jarang bermain dengan teman tetangga rumahnya. Bila lewat jam 21.00 atau pulang terlambat tidak memberitahu keluarga, biasanya ibu N selalu memarahi anaknya untuk tidak lagi melakukan hal serupa. E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi afektif Respon keluarga sangat bangga bila ada anggota keluarga yang berhasil dan keluarga sangat sedih bila ada anggota keluarga yang meninggal, sakit atau kehilangan. 2. fungsi sosialisasi Keluarga Bpk RS membiasakan anak-anaknya bermain dengan teman-teman tetangganya, tetapi anakPT memang jarang keluar rumah dengan alas an tidak suka dengan gaya hidup teman-teman disekitar rumahnya yang suka keluar malam dan sering nongkrong di pinggir jalan. Ibu N sangat kawatir dengan lingkungan sekitar rumahnya sehingga ibu N selalu membatasi anak remajanya untuk tidak pulang larut malam, selalu marah bila anak PT membicarakan masalah teman pria dan mengajaknya ke rumahnya. 3. Fungsi perawatan kesehatan Ibu N mengatakan anak PT sudah mendapatkan haid 5 bulan yang lalu. Anak PT mengatakan mengalami nyeri haid yang biasanya timbul 1 hari sebelum haid, dengan skala nyeri 4. Anak PT mengatakan bila haid badan terasa lemas, malas melakukan aktivitas, mudah lelah. Saat nyeri tidak pernah diberi obat apapun. Keluarga mengatakan tidak tahu proses terjadinya haid sampai menyebabkan nyeri haid, penyebab dan akibat bila haid tidak diatasi. Keluarga juga tidak tahu bagaimana cara mengatasi nyeri haid. Ibu N

mengatakan belum pernah membicarakan masalah haid sebelumnya kepada anak PT. Anak PT juga mengatakan mengalami keputihan yang timbul 1 hari sebelum haid dan terasa gatal, berwarna putih kekuningan menempel di celana dalam, tidak begitu berbau. Anak PT mengatakan mandi rata-rata 1 kali sehari yaitu pada pagi hari sebelum berangkat ke sekolah dan jarang mandi sore hari karena alas an dingin dan malas. Anak PT akan mandi bila dimarahi oleh ibu N. Pemakaian pembalut bila haid, biasanya diganti 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan alas an air di sekolah kotor dan malas bila harus menggantinya, kebiasaan mengganti celana dalam kadang 1 kali sehari. Keluarga mengatakan tidak tahu penyebab keputihan, cara membersihkan alat kelamin dan perlunya kebersihan diri pada alat kelamin wanita yang dapat menyebabkan infeksi nantinya. Ibu N mengatakan bau badan anak PT sangat menyengat. Setelah ditanyakan ke anak PT, dia juga mengatakan merasakan mempunyai masalah bau badan. Anak PT mengatakan malu karena bau badannya. Tindakan yang dilakukan anak PT untuk mengatasi bau badan dengan selalu menjaga jarak terhadap temannya bila duduk, menggunakan deodorant, mengurangi pengeluaran keringat berlebih saat olahraga dengan membatasi gerak dan ganti baju tiap hari. Ibu N mengatakan hanya anak PT yang mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari, keluarga lainnya sudah melakukan mandi minimal 2 kali sehari, menggunakan sabun, sikat gigi dan mencuci rambut 2 kali seminggu. Keluarga mengatakan tidak tahu penyebab keringat bau dan cara pencegahannya. Menurut ibu N, anak PT termasuk anak yang pendiam dan jarang bergaul dengan tetangga. Ketika ditanyakan ke Anak PT, dia mnegatakan tidak suka dengan gaya hidup teman-temannya di sekitar rumahnya yang suka keluar malam. Pada saat pengkajian, anak PT tampak pendiam dan cenderung menunduk serta pemurung. Anak PT mengatakan jarang membicarakan masalah remaja wanita dengan ibu N, karena ibu N selalu mengatakan tidak baik, tidak boleh, masih kecil, jangan genit dan sebagainya. Terkadanga anak PT suka dimarahi bila ketahuan membawa deodorant ke sekolah, padahal menurut anak PT hal itu dilakukan untuk mengurangi bau badan saat di sekolah. Anak PT senang membicarakan masalah remaja dengan sepupu dan teman sekolahnya, karena merasa nyaman dan bebas. Ibu N sangat kawatir dengan lingkungan sekitar rumahnya, sehingga ibu N selalu membatasi anak remajanya untuk tidak pulang larut malam, selalu marah bila anak PT membicarakan teman pria atau mengajaknya ke rumah. Ibu N mengatakan masih terlalu kecil untuk membicarakan masalah teman remaja pria, masalah seks kepada anak PT. Keluarga menerapkan pola komunikasi tertutup kepada remaja, keluarga mengatakan tidak tahu perlunya komunikasi terbuka dengan remaja serta akibatnya terhadap remaja. Menurut ibu N, anggota keluarga Bpk RS terkadang tidur siang jam 13.00-14.30, tidur malam rata-rata jam 21.00 sampai jam 04.30 pagi. Ibu N sangat aktif senam 2 kali seminggu dibalai RW. Kebiasaan makan keluarga sehari-hari nasi, lauk pauk tempe/tahu/ telur selalu ada, protein hewani, sayur dan buah kadang-kadang. Yang difikirkan ibu N saat ini terkait bayar sewa rumah dan biaya sekolah anak PT dan anak HN.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga Stressor jangka pendek yang dirasakan ibu N bersumber pada masalah keuangan keluarga seperti biaya sekolah anak PT dan anak HN yang masih sekolah di SMP dan TK, biaya kontrak rumah tiap bulan. Tetapi kondisi ini tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari keluarga. Sedangkan stressor jangka panjang yang dialami ibu N seperti cemas karena Bpk RS jarang pulang ke rumah, semua masalah keluarga ditanggung sendiri oleh ibu N bila Bpk RS belum pulang. 2. Respon terhadap stressor Upaya ibu N dalam mengatasi stress biasanya dengan cara menghibur sendiri dengan aktif mengikuti pengajian, arisan dan senam, pasrah dan memperbanyak berdoa dan saling komunikasi dengan keluarga yang lain. Hasil yang diperoleh ibu N merasa sedikit terobati setelah berdoa dan sembahyang.

3. Strategi koping yang digunakan Kalau tidak menemukan jalan keluar, baiasanya keluarga berkomunikasi dengan tetangga dan saudara-saudaranya untuk mengurangi beban yang dideritanya. Biasanya keluarga merasa nyaman setelah berkomunikasi dan curhat dengan tetangga yang mempunyai nasib yang sama melalui pengajian dan arisan yang diikuti. 4. Strategi adaptasi yang disfungsional

Dari hasil pengkajian, tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah secara maladaptif. G. PEMERIKSAAN FISIK Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan tanggal 2 Agustus 2009 : ASPEK Tensi (mmHg) TB dan BB Suhu (C) Nadi (x/mnt) Rambut kepala Mata, telinga, mulut, hidung, tenggorokan Ibu N 114/75 170cm, 65 kg 36,7 C 78 x/mnt Normal, rambut keriting Tidak ditemui gangguan pada mata, telinga, mulut & gigi bersih, hidung & tenggorokan normal Tidak ada kaku leher, pembesaran kelenjar tidak ada, pembesaran kelenjar jugularis tidak ada. Simetris, bunyi jantung normal, tidak ada kelainan, suara nafas vesicular Tidak ada pembengkakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada kelainan pergerakan, kekakuan sendi, kekuatan otot 5, ROM aktif. Anak PT 103/ 67 150cm, 40 kg 36,5 C 74 x/mnt Normal, rambut keriting Tidak ditemui gangguan pada mata, telinga, mulut & gigi bersih, hidung & tenggorokan normal Tidak ada kaku leher, pembesaran kelenjar tidak ada, pembesaran kelenjar jugularis tidak ada. Anak HN

85 cm, 20 kg 36,7 C 35x /mnt Tidak ditemui gangguan pada mata, telinga, mulut & gigi bersih, hidung & tenggorokan normal

Leher

Tidak ada kaku leher, pembesaran kelenjar tidak ada, pembesaran kelenjar jugularis tidak ada.

Thorax

Simetris, bunyi jantung normal, tidak ada kelainan, suara nafas vesicular Tidak ada pembengkakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, terdapat nyeri haid dengan skala nyeri 4. Tidak ada kelainan pergerakan, kekakuan sendi, kekuatan otot 5, ROM aktif.

Simetris, bunyi jantung normal, tidak ada kelainan, suara nafas vesicular Tidak ada pembengkakan hepar, ginjal, limpa, tidak teraba benjolan, bising usus positif, tidak ada nyeri tekan

Abdomen

Ektremitas atas dan bawah, persendian.

Tidak ada kelainan pergerakan, kekakuan sendi, kekuatan otot 5, ROM aktif.

Sistem genitalia Tidak diperiksa.

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan adanya nyeri haid pada anak PT dengan skala nyeri 4, adanya nyeri tekan pada perut saat haid. G.HARAPAN KELUARGA

Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada anak PT dan berharap tidak terjadi hal-hal yang merugikan kesehatan pada anak PT. II. ANALISIS DATA Berdasarkan pengkajian yang telah diuraikan, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan analisis masalah yang digambarkan dalam tabel 6.1 Tabel 6.1 Analisis masalah keperawatan keluarga Bpk RS NO 1 DATA DS : Keluarga mengatakan anak PT mengalami nyeri haid yang biasanya timbul 1 hari sebelum haid, dengan skala nyeri 4. Diagnosis Keperawatan Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Anak PT mengatakan bila haid badan terasa merawat anggota keluarga yang lemas, malas beraktivitas, mudah lelah. mengalami nyeri haid. Keluarga mengatakan bila nyeri haid, tidak Gangguan aktifitas sehari-hari pernah diobati dengan apapun. pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan Keluarga mengatakan tidak tahu proses ketidakmampuan keluarga terjadinya, penyebab dan cara perawatan nyeri merawat keluarga dengan nyeri haid. haid sebagai akibat kontraksi otot rahim saat pelepasan dinding DO: Anak PT tampak nyeri tekan pada perut. rahim waktu haid. 2 DS : Anak PT mengatakan mengalami keputihan yang timbul 1 hari sebelum haid, terasa gatal, berwarna putih kekuningan menempel pada celana dalam, tidak berbau. Kebiasaan anak PT mengganti pembalut bila haid 2 kali sehari dengan alas an air di sekolah kotor dan malas, kebiasaan mengganti celana dalam kadang 1 kali sehari, mandi rata-rata 1 kali sehari. Keluarga mengatakan tidak tahu penyebab keputihan, cara membersihkan alat kelamin dan perlunya kebersihan diri pada alat kelamin yang dapat menyebabkan infeksi. DO: Terdapat bercak kekuningan pada celana dalam. 3 DS: Anak PT mengatakan mandi rata-rata 1 kali sehari dengan alasan malas dan dingin. Anak PT mengatakan malu mempunyai masalah bau badan. Tindakan yang sudah dilakukan anak PT untuk mengurangi bau badan dengan menggunakan deodorant, mengurangi pengeluaran keringat berlebih. Anak PT mengatakan jarang bermain dengan teman tetangga karena alasan tidak suka dengan gaya hidup tetangga yang suka keluar malam dan sering nongkrong di jalan. Ibu N mengatakan anak PT pendiam. DO : Anak PT tampak pendiam dan jarang Harga diri rendah pada anak PT di keluarga Bpk RS berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan komunikasi efektif dengan keluarga. Risiko infeksi organ reproduksi wanita (keputihan) pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami keputihan. Kebiasaan personal hygiene keluarga rendah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal kesehatan reproduksi dan perlunya personal hygiene.

melihat petugas, cenderung pemurung dan jarang tersenyum. DS: Anak PT mengatakan lebih senang membicarakan masalah remaja dengan teman atau sepupu karena nyaman dan bebas. Anak PT mengatakan ibu N selalu bilanhg tidak baik, tidak boleh, masih kecil tidak boleh pacaran dan tidak boleh membawa teman pria ke rumah. Ibu N mengatakan anak PT memang pendiam dan jarang berkomunikasi dengannya. Komunikasi yang dilakukan keluarga tidak terbuka. DO: Terlihat jarang berkomunikasi dengan Ibu N III. PENAPISAN MASALAH 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT KRITERIA NILAI Sifat masalah: 3/3 x 1 actual Kemungkinan x2 masalah untuk diubah : sebagian Potensi dapat cukup masalah 2/3 x 1 dicegah: SKOR 1 1 PEMBENARAN Setiap haid, anak PT merasakan nyeri yang berlangsung 1 hari sebelum haid, tidak dilakukan tindakan apapun. Harapan keluarga terhadap kesembuhan tinggi tetapi kondisi nyeri haid yang dialami anak PT dapat disebabkan karena stress, kurang darah, hormon, posisi rahim. Anak PT merasakan nyeri saat haid. Keluarga tidak tahu penyebab, akibat dan perawatan sehingga perlu pemberian informasi tentang perawatan nyeri haid. Keluarga menganggap nyeri haid yang dialami anak PT merupakan hal biasa dan tidak perlu segera ditangani. Ketidakefektifan komunikasi remaja dengan orang tua di keluarga Bpk RS berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal pertumbuhan dan perkembangan remaja. Gangguan hubungan interpersonal antara remaja dengan orang tua dan teman berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan komunikasi efektif dengan remaja.

2/3

Menonjolnya x1 masalah : masalah ada tapi tidak perlu segera ditangani TOTAL SKOR

3 1/6

2. Risiko infeksi organ reproduksi wanita pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT KRITERIA Sifat masalah: risiko NILAI 2/3 x 1 SKOR 2/3 PEMBENARAN Keputihan yang dialami anak PT timbul 1 hari sebelum haid, tetapi tidak terasa gatal dan berisiko untuk terjadinya infeksi organ reproduksi, tidak diobati apapun, keluarga tidak tahu cara perawatan organ reproduksi wanita, tidak tahu penyebab dan akibat Penyebab keputihan yang dialami anak PT kemungkinan akibat kebiasaan yang dilakukan terkait perawatan organ reproduksi yaitu mengganti pembalut 2 kali sehari, mengganti celana dalam kadang 1 kali sehari. Keluarga tidak mengetahui penyebab, akibat, perawatan keputihan serta dampak terhadap kesehatan reproduksi wanita, sehingga perlu pemberian informasi secara jelas. Keluarga mengganggap masalah keputihan yang terjadi merupakan hal alami terhadap remaja, tetapi tidak perlu segera ditangani.

Kemungkinan 2/2 x 2 masalah untuk diubah : mudah Potensi dapat cukup masalah 2/3 x 1 dicegah:

2/3

Menonjolnya x1 masalah : masalah ada tapi tidak perlu ditangani

TOTAL SKOR

3 5/6

3. Harga diri rendah pada anak PT di keluarga Bpk RS KRITERIA Sifat gangguan NILAI masalah: 3/3 x 1 SKOR 1 PEMBENARAN Anak PT mengatakan malu mempunyai masalah bau badan, ibu N mengatakan anak PT pendiam. Anak PT jarang menatap petugas, jarang tersenyum dan pemurung. Kebiasaan anak PT mandi 1 kali sehari dengan alas an malas dan dingin, anak PT sudah berusaha mengurangi bau badan dengan menggunakan deodorant, mengurangi pengeluaran keringat berlebih. Keuarga tidak mengetahui pentingnya perawatan diri pada remaja dan akibat pengaruh perubahan pada remaja, sehingga perlu pemberian informasi secara jelas. Keluarga menganggap masalah penurunan harga diri yang terjadi merupakan hal alami terhadap remaja, tetapi tidak perlu segera ditangani.

Kemungkinan x2 masalah untuk diubah : sebagian Potensi masalah 2/3 x 1 dapat dicegah: cukup Menonjolnya x1 masalah : masalah ada tapi tidak perlu segera ditangani TOTAL SKOR

2/3

3 1/6

4. Ketidakefektifan komunikasi remaja dengan orang tua di keluarga Bpk RS KRITERIA Sifat masalah: risiko NILAI 2/3 x 1 SKOR 2/3 PEMBENARAN Anak PT mengatakan lebih senang membicarakan masalah remaja dengan teman dan sepupu, anak PT tidak perlu membicarakan dengan ibu N karena selalu bilang tidak baik, tidak boleh, masih kecil. Ibu N mengatakan anak PT jarang berkomunikasi dengannya. Komunikasi yang dilakukan keluarga tidak terbuka antara anak dan orang tua. Anak PT sudah terlanjur merasa tidak enak dan malu bila harus berdiskusi dengan ibu N. Keluarga tidak mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap remaja, apa akibatnya bila tidak berkomunikasi terbuka sehingga perlu pemberian informasi secara jelas. Keluarga tidak merasakan adanya masalah akibat komunikasi dengan remaja, karena menganggap hal yang memang harus dia lakukan sebagai ibu.

Kemungkinan x2 masalah untuk diubah : sebagian Potensi dapat cukup masalah 2/3 x 1 dicegah:

2/3

Menonjolnya 0/2 x 1 masalah : masalh tidak dirasakan TOTAL SKOR

1 4/6

5. Gangguan aktifitas sehari-hari pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT KRITERIA NILAI Sifat masalah: 3/3 x 1 actual Kemungkinan x2 masalah untuk diubah : sebagian SKOR 1 1 PEMBENARAN Setiap haid, anak PT merasakan malas beraktivitas, malas bergerak, inginnya tiduran terus. Keinginan keluarga terhadap kesembuhan tinggi tetapi kondisi nyeri haid dengan skala nyeri 4 yang dialami anak PT dapat disebabkan kerena stress, kurang darah, hormon, posisi rahim.

Potensi dapat cukup

masalah 2/3 x 1 dicegah:

2/3

Menonjolnya x1 masalah : masalah ada tapi tidak perlu segera ditangani TOTAL SKOR

Anak PT merasakan nyeri saat haid. Keluarga tidak tahu penyebab, akibat dan perawatan sehingga perlu pemberian informasi tentang perawatan nyeri haid. Keluarga menganggap nyeri haid yang dialami anak PT merupakan hal biasa dan tidak perlu segera ditangani.

3 1/6

6. Kebiasaan personal hygiene keluarga rendah KRITERIA NILAI Sifat masalah: 3/3 x 1 actual Kemungkinan x2 masalah untuk diubah : sebagian Potensi dapat cukup masalah 2/3 x 1 dicegah: SKOR 1 1 PEMBENARAN Keluarga khususnya anak PT mandi rata-rata 1 kali sehari, mengganti pembalut 2 kali sehari, mengganti celana dalam 2 kali sehari. Perilaku keluarga sudah terbentuk sejak lama sehingga perlu waktu untuk merubahnya. Penyebab keputihan yang dialami anak PT kemungkinan akibat perilaku yang dilakukan terkait perawatan organ reproduksi. Keluarga tidak mengetahui penyebab, akibat, perawatan keputihan serta dampak terhadap kesehatan reproduksi wanita sehingga perlu pemberian informasi secara jelas. Keluarga menganggap masalah kurangnya kebiasaan personal hygiene merupakan hal yang tidak perlu segera ditangani.

2/3

Menonjolnya x1 masalah : masalah ada tapi tidak perlu ditangani TOTAL SKOR

3 1/6

7. Gangguan hubungan interpersonal antara remaja dengan orang tua dan teman KRITERIA NILAI Sifat masalah: 3/3/x 1 actual Kemungkinan x2 masalah untuk diubah : sebagian Potensi dapat cukup masalah 2/3 x 1 dicegah: SKOR 1 1 PEMBENARAN Anak PT jarang keluar rumah, tidak bergaul dengan teman sekitar rumah, jarang berkomunikasi dengan orang tua. Kondisi murung dan tidak suka keluar rumah dan bergaul sudah dilakukan remaja sejak lama dengan alas an malas bergaul karena tidak suka dengan gaya hidup teman di sekitar rumahnya. Keluarga tidak mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap remaja, apa akibatnya bila remaja tidak bergaul dengan lingkungan, sering murung, tidak komunikasi terbuka sehingga perlu pemberian informasi secara jelas. Keluarga tidak merasakan adanya masalah akibat komunikasi dengan remaja, karena menganggap hal yang memang harus dia lakukan sebagai ibu.

2/3

Menonjolnya 0/2 x 1 masalah : masalah tidak dirasakan TOTAL SKOR

1 4/6

III. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Risiko infeksi organ reproduksi wanita (keputihan) pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami keputihan.

2. Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri haid. 3. Harga diri rendah pada anak PT di keluarga Bpk RS berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mempersiapkan perubahan yang terjadi pada remaja. 4. Gangguan aktifitas sehari-hari pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan nyeri haid sebagai akibat adanya kontraksi otot rahim saat pelepasan dinding rahim waktu haid. 5. Kebiasaan personal hygiene keluarga rendah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal kesehatan reproduksi dan perlunya personal hygiene. 6. Ketidakefektifan komunikasi remaja dengan orang tua di keluarga Bpk RS berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan remaja. 7. Gangguan hubungan interpersonal antara remaja dengan orang tua dan teman berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan komunikasi efektif dengan remaja. B. PERENCANAAN Rencana asuhan keperawatan keluarga Bpk RS DIAGNOSIS KEPERAWATAN Risiko infeksi organ reproduksi wanita (keputihan) pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami keputihan. TUJUAN Tujuan umum: Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 4 minggu, tidak terjadi risiko infeksi pada organ reproduksi wanita pada anak PT. Tujuan khusus: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x45 menit, keluarga mampu: 1. Mengenal Respon keputihan verbal dengan: a. Menjelaskan pengertian KRITERIA STANDAR RENCANA INTERVENSI EVALUASI EVALUASI

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina.

Diskusikan dengan keluarga pengertian keputihan. Ajarkan keluarga untuk

keputihan.

b. Menjelaskan jenis keputihan beserta tandanya.

Respon verbal

Menyebutkan jenis keputihan dan tandanya: 1. Keputihan fisiologis: -Tidak berbau, gatal, bengkak, panas dan pedih saat buang air kecil. -Biasanya disebabkan karena hormone. -Biasanya terjadi sebelum & sesudah haid. -Warna jernih tidak begitu banyak, putih. Keputihan patologis: -Disertai gatal, nyeri, bengkak, pedih saat buang air kecil. -Putih seperti susu basi, berbau amis. -Jumlahnya banyak, berwarna kuning/hijau bercampur darah. Menyebutkan 3 dari 5 penyebab keputihan: 1. Kurangnya perawatan organ reproduksi. 2. Infeksi akibat keganasan 3. Benda asing dalam rahim. 4. Pemeriksaan yang tidak steril 5. Penyakit menular seksual.

mengungkap kembali pengertian keputihan. -Diskusikan dengan keluarga jenis keputihan yang terjadi pada anak PT. -Gali pendapat keluarga tentang tanda keputihan yang terjadi pada keluarga. -Motivasi keluarga untuk mengungkap kan kembali jenis dan tanda keputihan.

c. Menyebutkan penyebab keputihan

Respon verbal

2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mencegah infeksi organ reproduksi: Respon a. verbal Menjelaskan akibat yang terjadi bila

-Diskusikan dengan keluarga penyebab keputihan. -Beri kesempatan keluarga bertanya. -Motivasi keluarga untuk mengungkap kan kembali penyebab dari keputihan. -Beri penjelasan keluarga tentang tanda penyakit yang dapat diketahui dari adanya Menyebutkan tanda keputihan terjadinya penyakit berlebihan. yang disebabkan -Beri keputihan kesempatan berlebihan seperti: keluarga untuk

keputihan tidak diatasi. b. Mengambil Respon keputusan verbal untuk mencegah agar keputihan agar tidak berlanjut. 3. Keluarga mampu merawat keputihan dengan: a. Respon Menjelaskan verbal cara perawatan keputihan.

1. Kanker leher rahim 2. Infertilitas Keputusan keluarga untuk mengatasi keputihan agar cepat sembuh dan tidak berlanjut.

bertanya. -Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi keputihan. -Beri pujian atas keputusan yang diambil keluarga.

Respon psikomotor

Cara perawatan keputihan: 1. Gunakan air bersih untuk mencuci vagina. 2. Gunakan celana dalam yang menyerap keringat. 3. Ganti pembalut bila haid 4-5x/ hari 4.Hindari penggunaan celana panjang yang ketat. 5. Pakai celana dalam yang menyerap keringat. 6. Hindari terlalu sering menggunakan pembilas vagina. Keluarga mendemonstrasikan kembali cara perawatan keputihan seperti membasuh vagina dengan gerakan dari atas ke bawah, obat tradisional dengan cara : 1 genggam gambir direndam dalam gelas air, lalu gunakan untuk mencuci vagina sesudah BAK atau setiap terasa gatal Keluarga bersedia melakukan control diri (self control) terhadap perawatan organ reproduksi yang dilakukan setiap hari dengan

-Gali pengetahuan keluarga dalam mengatasi keputihan. -Diskusikan dengan keluarga cara perawatan yang sudah dilakukan. -Motivasi keluarga untuk mengungkap kan kembali apa yang telah disampaikan.

-Demonstrasi kan cara perawatan keputihan. -Motivasi keluarga untuk redemonstrasi. -Beri pujian positif atas upaya yang sudah dilakukan keluarga.

Respon verbal

-Memotivasi keluarga terhadap perawatan organ reproduksi. -Memberikan

4. Memodifikasi lingkungan dalam perawatan keputihan.

Respon verbal

Respon verbal

5. Keluarga Respon mampu verbal memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi keputihan.

panduan yang pujian terhadap sudah disiapkan. upaya yang dilakukan keluarga. Menciptakan -Diskusikan lingkungan rumah dengan yang bersih, keluarga cara pakaian yang menciptakan bersih, kebersihan lingkungan badan dengan rumah yang mandi teratur bersih. minimal 2 kali -Beri sehari. kesempatan keluarga untuk bertanya. Keluarga bersedia -Memotivasi menciptakan keluarga kebersihan rumah, terhadap pakaian dan perawatan kebersihan tubuh organ untuk membantu reproduksi. perawatan organ -Memberikan reproduksi yang pujian terhadap dilakukan setiap upaya yang hari. dilakukan keluarga. Memberi -Klarifikasi penyuluhan tentang pengetahuan manfaat fasilitas keluarga pelayanan tentang manfaat kesehatan dalam fasilitas mengatasi kesehatan. keputihan. -Motivasi keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan bila keputihan berlanjut dengan disertai gatal.

2. Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk RS khususnya anak PT berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri haid.

Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 minggu, diharapkan nyeri haid berkurang. Tujuan khusus: Setelah pertemuan 6x45 menit, keluarga mampu: 1. Mengenal masalah nyeri -Diskusikan dengan keluarga pengertian haid. Anjurkan keluarga untuk mengungkap kembali pengertian haid.

haid dengan: a. Respon Menjelaskan verbal apa yang dimaksud haid.

Haid adalah peristiwa luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah.

-Diskusikan tanda dan gejala yang biasanya terjadi pada anak PT. -Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali haid.

b. Menjelsakna tanda/gejala sebelum haid.

Respon verbal

c. Menjelaskan penyebab nyeri haid

Respon verbal

Menyebutkan 5 dari 8 tanda/gejala yang terjadi sebelum haid: 1. Malas 2. Mudah lelah 3. Lemas 4. Emosi stabil 5. Nyeri kepala 6. Pingsan 7. Kram perut 8. Sakit pada payudara Menyebutkan 3 dari 4 penyebab nyeri haid: 1. Hormon 2. Posisi rahim 3. Penyakit infeksi rahim 4. Faktor psikis seperti stress, shock

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi nyeri haid: a. Menjelaskan Respon akibat yang verbal terjadi bila nyeri haid tidak diatasi. b. Mengambil Respon keputusan verbal untuk mencegah nyeri haid agar tidak bertambah parah.

-Diskusikan tanda/gejala yang biasanya terjadi pada anak PT. -Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali tanda sebelum haid. -Beri pujian atas jawaban yang benar. -Diskusikan bersama keluarga penyebab nyeri haid. -Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penyebab nyeri haid. -Jelaskan kembali tentang hal-hal yang telah didiskusikan. -Identifikasi akibat nyeri haid yang lalu. -Motivasi keluarga untuk mengungkap Menyebutkan kan kembali akibat bila nyeri akibat nyeri haid tidak diatasi haid bila tidak seperti syok, diatasi. TD/N/RR meningkat. Keputusan keluarga -Diskusikan untuk mengatasi dengan nyeri haid agar keluarga tidak bertambah tentang parah. rentangan nyeri yang dialami remaja untuk mengambil keputusan

3. Merawat Respon keluarga verbal dengan nyeri haid: a. Menjelaskan cara perawatan nyeri haid.

Cara perawatan nyeri haid: 1. Kompres dengan air hangat. 2. Mandi air hangat 3. Minum minuman hangat 4. Menggosok perut/ pinggang yang sakit. 5. Posisi menungging 6. Kurangi makanan bergaram 7. Minum air putih, juice buah-buahan, the chamomile. 8. Kurangi makanan yang mengandung kafein, coklat. 9. Jika banyak mengeluarkan darah, makan suplemen zat besi.

selanjutnya. -Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi nyeri haid. -Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi nyeri haid secara tepat. -Beri reinforcement atas keputusan yang diambil keluarga. -Gali pengetahuan keluarga dalam mengatasi nyeri haid. -Diskusikan dengan keluarga cara perawatan nyeri haid. -Motivasi keluarga untuk mengungkap kan kembali apa yang telah disampaikan.

C. PELAKSANAAN & EVALUASI Catatan perkembangan asuhan keperawatan keluarga Bpk RS TANGGAL 2-8-2009 NO DX 1.1 IMPLEMENTASI Diskusikan bersama keluarga dengan menggunakan leaflet: -Pengertian keputihan -Jenis keputihan -Tanda keputihan -Penyebab keputihan EVALUASI Subjektif: -Keluarga mengatakan bahwa jenis keputihan yang terjadi pada anak PT gatal, tidak begitu berbau, PARAF

Menanyakan keluarga hal-hal belum dimengerti.

pada yang

Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali tentang pengertian, jenis, tanda dan penyebab keputihan. Memberi pujian atas jawaban yang benar dari keluarga.

6-8-2009

1.2

Dengan menggunakan leaflet: Menjelaskan akibat bila keputihan berlanjut. Bersama keluarga identifikasi adanya keputihan yang berlebih. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat keputihan anak PT. Memberi pujian atas keinginan keluarga dalam

warna kekuningan dan meninggalkan bekas di celana dalam. -Keluarga mengatakan bahwa keputihan merupakan cairan selain darah yang keluar dari vagina. -Keluarga mengatakan penyebab keputihan adalah infeksi, kurangnya perawatan diri dan kebersihan vagina. Objektif: -Keluarga menyimak penjelasan dengan baik. -Keluarga berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Analysis: TUK 1 tercapai sesuai rencana Planning: Evaluasi kembali TUK 1 tentang pengertian, jenis, tanda dan penyebab keputihan pada pertemuan kunjungan berikut. Lanjutkan ke TUK 2 tentang bagaimana mengidentifikasi keputihan berlanjut untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan keluarga. Subjektif: -Keluarga mengatakan kalau keputihan tidak dirawat, dapat timbul infeksi berlanjut. -Keluarga mengatakan akan memperhatikan anak PT secara lebih perhatian untuk mengurangi keputihan supaya tidak berlanjut.

memutuskan untuk merawat keputihan anak PT. Objektif: -Keluarga menyimak setiap penjelasan dengan baik. -Keluarga berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Analysis: TUK 2 tercapai sesuai rencana. Planning: Evaluasi kembali TUK 2 terhadap identifikasi adanya keputihan berlanjut pada kunjungan berikutnya. Lanjutkan TUK 3 tentang cara mengatasi keputihan dan cara perawatan organ reproduksi wanita. Subjektif: -Keluarga mengatakan cara perawatan keputihan dengan mencuci vagina pakai air bersih, mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, hindari penggunaan pembilas vagina, ganti pembalut 4-5 kali sehari.

9-8-2009

1.3

Dengan menggunakan leaflet: Menggali pengetahuan keluarga dalam mengatasi keputihan. Mendiskusikan dengan keluarga cara perawatan keputihan yang sudah dilakukan. Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali cara perawatan keputihan sesuai dengan yang dijelaskan. Menanyakan pada keluarga cara yang akan dipilih dalam merawat keputihan terkait penggunaan celana dalam, pembalut dan air bersih. Memberi penguatan atas pilihan keluarga.

Objektif: -Keluarga menyimak penjelasan dengan baik -Keluarga menjawab pertanyaan yang

diajukan. Analysis: TUK 3 tercapai sebagian Planning: -Demonstrasi cara membasuh bagina dan obat tradisonal yang telah disampaikan. -Evaluasi kembali TUK 3 tentang cara perawatan organ reproduksi wanita pada kunjungan berikutnya. Subjektif: -Keluarga mengatakan akan berusaha mencoba merawat keputihan pada anak PT seperti yang dijelaskan.

12-8-1009

1.3

Mengevaluasi TUK 1,2,3 yang telah dilakukan pada pertemuan minggu yang lalu mengenai pengertian, jenis, tanda, penyebab keputihan dan cara perawatan organ reproduksi wanita. Mendemonstrasikan kepada keluarga cara merawat/ membasuh vagina. Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara membasuh vagina. Menjelaskan cara menilai keberhasilan dari perawatan kebersihan organ reproduksi seharihari menggunakan self control. Memberi pujian atas tindakan demonstrasi cara membasuh vagina yang telah dilakukan keluarga.

18-8-2009

1.4

Dengan leaflet:

Objektif: -Keluarga mendemonstrasikan cara perawatan keputihan sesuai dengan yang dianjurkan. Analysis: TUK 3 tercapai sebagian Planning: Lanjutkan TUK 4 tentang cara modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko infeksi organ reproduksi wanita. menggunakan Subjektif: -Keluarga

Mendiskusikan cara menciptakan lingkungan rumah yang bersih, pakaian dan kebersihan badan. Menanyakan keluarga hal-hal belum dimengerti.

mengatakan keputihan juga dapat diakibatkan lingkungan, pakaian dan kebersihan badan pada yang kurang sehat. yang Objektif: -Keluarga menyimak dengan serius dan antusias. Analysis: TUK 4 tercapai sebagain. Planning: -Evaluasi kembali TUK 1,2,3,4 pada pertemuan selanjutnya. -Lanjutkan TUK 5 mengenai penggunaan fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan keluarga. Subjektif: -Keluarga mengatakan kalau nantinya keputihan pada anak PT berlanjut, gatal dan banyak, akan dibawa ke Puskesmas terdekat.

26-8-2009

1.5

Dengan menggunakan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga jenis-jenis fasilitas kesehatan yang digunakan keluarga. Mendiskusikan tentang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk menangani keputihan. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan bila keputihan berlanjut dan gatal.

Objektif: -Keluarga tampak kooperatif. Analysis: TUK 4,5 tercapai sebagian. Planning: -Evaluasi kembali TUK 4,5 mengenai cara modifikasi lingkungan rumah dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. -Evaluasi perilaku keluarga dalam perawatan organ reproduksi vagina

dengan self control. 30-8-2009 2.2 Dengan menggunakan leaflet: Menjelaskan akibat dan bahayanya bila nyeri haid tidak diatasi. Bersama keluarga identifikasi adanya nyeri haid berlanjut. Memotivasi keluarga untuk merawat nyeri haid pada anak PT. Memberi pujian atas keinginan keluarga dalam memutuskan untuk merawat nyeri haid pada anak PT. Subjektif: -Keluarga mengatakan nyeri haid yang terjadi pada anak PT termasuk nyeri ringan dengan skala 2, terjadi 1-2 hari menjelang haid. -Keluarga mengatakan haid merupakan proses meluruhnya sel telur yang tidak dibuahi. -Keluarga mengatakan gejala yang terjadi sebelum haid seperti perasaan malas, emosi labil, nyeri kepala, kram perut, pingsan. -Keluarga mengatakan nyeri pada remaja dapat disebabkan hormon, posisi rahim,penyakit infeksi rahim, faktor psikis seperti stress. Objektif: -Keluarga menyimak setiap penjelasan dengan baik. Analysis: TUK 1 tercapai sesuai rencana. Planning: -Evaluasi kembali TUK 1 tentang pengertian, gejala, penyebab nyeri haid pada kunjungan berikutnya. -Lanjutkan ke TUK 2 tentang bagaimana mengidentifikasi nyeri haid untuk pengambilan keputusan yang akan diambil keluarga. Subjektif: -Keluarga mengatakan cara

4-9-2009

2.3

Dengan leaflet: Menggali

menggunakan pengetahuan

keluarga dalam mengatasi nyeri haid. Mendiskusikan dengan keluarga cara perawatan nyeri haid yang sudah dilakukan. Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali cara perawatan nyeri haid sesuai dengan yang dijelaskan. Menanyakan pada keluarga cara yang akan dipilih dalam mengurangi nyeri haid dengan kompres air hangat dan imagery guided. Memberi penguatan atas pilihan keluarga.

perawatan nyeri haid dengan kompres air hangat, mandi air hangat, minum minuman hangat, menggosok perut yang sakit, relaksasi, kurangi makanan bergaram, minum air putih/juice buah/the chamomile, kurangi kafein/coklat, minum suplemen zat besi agar terhindar dari anemia. Objektif: -Keluarga menyimak penjelasan dengan baik. -Keluarga menjawab pertanyaan yang diajukan. Analysis: TUK 3 tercapai sebagian. Planning: -Demonstrasi cara mengatasi nyeri haid dengan kompres hangat dipadu imagery. -Evaluasi kembali TUK 3 tentang cara mengatasi nyeri haid dengan kompres hangat dipadu imagery. -Evaluasi nyeri haid setelah dilakukan terapi menggunakan self kontrol. Subjektif: -Keluarga mengatakan akan berusaha mencoba merawat nyeri haid pada anak PT seperti yang dijelaskan.

6-9-2009

2.4

Menevaluasi TUK 1,2,3 yang telah dilakukan pada pertemuan minggu yang lalu mengenai pengertian, gejala dan penyebab nyeri haid, cara mengurangi nyeri haid. Mendemonstrasikan kepada keluarga cara mengurangi nyeri haid dengan imagery, kompres hangat.

Meminta keluarga untuk redemonstrasi cara mengurangi nyeri haid dengan kompres hangat dan imagery. Menjelaskan cara menilai keberhasilan dalam mengurangi nyeri haid dengan menggunakan self control terhadap perubahan penurunan denyut nadi, skala nyeri dan lama nyeri.

2.3

Objektif: -Keluarga mendemonstrasikan cara mengurangi nyeri haid sesuai dengan yang dianjurkan. -Keluarga tampak antusias. Memberi pujian atas Analysis: tindakan demonstrasi cara TUK 3 tercapai mengurangi nyeri haid sebagian. yang telah dilakukan kleuarga. Planning: Lanjutkan TUK 4 tentang cara modifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri haid berlanjut dengan menciptakan suasana tenang, komunikasi dengan remaja. Dengan menggunakan Subjektif: leaflet: -Keluarga Mendiskusikan cara mengatakan nyeri menciptakan lingkungan haid juga dapat yang tenang, komunikasi diakibatkan dengan remaja, menjaga lingkungan, makanan dan psikis makanan, psikis remaja untuk mengurangi yang kurang sehat. nyeri haid. Menanyakan keluarga hal-hal belum dimengerti. pada Objektif: yang Keluarga menyimak dengan serius dan antusias. Analysis: TUK 4 tercapai sebagian. Planning: -Evaluasi kembali TUK 1,2,3,4 pada pertemuan selanjutnya. -Lanjutkan TUK 5 mengenai penggunaan fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan keluarga bila nyeri haid berlanjut.

2.4

Dengan menggunakan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga jenis fasilitas kesehatan yang digunakan keluarga. Mendiskusikan manfaat fasilitas kesehatan yang digunakan untuk menangani nyeri haid. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan bila nyeri haid berlanjut.

Subjektif: -Keluarga mengatakan kalau nantinya nyeri haid anak PT berlanjut akan segera dibawa ke Puskesmas.

Objektif: Keluarga tampak kooperatif. Analysis: TUK 4,5 tercapai sebagian. Planning: -Evaluasi kembali TUK 4,5 mengenai cara modifikasi lingkungan rumah dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. -Evaluasi perilaku keluarga dalam pelayanan nyeri haid dengan self control.

BAB VII APLIKASI PRAKTIS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAGI PRAKTISI PERAWAT PERKESMAS.
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas, yang merupakan bagian integral upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan (DepKes, 2006). Upaya Perkesmas dilaksanakan secara terpadu baik upaya kesehatan perorangan maupun kesehatan

masyarakat dalam enam upaya kesehatan wajib Puskesmas (Promosi kesehatan, KIA/KB, Gizi, P2M, Kesehatan lingkungan dan Pengobatan) maupun upaya pengembangan yang wajib dilaksanakan didaerah tertentu. Sasaran prioritas Perkesmas adalah sasaran yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai kesepakatan daerah, dengan tetap memfokuskan pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga rentan (miskin) dan keluarga dengan masalah risiko tinggi. Pencapaian target sasaran diharapkan mendukung tercapainya target pelayanan kesehatan bermutu yang diukur berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), seperti gambar 7.1. Gambar 7.1 Upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan di Puskesmas
STRATEGI PELAYANAN PERKESMAS
PROMKES KIA &KB GIZI KESLING P2M PENGOBATAN PERK ES MAS (s e da ng diupa y a ka n)

UPAYA PENGEMBANGAN

PERKES MAS

UPAYA PENGEM BANGAN

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)


Ditwat 29

Pelaksanaan kegiatan perkesmas di Puskesmas, dilakukan oleh perawat perkesmas menggunakan pendekatan proses keperawatan (nursing process) yaitu tahap pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menggunakan pendekatan proses keperawatan yang didokumentasikan. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga di Puskesmas, menggunakan format pengkajian keluarga yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan R.I tahun 2006 yaitu: A. PENGKAJIAN a. Format pengkajian tahap I Nama Kepala Keluarga Nomor register Alamat Tanggal pengumpulan data 1. Data dasar anggota keluarga No Nama L/P Tanggal. Hub Th lahir 1 2 3 4 5 Bpk SW Ibu I Anak S Anak D Anak DD L P P L L 38 th 34 th 16 th 8 th 1,5 th dg KK KK Istri Anak Anak Anak SMEA SD SMP klas1 SD klas 2 Belum skl Kuli bangunan Islam Islam Islam Islam Islam Pendidikan Pekerjaan Agama Suku bangsa Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia : Bapak SW : : Jl. Bengawan RT 05 RW 06 Kelurahan Padang Griya : 3 Agustus 2009

II. Status kesehatan anggota keluarga


Kelu han TB B B TD N S R K.U Kon jung tiva Riwa yat peny/ ketu runan Alat Bantu / prote sa Olah Raga Tidur A Na Li sis ma sa lah 165 60 125/8 5 150 45 120/8 0 Nye ri haid Risi ko cide ra Bi ang keri ngat 8, 5 88 3 7 normal 130 30 160 50 110/7 5 80 88 80 80 3 6 3 6 3 6 3 6 24 Se hat Normal 22 26 24 Se hat Se hat Normal normal normal Tdk per nah Tdk per nah Tdk per nah Tdk per nah Tdk per nah 12 jam/hr 10 jam/hr 9 jam/hr 8 jam/hr 8 jam/hr

III. Upaya peningkatan kesehatan


No A Uraian pertanyaan Bayi/balita Tanyakan pada ibu apakah: 1. Imunisasi dasar lengkap 2. KMS di rumah 3. Vit A pada 6 bln terakhir 4. Stimulasi tumbuh kembang secara efektif 5. Mengenal PASI-PMT B 6. Menggunakan buku KIA Remaja Tanyakan pada remaja apakah: 1. Tidak mempunyai kebiasaan merokok. 2. Pernah mendapat informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja. 3. Pernah mendapat informasi tentang narkoba dan Kesehatan reproduksi. V V V Karena masih dianggap anak kecil, belum pantas, segan, tidak bebas V V V V V V Ya Tidak Alasan jika tidak

C 1

Ibu Hamil (Bumil) Tanyakan pada bumil apakah: 1. ANC dilakukan sesuai usia kehamilan sesuai buku KIA.

2. Sudah mendapat imunisasi pada kehamilan ini. 2 3 D 3. Sudah mendapat tablet Fe pada 3 bulan terakhir. Melakukan perawatan payudara Observasi keadaan ibu, apakah anemia Ibu meneteki (Buteki) Tanyakan pada ibu apakah: 1. Memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai umur 6 bulan. 2. Menjadi akseptor KB-MKET 3. Melakukan perawatan payudara selama menyusui. 4. Memeriksakan diri ke petugas kesehatan E menggunakan buku KIA. Usia lanjut (Lansia) Tanyakan apakah lansia: 1. Mendapat nutrisi & cairan dalam jumlah cukup (BBS) 2. Mengikuti kegiatan social seperti kelompok lansia, keagamaam dll. 3. Melakukan kesehatan F 4. Memiliki KMS lansia di rumah. Pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga. Tanyakan kepada ibu rumah tangga/ anggota keluarga lain apakah: 1. Komposisi makanan bervariasi 2. Cara mengolah makanan tepat 3. Frekuensi makan anggota keluarga minimal 3x/hari 4. Apakah keluarga terbiasa dengan pola makan bersama V V V V pemeriksaan rutin kepada petugas

IV. Psikososial
No 1 Uraian pertanyaan Tanyakan kepada salah satu anggota keluarga apakah: 1. Pengambil keputusan di keluarga adalah : ayah, ibu, anak, kakek, nenek atau . (pilih salah satu) 2. Pemecahan masalah dilakukan dengan cara 2 musyawarah. Observasi apakah hubungan antara anggota keluarga erat V V Ya V Tidak Alasan jika tidak

V. Sosial budaya spiritual


No 1 Uraian pertanyaan Tanyakan apakah: 1. Keluarga beribadah sesuai agama 2. Mempunyai kepercayaan (tabu) yang berlawanan dengan kesehatan. 3. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (misal : perkumpulan warga, arisan, kerja bakti) V Ya V V Tidak Alasan jika tidak

VI. Sosial ekonomi


No 1 Uraian pertanyaan Tanyakan pada KK apakah 1. Keluarga memiliki penghasilan tetap. 2. Keluarga memiliki dana untuk pemeliharaan kesehatan (misal: uang, kartu sehat, Askes/JPKM) Ya V V Keluarga sebagai pedagang Tidak Alasan jika tidak

kaki

keliling dengan penghasilan pas pasan.

VII. Kesehatan lingkungan


No 1 Uraian pertanyaan Di luar rumah observasi apakah: 1. Keluarga memanfaatkan pekarangan yang ada 2. Kondisi secara umum bersih (tidak ada sampah) 3. Tempat pembuangan sampah tertutup (sampah tidak berserakan) 4. Tidak ada sumber pencemaran - Air - Udara 5. Ada faktor risiko yang mengakibatkan cidera V V V Kurang pengawasan, lingkungan rumah sempit, balita sering berlari-larian, gulat, bertinju dengan anak tetangga V V V Ya Tidak Alasan jika Tidak

Di dalam rumah, observasi apakah: 1. Luas rumah bangunan sama dengan jumlah anggota Keluarga (lebih 8 meter per orang) 2. Penataan perabotan rapi bersih 3. Penerangan dan sinar matahari cukup 4. Luas ventilasi rumah > 10% 5. Jenis lantai : - Ubin - Tanah 6. Dinding : - Papan/ tembok - Anyaman bamboo 7. Atap: - Genteng/ asbes/seng - Daun nipah 8. Sumber air bersih : - Sumur - PAM 9. Bila sumber air bersih menggunakan sumur, jarak dengan jamban 10 meter, harus ada cincin dan lantai sumur. 10. Kondisi fisik air minum memenuhi kriteria air sehat (tidak beras, tidak berwarna, tidak berbau) 11. Tempat pembuangan air minum tertutup. 12. Tempat sampah tertutup. 13. Tempat penyimpanan makanan tertutup dan terlindungi. 14. Tidak banyak vektor penyakit (misal: lalat, nyamuk, tikus dll). 15. Jamban memenuhi syarat jamban sehat. V V V V V V V V V V V V V V V

b. Format pengkajian tahap II

Masalah Kesehatan NO
1

: Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk SW khususnya anak S. Hasil penjajagan
Keluarga tidak tahu penyebab, akibat dan cara perawatan nyeri haid. Keluarga mengatakan bila haid, badan terasa lemas, malas beraktivitas, mudah lelah. Keluarga menganggap nyeri haid yang dialami anak S merupakan hal biasa dan tidak perlu segera ditangani. Keluarga mengatakan bila nyeri haid, diobati dengan feminax 1 butir sehari yang dibeli di warung sebelah rumah. Anak S minum air teh hangat untuk mengurangi nyeri haid.

Uraian pertanyaan
Kemampuan mengenal masalah: 1. Apa yang keluarga ketahui tentang masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Apa yang keluarga ketahui tanda/gejala tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Sebutkan penyebab masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan mengambil keputusan: 1. Menurut keluarga apa akibat lanjut tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 2. Apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan: 1. Jelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Jelaskan bagaimana caranya merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 4. Hambatan apa yang ibu hadapi dalam melakukan penanggulangan masalah dirumah. Kemampuan memodifkasi lingkungan: 1. Bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah atau kesembuhan penyakit. 2. Apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan (sebutkan data lingkungan yang maladaptif) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan: 1. Jelaskan apa saja yang diperoleh dari Polindes/ Pustu/Puskesmas/RS. 2. Adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/ fasilitas kesehatan.

II

III

IV

Masalah Kesehatan NO
1

: Risiko kerusakan integritas kulit pada keluarga Bpk SW khususnya anak DD Hasil penjajagan
Ibu I mengatakan tidak tahu cara perawatan biang keringat. Ibu I mengatakan biang keringat yang dialami anak DD akibat udara panas, sudah 1 bulan yang lalu. Keluarga mengatakan biang keringat yang dialami merupakan hal biasa dan tidak perlu segera ditangani. Biang keringat pada anak DD tidak diobati apapun, cukup digaruk saja.

Uraian pertanyaan
Kemampuan mengenal masalah: 1. Apa yang keluarga ketahui tentang masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Apa yang keluarga ketahui tanda/gejala tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Sebutkan penyebab masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan mengambil keputusan: 1. Menurut keluarga apa akibat lanjut tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 2. Apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan: 1. Jelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Jelaskan bagaimana caranya merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 4. Hambatan apa yang ibu hadapi dalam melakukan

II

III

penanggulangan masalah dirumah. IV Kemampuan memodifkasi lingkungan: 1. Bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah atau kesembuhan penyakit. 2. Apa yang keluarga ketahui alas an pentingnya menjaga kesehatan lingkungan (sebutkan data lingkungan yang maladaptif) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan: 1. Jelaskan apa saja yang diperoleh dari Polindes/ Pustu/Puskesmas/RS. 2. Adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/ fasilitas kesehatan.

Masalah Kesehatan NO
1

: Risiko cidera pada keluarga Bpk SW khususnya anak D Hasil penjajagan

Uraian pertanyaan
Kemampuan mengenal masalah: 1. Apa yang keluarga ketahui tentang masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Apa yang keluarga ketahui tanda/gejala tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Sebutkan penyebab masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan mengambil keputusan: 1. Menurut keluarga apa akibat lanjut tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 2. Apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan: 1. Jelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Jelaskan bagaimana caranya merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 4. Hambatan apa yang ibu hadapi dalam melakukan penanggulangan masalah dirumah. Kemampuan memodifkasi lingkungan: 1. Bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah atau kesembuhan penyakit. 2. Apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan (sebutkan data lingkungan yang maladaptif)

II

III

IV

Keluarga kurang memberikan pengawasan kepada anak D. Keluarga mengatakan anak D sering bermain gulat, bertinju, menendang. Keluarga mengatakan kemarin Anak D jatuh saat berlarian dengan temannya.

Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan: 1. Jelaskan apa saja yang diperoleh dari Polindes/ Pustu/Puskesmas/RS. 2. Adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/ fasilitas kesehatan.

Masalah kesehatan : Harga diri rendah pada anak S di keluarga Bapak SW No


1

Uraian pertanyaan
Kemampuan mengenal masalah: 1. Apa yang keluarga ketahui tentang masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Apa yang keluarga ketahui tanda/gejala tentang masalah kesehatan tersebut diatas.

Hasil penjajagan
Keluarga mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan jerawat. Keluarga mengatakan anak S

3. Sebutkan penyebab masalah kesehatan tersebut diatas. II Kemampuan mengambil keputusan: 1. Menurut keluarga apa akibat lanjut tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 2. Apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan: 1. Jelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Jelaskan bagaimana caranya merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 4. Hambatan apa yang ibu hadapi dalam melakukan penanggulangan masalah dirumah. Kemampuan memodifkasi lingkungan: 1. Bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah atau kesembuhan penyakit. 2. Apa yang keluarga ketahui alas an pentingnya menjaga kesehatan lingkungan (sebutkan data lingkungan yang maladaptif) Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan: 1. Jelaskan apa saja yang diperoleh dari Polindes/ Pustu/Puskesmas/RS. 2. Adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/ fasilitas kesehatan.

termasuk anak yang pendiam dan jarang bergaul dengan tetangga Anak S mengatakan sangat malu dengan adanya jerawat di wajah.

III

Anak S mengatakan sudah memberikan obat jerawat, tetapi belum juga sembuh.

IV

Masalah Kesehatan NO
1

: Ketidakefektifan komunikasi remaja dengan orang tua di keluarga Bpk SW. Hasil penjajagan
Anak S mengatakan senang membicarakan masalah remaja dengan sepupu dan teman sekolah. Keluarga tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap remaja. Ibu I mengatkan sangat heran dengan anak S yang jarang komunikasi dengannya.

Uraian pertanyaan
Kemampuan mengenal masalah: 1. Apa yang keluarga ketahui tentang masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Apa yang keluarga ketahui tanda/gejala tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Sebutkan penyebab masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan mengambil keputusan: 1. Menurut keluarga apa akibat lanjut tentang masalah kesehatan tersebut diatas. 2. Apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah kesehatan tersebut diatas. Kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan: 1. Jelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan tersebut di atas. 2. Jelaskan bagaimana caranya merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 3. Apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan tersebut diatas. 4. Hambatan apa yang ibu hadapi dalam melakukan penanggulangan masalah dirumah. Kemampuan memodifkasi lingkungan: 1. Bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah atau kesembuhan penyakit. 2. Apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan (sebutkan data lingkungan yang maladaptif)

II

III

Komunikasi yang dilakukan keluarga tidak terbuka antara anak remaja dan orang tua

IV

Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan: 1. Jelaskan apa saja yang diperoleh dari Polindes/ Pustu/Puskesmas/RS. 2. Adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/ fasilitas kesehatan.

Analisis data NO 1 DATA Data subjektif: Keluarga mengatakan anak S baru mendapatkan haid 2 bulan yll, Anak S mengalami nyeri haid yang biasanya timbul 1-2 hari lamanya sebelum haid. Diagnosis Keperawatan Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk SW khususnya anak S berhubungan dengan ketidakmampuan Anak S mengatakan bila haid badan terasa lemas, keluarga merawat malas melakukan aktivitas, mudah lelah. anggota keluarga yang mengalami nyeri haid. Keluarga mengatakan bila nyeri haid diobati dengan feminax 1 butir sehari saat nyeri yang dibeli di warung sebelah rumah dan minum air teh hangat. Keluarga mengatakan tidak tahu penyebab, akibat dan cara perawatan nyeri haid. Data objektif : Anak S tampak nyeri tekan pada perut 2 Data Subjektif: Risiko kerusakan Anak DD mengalami biang keringat hampir di integritas kulit pada seluruh tubuhnya, wajah, lengan, punggung, dada. keluarga Bpk SW khususnya anak DD Ibu I mengatakan biang keringat yang dialami anak berhubungan dengan DD sudah 1 bulan yll, tidak diobati apapun, biasanya ketidakmampuan bila gatal cukup digaruk saja, terjadi akibat udara keluarga merawat anak panas. dengan biang keringat. Ibu I mengatakan tidak tahu cara perawatan biang keringat. Data objektif: Anak DD tampak sering menggaruk badannya. Terdapat biang keringat di sekujur badan, wajah, lengan, punggung, dada. 3 Data subjektif: Keluarga mengatakan anak D, Anak DD sering bermain bersama tetangga dan saudaranya berlarilarian. Risiko terjadinya cidera pada keluarga Bpk SW khususnya anak D berhubungan dengan ketidakmampuan Ibu I mengatakan kemarin anak D jatuh karena keluarga menciptakan berlarian dengan temannya. lingkungan yang dapat memfasilitasi Data Objektif: keselamatan bagi Tampak pengawasan terhadap permainan anak-anak anggota keluarga. kurang, sehingga terkadang mereka saling gulat, bertinju, menendang sesama mereka. Data subjektif: Harga diri rendah pada Keluarga mengatakan anak S termasuk anak yang anak S di keluarga Bpk pendiam dan jarang bergaul dengan tetangga. SW berhubungan

dengan ketidakmampuan Anak S mengatakan sangat malu dengan adanya keluarga mempersiapkan jerawat diwajahnya, sudah diobati dengan obat perubahan yang terjadi jerawat tetapi belum juga sembuh. pada remaja. Anak S mengatakan tidak tahu cara merawat jerawat. Data Objektif: Anak S tampak pendiam, cenderung menunduk dan pemurung. Tampak jerawat di hamper seluruh wajah anak S. 5 Data subjektif: Anak S mengatakan jarang membicarakan masalah remaja dengan ibu I karena merasa segan dan tidak bebas. Ketidakefektifan komunikasi remaja dengan orang tua di keluarga Bpk SW berhubungan dengan Ibu I mengatakan sangat heran dengan anak S, ketidakmampuan sampai-sampai kalau sakitpun jarang minta tolong ke keluarga mempersiapkan ibu I. pertumbuhan dan perkembangan remaja. Anak S mengatakan senang membicarakan masalah remaja dengan sepupu dan teman sekolahnya karena merasa bebas dan nyaman. Data objektif: Terlihat anak S jarang komunikasi dengan ibu I.

B. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi No Diagnosis Keperawatan


1 Gangguna rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bpk SW khususnya anak S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri haid.

Rencana Keperawatan
Diskusikan dengan keluarga tentang: 1. Pengertian haid. 2. Tanda dan gejala haid. 3. Penyebab nyeri haid 4. Rentangan nyeri yang dialami remaja untuk mengambil keputusan selanjutnya. 5. Cara perawatan nyeri haid. 6. Lingkungan dan komunikasi yang efektif untuk mengurangi nyeri haid. 7. Manfaat fasilitas kesehatan. Demonstrasikan

Hari/tgl Pelaksanaan
Tanggal 13-8-2009. Dengan menggunakan leaflet: Mendiskusikan bersama keluarga tentang: -Pengertian haid. -Gejala sebelum haid. -Penyebab nyeri haid. -Akibat bila nyeri haid tidak diatasi. Menanyakan pada keluarga tentang hal-hal yang belum dimengerti menyangkut pengertian, gejala, penyebab nyeri haid. Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali pengertian, gejala, penyebab nyeri haid. Memberi pujian

Evaluasi
Subyektif (S): -Keluarga mengatakan nyeri haid yang terjadi pada anak s termasuk nyeri ringan dengan skala 2, terjadi 1-2 hari menjelang haid. -Keluarga mengatakan haid merupakan proses meluruhnya pelepasan sel telur yang tidak dibuahi. -Keluarga mengatakan gejala yang biasanya terjadi sebelum haid adanya perasaan malas beraktivitas, lemas, emosi labil, nyeri kepala. -Keluarga mengatakan nyeri haid pada remaja disebabkan karena hormone, posisi rahim, penyakit infeksi, factor psikis. Objektif (O): Keluarga menyimak setiap penjelasan dengan baik.

Paraf

cara perawatan nyeri haid seperti yoga, imagery guided, nafas dalam, relaksasi, thermal terapy. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas. Beri pujian positif atas upaya keluarga dalam menilai keberhasilan yang dilakukan. Anjurkan keluarga untuk periksa ke pelayanan kesehatan bila haid lebih dari 1 kali sebulan dengan jumlah banyak dan rasa nyeri hebat.

atas jawaban yang benar dari keluarga. Motivasi keluarga untuk merawat nyeri haid pada anak S. Bersama keluarga identifikasi adanya nyeri haid berlanjut.

Analysis (A): Masalah tercapai sebagian Planning (P): -Identifikasi kembali adanya nyeri haid berlanjut pada pertemuan selanjutnya. -Lanjutkan tentang bagaimana mengidentifikasi nyeri haid untuk pengambilan keputusan yang akan diambil keluarga. -Lanjutkan tentang cara mengatasi nyeri haid dengan menggunakan imagery guided, thermal terapy.

Tgl 17-8-2009 Dengan menggunakan leaflet: -Menggali pengetahuan keluarga dalam mengatasi nyeri haid. Mendemonstrasika n kepada keluarga cara mengatasi nyeri haid. -Meminta keluarga untuk redemonstrasi cara mengurangi nyeri haid. -Mendiskusikan cara menciptakan lingkungan yang tenang, komunikasi efektif, menjaga makanan dan psikis untuk mengurangi nyeri haid. -Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan bila nyeri haid berlanjut.

Subjektif (S): Keluarga mengatakan merawat anak S nyeri haid dengan kompres hangat dan relaksasi nafas dalam. -Keluarga mengatakan nyeri haid yang terjadi pada anak S dapat disebabkan karena psiskis dan makanan yang kurang sehat. -Keluarga mengatakan sudah ke pelayanan kesehatan untuk berobat. Objektif(O): Keluarga mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri haid sesuai dengan anjuran. Analysis (A): Masalah tercapai sebagian Planning (P): -Evaluasi kembali cara mengatasi nyeri haid . -Evaluasi kembali cara modifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri haid berlanjut dengan menciptakan suasana tenang dan komunikasi.

Pemantauan asuhan keperawatan keluarga di Puskesmas dilakukan secara periodik setiap bulan oleh Kepala Puskesmas dan perawat koordinator. Hasil pemantauan terhadap pencapaian indiator kinerja menjadi masukan untuk perbaikan dan peningakatan kinerja perawat serta peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Penilaian dilaksanakan minimal setahun sekali, meliputi aspek input, proses dan output, berguna untuk masukan dalam penyusunan perencanaan kegiatan Puskesmas tahun berikutnya, seperti gambar 7.2. Gambar 7.2 Pengorganisasi Perkesmas di Puskesmas

PENGORGANISASIAN DI PUSKESMAS
PENANGUNGJ AWAB PERKESMAS DI PUSKESMAS KEPALA PUSKESMAS PENANGGUNGJ AWAB TEKNIS PERAWAT KOORDI NATOR
PERAWAT P J DARBIN /DESA PERAWAT P J DARBIN/DESA PERAWAT PJ DARBIN/ DESA

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA KADER INDIVIDU, KELUAGA, KELOMPOK/ MASYARAKAT PRIORITAS Ditwat
36

Pencatatan dan pelaporan kegiatan perawat Puskesmas, dicatat dalam: a. Register : Buku/ format pendaftaran tentang identitas pasien rawat jalan, rawat inap sesuai dengan yang digunakan di Puskesmas, kohort pembinaan keluarga rawan kesehatan. b. Formulir asuhan keperawatan keluarga (menggunakan formulir pengkajian tahap I dan formulir pengkajian tahap II) c. Formulir pengkajian individu yang digunakan bagi individu pasca rawat inap di RS atau Puskesmas. d. Family folder yang merupakan kumpulan berkas keluarga yang memuat catatan status kesehatan keluarga maupun individu yang disimpan dalam satu map yang diperlukan untuk pembinaan keluarga. e. Buku inventarisasi peralatan perkesmas yang mencatat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkesmas.

DAFTAR PUSTAKA:
Ajik, S. (1995). Kelompok sebaya sebagai media informasi kesehatan masalah seks remaja. Buletin penelitian FKM UI. Jakarta.2 (3). Allender, J.A & Spradley, B.W (2001). Community health and nursing, concept and practice, Lippincott : California. Anderson, E.T & Mc Farlane, J.M. (2000). Community as partner, theory and practice nursing, Lippincott : Philadelpia. Clark, M.J. (1999), Nursing in the community. Stanford : CT Appleton & Land. Departemen Kesehatan, (2003), Kemitraan menuju Indonesia sehat 2002, Jakarta __________________, (2006), Pedoman penyelenggaraan keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas, Jakarta. ___________________. (2006). Pedoman kegiatan perawat kesehaan masyarakat di Puskesmas. Jakarta. Effendy, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, Jakarta: EGC Ervin, N.E, (2002). Advance community health nursing practice, Prentice Hall : New Jersey. Fleming, M.L & Parker, E. (2001), Health promotion. Docupro: Canbera Friedman, M.M. (1998). Family nursing research. Theory and practice, 4th edition. Connecticut : Applenton & Lange. Friedman, Bowden, Jones. (2003). Family nursing research, theory & practice, fifth edition. New Jersey : Pearson Education Inc. George, J.B. (1995). Nursing theories. New Jersey : Appleton & Lange Helvie, C.O. (1998). Advance practice nursing in the community. London : SAGE Publication. Hitchcock, J.E, Schubert, P.E & Thomas, S.A. (1999). Community health nursing caring in action. New York: Delmar Publishers. ICN. (2002). Nurses always there for you : caring for families. Geneva : Switzerland. Mc Murray. (2003). Community health and wellness. Philadelphia : Mosby. Nies, M.A & Swanson, J.M. (1997). Community health nursing, promoting the health of aggregate. Philadelpia : WB Saunders

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta Partao, Z.A. (2006). Tehnik negosiasi dan diplomasi, untuk insan public relations. Jakarta : PT Indeks Porche, D.J. (2004). Public and community health nursing practice : a population based approach. California : SAGE Publication, Inc Stanhope, M dan Lancaster, J. (2000). Community health nursing : Process and practice for promoting health. St Louis : Mosby. ________________________. (2004). Community and publich health nursing, sixth edition. St Louis : Mosby Tomey, A.M. (1994). Nursing theorists and their work. Mosby : Philadelphia WHO. (2003). Modul ketrampilan managerial SPMKK. Jakarta : BKKBN

Lampiran 1 Web of caution keluarga Bpk RS dengan masalah kesehatan reproduksi remaja Gangguan hubungan interpersonal antara remaja dengan orang tua dan teman. Gangguan aktifitas sehari-hari

Harga diri rendah

Risiko infeksi organ Reproduksi : keputihan

Komunikasi tidak efektif dengan orang tua/ keluarga.

Gangguan rasa nyaman nyeri haid pada keluarga

Kebiasaan personal hygiene keluarga rendah.

Kurang pemahaman keluarga tentang kese hatan reproduksi dan personal hygiene.

Adanya kontraksi otot rahim saat pelepasan dinding rahim waktu haid.

Berdasarkan analisis data yang tergambar dalam web of caution keluarga Bpk RS, masalah asuhan keperawatan Bpk RS adalah: 1. Gangguan aktivitas sehari-hari pada anak PT berhubungan dengan adanya gangguan rasa nyaman nyeri haid. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri haid pada anak PT berhubungan dengan adanya kontraksi otot dinding rahim saat pelepasan dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. 3. Gangguan hubungan interpersonal pola interakis antara remaja dengan orang tua dan teman berhubungan dengan komunikasi tidak efektif dengan orang tua. 4. Komunikasi tidak efektif antara remaja dan orang tua berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi dan personal hygiene. 5. Gangguan hubungan interpersonal pada anak PT berhubungan dengan harga diri rendah

6. Harga diri rendah pada anak PT berhubungan dengan adanya risiko infeksi organ reproduksi (keputihan) 7. Risiko infeksi organ reproduksi wanita pada anak PT berhubungan dengan kurangnya kebiasaan personal hygiene yang dilakukan sehari-hari. 8. Kurangnya personal hygiene yang dilakukan sehari-hari pada anak PT berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi dan personal hygiene. 9. Gangguan rasa nyaman nyeri haid pada anak PT berhubungan dengan komunikasi tidak efektif antara remaja dengan orang tua. 10. Gangguan kontraksi otot rahim pada anak PT berhubungan dengan kurang pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi. 11. Risiko infeksi organ reproduksi (keputihan) pada anak PT berhubungan dengan komunikasi yang tidak efektif antara remaja dengan orang tua.

Lampiran 2 Laporan Pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan keluarga Bpk RS (pertemuan ke III, Jumat/ 9 Agustus 2009)

A. Latar Belakang 1. Karakteistik keluarga Bapak RS Pada pertemuan sebelumnya, petugas dan keluarga sudah mendiskusikan tentang perubahan yang terjadi pada remaja wanita dan cara mengatasi masalah bau badan. Berdasarkan data pengkajian sebelumnya dan hasil analisis data, didapatkan anak PT mengatakan mengalami keputihan yang timbul 1-2 hari sebelum haid, berwarna putih kekuningan menempel di celana dalam, tidak terasa gatal, tidak berbau. Kebiasaan anak PT dalam perawatan diri seperti mandi rata-rata satu kali sehari, mengganti celana dalam kadang satu kali sehari, mengganti pembalut 2 kali shari (pagi dan sore hari) dengan alas an air di sekolah kotor dan malas ganti balutan. Anak PT mengatakan lebih senang curhat masalah remaja dengan sepupu daripada dengan orang tua. Keluarga tidak tahu perlunya perawatan alat kelamin remaja wanita dan risikonya seperti perlunya penggunaan celana dalam yang menyerap keringat, penggunaan air bersih, cara membasuh alat kelamin. Fokus kegiatan pada pertemuan kali ini adalah penyampaian pendidikan kesehatan kepada keluarga Bpk RS mengenai perawatan organ reproduksi remaja wanita untuk mengurangi keputihan dan mencegah terjadinya infeksi. 2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut: 3. Masalah keperawatan keluarga Bpk RS: Risiko infeksi organ reproduksi pada remaja Anak PT di keluarga Bpk RS B. Proses Keperawatan Keluarga 1. Diagnosis keperawatan keluarga : Risiko infeksi organ reproduksi pada remaja anak PT di keluarga Bpk RS berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat kebersihan diri remaja. 2. Tujuan umum :

Setelah pertemuan selama 60 menit, diharapkan keluarga dapat merawat anggota keluarga yang mengalami keputihan setelah mendengarkan penjelasan petugas. 3. Tujuan khusus : Setelah pertemuan selama 60 menit, diharapkan remaja dan keluarga dapat: a. Mengenal kemungkinan terjadinya infeksi organ reproduksi seperti keputihan dan akibatnya : - Keluarga dapat menjelaskan kembali jenis keputihan. - Keluarga dapat menjelaskan tanda-tanda keputihan dengan benar. - Keluarga dapat menjelaskan penyebab keputihan yang terjadi. b. Mengambil keputusan untuk merawat keluarga dengan keputihan. c. Mencegah keputihan dengan melakukan perawatan organ reproduksi : - Keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan kembali cara perawatan organ reproduksi untuk mencegah infeksi dan keputihan. d. Modifikasi lingkungan dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah dan pakaian remaja untuk mencegah keputihan. e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan bila keputihan berlanjut. C. Implementasi 1. Metode 2. Media dan alat : Ceramah, diskusi, demonstrasi : Leaflet, lembar balik, alat/bahan (pantom) 2 Agustus 2009 di keluarga Bpk RS, RT 02 RW 10

3. Waktu dan tempat : Jumat/

Kelurahan Gentengan pukul 12.30-13.30 wita. D. Kriteria Evaluasi 1. Kriteria struktur : a. LP sudah dibuat dan dikonsultasikan kepada pembimbing 2 hari sebelum pelaksanaan. b. Media sudah disiapkan dan tersedia. c. Kontak dengan keluarga sudah dilakukan. 2. Kriteria proses : a. Selama kegiatan, keluarga aktif bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. b. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. c. Kontrak telah diingatkan oleh petugas dan keluarga 3. Kriteria hasil : a. 100% keluarga dapat menyebutkan kembali jenis keputihan. b. 90% keluarga dapat menjelaskan tanda keputihan. c. 90% keluarga dapat menjelaskan penyebab keputihan. d. 90% keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan kembali cara perawatan organ reproduksi wanita. e. Kontrak pertemuan selanjutnya dapat disepakati bersama keluarga. Denpasar, 9 Agustus 2009

Petugas,

(..)

BIODATA PRIBADI PENULIS


Nama TTL Alamat : Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom. : Lumajang / 21 Maret 1966 : Jl. Taman Sekar IX no 4 Padang Griya, Padang Sambian, Denpasar

NIP : 196603211988032001 Pangkat/Gol Phone Tempat tugas : Pembina / IV a : 08124631094 : Poltekkes Dep Kes Denpasar, Sejak 1988.

Bidang mata ajar : Komunitas Email Blogspot : della_ganda@yahoo.com : http//komanghenny.blogspot.com

Riwayat Pendidikan No 1 2 3 4 5 Tingkat SMA Diploma (D3) Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2) Spesialis I Nama Institusi SMAN I AKPER DepKes R.I Sarjana Kesehatan Masyarakat -S2 Keperawatan Spesialis Keperawatan Komunitas Tempat Banyuwangi Jakarta UNAIR Surabaya UI Jakarta UI Jakarta Tahun Lulus 1984 1987 1994 2006 2007

Riwayat Posisi/Jabatan-Sampai Saat Ini No Posisi/Jabatan 1 Kepala Sub seksi laboratorium klinik 2 Kepala sub seksi pendidikan dan akademik 3 Kepala bidang kelompok fungsional dosen komunitas 4 Sekretaris jurusan keperawatan 5 Sekretaris Persatuan Donor Darah Indonesia (PDDI) tingkat Propinsi Institusi Akper Denpasar Akper Denpasar Akper Denpasar Jurusan keperawatan Poltekkes Denpasar Dinkes Propinsi Bali Tahun 1998-1999 1999-2002 2002-2004 2002-2004 1999-2002 Keterangan

6 7 8 9

Bali Ketua bidang pendidikan dan latihan PPNI Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) tingkat Poltekkes Denpasar Tim pakar penelitian Risbinakes

Propinsi Bali Poltekkes Denpasar Poltekkes Denpasar

2000-2004 2007-2011 2007-2009 2007-2011

Kepala bidang kelompok fungsional Jurusan keperawatan dosen komunitas

Penelitian/ Karya Tulis yang pernah dilakukan : No Judul 1 Perilaku pengobatan tradisional masyarakat desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi 2 Perilaku ibu hamil terhadap antenatal care di kelurahan 3 Bebalang Kecamatan Bangli 1997-1999 Kabupaten Bangli (peneliti utama) Studi komparatif efektifitas minyak kelapa dan kamfer spiritus untuk mencegah decubitus di RS umum Propinsi Bali (peneliti kedua) Dampak semiloka terhadap peningkatan peran keluarga dalam penanggulangan demam berdarah di Desa Tegal Kerta Denpasar (peneliti utama) Studi eksplorasi tentang manfaat air tajin untuk memperbanyak produksi ASI pada ibu pasca persalinan di kotamadya Denpasar dan kabupaten Badung (peneliti kedua). Persepsi konsep diri wanita pasca mastektomi di RSUP Sanglah Denpasar (peneliti utama). 7 Pengaruh penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi oleh kelompok remaja (peer group) terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di Kelurahan Kemiri Muka Depok (peneliti utama). Aplikasi community as parthner dan health promotion model dalam penatalaksanaan kesehatan reproduksi dan nyeri haid pada aggregate remaja. Perilaku seksual remaja berdasarkan pola interaksi keluarga di SMA wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Utara (peneliti utama) Perilaku caring perawat dalam penerapan asuhan keperawatan klien rawat inap di Rumah Sakit Sanglah Denpasar (peneliti kedua) 2006 Tahun 1994 1995 Publikasi ilmiah Jurnal IKM Unair Biaya Dinkes Propinsi Bali Biaya Risbinakes Pusdiknakes Jakarta (majalah Diknakes) Biaya Risbinakes Pusdiknakes Jakarta (majalah Diknakes) Biaya Risbinakes Pusdiknakes Jakarta (majalah Diknakes) Biaya Risbinakes Pusdiknakes Jakarta (majalah Diknakes) Jurnal Poltekkes DepKes Jogjakarta Perpustakaan UI (dalam rangka Spesialis keperawatan) Jurnal Skala Husada Poltekkes DepKes Denpasar (Sept 09) Biaya Daparmas Poltekkes Denpasar

1999

1999/2000

2000

2007

2008/2009

10

2008/2009

Penulisan Buku/ diktat/ makalah N o Kegiatan Tahun Penerbit Publikasi

Diktat Kesehatan Reproduksi remaja Diktat Tips untuk kesehatan reproduksi remaja Metoda dan media pembelajaran Pro kontra pemanfaatan ATM kondom dalam penanggulangan HIV AIDS pada remaja

2009

Kalangan terbatas

2009

Kalangan terbatas

2009

Kalangan terbatas

2008

Jurnal Skala Husada Poltekkes Denpasar vol 5 september 2008

Perpustakaan Poltekkes Jurusan Keperawatan Perpustakaan Poltekkes Jurusan Keperawatan Perpustakaan Poltekkes Jurusan Keperawatan Diterbitkan kalangan terbatas poltekkes Denpasar

http//komanghenny.blogspot.com Internet 5 Save community (Pelayanan keperawatan komunitas pantai) 2008 http//komanghenny.blogspot.com Majalah Vijaya Cakram, Jurusan keperawatan Internet Diterbitkan untuk kalangan jurusan keperawatan Diterbitkan kalangan terbatas poltekkes Denpasar Perpustakaan Poltekkes Jurusan Keperawatan Proseding Direktorat Poltekkes DepKes Denpasar

Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah untuk mahasiswa poltekkes Depkes Denpasar (edisi revisi) Panduan penilaian kompetensi bidang komunitas kurikulum berbasis kompetensi DIII keperawatan Terapi modalitas (therapeutik modalities) sebagai alternatif tindakan mengatasi nyeri haid remaja Asuhan keperawatan komunitas

2008

Poltekkes DepKes Denpasar

2009

Kalangan terbatas

2009

Disampaikan pada saat simposium nasional di Denpasar

http//komanghenny.blogspot.com Internet 9 2009 Kalangan terbatas Perpustakaan Poltekkes Jurusan Keperawatan Nasional

10

Asuhan keperawatan komunitas (Teori dan aplikasi) Terapi komplementer (complementary therapiest) sebagai alternatif tindakan mengatasi nyeri haid.

2009

Penerbit EGC

11

2009

http//komanghenny.blogspot.com Internet

12

Klinik pelayanan keperawatan komunitas pantai (nursing care for beach community)

2009

http//komanghenny.blogspot.com Internet

Pengalaman Seminar No Kegiatan 1 Pembicara seminar nasional Terapi modalitas dan terapi komplementer untuk penanganan nyeri haid 2 3 4 Moderator Seminar nasional keperawatan Tahun 14-42009 21 Des 2008 Tempat Poltekkes DepKes Denpasar FIK UNUD Dps RSUP sanglah Dps Dinkes Kota Dps Keterangan Pembicara Moderator Moderator Pembicara

Moderator seminar nasional keperawatan New 3-8-2009 perspective wound care Pembicara Pelatihan Perkesmas di Kota Denpasar 18-20 untuk Dokter dan perawat Puskesmas agust 09 dan 2426 agust 09

Denpasar, 23 Juli 2009

(Ns.Komang Ayu Henny, SKM, Mkep, SpKom)

Anda mungkin juga menyukai