Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN:

PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL

Sebelum memahami pengertian perkembangan moral maka terlebih dahulu perlu dipahami pengertian moral. Menurut Purwadarminto (dalam Sunarto, 2008) moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. . Dalam mempelajari aturan-aturan ini para pakar perkembangan akan menguji tiga bidang yang berbeda yaitu : (1) Bagaimana anak-anak bernalar atau berpikir tentang aturan-aturan untuk perilaku etis; (2) Bagaimana anak-anak sesungguhnya berperilaku dalam keadaan bermoral ; (3) Bagaimana anak merasakan hal-hal moral itu.
TAHAP PERKEMBANGAN MORAL

Menurut Piaget (dalam Slavin, 2008:69) Sebagaimana kemampuan kognitif, Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral berlangsung dalam tahap-tahap yang dapat diprediksi, yakni dari tipe penalaran moral yang sangat egosentris ke tipe penalaran moral yang didasarkan pada sistem keadilan berdasarkan kerjasama dan ketimbalbalikan. Piaget menamai tahap pertama perkembangan moral sebagai moralitas heteronom; hal ini juga disebut tahap realisme moral atau moralitas paksaan. Heteronom berarti tunduk pada aturan yang diberlakukan oleh orang-orang lain

. Moralitas tersebut muncul ketika dunia sosial anak itu berkembang hingga meliputi makin banyak teman. Dengan terus-menerus berinteraksi dan bekerja sama dengan anak-anak lain, gagasan anak tersebut tentang aturan dan kerena itu juga moralitas mulai berubah. Kini aturan adalah apa yang kita buat sebagai aturan. Hukuman atas pelanggaran tidak lagi otomatis tetapi harus diberikan dengan pertimbangan maksud pelanggar dan lingkungan yang meringankan. Menurut Kohlberg (dalam Ormord, 2000:371) Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat perkembangan moral, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan post-konvensional. Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada enam tahapan (stadium) yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. 1.Tingkat Penalaran Prakonvensional Pada penalaran prakonvensional anak tidak memperhatikan internalisasi nilai-nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Pada tingkat ini terdapat dua tahap. a. Tahap satu yaitu orientasi hukuman dan ketaatan (punihsment and obedience orientation) ialah tahap penalaran moral didasarkan atas hukuman. Anakanak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. b. Tahap dua ialah individualisme dan tujuan (individualism and purpose) ialah tahap penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin dan butuh untuk taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.

2. Tingkat Penalaran Konvensional Pada tingkat ini, internalisasi indivdual ialah menengah. Seseorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati standarstandar orang lain (eksternal), seperti orang tua atau aturan-atuaran masyarakat. c.Tahap tiga ialah norma-norma interpersonal (interpersonal norms). Pada tahap ini, seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral d. Tahap empat yaitu moralitas sistem sosial (social system morality). Pada tahap ini pertimbangan-pertimbangan didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, dan kewajiban 3. Tingkat Penalaran Pascakonvensional Tingkat ini ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan moral kohlberg. Pada tingkat ini moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. e. Tahap lima ialah hak-hak masyarakat Vs hak-hak individual (community rights ) Pada tahap ini, seseorang memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. f. Tahap keenam ialah prinsip-prinsip etis universal (universal ethical principles). Pada tahap ini seseorang telah mengembangan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang manusia yang universal.

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

a. Kemampuan membedakan antara perilaku yang melanggar hak dan harkat manusia dan perilaku yang melanggar kaidah sosial. b. Tumbuhnya kesadaran bahwa perilaku yang menimbulakan bahaya fisik dan psikologis secara moral salah. c. Perasaan bersalah atas penyimpangan-penyimpanagn perilaku yang menimbulkan bahaya fisik dan psikologis secara moral salah. d. Tumbuhnya empati dan munculnya usaha untuk menghibur orang-orang yang sedang berkesusahan, terurtama orang yang dikenal baik. e. Perhatian yang lebih besar pada kebutuhan-kebutuhan diri sendiri dibandingkan pada kebutuhan orang lain. f. Pengetahuan tentang kaidah-kaidah sosial mengenai perilaku yang tapat. g. Perasaan malu dan bersalah bila melakukan pelanggran moral. h. Meningkatnya empati terhadap individu-individu yang belum dikenal, yang menderita atau kekurangan. i. Pemahaman bahwa seseorang seharusnya berusaha sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan orang lain sekaligus juga kebutuhannya sendiri. j. Meningkatnya hasrat untuk menolong orang lain semata-mata karena perbuatan itu baik dalam dirinya sendiri (bukan memdapatkan balasan atau semacamnya). k. Kecenderungan menganggap peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah sebagai standar yang harus didikuti demi kewajiban terhadap pereturan itu sendiri, dengan kata lain, diikuti karena peraturan mewajibkannya.

l. Minat untuk menyenangkan dan menolong orang lain, namun dengan tendensi terlalu menyederhanakan apa itu menolong orang lain. m. Kecenderungan untuk meyakini bahwa kesusahan yang dialami para individu (misalnya para tunawisma) sepenuhnya merupakan tanggung jawab mereka sendiri. n. Pemahaman bahwa peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah sosial membantu masyarakat berkembang secar lebih baik. o. Meningkatnya kepedulian untuk melaksanakan tugasnya sendiri dan tuduk pada peraturan-peraturan masyarakat secara utuh alih-alih sekadar menyenangkan figur-figur yang memiliki otoritas p. Empati yang murni terdap mereka yang berkesusahan q . Keyakinan bahwa masyarakat bertanggung jawab menolong orang lain yang membutuhkan. Michel meringkas lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja (Hurlock, 1980:225) sebagai berikut: 1) Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak. 2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. 3 . Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. 4 .Penilaian moral menjadi kurang egosentris. 5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi. Kehidupan moral merupakan problematika yang pokok dalam masa remaja.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL

Para peneliti perkembangan telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang berhubungan dengan perkembangan penalaran dan perilaku moral: Perkembangan Kognitif Umum Penalaran moral yang tinggi yaitu penalaran yang dalam mengenai hukum moral dan nilai-nilai luhur seperti kesetaraan, keadilan, hak-hak asasi manusia dan memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ide-ide abstrak. Contoh: anak-anak secara intelektual berbakat umumnya lebih sering berpikir entang isu moral dan bekerja keras mengatasi ketidakadilan di masyarakat lokan ataupun dunia secara umum ketimbang teman-teman sebayanya (Silverman dalam Ormord, 200:139). Meski demikian, perkembangan kognitif tidak menjamin perkembangan moral. Penggunaan Rasio dan Rationale Anak-anak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan moral ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan perilaku-perilaku tertentu terhadap orang lain Contoh: induksi berpusat pada korban induksi membantu siswa berfokus pada kesusahan orang lain dan membantu siswa memahami bahwa mereka sendirilah penyebab kesesahan-kesusahan tersebut. Penggunaan konduksi secara konsisten dalam mendisiplinkan anak-anak, terutama ketika disertai hukuman ringan bagi perilaku yang menyimpang misalnya menegaskan bahwa mereka harus meminta maaf atas perilaku yang keliru. Isu dan Dilema Moral Kolhberg dalam teorinya mengenai teori perkembangan moral menyatakan bahwa disekuilibrium adalah anak-anak berkembang secara moral ketika mereka menghadapi suatu dilemma moral yang idak dapat ditangani secara memadai dengan menggunakan tingkat penalaran moralnya saat itu.

Contoh: bayangkanlah seorang remaja laki-laki yang sangat mementingkan penerimaan oleh teman-teman sebayanya, dia rela membiarkan temannya menyali pekerjaan rumahnya Perasaan Diri Anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku moral ketika mereka berfikir bahwa mereka sesungguhnya mampu menolong orang lain dengan kata lain ketika mereka memiliki efikasi diri yang tinggi mengenai kemampuan mereka membuat suatu perbedaan (Narvaez dalam Ormrod, 200:140). Contoh: pada masa remaja beberapa anak muda mulai mengintegrasikan komitmen terhadap nilai-nilai moral kedalam identitas mereka secara keseluruhan. Mereka menganggap diri mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian, yang peduli pada hak-hak dan kebaikan orang lain.
PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PERKEMBANGAN MORAL

Bayi tidak memiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong nonmoral, tidak bermoral maupun tidak amoral, dalam artian bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Lambat laun ia akan mempelajari kode moral dari orang tua dan kemudian dari guru-guru dan teman bermain dan juga ia belajar pentingnya mengikuti kode-kode moral ini. Pada masa remaja sesorang mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggung-jawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proposisi. Untuk sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap prakonvensional. Pada tahap ini seseorang belum benar-benar mengenal apalagi menerima aturan dan harapan masyarakat.

UPAYA MENGEMBANGKAN MORAL REMAJA

Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita dihadapkan dengan masalah pembinaan. Adapun upayaupaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan moral remaja adalah: Menciptakan Komunikasi Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang moral. Anakanak harus dirangsang supaya lebih aktif. Hendaknya ada upaya untuk mengikutsertakan remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga, Menciptakan Iklim Lingkungan yang Serasi Lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina, yaitu orang tua dan guru. Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri.

Mendorong perilaku dan perkembangan moral di dalam kelas Beberapa individu yang beritikad baik menyatakan bahwa mesyarakat sedang mengalami kemerosotan moral yang drastis dan mendesak para orang tua dan para pendidik untuk menanamkan nilai-nilai moral yang baik (kejujuran, kesetiaan, tanggungjawab, dan lain-lain) melalui pelajaran di rumah dan di sekolah, serta melalui kontrol yang tegas terhadap perilaku anak-anak.

Meski demikian beberapa strategi dapat membuat perbedaan. Berikut ini adalah beberapa saran umum: 1. Jelaskan mengapa beberapa perilaku tidak dapat diterima 2. Doronglah sikap selalu prespektif orang lain, empati, dan perilaku prososial 3. Perlihatkan kepada siswa berbagai contoh perilaku moral 4 .Libatkan para siswa dalam diskusi-diskusi mengenai isu-isu moral yang berhubungan dengan materi pokok akademis 5. Ajaklah siswa untuk terlibat aktif dalam pelayanan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Hartono Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks. Ormord, Jeanne Ellis. 2000. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Bandung: Media Sasana. Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. King, Laura A. 2006. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Salemba: Salemba Humanika Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai

  • Annelida
    Annelida
    Dokumen8 halaman
    Annelida
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Genetika
    Genetika
    Dokumen10 halaman
    Genetika
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Chordata
    Chordata
    Dokumen8 halaman
    Chordata
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Jawaban
    Jawaban
    Dokumen4 halaman
    Jawaban
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Xilem Dan Floem
    Xilem Dan Floem
    Dokumen4 halaman
    Xilem Dan Floem
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Aproksimasi Mgmpmtkpas
    Aproksimasi Mgmpmtkpas
    Dokumen11 halaman
    Aproksimasi Mgmpmtkpas
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • SU
    SU
    Dokumen1 halaman
    SU
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Geopolitik Indonesia
    Geopolitik Indonesia
    Dokumen16 halaman
    Geopolitik Indonesia
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Filsafat
    Filsafat
    Dokumen5 halaman
    Filsafat
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Kloroplas
    Kloroplas
    Dokumen20 halaman
    Kloroplas
    Yerry Tambayong Pantolaeng
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Reaksi Diels-Alder
    Bab Vii Reaksi Diels-Alder
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii Reaksi Diels-Alder
    Agita Raka
    Belum ada peringkat