Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide , pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara dalam konteks akademik tidak terlepas dari berbicara ketika dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar-mengajar terjadi komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Melalui bahasa seorang pengajar berusaha melatih anak didiknya memakai istilah-istilah dalam bidang disiplin ilmu tertentu, membentuk pemikiran yang logis, dan melatih memahami buku yang digunakan. Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan efektif kalau bahasa yang digunakan betul-betul berfungsi dalam proses interaksi antara guru dengan siswa. Penerapan berbagai macam metode dalam proses belajar-mengajar seperti metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi dan lain-lain menuntut keterampilan dalam berbicara. Keteampilan dalam berbicara akan menentukan kejelasan informasi yang diterima. Berdasarkan uraian di atas terlihat bagaimana peranan kemampuan berbicara dalam pendidikan terutama dalam proses interaksi belajar dan mengajar dan dalam mengkomunikasikan ilmu yang diperolehnya amatlah penting. Berbicara untuk keperluan akademik dilakukan melalui berbagai kegiatan meliputi : presentasi, seminar, berpidato, ramu pendapat,dan diskusi panel.
2.1.
Presentasi Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting
bagi siapa pun yang ingin maju. Salah satu bentuk berbicara di depan umum ialah presentasi. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi. Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak orang. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu). 2.1.1. Jenis- Jenis Presentasi
Presentasi Teks Bentuk penyajian dimana penyaji sepenuhnya menggunakan teks (membaca kata demi kata yang tertuang dalam kertas penyajian)
Presentasi Hafalan Gaya penyajian dimana isi bahan sajian ditulis dalam bentuk teks tertulis lalu dihafalkan. Contoh: presentasi laporan hasil studi singkat, hasil kunjungan atau observasi.
Presentasi Spontan Penyajian langsung informal tanpa persiapan yang matang dipihak pembicara
Presentasi dengan Kartu Penyajian dengan kartu berisi uraian penyajian sesuai nalar pendengar, namun inti sajian tetap disesuaikan dengan tujuan penyajian. Teknik penyajian bebas, natural, dipersiapkan dengan matang dan sesuai tingkat respon pendengar.
2.1.2. Persiapan Presentasi Persiapan persiapan yang perlu dilakukan umtuk menuju presentasi yang baik adalah :
a. b.
Persiapan Mental
Persiapan mental adalah usaha usaha yang dilakukan untuk menimbulkan keberanian dan kepercayaan diri sehingga timbul perasaan mampu untuk berbicara didepan publik.
b.
Persiapan Materi Persiapan materi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menguasai
materi yang akan disampaikan dihadapan orang banyak dengan sistematis, luas, dan mendalam. beberapa langkah dalam rangka persiapan materi antara lain:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Penentuan Topik Perumusan Judul Pengumpulan Bahan Penyiapan Kerangka Materi Pengembangan Kerangka Materi Pembuatan Catatan Penyiapan Alat Bantu
2.1.3. Pelaksanaan Presentasi Terdapat dua belas hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan persentasi. Kedua belas hal itu dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok Bahasa dan kelompok teknis Kelompok Bahasa Penggunaan bahasa merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menuju presentasi yang baik. Penggunaan bahasa yang baik dan benar akan
menunjang kekomunikatifan dalam presentasi. Yang termasuk ke dalam kelompok bahasa ini adalah diksi dan intonasi. Diksi Diksi adalah pilihan kata. Kata-kata yang digunakan dalam presentasi haruslah kata-kata yang tepat yang dapat mewakoli materi yang disampaikan karena pada dasarnya presentasi dilakukan dengan harapan agar pendengar dapat memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Penggunaan diksi harus disesuaikan dengan pendengar. Jika pendengar kita adalah masyarakat umum dari berbagai kalangan, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang umum saja yang dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat umum. Namun, jika pendengar adalah sekelompok orang dari kalangan disiplin ilmu tertentu, dapat digunakan kata-kata yang khusus dalam disiplin ilmu. Untuk memilih makna yang paling tepat dan komunikatif, sah saja jika digunakan kata dari bahasa daerah atau bahasa asing. Namun demikian, penggunaan kata-kata dari bahasa daerah atau dari bahasa asing ini dilakukan hanya dengan tujuan kekomunikatifan dan hanya dalam porsi yang minimal. Intonasi Intonasi dapat membantu efektifitas berbicara. Bila hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain itu untuk mengerjakan sesuatu yang positif, atau bila hendak menjawab kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akan sikapnya yang keliru, keberhasilan dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh intonasi dan diksi. Intonasi berbicara dapat meliputi cepat lambatnya berbicara, tinggi rendahnya suara, keras lembutnya suara dan alun bicara. Intonasi perlu dibuat bervariasi sesuai dengan maksud pembicaraan. Tempo, volume, dan gaya bicara hendaknya bervariasi agar pembicaraan lebih memikat, agar pendengar selalu penuh perhatian. Dengan demikian pendengar akan merasa lebih puas.
Bila pendengar hanya merupakan kelompok kecil dan tidak resmi, tempo bicara yang cepat lebih baik sedangkan bila kelompok kita besar dan resmi pada umumnya, lebih baik tempo bicara kita lebih lambat.
Bila ada kecendrungan bicara lambat-lambat, lebih baik dipakai kalimat yang singkat-singkat agar pembicaraaan menjadi lebih cepat. Sebaliknya bila cenderung berbicara cepat, gunakan kalimat yang lebih panjang. Dalam kecenderungan berbicara cepat, pause-pause dalam berbicara juga akan menolong mengendalikan pembicaraan.
Kelompok Teknis Pembawaan Awal Pembicaraan Tidak jarang permulaan pembicaraan terasa a lot dan tersendat-sendat. Perasaan gelisah dan gugup dapat membuat pembicaraan kurang berkesan dan tidak menarik. Perasaan itu pula yang dapat membuat apa yang terlah disiapkan hilang dari kepala. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
Tenangkan diri sebelum maju, bila telah berdiri didepan pendengar, jangan langsung berbicara. Diamlah sejenak dengan tenang menyadari diri, dan pandanglah hadirin. Sementara itu bernafaslah dalam-dalam untuk memperbesar rasa percaya diri.
Setelah menguasai diri dan mengadakan kontak dengan pendengar, ucapkan sapaan-sapaan sepenuh hati. Awalilah pembicaraan dengan menyinggung kesempatan yang telah diberikan, dan apa yang dikatakan pembicara sebelumnya. Bangkitkan minat hadirin dengan mengutarakan kejadian yang actual, menarik, suatu data atau statistic yang meningkat, suatu pernyataan yang bersifar retoris atau yang sungguh-sungguh, atau kepentingan yang dihadapi hadirin
Pembawaan Selama Berbicara Yang perlu diperhatikan dalam berbicara adalah sebagai berikut:
Agar pendengar dapat mengikuti pembicaraan secara tepat perlu digunakan pause. Pembicara hendaknya diselang-selang dengan sapaan kepada pendengar Kata-kata dan prase-prase penting yang merupakan kunci atau pendukung gagasan utama, sebaiknya diberi tekanan waktu mengucapkannnya. Nada dan irama harus bervariasi. Variasi ini ajkan membuat pembicara lebih enak didengar dan mudah diikuti serta dipahami Agar dapat menyampaikan pembicaraan secara efektif harus diperhatikan juga komunikasi mata, ekspresi, diksi, intonasi, gerak-gerik, peraga, dan sebagainya.
Iisii pembicaraab harus disusun secara sistematis, logis, dan berturu-turut. Cara mengakhiri pembicaraan tidak kalah pentingnya dipelajari sebab
Pembawaan Akhir Pembicaraan kadang-kadang seseorang yang telah berbicara panjang lebar mengalami kesulitan pada waktu ingin mengakhiri pembicaraannya. Ada teknik-teknik yang dapat kita lakukan agar penutupan pembicaraan mantap dan berbobot.
terlalu bernafsu untuk brbicara banyak, dan jangan kita mengikuti perasaan. Bila satu gagasan telah cukup, janganlah menginginkan untuk menyampaikan dua gagasan.
Bila gagasan yang telah disampaikan telah dikatakan, berusahalah Bila pembicaran cukup panjang, ringkaslah pokok-pokok isinya.
untuk berhenti.
Tekankan atau tandaskan skali lagi pokok pembicaraan yang telah disampaikan. Menyimpulkan pembicaraan dengan kuat, tegas, dan ringkas dapat mengkompensasikan pembicaraan yang terasa lemah dan kurang hidup.
agar pada akhir prmbicaraan, nada pembicaraan tidak menurun dan melemah.
Hindarilah basa-basi yang tidak perlu. Bila hendak mengakhiri Wajah dan gerak-gerik hendaknya memancarkan suatu
kkepercayaan diri, hindarilah gerak-gerik yang menimbulkan kesan sebaliknya. Komunikasi Mata Berkomunikasi mata berarti emnjalin hubungan antara pembicara dengan pendengar melalui pandangan mata. Pandangan yang diperlukan dalam berkomunikasi mata adalah pandangan yang masuk menembus hati orang lain serta berinteraski melihat wajah mereka. Dengan melihat ekspresi wajah kita. Kita dapat menilai apakah mereka mengikuti pembicaraan kita dengan penuh perhatian atau sebaliknya. Suatu cara untuk berkomunikasi mata adalah sebagai berikut:
Berusahalah seakan-akan anda bercakap-cakap dengan orang yang duduk paling kiri pada deretan belakang. Dengan perlahan-lahan alihkan pandangan kepada orang yang duduk paling kanan pada deretan belakang. Selanjutnya, layangkan pandangan keseluruh hadirin sambil berhenti satu atau dua detik, disana dan sini. Selama memandang pendengar, berusahalah memandang ekspresinya. Ekspresi disebut juga air muka atau mimik. Ekspresi merupakan cerminan
Ekspresi rasa senang, sedih, marah dan sebagainya. Berikut yang perlu diusahakan agar kita dapat mengikat hati seseorang:
Menghindarkan mimik yang dingin, tegang dan sebagainya. Menghindarkan mimic berlebihan. yang murahan, suka tertawa-tawa secara
Gerak Gerik Gerak gerik merupakan bahasa tanpa kata untuk berkomunikasi. Gerakgerik yang dilakukan, antara lain menganggukkan kepala, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu, dan mengangkat kedua tangan. Agar dapat melakukan gerakgerik dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Berdiri dengan rileks, tidak tegang atau kaku. Tidak takut-takut atau malu-malu untuk melakukan gerak-gerik. Bergerak tidak setengah-setengah. Lakukan gerak-gerik dengan bervariasi. Sebaiknya tangan bergerak tidak terlalu rendah ritak terlalu tinggi. Tidak bersidekap saja waktu berbicara. Tidak bergerak-gerak secara berlebihan. Tidak berjalan kesana-sini. Waktu berbicara, jari-jari tangan tidak bermain dengan barang yang ada didekat kita.
Peraga Alat peraga dapat membantu kita memperlancar dan memperjelas serta menghidupkan pembicaraan. Alat peraga itu misalnya peta, poto, grafik dan tulisan dipapan tulis. Alat-alat peraga harus benar-benar menunjang pembicaraan. Untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
Alat yang digunakan jangan terlalu kecil sehingga tidak terlihat jelas oleh pendengar yang duduk paling belakang. Bila tidak diperlukan lagi, alat yang digunakan harur disingkirkan dari hadapan pendengar. Janganlah menunjukkan alat yang dipergunakan sebelum tiba saatnya untuk dipergunakan. Janganlah bermain-main dengan kapur, pensil, penghapus atau tongkat penunjuk selama berbicara.
Catatan Untuk meningkatkan efektifitas berbicara, penggunaan catatan dapat digunakan. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam penggunaan catatan.
Gunakanlah catatan bila dirasa perlu untuk memperlancar pembicaraan. Sebelum menyampaikan pembicaraan hendaknya dibaca dulu catatan itu agar lebih akrab dengan catatan yang digunakan. Catatan hendaknya dibuat singkat. Sebaiknya catatan diketik atau ditulis dengan huruf cetak dan dengan jelas. Berilah spasi yang cukup besar antara catatan yang satu dengan yang lain agar tidak sulit mencari point-pointnya. Garis bawahilah kata-kata inti atau kata-kata kunci dengan tinta berwarna. Gunakanlah kertas kartun atau kertas biasa. Bila catatan itu terdiri dari beberapa helai maka berilah nomor urut. Bila hendak membacakan kutipan, rangkailah catatan tersebut. Berpidato berarti berkomunikasi dengan orang lain. Kumpulan orang lain
Pendengar yang kita ajak biocara inilah yang disebut audience. Berbicara secara efektif berarti para pendengar dapat menyambut dan menangkap isi pembicaraan kita. Yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
Harus diketahui tingkat pendidikan, tingkat usia, tingkat social ekonomi pendengar kita. Untuk menyesuaikan bahan, bahasa dan cara penyampaian.
Harus diketahui jenis kelompok pendengar kita (selompok studi, kelomp[ok olahraga dan sebagainya) Harus diketahui apakah pendengar merupakan kelompok homogeny dan heterogen. Jumlah pendengar dan tempat berpidatopun harus diperhatikan. Perlu dijajaki beberapa banyak pengetahuan pendengan mengenai hal yang akan dibicarakan. Tempat berbicara juga perlu masuk pertimbangan. Sebaiknya perlu diketahui juga alas an pemilihan pembicara.
Perlu diketahui apakah ada pembicaralain sebelum atau setelahnya. Apakah yang akan dikatakan oleh pembicara lain. Berapa lama waktu yang disediakan.
Pembicara tidak boleh mengabaikan situasi sesaat, berkabung, bergembira, resmi, dan sebagainya. Perlu diketahui apakah ada diantara pendengar yang disebut, emotional, deafness atau ketulian emotional, yaitu ketidak senangan pendengar dengan kata-kata tertentu.
Sumber bahan Daya tarik berbicara tergantung pada kekayaan gagasan yang disampaikan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkaya gagasan:
Perlu diambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman hidup yang dicatat dalam buku harian. Perlu banyak membaca untuk menambah pengetahuan dan untuk emnghayati hidup dengan lebih baik. Perlu memasang telinga dalam bercakap-cakap dengan sesame agar dapat belajar banyak dari mereka. Perlu dibuat keliping dan dokumentasi-dokumentasi yang diatur secara sistimatis. Perlu diikuti diskusi-diskusi dan selalu berusaha menjadi peserta yang aktif. Perlu dimanfaatkan kesempatan belajar disekolah dan belajar bersama dengan sebaik-baiknya.
2.2.
Seminar Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas
suatu masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui suatu diskusi untuk mendapatkan suatu keputusan bersama mengenai masalah tersebut. Masalah dalam seminar mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan tertentu. Pengertian lain, seminar adalah suatu pertemuan kelompok para ahli yang membahas suatu
topik dengan menampilkan beberapa makalah di bawah pimpinan seorang moderator. Penyajian makalah tersebut diiringi dengan tanya jawab, pembahasan, dan dicarikan perumusannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seminar ialah pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang (guru besar, para ahli, dan sebagainya). Seminar merupakan pembahasan secara ilmiah walaupun yang menjadi topik pembicaraan adalah hal hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari. Tujuan utamanya adalah untuk mencari jalan pemecahan dari suatu masalah. Oleh sebab itu, seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan keputusan, baik berupa usul, saran, resolusi, maupun rekomendasi.
2.2.1. Persiapan Seminar
Seminar yang efektif perlu direncanakan sebaik baiknya. Sebagai pedoman dapat diikuti mekanisme berikut: Penentuan Topik dan Tujuan
Topik hendaknya menarik perhatian peserta (masyarakat). Topik dapat merangsang masyarakat untuk ingin mengetahui sesuatu.
Penentuan Waktu dan Tempat Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa peristiwa sejarah atau nasional, umpamanya: Bulan Bahasa, Hari Ibu. Jika seminar itu lebih kecil, penentuan waktu perlu diperhatikan, sehinggadapat dihadiri oleh para peserta. Mengenai penentuan tempat hendaknya perlu diperhatikan masalah transportasi, kapasitas, dan biaya. Persiapan Fasilitas Segala kebutuhan atau fasilitas bagi kelancaran seminar hendaknya diperhatikan sebaik baiknya, seperti:
Tempat duduk yang memadai Cahaya yang cukup terang dan sirkulasi udara yang menyegarkan Alat alat peraga (visual, audiovisual) yang diperlukan Publikasi
dalam ruangan
Kesuksesan atau kegagalan suatu seminar sangat bergantung kepada bagaimana pelaksanaan seminar tersebut. Dalam hal ini pihak pihak yang menentukan adalah para fungsionaris dan para pesrta seminar. Para fungsionaris seminar itu terdiri atas pimpinan, sekretaris, dan peserta seminar. Peranan Pimpinan Seminar Pimpinan seminar memegang peranan penting dalam suatu seminar. Gaya kepemimpinan yang mungkin akan timbul saat memimpin suatu seminar:
Menjelaskan tujuan dan maksud seminar. Menjamin kelangsungan seminar secara teratur dan tertib. Memberikan stimuli, anjuran, ajakan, agar setiap peserta betul Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan dan kemudian Menyiapkan laporan.
Peranan Sekretaris
Mencatat hasil hasil seminar yang dicapai. Mencatat proses atau prosedur seminar yang berlangsung. Membantu pimpinan seminar menyimpulkan dan merumuskan hasil seminar.
Peranan Peserta Untuk dapat menjadi peserta yang baik hendaknya diperhatikan hal hal berikut:
Menguasai masalah yang diseminarkan. Hal ini dapat dicapai dengan cara mempersiapkan diri, misalnya giat melengkapi pembicaraan. data dengan cara mempelajari berbagai sumber. Menguasai masalah yang diseminarkan berarti mempunyai bahan
Mendengarkan pembicaraan dengan penuh perhatian. Menunjukkan rasa solidaritas dan partisipasi. Dapat menangkap gagasan utama dan memahami gagasan penunjang pembicaraan seseorang. Dapat membuat usul dan sugesti. Dapat meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin. Dapat mengajukan pertanyaan dan dapat meminta dasar pendirian seseorang. Jika mengajukan keberatan dapat mengajukan contoh dan argument. Hal ini tidak berarti menentang pendapat orang lain. Ikut menyimpulkan hasil seminar.
Seminar bertujuan untuk mengeksplorasikan suatu ide, sebuah tempat untuk menggodok ide ide baru dan menghasilkan suatu kesimpulan yang pada akhirnya akan member manfaat pada pesertanya. Seminar melibatkan dua pihak, yaitu penyaji dan peserta. Kedua belah pihak harus saling mengisi dan mengembangkan hubungan interaktif yang menguntungkan keduanya dilihat dari segi maksud dan tujuan seminar. Seminar diselenggarakan dengan maksud: Bagi penyaji
Melatih mengenali persoalan dari sifat dan perangainya, setelah itu berlatih memilih parameter dan menggunakan datanya untuk menyajikan persoalan secara informative dan menganalisisnya secara nalar menuju kepada suatu penyelesaian yang solid, melatih berbicara di depan sidang (oral composition) secara tepat sasaran namun tetap memikat perhatia, melatih berdiskusi dengan penalaran mantap, konsisten, dan sistematis. Bagi peserta Melatih menjadi peserta sidang yang baik (tenang, sopan) dan menjadi pendengar yang berperhatian penuh serta kritis, melatih menanggapi pembicaraan secara tepat sasaran, juga melatih berdiskusi dengan penalaran mantap, konsisten, dan sistematis.
2.2.4. Teknik Berbicara dalam Seminar
Kondisi Umum
Usahakan Anda terlihat oleh audience dan pastikan suara Anda terdengar oleh seluruh audience. Lakukan kontak mata dan katakan dengan wajah. Yang terpenting jangan tegang/menunduk, senyumlah dan tatap pendengar.
Membangun rapport dengan audience dengan cara menarik perhatian dan minat audience, menyampaikan gagasan, menyimpulkan: menguatkan gagasan utama yang disampaikan, dan menutup pembicaraan.
Hubungkan topik dengan audience dengan cara sampaikan pentingnya topik. Kejutkan audience dengan hal-hal tak terduga sehingga membangkitkan keingintahuan. Jangan lupa ajukan pertanyaan dan awali dengan kutipan
Menyampaikan Gagasan
Sampaikan ide dengan antusias, sesuaikan bahasa dengan audience. Gunakan alat bantu yang sesuai. Jangan lupa selingi dengan humor, cerita, atau puisi untuk mengajak keterlibatan peserta
2.3.
Pidato Pidato ialah suatu ucapan dengan memperhatikan susunan kata yang baik
untuk disampaikan kepada orang banyak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato didefinisikan sebagai pengungkapan pikiran dalam bentuk katakata yang ditujukan kepada orang banyak Pidato adalah semacam cara penyampaian gagasan, ide-ide, tujuan, pikiran serta informasi dari pihak pembicara kepada orang banyak (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi orang lain. Berpidato sangat erat hubungannya dengan retorika (rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif
2.1.1. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi : 1. 2. 3. Pidato pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara atau MC. Pidato pengarahan, adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan. Pidato sambutan, adalan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu terbatas secara bergantian. 4. 5. 6. Pidato peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. Pidato laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan. Pidato pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menentukan Tujuan Pidato Memilih Pokok Persoalan Mengetahui dan Menganalisa audience dan suasananya. Mengumpulkan materi pidato. Menyusun Kerangka Materi Pidato Melakukan Latihan Pidato
2.1.3. Materi Pidato
Pendahuluan Pendahuluan berfungsi untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental audience. Pada bagian ini yang terpenting kita berusaha membangkitkan dan mengarahkan perhatian audience pada pokok permasalahan yang akan dibicarakan.
2.
Isi. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya. Pokok pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan para audience.
3.
Pembahasan. Bagian ini merupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian isi ini biasanya berisi berbagai hal tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi, angka-angka dan perbandingan, kontraskontras, bagan-bagan, model, dan humor yang relevan.
4.
Kesimpulan. Kesimpulan adalah bagian akhir dari sebuah pidato, yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan uraian sebelumnya.
Efektivitas pidato dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya pelafalan, intonasi, nada, dan sikap berpidato. 1. Lafal Lafal adalah ucapan bunyi-bunyi bahasa. Setiap bahasa cenderung mempunyai karakteristik bunyi tertentu, oleh karena itu ketika berpidato dalam bahasa Indonesia pembicara harus menggunakan lafal baku yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. 2. Intonasi Dalam kegiatan berpidato intonasi mempunyai dua fungsi pokok, pertama intonasi menentukan makna kalimat yang kita ucapkan, dengan intonasi yang berbeda, klausa sama dapat menjadi kalimat berita, tanya, atau perintah hanya karena perbedaan intonasi kalimat. Contohnya, Bambang duduk di pengurusan ( berita ), Bambang duduk di pengurusan ? ( tanya ), Bambang duduk di pengurusan ! (perintah). Kedua, intonasi dapat mempengaruhi daya persuasi pidato. Dengan penggunaan intonasi yang tepat pembawa pidato dapat membujuk, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu daya tarik pidato juga sangat ditentukan ketetapan penggunaan intonasinya. 3. Nada Nada adalah tinggi atau rendahnya suara ketika berpidato. Kualitas nada biasanya ditentukan oleh cepat atau lambatnya pita suara bergetar, jika pita suara bergetar cepat maka nada yang dihasilkan akan tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat, nada yang dihasilkan adalah rendah. Dalam prose berpidato nada mempunyai fungsi yang cukup penting, walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat distingtif, tatapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektifitas pidato. Untuk itu penggunaan nada tertentu dalam pidato bukanlah akan sewenang-wenang, di dalam penggunaannya didasari oleh kesadaran fungsinya
Pidato yang efektif biasanya menggunakan nada yang bervariasi. Variasi nada ini sejalan dengan beragam kalimat yang digunakan dalam pidato itu, ketika isi pidato mengajak seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk digunakan. Namun manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah pilihan yang tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah sangat ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai dengan keadaan. 4. Sikap Sikap merupakan unsur non bahasa, tetapi sangat mempengaruhi efektifitas pidato, sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan lingkungannya. Berikut ini beberapa bentuk sikap yang baik dilakukan pada saat berpidato :
Berdiri deengan rileks, jangan tegang atau kaku. Gunakan mimik dan gerakan tubuh secara wajar. Cipatakan rasa humor yang sehat. Hindarkan gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi pendengar. Pandangan harus tertuju kepada seluruh pendengar. Menghargai pendengar dan menciptakan rasa bersahabat, dan Sopan.
2.1.5. Pelaksanaan Pidato
Pembukaan Pembukaan pidato merupakan bagian penting bagi pembicara, karena bagian ini dapat memberikan kesan pertama bagi para audience.. Ada beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya: dengan memperkenalkan diri, membuka pidato dengan humor; membuka pidato dengan pendahuluan secara umum. Inti Pidato Setelah selesai melakukan pembukaan dengan salah satu cara di atas, maka langsung dilanjutkan dengan menyajikan pokok permasalahannya. Penutup Pidato
Penutup Pidato bisa dilakukan dengan : membuat rangkuman atau simpulan, menyatakan kembali prinsip-prinsip yang terkandung dalam pidato, menceritakan cerita singkat yang menarik, mengutip kata-kata mutiara, ungkapan, atau beberapa bait pantun, mengajak atau menghimbau dan mengemukakan sebuah pujian buat para pendengar.