Anda di halaman 1dari 1

BI: Peningkatan SBI bukan karena Bom Bali Selasa, 05 November 2002 | 10:47 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Peningkatan

suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) dua pekan terakhir tidak diakibatkan oleh pengaruh pengeboman di Bali. Kami tidak melihat akibat ledakan bom di Bali harus direspon dengan menaikkan suku bunga SBI, kata Deputi Gubernur BI Miranda S. Goeltom usai menjadi pembicara dalam seminar Prospek Ekonomi 2003 di Hotel Mandarin Jakarta, Selasa (5/11). Menurutnya, bank sentral melihat peningkatan suku bunga SBI lebih ke arah new drawl atau perhitungan rata-rata. Artinya, kalaupun harus naik, peningkatannya tidak terlalu signifikan. Begitu pula sebaliknya. Seperti sekarang, kalau turun, turunnya sedikit. Kalau naik, naiknya sedikit. Rata-ratanya tidak berubah, hanya 13,1 persen, jelas dia. Ia menambahkan, untuk minggu-minggu mendatang, suku bunga SBI akan turun tetapi tidak banyak. Ia mengatakan, pihaknya memperkirakan tahun depan suku bunga SBI berada pada kisaran 11-12 persen atau berubah dari perkiraan sebelumnya sekitar 9-10 persen. Menurutnya, ini diperlukan agar nilai tukar rupiah bisa stabil. Tapi tidak perlu disikapi dengan peningkatan suku bunga yang berlebihan. Karena, dari sisi inflasi tidak ada hal-hal yang terlalu mengkhawatirkan tahun depan, tandas Miranda. Sedangkan, untuk nilai tukar rupiah tahun 2003 diperkirakan berada pada level Rp 9.000-9.200. Sebelumnya BI menetapkan berada pada kisaran Rp 8.500-9.000. peningkatan ini dikarenakan banyaknya pelaku pasar yang bersikap wait and see terhadap perkembangan terakhir. Tentunya suplai dolar yang kita harapkan dari investasi tidak terjadi sebanyak yang kita harapkan, ungkap dia. Sementara untuk pertumbuhan ekonomi diperkirakan 3,2-3,7 persen akibat tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi. (SS Kurniawan-Tempo News Room)

BI Rate Berpeluang Turun Lagi 14-01-2009


Jakarta - Penurunan harga BBM ketiga kalinya membuka peluang bagi BI Rate untuk ikut turun lagi. Bank Indonesia pun kini bersiap-siap kembali menurunkan BI Rate, terutama jika inflasi mendekati 5%. Demikian disampaikan Gubernur BI Boediono di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (13/1/2009). "Dengan adanya penurunan BBM, memberi sumbangan signifikan terhadap penurunan inflasi kita. Tapi saya masih hitung berapa angkanya," katanya. Menurut Boediono, hal ini memungkinkan karena penurunan harga BBM bisa membuat laju inflasi makin menurun di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Inflasi tahun ini diperkirakan sekitar 5%-7%. Begitu inflasi mendekati 5%, BI mengaku peluang menurunkan BI Rate makin terbuka. "Maka ada ruang untuk kemungkinan penurunan BI rate. Kita sudah perkirakan inflasi kita tahun ini 57%. Kalau inflasi mendekati 5 persen tentunya kita ada ruang untuk turunkan BI Rate," katanya. (lih/qom)

Sumber : Detik finance, 13 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai