Anda di halaman 1dari 163

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.

S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh JOHAN HIKAYAT FOA1001021

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2013

LEMBAR PERSETUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI

JOHAN HIKAYAT NIM : FOA 1001021

Telah Diajukan dan Disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Sukabumi, Juli 2013

Pembimbing

Dewi Erna Marisa M.kep NIDN : 04161281103

Mengetahui : Ketua Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK : 117206123

LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI Karya Tulis Ilmiah ini telah Disidangkan Pada, Juli 2013

Penguji I (satu) NIP

: Asep Rahmat S.Kep : 19870724200901001

Penguji II (dua) NIK

: Hendri Hadiyanto, S.Kep.,Ners : 117703053

Penguji III (tiga) NIDN

: Dewi Erna Marisa M.Kep : 04161281103

Mengetahui Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK: 117206123

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN UNINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2013


JOHAN HIKAYAT, FOA1001021

ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI x + 125 halaman, 4 bab, 22 tabel, 9 lampiran. Latar belakang penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah adanya peningkatan angka kesakitan akibat penyakit hipertensi di dunia, Indonesia, jawa barat, sukabumi, hingga di daerah Tipar dari bulan januari 2012 sampai desember 2012. Maka penulis tertarik mengangkat kasus dengan Hipertensi di Tipar Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, serta melaksanakan asuhan keperawatan keluarga melalui pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang di gunakan deskriptif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data, wawancara, observasi, pemeriksaan fisik studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus. Setelah melakukan pengkajian pada Tn. S dengan hipertensi ditemukan masalah Nyeri dan resiko terjatuh. Dalam perencanaan tindakan keperawatan penulis tidak mengalami adanya hambatan karena adanya kerja sama dengan klien, keluarga yang kooperatif serta kerja sama tim kesehatan lainnya. Tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Hasil evaluasi menunjukan sebagian besar diagnosa keperawatan yang ada telah teratasi. Kesimpulan pada kasus ini adanya kesenjangan antara teori dan masalah keperawatan pada Tn.S, diagnosa yang tidak muncul : potensial perubahan perfusi jaringan. Rekomendasi ditujukan kepada puskesmas agar dapat melakukan penyuluhan tentang kesehatan di daerah sekitarnya agar pendidikan kesehatan masyarakat meningkat, khususnya kesehatan klien & keluarga. Daptar Pustaka : 9 buku (2003 2013)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Illahi Rabbi atas Dzat yang telah menciptakan semesta alam serta rahmat hidayah-Nya kepada penulis yang telah memberikan nikmat kesehatan, kesabaran dan karunia-Nya untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Hipertensi Pada Tn. S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi . Yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam menempuh Pendidikan Diploma III Program Studi D III Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Sukabumi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena segala keterbatasan dan waktu yang dimiliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk menambah dan memperluas wawasan dalam menerapkan asuhan keperawatan sebagai salah satu tenaga yang professional. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesa-besarnya kepada :

ii

1. Bapak Prof. Dr. Asmawi Zaenul Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi. 2. Ibu Reny Sukmawani, SP., MP Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik 3. Bapak Idang Nurodin, S,Ip., MM Selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan 4. Bapak Drs. Sakti Alamsyah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi. 5. Ibu Sumirat Tresnayanti S.Kp selaku ketua program studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi 6. Ibu dr. Hj. Ritanenny, ESM, MP Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 7. Ibu Dewi Erna Marisa. M.kep selaku penguji dan pembimbing satu dalam penyusunan studi kasus ini. 8. Ibu dr. Nouva Riega Selaku Kepala Puskesmas Tipar Kota Sukabumi 9. Seluruh Staf dosen, staf pengelola perpustakaan dan karyawan Universitas Muhammadiyah Sukabumi. 10. Seluruh Staf Dinas kesehatan Kota Sukabumi, yang telah membantu penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S 11. Seluruh Staf Pukesmas Tipar Kota Sukabumi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S 12. Kedua orang tuaku, mama dan papa yang selalu memberikan doa restunya dan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

iii

13. Klien Tn.S yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan. Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, amin. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya bagi pengembangan ilmu kesehatan dan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan. Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan tenaga perawat khususnya serta dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan pada bidang perawatan.

Sukabumi, Juli 2013 Penulis

iv

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN . ABSTRAK . KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .. DAFTAR TABEL .. DAFTAR LAMPIRAN . BAB I : PENDAHULAN... A. Latar Belakang... B. Tujuan penulisan C. Metode telaahan. D. Sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .. A. Konsep Dasar Penyakit . 1. Konsep Dasar Keluarga.
v

i ii v ix x 1 1 4 5 8 9 9 9

a. Definisi keluarga b. Struktur keluaraga.. c. Peran keluarga d. Fungsi keluarga.. e. Tahapan perkembangan keluarga. f. Tahapan keluarga mandiri. g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan. . h. Tugas keluarga dibidang kesehatan.. 2. Konsep Penyakit. a. Definisi b. Etiologi c. Anatomi fisiologi. d. Patofisiologi. e. Manifestasi klinik. f. Pemeriksaan diagnostik g. Manajemen medik 3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga .. B. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansian .. 1. Konsep Dasar Lansia . C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi .. 1. Pengkajian .
vi

9 9 10 11 16 21 22 25 29 29 31 32 33 35 37 38 43 45 45 50 50

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga . 3. Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga . 4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga 5. Evaluasi . BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian. 2. Diagnosa Keperawatan............ 3. Rencana Tindakan Keperawatan 4. Implementasi dan Evaluasi. 5. Catatan Perkembangan B. Pembahasan.. 1. Pengkajian . 2. Diagnosa. 3. Rencana Tindakan Keperawatan.. 4. Implementasi.

60 65 76 77 78 79 79 97 98 102 106 114 114 117 117 118 119 121 121 123

5. Evaluasi. BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...... A. Kesimpulan B. Rekomendasi..

vii

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. DAFTAR RIWAYAT HIDUP..

125

viii

DAFTAR TABEL Halaman


Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Katz Indeks . 46 Barthel Indeks . 46 Test Keseimbangan ........ 47

Data Psikologis 47 Data Psikologis 48 Status Mental 48 Status Kognitif .. 48 Skala Dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan .. 62 Perencanan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi . 69 Kartu Keluarga 79 Katz Indeks . 91 Barthel Indeks . 92 Keseimbangan 93 Data Psikologis .. Status Mental . Status Kognitif .. Analisa Data .. Diagnosa Keperawatan . Diagnosa Keperawatan . Perencanaan .. Implementasi dan Evaluasi .. Catatan Perkembangan . 93 94 94 95 96 97 98 102 106

ix

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Satuan Acara Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam Materi Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam Leaflet Relaksasi Nafas Dalam Satuan Acara Penyuluhan Rumah Sehat Materi Penyuluhan Rumah Sehat Leaflet Rumah Sehat Keterangan Kunjungan Rumah Lembar Konsultasi Pernyataan Tidak Melakukan Plagiarisme

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kejadian hipertensi di dunia merupakan masalah yang besar dan serius disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak, penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar, hipertensi adalah suatu keadaan dimana pada umumnya mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHg Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (WHO) Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil dan berdaya guna sehingga tercapai derajat kesehatan masayarakat yang setinggi tingginya. Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah

telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang di dukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas di tahun 2015.(http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.T erus.Meningkat www.kompas.com dibuka pada tanggal 27 juli 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang ditentukan berdasarkan kriteria ambang hipertensi yaitu tekanan darah dengan rentang antara 140/90 160/100 mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%. Angka ini lebih tinggi dari angka prevalensi yang dilaporkan oleh Cheng dan kawan kawan di Taipeh, yaitu sekitar 6,2 %., hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia tergolong tinggi, namun kebanyakan dari penderitanya tidak terdeteksi, akibatnya tidak tertangani dengan cepat, sehingga menyebabkan kesakitan bahkan kematian dini,. Hal ini menunjukkan prevelensi hipertensi sebanyak 31,7%, hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian utama di perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-64 tahun,satu dari tiga orang dewasa Indonesia menderita hipertensi, bahkan di kalangan usia 50 tahun ke atas satu dari dua orang.

(http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=Hipertensi& ordering=&searchphrase=all dibuka pada tanggal 27 juli 2013).

Masalah penyakit hipertensi di jawa barat ini menjadi perhatian khusus karena jumlah penderita semakin meningkat dari tahun ke tahun., berdasarkan laporan dari dinas kesehatan provinsi jawa barat penderita hipertensi pada tahun 2012 penderita hipertensi di jawa barat mencapai 31 % , angka ini diperkirakan akan semakin bertambah seiring perekembangan jaman yang memicu pola hidup yang tidak sehat. ( http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/724 dibuka pada tanggal 27 juli 2013 ) Data dari 15 puskesmas yang berada di kota sukabumi penderita hipertensi pada bulan januari sampai bulan desember tahun 2012 berjumlah 36.605 jiwa dari 356.085 jiwa yang ada di kota sukabumi. Data dari 15 puskesmas di kota sukabumi yang mendapat kunjungan pasien dengan hipertensi tertinggi salah satunya ialah puskesmas tipar. (Dinkes Kota Sukabumi) Di puskesmas Tipar kota sukabumi angka kunjungan penderita hipertensi dari bulan januari samapai dengan bulan desember tahun 2012 berjumlah 2622 jiwa,angka kunjungan penderita hipertensi di puskesmas tipar termasuk salah satu kunjugan terbanyak. (Puskesmas Tipar Kota Sukabumi). Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam perawatan kesehatan masayarakat karena mempunyai peran penting dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan pada anggota keluaarga yang sakit,

mempertahankan suasana lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan

pemanfaatan engan baik terhadap fasilitas kesehatan yang ada. Apabila kelima tugas kesehatan tersebut tidk bisa dijalankan dengan baik maka akan timbul berbagai macam masalah kesehatan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada keluarga Tn S melalui pendekatan asuhan keperwatan yang dituangkan dalam karaya tulis yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga TN S Dengan Hipertensi Pada Tn S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga secara langsung pada klien dengan hipertensi yang komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan

hipertensi, Mampu keluarga dengan

mendeskripsikan rencana hipertensi, Mampu

asuhan keperawatan tindakan

mendeskripsikan

keperawatan keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi,

Mampu membandingkan antara konsep dengan kenyataan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi. 3. Metode Telaahan Yang dimaksud dengan metode telaahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data / informasi dan sebagai cara memperoleh data / informasi

(wawancara,observasi,dll ). 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan type studi kasus yang di laksanakan terhadap salah satu keluaraga dengan kasus hipertensi. 2. Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Wawancara Yaitu dengan mengadakan tanya jawab pada keluarga untuk mengumpulkan data. b. Observasi Yaitu mengadakan pengamatan terhadap klien, keluarga dan lingkungan. c. Studi Dokumentasi

Mempelajari data klien selama klien dan keluarga kontak dengan pelayanan kesehatan. d. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan teori yang berkaitan dengan konsep asuhan keperawatan keluarga dan konsep asuhan keperawatan hipertensi dan konsep asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi. e. Pemeriksaan Fisik Mengadakan pemeriksaan secara sistematis pada anggota keluarga . 3. Sumber dan jenis data : a. Sumber data primer dan sekunder 1) Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil

observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survey dan (2) metode observasi.

2) Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. b. Jenis data : Objektif dan subjektif 1) Data Objektif Data objektif ialah data yang didapatkan secara tidak langsung. 2) Data Subjektif Data subjektif ialah data yang didapatkan secara langsung. 4. Pengolahan data Pengolahan data di lakukan secara manual yaitu dengan jalan mengklasifikasikan, lalu mengidentifikasi serta menginterprestasikan data yang diperoleh, selanjutnya disajikan secara textular. 4. Sistematika Penulisan Dalam penulisan Karya Tulis ini, penulis membuat sistematika yang dimulai dengan judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar

isi, daftar lampiran, daftar tabel dan selanjutnya dibagi dalam 4 bab antara lain : BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang menjelaskan latara belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang konsep keluarga, konsep perawatan kesehatan keluarga, konsep dasar Penyakit Hipertensi, dan Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi. BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Tinjauan kasus yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan terhadap klien, yang mencakup pengumpulan data, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan, evaluasi, catatan perkembangan. BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisikan kesimpulan dan saran dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan yang disusun pada Karya Tulis ini serta rekomendasi yang dirujukan kepada pihak yang bersangkutan dalam upaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Konsep keluarga a. Definisi keluarga Menurut Wall (1986) mengemukakan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Padila, 2012 : 19). Menurut UU No. 10 (1992) mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Padila, 2012 : 19). Menurut Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012 : 19). b. Struktur keluarga Strutur keluarga menurut Padila (2012 : 24) ada 5 macam yaitu :

10

1) Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. 2) Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu. 3) Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. 4) Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. 5) Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. c. Peran keluarga Peran keluarga menurut Nasrul Effendy (1998) 1) Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

11

pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan. 2) Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. 3) Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. (Ferry Effendy & Makhfudli, 2009 : 187) d. Fungsi keluarga Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut : Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Padila (2012 : 33-36) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni : 1) Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

12

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah : a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar keluarga. b) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya. c) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuiakna dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak

13

dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana anak meniru perilaku orang tua melaului hubungan interaksi mereka. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenakalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi. 2) Fungsi sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998), sedangkan Soekanto mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari normanorma masyarakat dimana dia menjadi anggota. Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

14

melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan prilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. 3) Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua (single parent). 4) Fungsi ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti

makanan, pakaian, dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera ). Perawat

berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka. 5) Fungsi perawatan kesehatan Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga juga

15

berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menetukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi kesehatan individu dan keluarga. Kesangggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman, 1998) : a) Mengenal masalah kesehatan b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

16

e. Tahapan perkembangan keluarga 1) Tahap I Tahap keluarga pemula ( beginning family) Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak. Tugas perkembangan keluarga : a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan b) Membangun jaringan persaudaraan secara harmonis c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua) d) Menetapkan tujuan bersama e) Persiapan menjadi orang tua f) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua). 2) Tahap II Tahap keluarga sedang mengasuh anak (child bearing) Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan. Studi klasik le master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal : a) Suami merasa diabaikan b) Peningkatan perselisihan dan argument c) Interupsi dalam jadwal kontinu d) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun

17

Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah : (1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (integrasi bayi dalam keluarga) (2) Rekomendasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga (3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan (4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan

menambah peran orangtua, kakek dan nenek (5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan

perkembangan anak (6) Konseling KB post partum 6 minggu (7) Menata ruang untuk anak (8) Menyiapkan biaya child bearning (9) Memfasilitasi role learning anggota keluarga (10) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3) Tahap III Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan-6 tahun. Tugas perkembangan keluarga : a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan keamanan

18

b) Mensosialisakan anak c) Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak yang lain d) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua-anak) serta hubungan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas) e) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak f) Pembagian tanggung jawab g) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak. 4) Tahap IV Tahap keluarga dengan anak usia sekolah Keluarga dengan anak pertama berusia 6-3 tahun. Tugas perkembangan keluarga : a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga d) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual e) Menyediakan aktivitas untuk anak

19

5) Tahap V Tahap keluarga dengan anak remaja Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun. Tugas perkembangan keluarga : a) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri b) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan c) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anakanak d) Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan kembang anggota keluarga 6) Tahap VI Tahap keluarga dengan anak dewasa Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah. Tugas perkembangan keluarga : a) Memperlua siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya b) Melanjutkan perkawinan c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri dan menyesuaikan kembali hubungan

20

d) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru masyarakat e) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya f) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya. 7) Tahap VII Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family). Tugas perkembangan keluarga : a) Menyediakan kesehatan. b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak. c) Memperkokoh hubungan perkawinan. d) Persiapan masa tua/pension 8) Tahap VIII Tahap keluarga lanjut usia Tugas perkembangan keluarga : a) Penyesuain tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup b) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan c) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun lingkungan yang dapat meningkatkan

21

d) Mempertahankan hubungan perkawinan e) Menyesuiakan diri terhadap kehilangan pasangan f) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi g) Melakukan life review masalalu (Padila, 2012: hal 48) f. Tahapan keluarga mandiri Tingkat kemnadirian keluarga menurut Departemen Kesehatan RI (2006) Kemandirian keluarga dalam program dalam perawatan kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan dari keluarga mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat empat (paling tinggi). 1) Keluarga mandiri tingkat satu ( KM-I) a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. 2) Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II) a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar. d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang diajarkan. 3) Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)

22

a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar. d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. 4) Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV) a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar. d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif. (Ferry Effendy & Makhfudli, 2009 : 187) g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan

23

Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998: 41), meliputi: 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut : a) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan 2) Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil: a) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun) b) Menderita kekurangan gizi/anemia c) Menderita hipertensi d) Primipara atau multipara e) Riwayat persalinan dengan komplikasi 3) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena : a) Lahir prematur/BBLR b) Beratbadan sukar naik c) Lahir dengan cacat bawaan d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi

24

e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya 4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga, Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan a) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan b) Ada anggota keluarga yang sering sakit c) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1996: 7), keluarga yang menjadi keluarga rawan kesehatan ialah : (1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan : (a) Ibu hamil tertentu yang belum ANC (Ante Natal Care) (b) Ibu nifas yang persalinan dan neonatusnya ditolong dukun (c) Balita tertentu (d) Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program (e) Penyakit endemis (f) Penyakit kronis tidak menular (g) Kecacatan tertentu (mental atau fisik)

25

(2) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan : (a) Ibu hamil dengan masalah gizi (b) Ibu hamil dengan risiko tinggi lain (perdarahan, infeksi, hipertensi) (c) Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) (d) Neonatus dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) (e) Usia lanjut jompo (f) Kasus percobaan bunuh diri (tentamen suicide) (3) Keluarga dengan kasus tindak lanjut keperawatan, yaitu keluarga dengan: (a) Drop out tertentu, seperti ibu hamil, bayi atau anak balita, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, penyakit kronis atau endemis tertentu. (b) Kasus pasca perawatan seperti : kasus keperawatan yang dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan, kasus katarak yang dioperasi di puskesmas, persalinan dengan tindakan, kasus psikotik, kasus yang seharusnya di rujuk tetapi tidak melaksanakan rujukan. h. Tugas keluarga di bidang kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998) yang sampai saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan

26

keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) dalam Efendi & Makhfudli (2009) tersebut adalah : 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengnal. Fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang memengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. 2) Membuat keputusan tindakan yang tepat Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat

mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi

27

keluarga dalam membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh perawat : a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. b) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan. c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami. d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit. e) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan. f) Apakah keluarga kurang kesehatan. g) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatanya). b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan. percaya terhadap petugas

28

d) Sumber-sumber

yang ada dalam keluarga (anggota

keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial). e) Sikap keluarga terhadap yang sakit. 4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat. Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga. b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan. c) Pentingnya higiene sanitasi. d) Upaya pencegahan penyakit. e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi. f) Kekompakan antar-anggota keluarga. 5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat. Ketika merujuk keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ini : a) Keberadaan fasilitas keluarga. b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan. c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan. d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

29

e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oh keluarga. Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan maslah kesehatan dalam keluarga. (Yohanes Dion & Yasinta Betan, 2013 : 25-28) 2. Konsep Penyakit a. Definisi Hipertensi Hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang di sebabkan satu atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam memepertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolic 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005 ). Klasifikasi hipertensi di bagi menjadi dua yaitu :

30

1) Hipertensi Primer Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, sperti : faktor genetik , stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium). Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal,mata,otak dan jantung. 2) Hipertensi sekunder Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk di kendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder di antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,

diabetes,kelainan adrenal,kelainan aorta, kelainan endokrin lainya seperti obesitas,resistensi insulin,hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan

kortikosteroid. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 52).

31

b. Etiologi Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus SA.Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang

berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosterone maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah,peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik. Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan

32

normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang

menyempit. Hal

ini disebabkan peningkatan dalam afterload

jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikl kiri mungkin mulai mengalami hipertropi (membesar). Dengan hipertropi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah

secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertropi, saraf-saraf otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 53-54) c. Anatomi fisiologi System kardiovaskuler terdiri dari : 1) Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh 2) Arteri membawa darah dari jantung 3) Vena membawa darah ke jantung

33

4) Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan extraseluler atau interstisiil. (Evelyn C.pearce,2008 : 121) d. Patofisiologi Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5 % ) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai hipertensi esensial. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial. Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Di antara faktor-faktor yang telah di pelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, system reninangiotensin, dan system saraf simpatis. Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endoltel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida).

34

Mekanisme

yang

mengontrol

konstriksi

dan

relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinallis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu degan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memeperkuat respon vasokontrikor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah

35

ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikor kuat, yang pada giliranya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan penigkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005). (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 54-55) e. Manifesstasi klinik Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

36

penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah), (BUN) dan (kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam pengelihatan) (Brunner & Suddarth, 2005). Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul : 1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial. 2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. 3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. 4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

37

5) Edema depeden dan pembengkakan akibat peningkatan kapiler. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 55-56) f. Pemeriksaan diagnostic 1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas. 2) BUN / kreatinin Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. 3) Glukosa Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 4) Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. 5) CT Scan Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. 6) EKG Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung, hipertensi.

38

7) IUP Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal. 8) Poto dada Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung. g. Manajemen medic 1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi Penatalaksanaan nonfaramakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin,2007). Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : a) Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5 24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006). BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan yang telah di kuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat

dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika

39

berhasil menurunkan berat badan 2,5 5 kg maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007). b) Kurangi asupan natrium (sodium) Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmoL/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam / hari) (Kaplan, 2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 senok the) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi sendok the/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007). c) Batasi konsumsi alcohol Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat

mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak minum minuman beralkohol. d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg) / hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan

40

diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007). e) Menghindari merokok Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti jantung dan stroke, maka perlu dihindari

mengkosumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi (Dalimartha, 2008). f) Penurunan stress Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005). Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi penderita hipertensi dan

memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang

41

akhirnya

dapat

menurunkan

tekanan

darah

(pfizerpeduli.com). g) Terapi masase (pijat) Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk

memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan. 2) Pengobatan Farmakologi : a) Diuretik (Hidroklorotiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. b) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Menghambat aktivitas saraf simpatis. c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) (1) Menurunkan daya pompa jantung.

42

(2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan

seperti asma bronkial. (3) Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi gejala hipoglikemia. d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. e) ACE inhibitor (Captopril) (1) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II. (2) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. f) Penghambatan Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor jantung. g) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 56-58) sehingga memperingan daya pompa

43

3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga Resiko pada fungsi keluarga ialah sebagai berikut : a. Fungsi ekonomi Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilah keluarga dan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya. b. Fungsi mendapatkan status sosial. Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status sosial di masyarakat tempat tinggal keluarga. c. Fungsi pendidikian Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar. d. Fungsi sosialisasi Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat. e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu mengenai masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga

44

yang

sakit,

memelihara

atau

memodifikasi

lingkungan

yang

menunjang terhadap kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. f. Fungsi religius Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. g. Fungsi rekreasi Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan. h. Fungsi reproduksi Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan benar. i. Fungsi afeksi Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

45

B. Proses Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi Pada Lansia 1. Konsep Dasar Lansia a. Pengertian proses menua Proses menua (Ageing process) merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Suparyanto, 2010) b. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia Stieglitz (1945) yang dikutip oleh Suparyanto (2010)

mengemukakan ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua, yaitu : 1) Gangguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal. 2) Gangguan metabolisme hormonal seperti diabetes mellitus, klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid. 3) Gangguan pada persendian seperti osteoartritis, gout, artritis ataupun penyakit kolagen lainnya. 4) Neoplasma.

46

c. Pengkajian fokus pada lansia 1)


A

Katz Indeks Tabel 2.1


Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi A

B C D E

Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi di atas Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain

B C D E

Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain

Ketergantungan untuk semua fungsi di atas

2)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Barthel Indeks Tabel 2.2


Kriteria Makan Minum Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram) Mandi Jalan di tempat datar Naik turun tangga Mengenakan pakaian Kontrol bowel (BAB) Kontrol blader (BAK) Olahraga/latihan Rekreasi/pemanfaatan waktu luang Dengan bantuan 5 5 5-10 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 Mandiri 10 10 15 5 10 15 5 10 10 10 10 10 10

Keterangan : 130 65-125 60 : mandiri : ketergantungan sebagian : ketergantungan total

47

3)
A 1 2 3 4 5 6 7 B 8 9 10 11 12 13

Test keseimbangan Tabel 2.3


Perubahan posisi/gerakan keseimbangan Bangun dari kursi Duduk dari kursi Menahan dorongan pada sternum MataTertutup Perputaran leher Gerakan Menggapai sesuatu Membungkuk Komponen Gaya Berjalan Berjalan sesuai perintah Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan Kontinuitas langkah kaki saat berjalan Kesimetrisan Langkah Penyimpangan jalur pada saat berjalan Berbalik Total 0 1

Keterangan : 0-5 6-10 11-13 : risiko jatuh : risiko jatuh sedang : risiko jatuh tinggi

4) Data psikologis yang mencakup : Status emosional Tabel 2.4


Ya a b c d Mengalami sukar tidur Sering merasa gelisah Sering murung atau menangis sendiri Sering was-was atau khawatir Tidak

Jika jawaban diatas lebih dari satu, maka lanjutkan dengan pertanyaan berikut :

48

Tabel 2.5
No A B C D E Data Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari1kali dalam 1 bulan Ada masalah atau banyak pikiran Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter Cenderung mengurung diri Ya Tidak

(1) Status mental (Short Portable Mental Status Quissionaire (SPMSQ)) Tabel 2.6
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertanyaan Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda ? Berapa umur anda ? Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir) Siapa presiden Indonesia sekarang ? Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? Siapa nama ibu anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru semua secara menurun TOTAL Benar Salah

Keterangan : Salah 0-3 Salah 4-5 Salah 6-8 Salah 9-10 : fungsi intelektual utuh : kerusakan intelektual ringan : kerusakan intelektual sedang : kerusakan intelektual berat

(2) Status kognitif (Mini Mental Status Examination (MMSE)) Tabel 2.7
No 1 Aspek Kognitif Orientasi 5 Nilai maks Nilai klien Kriteria Menyebutkan dengan benar: Tahun

49

Orientasi

Registrasi

Perhatikan kalkulasi

dan

Mengingat

Bahasa

Musim Tanggal Hari Bulan Dimana kita sekarang berada ? Negara Indonesia Provinsi Jawa Barat Kota . PTSW Wisma Sebutkan nama 3 0bjek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing-masing obek. Kemudian tanyakan kepada klien ke 3 objek tadi (untuk disebutkan) Objek Objek Objek Minta klien untuk mulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat. 93, 86, 79, 72, 65 Minta klien untuk mengulangi ke 3 objek pada nomor 2 (registrasi). Bila benar 1 poin untuk masingmasing objek. a. Menyebutkan nama benda yang ditunjuk minimal 2 b. Kemampuan mengulang kata Tak ada jika, tetapi, atau c. Kemampuan melakukan perintah Mengambil Melakukan sesuatu terhadap benda yang diambil Menaruh d. Kemampuan menutup mata e. Kemampuan menulis 1 kalimat f. Kemampuan menyalin gambar

TOTAL

50

Keterangan : > 23 : aspek kognitif dari fungsi intelektual baik

18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan < 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang kompleks dan bersifat dinamis, menggunakan pendekatan yang sistematis pada keluaraga dan anggota keluarga dengan menggunakan metode ilmiah. Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi. (Yohanes Dion & Yasinta Betan, 2013 : 63) Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling tergantung satu sama lainnya yang menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. (Suprajitno, 2004 : 29) Tahap ini mencakup pengumpulan data, analisis/interpretasi data tentang kondisi bio, psiko, sosio, kultural, dan spritual klien. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

51

keperawatan keluarga. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu : a. Membina hubungan yang baik Hubungan yang baik antara perawat dan klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaa asuhan keperawatan, hubungan yang baik ini dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapetik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan pada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu : 1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah 2) Menjelaskan tujuan kunjungan 3) meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan maslah kesehatan yang ada di keluarga 4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan 5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat b. Pengkajian awal, pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.

52

c. Pengkajian

lanjutan (tahap kedua), adalah tahap pengkajian untuk

memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Pada pengkajian lanjutan ini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar. Data yang harus diperoleh pada pengkajian yang meliputi : 1) Data umum Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat lengkap dan telpon, pekerjaan KK, komposisi keluarga dan genoram keluarga. Data lain yang perlu dikaji yang termasuk ke dalam data umum adalah tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga serta aktitas rekreasi keluarga. 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, yaitu meliputi : a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, yaitu tahap

perkembangan tertinggi yang dicapai keluarga saat ini yang ditentukan oleh anak tertua dari keluarga tersebut. b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, yaitu menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya.

53

c) Riwayat

kesehatan

keluarga

inti,

menjelaskan

riwayat

kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan. d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atsnya). Dalam hal ini menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini. 3) Data lingkungan, meliputi : a) Karakteristik rumah Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limabah dan kebutuhan mck (mandi, cuci, kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan. b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal meliputi kebiasaan seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta

54

aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. c) Mobilitas geografis keluarga Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga dan ada keluarga yang sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina. d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. e) Sistem pendukung keluarga Menjelaskan anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, dll). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.

55

4) Struktur keluarga a) Struktur peran Menjelaskan tentang peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat. b) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajarii dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. c) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi serta hal apa yang mempengaruhi komunikasi keluarga. d) Struktur kekuatan keluarga Menjelaskan tentang kemampuan keluarga untuk

mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. 5) Fungsi Keluarga a) Fungsi ekonomi Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

56

lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilah keluarga dan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya. b) Fungsi mendapatkan status sosial. Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status sosial di masyarakat tempat tinggal keluarga. c) Fungsi pendidikian Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar. d) Fungsi sosialisasi Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat. e) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu mengenai masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara atau memodifikasi lingkungan yang menunjang terhadap kesehatan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

57

f) Fungsi religius Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. g) Fungsi rekreasi Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan. h) Fungsi reproduksi Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan benar. i) Fungsi afeksi Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 6) Stress dan koping keluarga a) Stressor jangka pendek dan jangka keluarga Menjelaskan kemampuan keluarga dalam berespons terhadap stressor dan strategi koping yang digunakan untuk

menyelesaikan stressor baik itu stressor jangka pendek

58

(memerlukan waktu penyelesaian kurang lebih 6 bulan) maupun stressor jangka panjang (memerlukan waktu lebih dari 6 bulan) b) Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan kesehatan pada setiap anggota keluarga

menggunakan sistem pemeriksaan fisik secara head to toe. Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, meliputi : (1) Keadaan umum Kesadaran Tanda-tanda vital : compos mentis :TD: sistolik 160 mmHg

diastolik 90mmHg. RR : 20 x / menit N : 96 x/menit S : 36 o C (2) Kepala : Bentuk simetris tidak ada lesi atau hematoma tidak ada eedema, tidak ada benjolan warna rambut, distribusi. (3) Mata : Bentuk simetris , reflek positif pupil terhadap rangsangan cahaya, fungsi pengelihatan biasanya menurun, konjungtiva unanemis visus 3 : 6, reflek mengedip, hygiene bersih, scelera terilhat kekuningan.

59

(4) Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sinus, hygiene. (5) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran biasanya menurun, hygiene. (6) Mulut : Hygiene, jumlah gigi , ovula berada di tengahtengah, tidak ada pendarahan gusi. (7) Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran JVP, tidak ada nyeri menelan. (8) Dada : Bentuk simetris, terdapat retraksi dada, pergerakan dada simetris, suara paru vaskuler, bunyi paru sonor, bunyi jantung s1 dan s2 tidak ada bunyi tambahan. (9) Abdomen : Bentuk datar dan Simetris, umbilicus bersih, tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan pada epigastrium, bising usus 8 x/ mnt, tidak terdapat distensi abdomen. (10) (11) Genetalia : hygiene, bentuk, nyeri tekan. Ektremitas : a) Atas : bentuk simetris reflek bisef, dan trisef positif, jumlah jari lengkap, akral hangat, di tumbuhi rambut, tidak ada edema, tonus otot kanan 5 kiri 5.

60

b) Bawah : bentuk simetris, reflek patella positif, jumlah jari lengkap, di tumbuhi rambut, tidak ada kontraktur sendi tingkat gradasi, tonus otot kanan 5 kiri 5. 7) Harapan Keluarga Menjelaskan bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. 2. Diagnosa keperawatan keluarga Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang dirumuskan tentang respon klien terhadap masalah kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi keperawatan. (Suprajitno, 2004 : 24) Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati yang teridir dari : a. Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan yang tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga. b. Penyebab (etiologi, E), adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat

61

anggota keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. c. Tanda (sign, S), adalah sekumpulan data subjektif dan data objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab. Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Diagnosa aktual Adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. b. Diagnosa risiko/risiko tinggi Adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. c. Diagnosa potensial Adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat terjadi. Masalah keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi (Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza putri, 2013 : 60) adalah :

62

1). Nyeri (sakit kepala) 2). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung 3). Potensial perubahan perfusi jaringan Untuk menentukan diagnosa pada keperawatan keluarga maka etiologi dihubungkan pada lima tugas keluarga menurut Suprajitno (2004, 17-18) yaitu: a) Mengenal masalah kesehatan keluarga. b) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga. c) Merawat anggota keluarga yang sakit. d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila diagnosa keperawatan yang dirimuskan lebih dari satu, maka harus dilakukan skoring (penilaian) diagnosa keperawatan. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004 : 45-46) Skala dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan Menurut Bailon dan Maglaya (1978) Tabel 2.8
No 1 Sifat masalah Skala : Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan 3 2 Kriteria Skor Bobot 1

63

Keadaan sejahtera

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat 2 1 0

Potensial masalah untuk dicegah Skala : Tinggi Cukup Rendah 3 2 1

Menonjolnya masalah Skala : Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan 2 1 0

(Sumber : Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi dalam Praktik. Suprajitno, 2004: 46) Proses skoring ini dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses skoring adalah : (1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat (2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot Skor yang diperoleh x bobot Skor tertinggi

64

(3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot yaitu 5) Setelah dilakukan proses skoring, langkah selanjutnya adalah penyusunan prioritas masalah. Prioritas didasarkan pada diagnosa

keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai skor yang terendah. mempertimbangkan juga Namun, dalam hal ini perawat harus persepsi keluarga terhadap masalah

keperawatan mana yang perlu diatasi segera. Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala : 1) Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. 2) Untuk kriteria kedua, perlu diperhatikan : a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah b) c) d) 3) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan dan tenaga Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan dan waktu Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan

Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan : a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

65

c)

Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah

d)

Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah

4)

Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

3. Perencanaan Perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang

direncanakan dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. (Suprajitno, 2004: 24) Ciri-ciri rencana perawatan keluarga menurut Effendy (1998 : 54) : 1) Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi 2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dan pikiran yang logis 3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang 4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi 5) 6) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus

66

Perencanaan keperawatan keluarga (family care plan) mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. (Suprajitno, 2004: 49) Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan : 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara : a) b) Memberikan informasi yang tepat Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan c) 2) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : a) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di sekitar keluarga c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

3)

Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : a) b) Mendemonstrasikan cara perawatan Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

67

c) 4)

Mengawasi keluarga melakukan perawatan

Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara : a) b) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga

seoptimal mungkin 5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya dengan cara : a) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu : (1) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien. (2) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan pancaindera perawat yang objektif. (3) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke

68

kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi. Calgary (1994) dalam Suprajitno (2004: 52) menyatakan bahwa rencana tindakan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat. Dalam menyusun intervensi, sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri dan merupakan cara untuk menghormati dan menghargai keluarga Suprajitno, 2004: 52). (Carey, 1989 dalam

Tabel 2.9 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi


No 1 Diagnosa keperawatan Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan Ketidakmampuan/ ketidaktahuan/ ketidakmauan keluarga dalam : 1. Mengenal kesehatan yang dialami keluarganya 2. Mengambil keputusan yang tepat bagi keluarganya 3. Merawat anggota keluarga dengan masalah nyeri 4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan Tujuan Umum Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 4 hari, nyeri teratasi Khusus Setelah dilakukan 4 kali kunjungan rumah selama 30 menit setiap pertemuan di harapkan keluarga dapat : TUK 1 : mengenal masalah yang di hadapi oleh keluarganya Kriteria evaluasi Kriteria Standar Respon verbal Keluaraga dapat menyebutkan pengertian nyeri, penyebab nyeri, tanda dan gejala nyeri, dan manajemen nyeri Intervensi 1. Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang penyebab nyeri dan manajemen nyeri 2. Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab dan manajemen nyeri 3. Evaluasi pemahaman keluarga tentang penjelasan yang diberikan 4. Berikan reinforcement yang positif jika jawaban sesuai standar

TUK 2 : Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk membuat keputusan untuk mengatasi masalah

Respon afektik

TUK 3 : Melakukan tindakan perawatan yang tepat bagi klien hipertensi diantaranya mendemonstrasikan relaksasi napas dalam dan distraksi

Respon psikomotor

1. Kaji ulang pengetahuan keluarga manfaat tehnik relaksasi napas dalam Keluarga merasa nyaman 2. Diskusikan dengan keluarga manfaat karena mengetahui cara tehnik relaksasi napas dalam mengatasi nyeri yaitu 3. Evaluasi pemahaman keluarga dengan cara tehnik tentang tentang penjelasan yang telah relaksasi napas dalam yaitu di berikan : 4. Berikan reinforcement positif jika jawaban sesuai standar Tarik napas melalui hidung 1. Kaji ulang pengetahuan keluarga Tahan 2-3 detik tentang tehnik relaksasi napas dalam Lalu keluarkan melalui 2. Berikan penjelasan tentang cara tehnik mulut secara perlahan relaksasi nafas dalam Dapat dilakukan 3. Diskusikan dengan keluarga terhadap beberapa kali penjelasan yang telah diberikan Keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi dengan cara 4. Berikan reinforcement positif jika jawaban sesuai standar.

69

mendemonstrasikan tehnik relaksasi napas dalam.

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan Ketidakmampuan/ ketidaktahuan/ ketidakmauan keluarga dalam : 1. Mengenal kesehatan yang dialami keluarganya 2. Mengambil keputusan yang tepat bagi keluarganya 3. Merawat anggota keluarga dengan masalah nyeri 4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

Setelah dilakukan 4 kali kunjungan rumah selama 30 menit setiap pertemuan resiko tinggi penurunan jantung tidak terjadi

Setelah dilakukan 4 kali kunjungan rumah selama 30 menit setiap pertemuan keluarga dapat : TUK 1 : Mengenal masalah hipertensi diantaranya dengan cara : Keluarga dapat menyebutkan pengertian penyebab, tanda gejala, faktor resiko, cara pencegahan dan komlpikasi.

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan pengertian penyakit hipertensi adalah : a. Pengertian hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap diatas 160/90 mmHg b. Tanda gejala hipertensi adalah: Nyeri tengkuk penglihatan kabur sakit kepala telinga berdengung Pusing atau kepala berputar c. penyebab atau faktor risiko hipertensi : Usia lanjut (45 tahun ke atas) Obesitas Ada riwayat hipertensi di keluarga

1. Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang pengertian hipertensi tanda gejala, penyebab faktor resiko, cara pencegahan dan komplikasi. 2. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian hipertensi, tanda gejala, penyebab faktor resiko, cara pencegahan dan komplikasi hipertensi. 3. Evaluasi pemahaman keluarga tentang penjelasan yang telah diberikan 4. Berikan reinforcement positif jika jawaban sesuai standar.

70

5.

Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

d.

e.

Menderita dibetes melitus Memiliki kadar kolesterol tinggi Perokok, alkoholik, minum kopi Stres Menyukai makanan asin Komplikasi Stroke Gagal jantung Gagal ginjal Kerusakan penglihatan Cara pencegahan Mengurangi makanan asin dan berlemak Meningkatkan asupan serat dan kalsium Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok, mengurangi kopi dan alkohol Olah raga secara teratur

71

TUK 2 : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah resiko tinggi penurunan curah jantung dengan cara : Keluarga dapat menyebutkan akibat lanjut dari resiko penurunan curah jantung Keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah resiko penurunan curah jantung

Respon verbal

Akibat lnjut dari resiko penurunan curah jantung adalah vasokontriksi dan hipertropi ventricular

Respon verbal

Keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah resiko penurunan curah jangtung Cara perawatan: - Berikan lingkungan tenang dan nyaman - Pertahankan 1. Motivasi keluarga untuk merawat pembatasan aktifitas anggota keluarga dengan masalah seperti istirahat di resiko penurunan curah jantung tempat tidu/kursi 2. Berikan reinforcement positif atas - Bantu melakukan keputusan keluarga aktifitas - Lakukan tindakan yang nyaman sepert pijat punggung dan leher

1. Kaji ulang pengetahuan keluarga mengenai akibat resiko penurunan curah jantung 2. Berikan penjelasan tentang akibat lanjut dari resiko penurunan curah jantung 3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya 4. Evaluasi terhadap penjelasan yang telah diberikan 5. Berikan reinforcement positif atas kebersediaan keluarga

TUK 3: Melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi klien hipertensi diantaranya dengan cara: Keluarga dapat menyebutkan cara perawatan anggota keluarga dengan masalah resiko penurunan curah

Respon verbal

Klien dapat mendemonstrasikan cara pijat punggung dan leher Dengan caranya : Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman Duduk di kursi / posisi tidur Atur pola napas Berikan pijatan pada

1. Kaji ulang pengetahuan keluarga mengenai cara perawatan dengan masalah resiko penurunan curah jantung. 2. Berikan penjelasan tentang cra perawatan anggota keluarga dengan resiko penurunan curah jantung. 3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya mengenai masalah yang diberikan.

72

jantung

Klien dapat melakukan pijat punggung dan leher

Respon psikomotor

punggung atau leher 4. Evaluasi terhadap materi yang telah Dengan tenaga yang diberikan secukupnya 5. Berikan reinforcement atas setiap jawaban yang benar Sesudah melakukan pijatan lalu istirahatkan. Keluarga menyediakan lingkungan yang tenang 1. Ajarkan pada klien dan keluarga cara dan nyaman pijat punggung atau leher 2. Demonstrasikan pada klien dan keluarga cara pijat punggung atau leher 3. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mencoba melakukan pijat punggung atau leher 4. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga 5. Pastikan keluarga akan melakukan Manfaat kunjungan ke tindakan yang diajarkan fasilitas kesehatan : Mendapatkan pelayanan kesehatan dan pengobatan hipertensi Mendapatkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi

TUK 4: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan lingkungan yang sehat: Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang memenuhi syarat syarat

1. Kaji ulang pengetahuan keluarga mengenai sumber yang dimiliki oleh keluarga di sekitar lingkungan rumah 2. Dorong keluarga untuk memanfaatkan sumber yang ada di sekitar rumah

73

Keluarga dapat menyebutkan ciri ciri lingkungan yang sehat

kesehatan seperti :penataan ruangan yang rapi, penerangan yang cukup,lantai tidak licin, terdapat ventilasi.

TUK 5: Keluarga dapat menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah resiko penurunan curah jantung

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan keuntungan dari fasilitas kesehatan

Untuk mengatasi masalah kesehatan yang dapat digunakan adalah puskesmas Tiga keuntungan pelayanan kesehatan : Dapat dengan mudah memeriksa kesehatan Biaya terjangkau Tempat mudah terjangkau

1. Kaji ulang pengetahuan keluarga mengenai keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat di jangkau keluarga 2. Kaji pengetahuan keluarga mengenai manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan 3. Keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan 4. Evaluasi terhadap materi yang di berikan 5. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan.

Klien memeriksa tekanan darah ke puskesmas

Respon psikomotor

Klien memeriksa tekanan darahnya selama pengobatan hipertensi, 1 hari 1 kali.

1. Motivasi klien dan keluarga untuk pemeriksaan tekanan darah rutin 2. Beri reinforcement positif atas keberhasilan.

Setelah dilakukan 4 kali kunjungan rumah selama 30 menit tiap pertemuan keluarga dapat :

Respon verbal

Potensial perubahan perfusi jaringan adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko

1. Kaji pengetahuan keluarga mengenai pengertian ,penyebab , tanda gejala potensial perubahan perfusi jaringan.

74

Potensial perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan/keti daktahuan/ ketidakmauan keluarga dalam : 1. Mengenal kesehatan yang dialami keluarganya 2. Mengambil keputusan yang tepat bagi keluarganya 3. Merawat anggota keluarga dengan masalah nyeri 4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Menggunakan fasilitas pelayanan

Setelah dilakukan 4 kali kunjungan rumah selama 30 menit setiap pertemuan potensial perubahan perfusi jaringan tidak terjadi

TUK 1 : mengenal masalah potensial perubahan perfusi jaringan

tinggi mengalami penurunan nutrisi dan pernafasan tingkat perifer dalam suplai darah kapiler. Tanda dan Gejala : Lemas, jalan tidak tegap cemas TD meningkat.

2. Berikan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, tanda gejala potensial perubahan perfusi jaringan. 3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya tentang materi yang diberikan. 4. Evaluasi terhadap materi yang telah diberikan. 5. Berika reinforcement positif atas jawaban yang benar

TUK 2 : membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi

Respon afektif

Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah dengan potensi perubahan perfusi jaringan

1. Motivasi keluarga untuk dapat membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah dengan potensial perubahan perfusi jaringan 2. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 1. Motivasi keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan potensial perubahan perfusi jaringan 2. Berikan reinforcement positif atas keputusan keluarga.

TUK 3: melakukan tindakan perawatan kesehatan dengan keluarga hipertensi

Respon psikomotor

Keluarga dapat merawat anggota keluarga dengan potensial perubahan jaringan serebral.

75

76

76

4. Pelaksanaan Implementasi keperawatan merupakan bagian katif dalam asuhan keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien. (Suprajitno, 2004 : 24) Pada tahap ini implementasi ini, perawat perlu melakukan kontrak terlebih dahulu untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi dan peralatan yang perlu disiapkan keluarga jika ada. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi. (Suprajitno, 2004 : 53) Pada saat melakukan implementasi, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasu semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator. Namun, perawat juga dapat berperan sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Hasil implementasi yang efektif dan efisien dan efisien akan diperoleh secara maksimal jika perawat membuat suatu rencana kegiatan yang terstruktur. Dalam tahap ini, perawat perlu merencanakan secara sistematis

77

dan berurutan dan bertingkat berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun. Implementasi ini dapat dilakukan oleh klien sendiri (anggota keluarga/keluarga), perawat, anggota tim perawatan (kesehatan), keluarga lain (extended) dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain dan merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. (Suprajitno, 2004 : 24 &57). Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian : a. S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan. b. O : adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan objektif setelah implementasi keperawatan.

78

c. A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. d. P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

79

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI

A. PENGKAJIAN 1. Data Umum a. Nama kepala keluarga b. Umur c. Alamat : Tn.S : 75 Tahun : Jl.Tipar Gang.Prikesit RT 03 RW 01 Kelurahan Tipar

Kecamatan Citamiang d. Pekerjaan kepala keluarga e. Pendidika kepala keluarga f. Komposisi keluarga : Pengurus Masjid (IMAM) : SMA : 1 Orang

Tabel 3.1
No Nama L/P Hub dgn KK Um ur Pen didi dka n 1 Tn.S L KK 75 SM A Ima m Peke rjaan BC G 1 Polio 2 3 4 1 Status Imunisasi DPT 2 3 Hepatitis 1 2 3 Campak Ket

80

g. Genogram

KETERANGAN

Laki-laki meninggal

: Perempuan

Perempuan meninggal

: Klien

Laki-laki

Tinggal Serumah

: Menikah

h. Tipe keluarga Tipe keluarga termasuk keluarga dengan type single family, karena Tn.S tinggal sendiri sejak istri tercintanya meninggal 10 tahun yang lalu. i. Suku Suku Tn. S adalah Suku Sunda hal ini dibuktikan dengan bahasa yang digunakan turun temurun oleh Tn. S ialah Bahasa Sunda.

81

j.

Bangsa Bangsa Tn. S adalah bangsa Indonesia hal ini di buktikan dengan Tn. S lahir di Indonesia, tinggal di Indonesia dan terdaptar dalam kependudukan warga Indonesia.

k. Agama Agama yang dianut oleh Tn. S ialah islam hal ini di buktikan dengan klien melaksanakan sholat 5 waktu, klien berpuasa di bulan ramadhan. l. Status social ekomoni keluaraga Penghasilan keluarga tidak menentu dikarnakan pekerjaan klien tidak menentu. m. Aktifitas rekreasi keluarga Aktifitas rekreasi keluarga yang di lakukan Tn. S ialah berkumpul di masjid dan istirahat di rumah sambil menonton tv. 2. Riwayat tahap perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga Tn.S tidak mempunyai anak,dan sekarang Tn.S berumur 75 tahun hal ini berarti keluarga Tn.S berada dalam tahap perkembangan keluarga lanjut usia.

82

b. Tahap perkembangan keluarga sekarang Keluarga Tn.S dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya seperti makan, minum, dan tempat tinggal secara minimal,sedangkan tugas yang belum terpenuhi ialah kebutuhan social dan ekonomi. c. Riwayat keluarga inti Dalam keluarga yang mengalami penyakit hipertensi adalah Tn.S sendiri. d. Riwayat keluarga sebelumnya Dalam keluarga Tn.S mengalami penyakit hipertensi dan masih mengikuti atau sedang dalam masa pengobatan. 3. Lingkungan a. Karakteristik rumah Tempat tinggal klien berukuran 1 x 1,5 m2, dengan kamar 2 kamar dan terdapat jendela yang bisa dibuka sebanyak 2 jendela, 1 ruang keluarga dan ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Bentuk rumah Tn.S adalah rumah panggung atau semipermanen, lantai terbuat dari kayu, jenis rumah setengah tembok dan setengah bambu anyaman, terdapat ventilasi, cahaya matahari yang masuk tercukupi, penataan ruangan kurang rapih, memiliki WC sendiri, pembuangan limbah rumah tangga langsung ke sungai, jarak antara rumah Tn. S

83

dengan tetangga berdekatan, dan yang tinggal di rumah tersebut hanya 1 orang. Denah Rumah

KETERANGAN : A : Kamar Tidur B: Kamar Tidur C : Ruang Tamu D : Ruang Keluarga E : Dapur F : Kamar Mandi G : Teras b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya Rumah rumah disekitar rumah klien sudah bagus (permanent) baik rumah maupun kebersihannya terjaga. Keluarga klien menggunakan

84

air minum dengan cara membeli dari depot air mineral terdekat, dan untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci piring klien menggunakan air sumur yang ada di rumahnya c. Mobilitas geografi keluarga Klien menetap di rumah tersebut dari tahun 1938 sampai sekarang tahun 2013, klien berpergian hanya ke masjid, warung dan tetanggatetangganya. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga biasanya berkumpul di masjid sebelum dan sesudah melakukan ibadah. e. Sistem pendukung keluarga Fasilitas kesehatan yang mendukung dan sering digunakan oleh keluarga ialah puskesmas, keluarga klien yang masih ada bertempat jauh dengan rumah klien, sehingga kurang mendukung bagi kesehatan klien. 4. Struktur keluarga a. Struktur peran Sebagai kepala keluarga Tn.S harus bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya.

85

b. Nilai dan norma keluarga Nilai dan norma yang yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut oleh Tn.S dan yang berlaku di lingkungannya. Melihat kondisi penyakit yang dialami Tn.S, Tn.S selaku kepala keluarga dan anggota keluarga tunggal yang mengalami penyakit hipertensi percaya penyakitnya bisa diobati tanpa harus di bawa/di rawat di Rumah Sakit. c. Pola komunikasi keluarga Keluarga mengatakan untuk mengambil atau menyelasaikan masalah keluarga mengambil keputusan secara mandiri atau sendiri. d. Struktur kekuatan keluarga Dalam hal ini keyakinan beragama menjadi sumber kekuatan yang terus ditanamkan pada anggota keluarga. 5. Fungsi keluarga a. Fungsi ekonomi Untuk fungsi ekonomi, keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal (sandang, pangan, dan papan) kepala keluarga hanya bekerja sebagai pengurus masjid jadi sehingga pekerjaannya tidak menentu, materi yang didapatkan klien untuk memepertahankan hidupnya didapat dari pemberian pemberian warga di lingkungan klien.

86

b. Fungsi mendapatkan status social Dalam fungsi mendapatkan status social Tn.S selalu meluangkan waktunya untukn selalu berkumpul atau membantu tetangga dan warga sekitar tempat tinggalnya. c. Fungsi pendidikan Dalam fungsi pendidikan keluarga, khususnya Tn.S melakukan pendidikan hingga SMA. d. Fungsi sosialisasi Dalam bidang sosialisasi dalam keluarga,keluarga pun selalu membiasakan diri untuk bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuh, dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya, keluarga bersosialisasi dengan baik, dan selalu berusaha mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan Keluarga, khususnya Tn.S kurang mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh nya. Untuk menghadapi atau mengatasi masalah yang di hadapinya keluarga menggunakan fasilitas kesehatan dan keluarga percaya kepada tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah yang sedang di hadapinya, keluarga khususnya Tn.S tidak banyak mengetahui cara mengatasi keluhan keluhan yang di timbulkan dari penyakit hipertensi. Tn.S hanya membawa dirinya berobat ke

87

Puskesmas setempat dan rajin melakukan terapi terapi yang di anjurkan oleh puskesmas. Keluarga mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah dengan ventilasi yang cukup sanitasi yang memadai dan kebersihan rumah yang terjaga meskipun rumah berebentuk semipermanent. f. Fungsi religious Keluarga memeluk agama islam dan selalu melaksanakan sholat 5 waktu, anggota keluarga yaitu Tn.S sering mengikuti pengajian rutin di masjid setempat. g. Fungsi rekreasi Klien menjalankan fungsi rekreasinya dengan mengikuti pengajian pengajian di lingkungannya, menonton televise di rumah. h. Fungsi reproduksi Klien berusia 75 tahun, perkembangan alat-alat reproduksinya sudah maksimal. i. Fungsi afeksi Menurut pengakuan keluarga (Tn.S), semenjak Tn.S menderita penyakit hipertensi, sebagian penghasilan keluarga digunakan untuk pengobatan Tn.S, klien kurang mendapat perhatian dan kasih sayang

88

dari keluarga besarnya sehingga materi yang di gunakan untuk mengobati hipertensinya klien menggunakan pengahsilan sendiri. 6. Stress dan koping keluarga a. Stressor jangka pendek, Stressor yang dialami keluarga ialah kondisi dari Tn.S yang mengalami sakitnya selama 4 tahun. b. Stressor jangka panjang ialah kondisi ekonomi keluarga yang tidak menentu. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor hanya bersikap pasrah dan melakukan pengobatan ke puskesmas. Keluarga (Tn.S) menunjukan prilaku emosional : sedih. c. Pola makan Pola makan yang di lakukan sehari hari oleh Tn.S setelah mengalami penyakit hipertensi berubah, dengan mengurangi asupan garam di setiap makanan. d. Pola hidup Pola hidup yang di lakukan sehari hari oleh Tn.S sebelum dan setelah mengalami penyakit hipertensi pola hidup Tn.S baik semua itu dapat di buktikan dengan klien tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok dan olah raga teratur. e. Pemeriksaan keluarga Pemeriksaan kesehatan keluarga dilakukan secara head to toe

89

a. Keadaan umum Kesadaran : Compos methis TD Nadi RR S b. Kepala : 190/100 mmHg : 88 x/ menit : 20 x/ menit : 36 o C : Bentuk simetris, tidak ada lesi di kulit kepala, pertumbuhan dan distribusi rambut merata, rambut bersih tidak ada ketombe, di tumbuhi uban. c. Wajah : Bentuk wajah simetris, tidak ada lesi atau edema, tidak pucat. d. Mata : Mata simetris, alis dan bulu mata pertumbuhannya merata, konjungtiva berwarna merah muda, reflek pupil kontriksi terhadap rangsangan cahaya, pupil isokor, tidak menggunakan alat bantu, dapat membaca dengan jarak 25 cm. e. Hidung : Bentuk hidung simetris tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sianosis, dapat membedakan baubauan seperti bau farfume dan kayu putih, tidak ada sekret.

90

f. Telinga

: Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak ada sekret, dapat mendengar dengan jelas.

g. Mulut

: Bentuk mulut simetris, warna merah kehitaman, mulut bersih, jumlah gigi tidak lengkap, terdapat bau mulut (sedang puasa), gusi dan lidah bersih dan dapat membedakan rasa manis,asin dan pahit.

h. Leher

: Leher bersih, tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, tidak ada pembesaran JVP, dan tidak ada nyeri menelan.

i. Dada

: Bentuk simetris, terdapat retraksi dada, pergerakan dada simetris, suara paru vaskuler, bunyi paru sonor, bunyi jantung s1 dan s2 tidak ada bunyi tambahan.

j. Abdomen

: Bentuk datar dan Simetris, umbilicus bersih, tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan pada epigastrium, bising usus 8 x/ mnt, tidak terdapat distensi abdomen.

k. Genetalia

: Tidak dilakukan pengkajian karna klien merasa malu.

l. Ekstremitas

: Atas

: bentuk simetris reflek bisef, dan trisef

positif, jumlah jari lengkap, akral hangat, di tumbuhi rambut, tidak ada edema, tonus otot kanan 5 kiri 5.

91

Bawah : bentuk simetris, reflek patella positif, jumlah jari lengkap, di tumbuhi rambut, tidak ada kontraktur sendi tingkat gradasi, tonus otot kanan 5 kiri 5. f. Harapan keluarga Keluarga (Tn.S) berharap sekali penyakit hipertensinya bisa

disembuhkan, serta keluarga juga mempunyai harapan untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. g. Pengkajian fokus pada lansia 1) Katz Indeks Tabel 3.2
a. Mandiri Dalam Makan, Kontinensia (Bak, Bab), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi b. c. d. e. f. g. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain Ketergantungan untuk semua fungsi di atas. B C D E F G A

Tn. S termasuk ke dalam kategori A, karena Tn. S dapat mandiri dalam semua fungsi diatas.

92

2) Barthel Indeks Tabel 3.3 No


1 2 3 Makan Minum Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya 4 Personal toilet ( cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi ) 5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram ) 6 7 8 9 10 11 12 13 Mandi Jalan ditempat datar Naik turun tangga Mengenakan pakaian Kontrol Bowel (BAB) Kontrol Bladder ( BAK ) Olah raga / Latihan Rekreasi / pemanfaatan waktu luang Kriteria 15 5 10 10 10 10 10 10 3 5

Kriteria

Dengan Bantuan
-

Mandiri
10 10 15

Jumlah Nilai

120
Ketergantungan sebagian

93

3) Test keseimbangan No
1 2 3 4 5 6 7

Tabel 3.4 a. Perubahan posisi / gerakan keseimbangan


Bangun dari kursi Duduk ke kursi Menahan dorongan pada sternum Mata tertutup Perputaran Leher Gerakan menggapan sesuatu Membungkuk

b. Komponen Gaya Berjalan


8 9 10 11 12 13 Berjalan sesuai perintah Kemampuan mengangkat kain saat berjalan Kontinuitas Langkah kaki saat berjalan Kesimetrisan langkah Penyimpangan jalur pada saat berjalan Berbalik Total Kriteria

2 Risiko Jatuh

4) Data Psikologis Tabel 3.5 Ya


a. b. c. d. Mengalami sukar tidur Sering merasa gelisah Sering murung atau menangis sendiri Sering was-was / khawatir

Tidak

94

5) Status Mental/Short Portable Mental Status Quisionaire (SPM SQ) Tabel 3.6 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertanyaan
Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda ? Berapa umur anda ? Kapan anda lahir ? Siapa presiden Indonesia sekarang ? Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? Siapa nama ibu anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru semua secara umum Total Kriteria

Benar

Salah

3 Fungsi intelektual utuh

6) Status Kognitif ( MMSE ) Table 3.7


No 1 Aspek Kognitif Orientasi Nilai Maks 5 Nilai Klien 5 Kriteria Menyebutkan dengan benar - tahun - hari - musim - bulan - tanggal Dimana kita sekarang berada ? - Negara Indonesia - Propinsi Jawa Barat - Kota Sukabumi - kelurahan Lembur Situ Rt 03 Rw 08 Sebutkan nama 3 obyek ( oleh pemerintah) detik untuk mengatakan masing masing objek kemudian tanyakan kepada klien ke-3 obyek tadi

Orientasi

Registrasi

95

Perhatian dan Kalkulasi Mengingat

Bahasa

Total Kriteria

- Objek : gelas - Objek : piring - Objek : meja Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat 93. 86, 79, 72, 65 Minta klien untuk mengulangi ke 3 obyek pada nomor 2 (registrasi) bila benar 1 poin untuk masing-masing objek a. Menyebutkan nama benda yang ditunjuk minimal 2 b. Kemampuan mengulang kata tidak ada, jika tidak ada, tetapi tidak ada, atau c. kemampuan melakukan perintah mengambil melakukan sesuatu tehadap benda yang diambil menaruh d. kemampuan menutup mata e. kemampuan menulis 1 kalimat, kemampuan menyalin gambar. 23 Aspek Kognitif dari fungsi intelektual Baik

7. Analisa data Tabel 3.8


NO 1 DATA DS : Tn.S mengatakan sakit/nyeri kepala. DO : TD : 190/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi :20 x/menit Tn.S terlihat memegang kepalanya Tn.S terlihat tampak tidak nyaman Tn. S terlihat kesakitan PENYEBAB - Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga MASALAH Gangguan rasa nyaman Nyeri (sakit kepala)

96

DS :

Tn.S mengatakan pusing Tn.S mengatakan mempunyai penyakit darah tinggi Tn. S mengatakan pandangannya kadangkadang kabur Tn.S mengatakan tidak tahu resiko, penyebab dan tanda gejala hipertensi Tn.S mengatakan Pernah jatuh dan sangat lemas sekitar 1 tahun yang lalu. TD : 190/100 mmHg R: 20 x/ menit Nadi: 88 x/menit Tn. S menggunakan Kaca Mata Kondisi rumah Tn.S terdapat tangga dari ubin yang licin Penataan ruangan kurang rapih Penerangan rumah yang kurang mencukupi.

Ketidak mampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan

Resiko terjatuh

DO :

8. Prioritas masalah a. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman Nyeri (Akut) Tabel 3.9
NO 1 KRITERIA Sifat masalah : Kurang sehat Kemungkinan Masalah Yang dapat di ubah : Sebagian Potensi masalah dicegah : Cukup untuk SKOR 3:3 = 1X 1= 1 BOBOT 1

1: 2 = 0,5 X 2 = 1 2:3 = 0,6 X 1 = 0,6

97

Menonjolnya masalah : Masalah berat harus segera di tangani JUMLAH

2:2=1X1= 1

4,6

b. Diagnosa Keperawatan : Resiko terjatuh Tabel 3.10


NO 1 KRITERIA Sifat masalah : Ancaman Kesehatan Kemungkinan Masalah Yang dapat di ubah : Sebagian Potensi masalah dicegah : Cukup untuk SKOR 2:3= 0,6X1= 0,6 BOBOT 1

1:2 = 0,5 X2= 1

2:3 = 0,6 X 1= 0,6

Menonjolnya masalah : Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani. JUMLAH

1:2 = 0,5 X 1 =

2,7

9. Diagnosa keperawatan a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan: Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

b. Resiko terjatuh berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan

Tabel 3.11 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi Pada Tn. S


No 1 Diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn.S berhubungan dengan: Ketidakmampua n keluarga dalam merawat anggota keluarga Ditandai dengan: Tujuan Umum Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 5 hari, nyeri pada Tn.S teratasi Khusus 1. Setelah diberikan 5x pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan keluarga (Tn.S) dapat merawat anggota keluarga dengan cara: Menyebutkan penanganan dari nyeri Menyebutkan apa yang harus dilakukan anggota keluarga jika mengalami nyeri Kriteria Respon verbal Kriteria evaluasi Standar a. Perubahan nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh seseorang. b. Penyebab dari nyeri adalah tekanan darah tinggi dan penyempitan pada pembuluh darah c. Tanda dan gejala dari nyeri adalah Meringis Adanya peningkatan TandaTanda Vital,seperti tekanan darah, respirsi, dan nadi Gelisah Perasaan tidak nyaman Pundak berat Leher kaku d. Cara penanganan dari nyeri adalah Gunakan tekhnik relaksasi nafas dalam Pijat daerah yang nyeri Intervensi 1. Anjurkan keluarga untuk mencoba cara penanganan dari nyeri yang sudah diajarkan Anjurkan keluarga untuk memilih cara penanganan dari nyeri yang sudah diajarkan Berikan pujian kepada keluarga atas perilaku yang telah dilakukan oleh keluarga

2.

3.

DS : Tn. S mengatakan nyeri kepala Tn. S mengatakan tidak tahu penyebab dari nyeri Tn. S mengatakan tidak tahu tanda dan gejala dari nyeri Tn. S mengatakan tidak tahu cara penangan dari nyeri

98

Tn. S mengatakan belum pernah mendapatkan informasi mengenai masalah yang dialaminya Keluarga mengatakan tidak tahu cara menangani nyeri DO : Tekanan darah: 190/100 mmHg Nadi : 88 Respirasi : 20 Tn. S tampak selalu memegang kepala Tn. S tampak meringis Tn. S tampak tidak nyaman

Distraksi dengan cara mengalihkan misalnya nonton tv, mengaji, mendengarkan musik dan lain-lain.

99

Resiko terjatuh pada Tn.S keluarga Tn.S berhubungan dengan : Ketidak mampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan merasa pusing Tn. S mengatakan dirinya menderita darah tinggi Tn. S mengatakan penglihatannya kadang kadang kabur Tn. S mengatakan kadang-kadang tengkuknya terasa berat, kaku dan nyeri Tn. S mengatakan bahwa darah tinggi adalah naiknya tekanan darah

Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 5 hari risiko terjatuh pada Tn.S tidak terulang kembali

1.

Setelah diberikan 5x pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan keluarga dapat memodifikasi lingkungan dengan cara : Membersihkan lantai khususnya lantai tangga yang akan masuk ke rumah Memberikan penerangan yang cukup Menyediakan sarana seperti sandal karet untuk Tn. S

Respon psikomorotr

Keluarga dapat menyebutkan lingkungan yang sehat: Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang memenuhi syarat syarat kesehatan seperti :penataan ruangan yang rapi, penerangan yang cukup,lantai tidak licin, terdapat ventilasi.

1. Anjurkan keluarga untuk membersihkan/memodifikasi lantai khususnya tangga sebelum masuk rumah agar tidak licin 2. Anjurkan keluarga untuk memberikan penerangan yang cukup 3. Anjurkan pada keluarga untuk menyediakan sandal karet 4. Berikan pujian pada keluarga terhadap perilaku yang telah dilakukan oleh keluarga

100

Tn. S mengatakan takut kalau nanti Tn S terjatuh DO : TD : 190 / 100 mmHg Klien menggunakan kaca mata Penerangan kurang mencukupi Penataan ruangan kurang rapi Terdapat tangga dari keramik menuju pintu rumah yang licin.

101

Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S


No 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S berhubungan dengan: Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga Ditandai dengan: 3. mengatakan nyeri 2. Tanggal Jumat 19 Juli 2013 Implementasi Pukul 14.20 WIB 1. Menganjurkan keluarga untuk Evaluasi Pukul 14.40 WIB S: Tn.S mengatakan akan mencoba cara penanganan dari nyeri keluarga cara-cara untuk dari Tn.S mengatakan akan bisa paraf Johan

mencoba cara penanganan dari nyeri Menganjurkan memilih

memilih cara penanganan dari nyeri

penanganan dari nyeri DS : Tn. S Memberikan pujian kepada

O: Tn.S berusaha untuk mencoba

keluarga atas perilaku yang telah dilakukan oleh keluarga

adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan Tn. S mengatakan tidak tahu penyebab dari nyeri Tn. S mengatakan tidak

cara penanganan nyeri yang sudah diajarkan Tn.S dapat memilih cara

penanganan dari nyeri A: Etiologi TUK 2 teratasi sebagian P: Anjurkan kembali pada keluarga

tahu tanda dan gejala dari nyeri Tn. S mengatakan tidak tahu cara penangan dari nyeri Tn. S mengatakan belum

untuk cara yang sudah diajarkan

102

pernah informasi

mendapatkan mengenai

masalah yang dialami Tn. S Tn. S mengatakan tidak

tahu cara menangani nyeri DO : Tekanan darah : 190/100 mmHg Nadi : 88 Respirasi : 20 Tn. S terlihat selalu

nmemegang kepala Tn. S tampak meringis Tn. S tampak tidak

nyaman

103

Risiko terjatuh pada Tn. S keluarga Tn. S dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam berhubungan

Sabtu

20

Pukul 10.00 WIB 1. Menganjurkan keluarga untuk

Tanggal 20 Juli 2013 Pukul 10.30 WIB S: Tn. Tn. S mengatakan akan

Johan

Juli 2013

membersihkan lantai khususnya lantai tangga menuju rumah agar tidak licin 2. Menganjurkan memberikan cukup 3. Menganjurkan pada keluarga keluarga penerangan untuk yang

memodifikasi lantai tangganya. S mengatakan penerangan akan yang

memodifikasi lingkungan ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan merasa pusing Tn. S mengatakan dirinya menderita darah tinggi Tn. S mengatakan kadang-

memberikan cukup Tn. S

mengatakan

akan

untuk menyediakan sandal karet 4. Memberikan pujian pada keluarga terhadap perilaku yang telah

menyediakan sandal karet untuk dirinya.

dilakukan oleh keluarga

O: Tn. S bersedia untuk memodifikasi tangga yang mudah licin. Tn. S mengatakan bersedia penerangan yang

penglihatannya kadang kabur

Tn. S mengatakan kadangkadang tengkuknya terasa berat, kaku dan nyeri Tn. S mengatakan bahwa darah tinggi adalah naiknya tekanan darah Tn. S mengatakan takut kalau nanti Tn. S terjatuh kembali

memberikan cukup

Tn. S bersedia untuk menyediakan sandal karet untuk dirinya sendiri.

A: Etiologi TUK 3 teratasi untuk

sementara.

104

DO : TD : 190 / 100 mmHg RR : 20 X/ menit Nadi : 88 X / menit Klien menggunakan kaca mata Penerangan mencukupi Penataan ruangan kurang rapi yang tidak

P: Kaji ulang perilaku keluarga pada kunjungan rumah berikutnya.

Terdapat keramik

tangga

dari

menuju pintu

rumah yang licin

105

Tabel 3.13 Catatan Perkembangan pada asuhan keperawatan keluarga pada Tn. S dengan hipertensi

No DX 1

Diagnosa Keperawatan Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S keluarga Tn. S berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam

Tanggal Sabtu 20 Juli 2013 TUK 1

Catatan Perkembangan

Paraf Johan

merawat anggota keluarga Pukul 11.00 WIB S: Tn. S mengatakan sudah mencoba cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan bisa memilih cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan belum bisa cara melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi O: Tn. S telah mencoba cara penanganan dari nyeri Tn. S dapat memilih cara penanganan dari nyeri Tn. S belum bisa melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi A: Etiologi TUK 1 teratasi sebagian P: Berikan penjelasan pada Tn. S tentang cara mengalihkan rasa nyeri

merawat anggota keluarga Ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan nyeri adalah suatu Tn. S keadaan yang tidak

menyenangkan mengatakan tidak tahu

penyebab dari nyeri Tn. S mengatakan tidak tahu tanda dan gejala dari nyeri Tn. S dan keluarga mengatakan

tidak tahu cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan belum pernah

mendapatkan informasi mengenai

106

masalah yang dialaminya Tn. S mengatakan tidak tahu cara menangani nyeri DO : Tekanan darah : 190/100 mmHg Nadi : 88 Respirasi : 20 Tn. S tampak selalu memegang kepala Tn. S tengkuk Tn. S tampak meringis Tn. S tampak tidak nyaman 1 Minggu Juli 2013 21 TUK 1 merawat anggota keluarga Pukul 13.00 WIB S: Tn. S mengatakan sudah mencoba cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan bisa memilih cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan belum bisa cara melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi ( lupa langkah-langkahnya) O: Tn. S telah mencoba cara penanganan dari nyeri Johan tampak selalu memegang

Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S keluarga Tn. S berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga Ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan nyeri adalah suatu keadaan yang tidak

menyenangkan

107

Tn. S

mengatakan tidak tahu

Tn. S dapat memilih cara penanganan dari nyeri Tn. S belum bisa melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi A: Etiologi TUK 1 teratasi sebagian P: Berikan penjelasan pada Tn. S tentang cara mengalihkan rasa nyeri

penyebab dari nyeri Tn. S mengatakan tidak tahu tanda dan gejala dari nyeri Tn. S dan keluarga mengatakan

tidak tahu cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan belum pernah

mendapatkan informasi mengenai masalah yang dialaminya Tn. S mengatakan tidak tahu cara menangani nyeri DO : Tekanan darah : 190/100 mmHg Nadi : 88 Respirasi : 20 Tn. S tampak selalu memegang kepala Tn. S tengkuk Tn. S tampak meringis Tn. S tampak tidak nyaman tampak selalu memegang

108

Resiko terjatuh pada Tn. S keluarga Tn. S berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam lingkungan ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan merasa pusing Tn. S mengatakan dirinya menderita darah tinggi Tn. S mengatakan penglihatannya kadang-kadang kabur Tn. S mengatakan kadang-kadang memodifikasi

Minggu Juli 2013

21

TUK 1 memodifikasi lingkungan Pukul 13.30 WIB S: Tn. S mengatakan telah membeli sandal karet untuk dirinya Tn.S mengatakan belum mengganti lampu dengan yang lebih terang dari sebelumnya Tn.S mengatakan belum mempunyai materi memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya O: Tn. S belum bisa memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya Penerangan di rumah Tn.S belum tercukupi Tn. S dapat menyediakan sandal karet untuknya A: Etiologi TUK 1 teratasi sebagian P: lebih untuk

Johan

tengkuknya terasa berat, kaku dan nyeri Tn. S mengatakan bahwa darah

Intervensi dilanjutkan

tinggi adalah naiknya tekanan darah Tn. S mengatakan takut kalau nanti Tn. S terjatuh kembali DO : TD : 190 / 100 mmHg Klien menggunakan kaca mata Penataan ruangan kurang rapih

109

Terdapat

tangga

dari

keramik

menuju pintu rumah yang licin Penerangan yang tidak mencukupi Johan Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S keluarga Tn. S berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam Senin 22 Juli 2013 TUK 1 merawat anggota keluarga Pukul 11.00 WIB S: Tn. S mengatakan sudah mencoba cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan bisa memilih cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan sudah bisa cara melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi O: Tn. S telah mencoba cara penanganan dari nyeri Tn. S dapat memilih cara penanganan dari nyeri Tn. S bisa melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi A: Etiologi TUK 1 teratasi P: Intervensi dihentikan

merawat anggota keluarga Ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan nyeri adalah suatu Tn. S keadaan yang tidak

menyenangkan mengatakan tidak tahu

penyebab dari nyeri Tn. S mengatakan tidak tahu tanda dan gejala dari nyeri Tn. S dan keluarga mengatakan

tidak tahu cara penanganan dari nyeri Tn. S mengatakan belum pernah

mendapatkan informasi mengenai masalah yang dialaminya

110

Tn. S mengatakan tidak tahu cara menangani nyeri DO : Tekanan darah : 190/100 mmHg Nadi : 88 Respirasi : 20 Tn. S tampak selalu memegang kepala Tn. S tengkuk Tn. S tampak meringis Tn. S tampak tidak nyaman 2 Senin 22 Juli 2013 TUK 1 memodifikasi lingkungan Pukul 11.30 WIB S: memodifikasi Tn. S mengatakan telah membeli sandal karet untuk dirinya Tn.S mengatakan belum mengganti lampu dengan yang lebih terang dari sebelumnya Tn.S mengatakan belum mempunyai materi memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya O: Tn. S belum bisa memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya lebih untuk Johan tampak selalu memegang

Resiko terjatuh pada Tn. S keluarga Tn. S berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam lingkungan ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan merasa pusing Tn. S mengatakan dirinya menderita darah tinggi

111

Tn. S mengatakan penglihatannya kadang-kadang kabur Tn. S mengatakan kadang-kadang

Penerangan di rumah Tn.S belum tercukupi Tn. S dapat menyediakan sandal karet untuknya A: Etiologi TUK 1 teratasi sebagian P:

tengkuknya terasa berat, kaku dan nyeri Tn. S mengatakan bahwa darah

Intervensi dilanjutkan

tinggi adalah naiknya tekanan darah Tn. S mengatakan takut kalau nanti Tn. S terjatuh kembali DO : TD : 190 / 100 mmHg Klien menggunakan kaca mata Terdapat tangga dari keramik

menuju pintu rumah yang licin Penerangan yang tidak mencukupi

Resiko terjatuh pada Tn. S keluarga Tn. S berhubungan dengan : Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi

Selasa juli 2013

23

TUK 1 memodifikasi lingkungan Pukul 11.00 WIB S: Tn. S mengatakan telah membeli sandal karet untuk dirinya

Johan

112

lingkungan ditandai dengan : DS : Tn. S mengatakan merasa pusing Tn. S mengatakan dirinya menderita darah tinggi Tn. S mengatakan penglihatannya kadang-kadang kabur Tn. S mengatakan kadang-kadang

Tn.S mengatakan sudah mengganti lampu dengan yang lebih terang dari sebelumnya Tn.S mengatakan memakai alas lantai untuk lantai tangga menuju pintu rumahnya O: Tn. S sudah bisa memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya Penerangan di rumah Tn.S sudah tercukupi Tn. S dapat menyediakan sandal karet untuknya A: Etiologi TUK 1 teratasi P:

tengkuknya terasa berat, kaku dan nyeri Tn. S mengatakan bahwa darah

Intervensi dihentikan

tinggi adalah naiknya tekanan darah Tn. S mengatakan takut kalau nanti Tn. S terjatuh kembali DO : TD : 190 / 100 mmHg Klien menggunakan kaca mata Penerangan yang tidak mencukupi Terdapat tangga dari keramik

menuju pintu rumah yang licin Penerangan yang tidak mencukupi.

113

114

10. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan praktek selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan hipertensi pada keluarga Tn. S. Tipar RT 03 RW 01 kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang dari tanggal 19 Juli sampai dengan 23 juli 2013. Adapun pada saat melaksanakan asuhan keperawatan Tn. S dengan hipertensi pada keluarga Tn. S disesuaikan dengan proses keperawatan, meliputi pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. 1. Pengkajian Pada saat melakukan pengkajian, penulis tidak banyak menemui kesulitan ataupun hambatan dalam hal pengumpulan data, perumusan masalah, prioritas masalah dan mendiagnosa keperawatan. Karena keluarga Tn. S bersikap terbuka dan cukup kooperatif terhadap penulis. Pengkajian ini penulis dilakukan secara komprehensuf melalui tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan untuk mendapatkan data yang normal dan seakurat mungkin. Masalah kesehatan yang penulis temukan pada keluarga Tn. S yaitu hipertensi yang di derita oleh Tn. S sendiri menurut teori hipertensi adalah tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang di sebabkan satu

115

atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam memepertahankan tekanan darah secara normal. Dan hasil pemeriksaaan yang petugas lakukan pada Tn. S tekanan darah Tn. S 190/100 mmHg, hal ini membuktikan adanya kesamaan antara teori dan kenyataan bahwa dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih dari 140/100 mmHg. Selanjutnya, tanda gejala pada penderita anemia menurut teori nyeri kepala, terkadang disertai mual dan muntah, pengelihatan kabur, ayunan langkah tidak mantap, peningkatan tekanan darah. Pada saat dikaji Tn. S merasakan sakit kepala, hal ini membuktikan adanya kesenjangan antara teori dan praktek, yaitu Tn. S dengan hipertensi hanya menunjukan sebagian dari tanda dan gejala yang muncul pada penderita hipertensi menurut teori, hal ini dikarenakan kondisi setiap individu berbeda-beda. Hasil pengkajian keluarga, didapatkan data sebagai berikut : tipe keluarga Tn. S adalah tipe keluarga single family, tahap perkembangan keluarga lanjut usia, tahap perkembangan keluaraga Tn. S sampai saat ini belum terpenuhi sepenuhnya, keluarga ini termasuk anggota yang aktif dalam mengikuti kegiatan di masyarakat, keluarga Tn. S dengan keluarga lain di lingkungan dapat berinteraksi dengan baik, tipe bangunan rumah Tn. S adalah semi permanent, keadaan rumah bersih, ventilasi tercukupi, cahaya matahari yang masuk tercukupi, penataan ruangan kurang rapih, memiliki WC sendiri, pembuangan limbah di buang ke sungai, jarak antara rumah Tn.S dan tetangga berdekatan, hubungan dengan tetangga sekitar cukup baik, rasa kekeluargaan

116

di daerah tempat tinggal klien masih terjalin erat, keluarga Tn.S merupakan keluarga asli dilingkungan tempat tinggalnya. Dari konsep dasar keluarga Friedman mengemukakan bahwa keluarga mempunyai tugas perawatan kesehatan yang meliputi : mengenal masalah kesehatan anggota keluarga, mengambil keputusan tindakan merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan . Pada kasus Tn.S tugas-tugas keluarga dibidang kesehatan tersebut tidak dilakukan sepenuhnya terhadap keluarga Tn.S karena saat dikaji, keluarga Tn.S tidak tahu tentang cara peawatan atau pengobatan hipertensi, hal ini membuktikan bahwa keluarga Tn.S tidak mampu merawat anggota keluarga dengan hipertensi, kemudian keluarga tidak dapat memodifikasi lingkungan untuk menghadapi masalah kesehatan di keluarganya khususnya Tn.S sendiri dengan penyakit hipertensi di rumah. Melihat data tersebut maka kesenjangan teori dan praktek dilapangan yang dilakukan pada keluarga Tn. S yaitu keluarga belum mampu melaksanakan lima tugas keluarga sepenuhnya karena pengetahuan dan kemampuan setiap keluarga berbeda-beda. Akan tetapi, ada beberapa tugas yang sudah terpenuhi oleh keluarga Tn.S yaitu : a. Mengenal masalah kesehatan b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat c. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

117

2. Diagnosa keperawatan Dalam menetapkan diagnosa keperawatan menurut teori dari (Andra

Saferi Wijaya & Yessie Mariza putri, 2013), masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi adalah : a. Nyeri (sakit kepala) b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung c. Potensial perubahan perfusi jaringan Sedangkan pada kasus Tn.S dengan hipertensi, diagnosa keperawatan yang muncul berkaitan erat dengan hipertensi dihubungkan dengan etiologi dari lima tugas keluarga di bidang kesehatan ialah : Nyeri (sakit kepala), Reisko terjatuh. Melihat dari data diatas maka kesenjangan antara teori dan praktek keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.S tidak ditemukan semua diagnosa menurut teori, karena hasil pengkajian pada keluarga hanya mendapat data-data yang menunjang pada diagnosa yang diangkat, dan diagnosa yang tidak diangkat dikarenakan penulis tidak mendapatkan data yang menunjang untuk mengangkat diagnosa tersebut. 3. Perencanaan Pada proses perencanaan, penulis memelihara keluarga dalam

merencanakan tindakan keperawatan sesuai kebutuhan keluarga. Rencana tindakan yang disusun dan yang akan dilaksanakan dengan diagnosa yang muncul yaitu :

118

Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi, resiko terjatuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan dengan hipertensi. Penulis menetapkan rencana tindakan terutama ditekankan pada upaya promosi kesehatan dengan kegiatan pendidikan kesehatan tentang konsep hipertensi, cara mengatasi nyeri, cara mengatasi resiko terjatuh, penulis menganjurkan pada keluarga untuk tetap mempertahankan semua

pengetahuan yang telah dicapai oleh keluarga yang berpengaruh terhadap kesehatan dengan tujuan agar keluarga dapat mengenal masalah kesehatan khususnya masalah hipertensi, keluarga mau merawat keluarga dengan hipertensi, dan keluarga mau memodifikasi lingkungan dengan resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung. 4. Implementasi Pada proses implementasi atau pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan keluarga, tindakan yang dilakukan penulis sesuai dengan perencanaan. Media yang digunakan ialah leaflet dan alat demonstrasi. Dalam melaksanakan tindakan penulis tidak mendapatkan kesulitan dikarenakan keluarga Tn.S bersikap kooperatif, hal ini terbukti selama dilakukan pendidikan kesehatan keluarga cukup berespon dengan bertanya dan mendemonstrasikan hal hal yang telah disampaikan. Dari lima fungsi keluarga menurut teori yaitu mengenal mengenal masalah, mau mengambil keputusan yang tepat, mampu

119

merawat, mampu memodifikasi lingkungan dan mampu menggunakan fasilitas kesehatan kemudian penulis terapkan lima tugas keluarga dibidang kesehatan tersebut dalam asuhan keperawatan pada keluarga Tn.S dan hasilnya tercapai semua, hal ini dibuktikan dengan keluarga Tn.S mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi, mau mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah anggota keluarga dengan hipertensi, mampu merawat anggota keluarga dengan anemia, mampu memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan, dan mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. 5. Evaluasi Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan hipertensi pada keluarga Tn.S di tipar kelurahan tipar kecamatan citamiang kota sukabumi dari tanggal 19 Juli 2013 sampai dengan 23 Juli 2013, pada

evaluasi hari pertama tidak dapat tercapai sekaligus, hal ini dikarenakan materi yang diberikan terlalu banyak sehingga materi sulit untuk dipahami semuanya secara sekaligus oleh karena Tn.S untuk itu penulis mengadakan tindakan ulang sesuai dengan hal yang belum dipahami oleh keluarga dan pada akhirnya semua masalah dapat teratasi sesuai yang diharapkan yaitu mengenal kesehatan keluarga, mau mengambil keputusan tindakan yang tepat, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan dan keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

120

Kemudian penulis menyarankan agar keluarga dapat mempertahankan semua pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai dalam merawat keluarga.

121

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan Tn.S dengan hipertensi pada keluarga Tn.S di Tipar Rt 03 Rw 01 kelurahan tipar kecamatan citamiang kota sukabumi yang dilaksanakan pada tanggal 19 juli 2013 sampai dengan 23 juli 2013, seperti yang telah diuraikan oleh penulis pada tinjauan kasus dan pembahasan, maka kesimpulannya sebagai berikut : 1. Pada tahap pengkajian, penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, mengobservasi, pemeriksaan fisik secara holistik dan studi dokumentasi. Dari hasil pengumpulan data, diperoleh data yaitu data subjektif klien mengeluh nyeri (sakit kepala), sedangkan data objektif Tekanan Darah 190/100 mmHg Nadi 88x/menit, klien tampak memegangi kepalanya, klien tampak meringis kesakitan, bisa dikatakan masalah keperawatan dari data tersebut adalah Gangguan Rasa Nyaman Nyeri (sakit kepala). Selanjutnya data subjektif klien merasa pusing, tengkuk leher terkadang meras berat, pandangan kadang-kadang kabur, sedangkan data objektifnya Tekanan Darah 190/100 mmHg, klien menggunakan kacamata, bisa disimpulkan masalah keperawatannya resiko terjatuh sesuai dengan teori yang ada.

122

2. Tahap mendiagnosa keperawtan Tn.S dengan hipertensi pada keluarga Tn.S adalah : a. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga keperawatandalam merawat anggota keluarga b. Resiko terjatuh berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam memodifikasi lingkungan 3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan melibatkan keluarga dalam menentukan waktu dan rencana tindakan keperawatan keluarga dengan hipertensi. Diagnosa pertama lebih ditekankan pada penyuluhan kesehatan tentang cara mengatasinya. Sedangkan pada diagnosa kedua, penulis

menentukan rencana tindakan keperawatan berupa penjelasan pada keluarga tentang resiko terjatuh yang dapat dialami oleh klien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan mengenai lingkungan yang menunjang kesehatan. 4. Pada tahap pelaksanaan, diagnosa pertama penulis memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang materi cara penanganan hipertensi dirumah. Pada diagnosa kedua penulis memberikan penyuluhan kesehatan tentang lingkungan yang menunjang kesehatan. 5. Pada tahap evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap selesai

123

dilakukan tindakan keperawatan atau kunjungan, dan hasil evaluasinya dapat langsung diketahui, sedangkan evaluasi sumatif untuk

menentukan keberhasilan dari dilaksanakannya semua tindakan untuk kedua diagnosa secara keseluruhan, maka dari evaluasi tersebut hasilnya yaitu masalah sebagian besar telah teratasi. B. Rekomendasi 1. Rekomendasi a. Untuk Puskesmas Diharapkan agar lebih banyak melakukan penyuluhan

kesehatan kepada klien dengan penyakit hipertensi khususnya pada lansia yang banyak terjadi di daerah puskesmas. 2. Saran a. Untuk Klien (Tn.S) Diharapkan kepada klien agar lebih menjaga pola hidup sehat serta menambah pengetahuannya tentang penyakit dan cara mengatasinya secara mandiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. b. Untuk Rekan Rekan Mahasiswa Keperawatan Agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga hendaknya dibuat dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai teori yaitu, pengkajian, perencanaan,

124

pelaksanaan, dan evaluasi serta tidak lupa harus melibatkan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, agar dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA Dion, Yohanes; Betan Yasinta (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik. Yogyakarta. Nuha Medika. Padila (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Nuha Medika. Suprajitno (2004) Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC. Andre saferi, wijaya, Yessie mariza Putrie,(2013). Keperawatan medikal bedah. Jakarta.nudmes. C.Pearce, Evelyn. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Widiyani Rosmah. (2013). Penderita Hipertensi Terus Meningkat. http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus. Meningkat. Dibuka pada tanggal 27 Juli 2013. Depkes RI. 2004. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Nugroho Bagi Petugas Puskesmas. Price, Anderson. Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi IV. EGC, Jakarta. Vitahealth. 2004. Hipertensi. PT.GRAMEDIA, Jakarta. Departemen Kesehatan. (2012). Hipertensi. http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=Hipertensi &ordering=&searchphrase=all. Dibuka pada tanggal 2013. Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. EGC, Jakarta. Dinas Kesehatan. (2012). Hipertensi di Jawa Barat. http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/724. Dibuka pada tanggal 27 juli 2013.

125

Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah Pokok Bahasan Sub PB Sasaran Waktu Penyuluh

: Ketidakmampuan menangani nyeri : Relaksasi Nafas Dalam : Perawatan keluarga dengan Relaksasi Nafas Dalam : Tn.S : 30 menit : Johan Hikayat

I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga Tn. S dapat mengerti dan memahami tentang Relaksasi Nafas Dalam II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat: a. Menyebutkan tujuan dari Relaksasi Nafas Dalam. b. Menyebutkan kembali Langkah-Langkah Nafas Dalam c. Menyebutkan Manfaat Relaksasi nafas Dalam III. MATERI a. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam b. Langkah-Langkah Relaksasi Nafas Dalam c. Relaksasi Nafas Dalam

Lampiran 1

IV. METODA, MEDIA DAN SUMBER 1.Metoda 2.Media 3. Sumber : ceramah Tanya jawab : leaflet : http://artoflivingid.wordpress.com/2013/06/13/teknik-relaksasi-nafasdalam/Dibuka tanggal 27 Juli 2013 V. KEGIATAN PENYULUHAN
Jenis Kegitan No 1 Waktu 5 Menit Tahapan Pembukaan Penyuluhan Perkenalan Memberikan salam dan memperkenalkan diri Penyuluh memberikan materi tentang relaksasi nafas dalam Penyuluh memfasilitasi keluarga untuk bertanya Mengevaluasi pendidikan kesehatan tentang RND Memberikan kesimpulan dan menutup Kegiatan Membalas salam

15 Menit

Kegiatan inti

Keluarga menyimak tentang materi relaksasi nafas dalam

10 Menit

Evaluasi dan penutup

Keluarga menjawab dan menyimak

Lampiran 1

VI. EVALUASI 1. Prosedur 2. Bentuk 3. Jenis : Post test : Lisan : Tanya jawab

Lampiran 2

I. MATERI RELAKSASI NAFAS DALAM

A. PENGERTIAN Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002). B. TUJUAN RELAKSASI NAFAS DALAM Tujuan Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. C. LANGKAH LANGKAH NAFAS DALAM Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003). Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi

Lampiran 2

yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut: 1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Usahakan tetap rileks dan tenang 3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3. 4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks 5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali 6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan 7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks 8. Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam. 9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri. 10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang. 11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali. 12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

Lampiran 2

C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu : 1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic. 2. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare, 2002) 3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. D. MANFAAT TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM 1. Ketentraman hati 2. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah 3. Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah 4. Detak jantung lebih rendah 5. Mengurangi tekanan darah 6. Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit 7. Tidur lelap

Lampiran 2

8. Kesehatan mental menjadi lebih baik 9. Daya ingat lebih baik 10. Meningkatkan daya berpikir logis 11. Meningkatkan kreativitas 12. Meningkatkan keyakinan 13. Meningkatkan daya kemauan 14. Intuisi 15. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

Lampiran 3
A. PENGERTIAN

10. meningkatkan daya berpikir logis; 11. meningkatkan kreativitas; 12. meningkatkan keyakinan; 13. meningkatkan daya kemauan; 14. intuisi; 15. meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

c.TuJUaN
Teknik Relaksasi Nafas Dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. 1. mengurangi stress 2. menurunkan rasa nyeri dan 3. menurunkan kecemasan.

1. Pastikan anda dalam keadaan tenang dan santai (rileks). 2. Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika anda di kerjaan atau di rumah). 3. Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau sholawat.

E. Langkah langkah tehnik


relaksasi nafas dalam 1. Ciptakan lingkungan yang tenan 2. Usahakan tetap rileks dan tenang 3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paruparu dengan udara melalui hitungan 1,2,3 4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

D.Persiapan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam

B. Manfaat Relaksasi nafas dalam


1. ketentraman hati 2. berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah 3. tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah; 4. detak jantung lebih rendah; 5. mengurangi tekanan darah; 6. ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit; 7. tidur lelap; 8. kesehatan mental menjadi lebih baik; 9. daya ingat lebih baik;

Lampiran 3

ekstrimitas atas dan bawah rileks 5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali 6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan 7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek 8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam 9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali. 12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

RELAKSASI NAFAS DALAM

JOhAn hIKaYaT FOA1001021 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTASUKABUMI 2013

10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah

: Ketidakmampuan Menciptakan Lingkungan Rumah Yang Sehat

Pokok Bahasan Sub PB Sasaran Waktu Penyuluh

: Rumah Sehat : Perawatan keluarga dengan Rumah Sehat : Tn.S : 30 menit : Johan Hikayat

I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga Tn. S dapat mengerti dan memahami tentang Rumah Yang Sehat II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat: a. Menyebutkan Kembali Apa itu Rumah Sehat. b. Menyebutkan kembali Syarat-syarat Rumah Sehat c. Menyebutkan Manfaat Rumah Sehat III. MATERI a. Pengertian rumah sehat b. Pemeliharaan Rumah sehat

Lampiran 4

c. Syarat-syarat Rumah Sehat d. Manfaat Rumah Sehat IV. METODA, MEDIA DAN SUMBER 1. Metoda 2. Media 3. Sumber : Ceramah Tanya jawab : Leaflet : http://artoflivingid.wordpress.com/2013/06/13/teknikrelaksas i-nafas-dalam/Dibuka tanggal 27 Juli 2013 V. KEGIATAN PENYULUHAN
Jenis Kegitan No 1 Waktu 5 Menit Tahapan Pembukaan Penyuluhan Perkenalan Memberikan salam dan memperkenalkan diri Penyuluh memberikan materi tentang relaksasi nafas dalam Penyuluh memfasilitasi keluarga untuk bertanya Mengevaluasi pendidikan kesehatan tentang RND Memberikan kesimpulan dan menutup Kegiatan Membalas salam

15 Menit

Kegiatan inti

Keluarga menyimak tentang materi relaksasi nafas dalam

10 Menit

Evaluasi dan penutup

Keluarga menjawab dan menyimak

Lampiran 4

VI. EVALUASI 1. Prosedur 2. Bentuk 3. Jenis : Post test : Lisan : Tanya jawab

Lampiran 5

MATERI
A. PENGERTIAN Rumah sehat adalah suatu tempat untuk berlindung terhadap gangguan dari luar antara lain untuk melindungi dari panas, hujan, angin dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dari rasa aman dan tenteram serta rumah tersebut memenuhi syarat-syarat kesehatan. Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan

manusia.Rumah atau tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan mmah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun ramah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.

B. SYARAT-SYARAT RUMAH SEHAT 1. Bahan bangunan Lantai dari ubin atau semen, Binding tembok, Atap genting, Kayu atau bambu untuk tiang. 2. Ventilasi Mempunyai fungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen (O2) ruang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 (Carbondioksida) yang bersifat racun menjadi tneningkat. Kurangnya ventilasi juga menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan akan tinggi dan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri bibit penyakit) berkembang biak. Ventilasi ada 2 macam yaitu ventilasi alamiah dimana aliran udara didalam ruangan terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin sedangkan ventilasi buatan dimana aliran udara dalam

Lampiran 5

ruangan didapat dengan menggunakan kipas angin dan mesin penghisap udara(Exhouser).

3. Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, terutama cahaya matahari langsung pada pagi hari antara pukul 06.00 s/d pukul 08.00 baik untuk kesehatan. Cahaya dibedakan menjadi 2 yaitu cahaya alamiah yakni sinar matahari yang sangat penting karena dapat membunuh bibit penyakit misal penyakit TBC, disamping melalui pintu dan jendela sinar matahari dapat juga melewati genteng kaca. Sedangkan cahaya buatan yaitu menggunakan lampu listrik, api dan lampu minyak tanah. 4. Luas Bangunan Rumah Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya luas bangunan yang sudah sebanding dengan jumlah tidak sehat, sebab disamping kurangnya konsumsi 62 Juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5 3m2 untuk tiap orang. 5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat yaitu : a. Penyediaan air bersih b. Pembuangan tinja / WC c. Pembuangan air limbah d. Pembuangan sampah e. Fasilitas dapur Bagian pengolah makanan rumah tangga atau dapur harus memenuhi persyaratan kebersihan. Di tempat inilah makanan diolah. Bila dapur kotor, maka makanan yang dimasak kotor pula dan hal ini berbahaya untuk kesehatan anggota keluarga penghuni rumah tersebut.

Lampiran 5

f. Ruang berkumpul keluarga g. Apabila ada kandang ternak, sebaiknya diluar / belakang rumah. 6. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu suatu ruangan tidak banyak berubah antara 18-20C. Suhu ruangan tergantung pada perencanaan ruangan atau pengaturan ruangan sesuai fungsi dan kegunaannya cukup baik agar komunikasi dan hubungan antar ruangan mudah dan lancar serta dapat menjamin kegiatan. 7. Menghindari terjadinya kecelakaan. Kontruksi bangunan harus kuat dan benar, atap tidak bocor apabila hujan, dibuat langit-langit untuk mengurangi panas dan menahan kotoran. 8. Bagian luar rumah agar memiliki luas pekarangan yang cukup. Sehingga dapat ditanami tanaman penghijauan, buah-buahan, sayur-mayur dan bunga. Lingkungan sekitar rumah tidak boleh tercemar polusi. Tersedia fasilitas air, listrik dan sambungan telepon. Memiliki jalan yang dapat dilalui kenderaan untuk menuju sarana-sarana pelayanan umum seperti pasar, rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah. 9. Bagian dalam rumah harus cukup tersedia kamar. Untuk orang tua, anak dan tamu. Untuk daerah tropis, sebaiknya loteng agak tinggi, sehingga volume udara dalam ruangan cukup. Ventilasi udara harus baik, demikian juga penerangan ruangan harus cukup. 10. Menghindari terjadinya penyakit Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara

Lampiran 5

hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

C. MANFAAT RUMAH SEHAT Anggota keluarga yang tinggal merasa nyaman dan tenteram di rumah. Lingkungan rumah baik didalam rumah maupun di luar menjadi bersih. Terhindar dari segala jenis penyakit. Tercipta lingkungan yang asri.

D. PEMELIHARAAN RUMAH SEHAT Dibersihkan secara rutin Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan Bak mandi dikuras secara rutin minimal 2 kali dalam seminggu. Pekarangan rumah dibersihkan tiap hari. Menjaga fasilitas-fasilitas yang ada.

A. PENGERTIAN

Rumah sehat adalah suatu tempat untuk berlindung terhadap gangguan dari luar antara lain untuk melindungi dari panas, hujan, angin dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dari rasa aman dan tenteram serta rumah tersebut memenuhi syarat-syarat kesehatan.

mendirikan mmah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun ramah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.

B. SYARAT-SYARAT,LINGKUNGAN RUMAH SEHAT

C. Manfaat lingkungan rumah sehat

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.Rumah atau tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di guagua, kemudian berkembang dengan

RUMAH SEHAT
Lampiran 6

D. Pemeliharaan rumah sehat

CIPTAKAN RUMAH YANG SEHAT..!! JAUH DARI PENYAKIT BAHAGIA SELAMANYA.

Dibersihkan secara rutin Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan Bak mandi dikuras secara rutin minimal 2 kali dalam seminggu. Pekarangan rumah dibersihkan tiap hari. Menjaga fasilitas-fasilitas yang ada.

JOHAN HIKAYAT FOA1001021

KETERANGAN KUNJUNGAN RUMAH (Home Visite) Dibawah ini saya : Nama NIM : JOHAN HIKAYAT : FOA1001021

Telah mengadakan kunjungan rumah (Home Visite) Nama Kepala Keluarga Alamat : Tn.S. Hamami : Tipar Gg.Prikesit Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi Tanggal Kunjungan : 19 23 Juli 2013

Sukabumi, 19 Juli 2013 Visitor

Johan Hikayat FOA1001021

Mengetahui Kepala Keluarga Kepala Puskesmas Tipar Ketua RT 03/01

Tn. H. S. Hamami

dr. Nouva Riega


NIP : 196604302006042003

Diah Sadiah

Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi LEMBAR KONSULTASI Nama Mahasiswa Nama Pembimbing No 1 : Johan Hikayat (FOA1001021) : Ibu Dewi Erna Marisa, M,Kep Uraian Konsultasi Konsul Bab 1 Revisi latar belakang, tujuan, dll

Lampiran 8

Tanggal 16 Juli 2013

Paraf

17 Juli 2013

Konsul Bab 1 dan II Revisi tinjauan teori

23 Juli 2013

Konsul Bab II dan III Revisi Askep dan Pembahasan

25 Juli 2013

Lengkapi Lampiran , dll

27 Juli 2013

Acc sidang

Lampiran 9

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIARISME Saya sebagai penulis menyatakan bahwa seluruh tulisan dari karya tulis ilmiah ini tidak mengandung unsur plagiarisme. Pengutipan terhadap bentuk bentuk tulisan lainnya dilakukan sesuai dengan kaidah referensi kepustakaan yang diperkenankan dengan menjunjung tinggi hak Karya Intelektual dan sesuai dengan etika akademik yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Segala hal yang bertentangan saya diatas menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Tanggal Nama NIM Tanda Tangan

: 31 Juli 2013 : Johan Hikayat : FOA1001021 :

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Nama Tempat dan Tanggal Lahir Agama Jenis Kelamin Alamat : Johan Hikayat : Sukabumi, 6 Agustus 1992 : Islam : Laki-laki : Jl.Siliwangi Gg, Jayaniti II No 05 Rt 02 Rw 05 Kelurahan Cikole Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Email No telpon Riwayat Pendidikan 1. TK Aisyiyah II Kota Sukabumi ( 1996 1998 ) 2. SD Negeri Cimanggah 1 Kota Sukabumi( 1998 2004 ) 3. SMP Negeri 9 Kota Sukabumi ( 2004 2007 ) 4. SMA Negeri 4 Kota Sukabumi ( 2007 2010 ) 5. Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi ( 2010 2013 ) : Johan_Rohyati@yahoo.com : +62856-5985-9926

Anda mungkin juga menyukai