Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Mutiara Ners, Vol. 2, No.8.

Juli 2012

Pengaruh Perencanaan Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2011
Janno Sinaga* Evans Suma Nainggolan**

Abstrak

Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tugas dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang rawat. Perencanaan kepala ruangan ini akan mempengaruhi motivasi kerja perawat pelaksananya. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat dari diri seseorang yang dapat merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perencanaan kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi sebanyak 124 orang perawat pelaksana dengan metode Accidental Sampling, sebanyak 38 orang perawat pelaksana menjadi responden, analisa data dengan menggunakan uji Chi Squere. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan kepala ruangan 65,8% baik dan perawat yang memiliki motivasi baik sebanayak 65,8%. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perencanaan kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruangan rawat inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2011 (p value = 0,000). Saran kepada kepala ruangan lebih selalu membuat jadwal dan target kinerja staf dalam perencanaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana dan mutu pelayanan keperawatan.

Kata Kunci : Perencanaan Kepala ruangan, Motivasi Perawat Pelaksana

PENDAHULUAN Perencanaan (planning) adalah langkah awal sebelum melakukan fungsi-fungsi manajemen yang lain. Pada tahapan ini perencanaan menentukan sasaran yang ingin dicapai serta tindakan yang harus dilakukan baik dalam bentuk organisasi maupun personal. Perencanaan tersebut menyangkut keputusan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukan, kapan melakukan, dan siapa yang akan melakukannya. Maka pada proses pembuatan perencanaan dibutuhkan seorang pemimpin. Peran dan fungsi perencanaan dalam manajemen adalah menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan dalam pelayanan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan berencana (Gillies, 1994).

Kepala ruangan di sebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi. Keberhasilan suatu rumah sakit bukan hanya di lihat dari keberhasilan seorang kepala ruangan dalam memimpin ruangan, melainkan juga peran seluruh perawat pelaksana. Dalam melakukan tugasnya perawat harus dimotivasi untuk menambah semangat kerja. Perencanaan sumber daya manusia diambil sebagai bagian dari proses perencanaan strategi. Perencanaan sumber daya manusia ini diperlukan untuk menemukan bakat profesional yang menonjol. Ini tidak cukup di tunjukan hanya pada kegiatan perawatan seperti menejemen proses, anggaran, objektif, penyusunan staf dll. Menejer keperawatan memiliki dua peran yaitu menejer sumber daya manusia dan menejer kegiatan perawatan. Menejer perawat perlu membuat daftar

16

Janno Sinaga* Evans Suma Nainggolan**

Pengaruh Perencanaan Kepala ruangan ...

staf departemen sumber daya manusia yang baik dan menggunakanya. Perencanaan sumber daya manusia memutuskan bagaimana spectrum penuh dari sumber-sumber manusia akan mempengaruhi rencana operasional dan strategis. Jika sumber daya manusia tidak mengatur perencanaan, perawat menejer memutuskan kegiatan yang di ambi. Ini termasuk menempatkan orang-orang baru dengan ketrampilan khusus atau melatih ketrampilan orang-orang yang senior. Di sini akan dinyatakan tujuan dari sumber daya manusia dalam perencanaan. Beberapa bentuk data yang harus di kumpulkan dan di analisa untuk tujuan perencanaan meliputi :Sensus rata-rata pasien setiap hari, Kapasitas tempat tidur dan presentase pekerjaan, Rata-rata lama di rawat, Jumlah kelahiran, Jumlah operasi, Kecenderungan dalam populasi pasien, Kecenderungan dalam teknologi dan Analisa lingkungan. Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005). Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut: (1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan. (2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan

perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat. (3) Ketenagaan: pengaturan ketenagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf. (4) Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi. (5) Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain lain. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung (Praptianingsi, 2006). Motivasi Kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengerahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara 2000;94). METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu menilai pengaruh manajemen keperawatan : pengaruh perencanaan oleh kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Ruangan Rawat Inap Rumah sakit umum Sari Mutiara Medan tahun 2011. Dalam prosesnya, penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari pengaruh antara dua variabel atau lebih yang dilakukan sekaligus pada waktu bersamaan (Budiarto, 2005). Penelitian ini di lakukan di setiap ruangan rawat inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan tahun 2011. Pengumpulan data ini di lakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Aptil 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

17

Jurnal Mutiara Ners, Vol. 2, No.8. Juli 2012

perawat pelaksana yang bertugas di setiap Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan tahun 2011 sebanyak 124 orang. Berdasarkan jumlah populasi penelitian, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan dengan accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang di lakukan hingga sampel perunit itu terpenuhi. Pengambilan sampel ini menggunakan rumus Nursalam ( 2009 Jadi jumlah sampel yang di lakukan dalam penelitian ini adalah 38 orang. Tehnik pengambilan setiap unit dilakukan dengan acak sederhan dan menentukan criteria inclusi yaitu: (1) Pegawai yang bersedia menjadi responden; (2) Pegawai yang telah bekerja lebih dari satu tahun. Analisis bivariant digunakan untuk menganalisa data karakteristik/ confounding responden sebagai variabel perancu dari pengaruh perencanaan kepala ruangan tentang sdm terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2011 yaitu model kepemimpinan, tingkat pendidikan, pelatihan dan usia dengan menggunakan table distribusi frekuensi. Analisa bivariant unuk mengetahui pengaruh kedua variabel independent dan dependen yaitu pengaruh antara perencanaan dengan motivasi kerja perawat pelaksana, maka dilakukan dengan uji statistic Chi-square pada alfa 0.05 dengan bantuan computer. Syarat pengggunaan uji statistic chi-square adalah data penelitian kategori dengan skala ordinal dan nominal. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 38 orang responden didapat bahwa karakteristiknya dapat dilihat pada tabel distribusi berikut ini Tabel 1 Distribusi Karakteristik Umur, Pendidikan, Pengalaman di RSU Sari Mutiara Medan 2011
Uraian Umur : 22-26 tahun 27-31 tahun Total Pendidikan : D3 Keperawatan S1 Keperawatan Total Pengalaman : 1-5 tahun 5-10 tahun Total 22 16 38 35 3 38 16 22 38 57,9 42,1 100 92,1 7,9 100 42,1 57,9 100 f %

Tabel 2 Distribusi Perencanaan Kepala Ruangan di Ruangan Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan, 2011
No 1 2 Perencanaan Kepala Ruangan Baik Kurang Baik Total f 25 13 38 % 65,8 34,2 100

Tabel 3 Distribusi Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSU Sari Mutiara Medan 2011
No 1 2 Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Baik Kurang baik Total F 25 13 38 % 65,8 34,2 100

Tabel 4 Hasil Uji Statistik X2 Perencanaan Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2011
No Perencan aan Kepala Ruangan Baik Kurang Baik Total Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Baik F 20 5 25 % 52,6 13,2 65,8 Kurang baik F % 5 13,2 8 13 21,1 34,2 N pV

1. 2.

F 25 13 38

% 65,8 ,001 34,2 100

PEMBAHASAN Perencanaan adalah fungsi administratif yang menempatkan beberapa resiko terhadap pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Ini memastikan bahwa kemampuan hasil akan dapat diinginkan dan efektif dalam segi penggunaan manusia dan sumber material serta produk produksi dan pelayanan. Perencanaan didalam keperawatan adalah pengkajian kemampuan dan kelemahan dalam divisi-divisi keperawatan, mencakup faktor faktor yang mempengaruhi pekerjaan dan kemundahan atau halangan dalam mencapai tujuan. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan (Ernie & Kurniawan 2005). Peran dan fungsi perencanaan dalam manajemen adalah menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan,

18

Janno Sinaga* Evans Suma Nainggolan**

Pengaruh Perencanaan Kepala ruangan ...

prosedur dan peraturan peraturan dalam pelayanan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan yang berencana (Gillies, 1994). Dari hasil penelitian terhadap 38 orang responden didapatkan mayoritas perawat berusia 22-26 tahun atau sebanyak 22 orang. Menurut penelitian sebelumnya oleh Priyadi tahun 2009 di PT. Mandrian Klaten yang berkaitan dengan pengaruh usia terhadap motivasi kerja terhadap 50 orang responden. Hasil uji t yang diperoleh menunjukan usia berpengaruh terhadap motivasi kerja. Usia mayoritas diatas merupakan usia pertengahan dan berada pada usia produktif. Dimana usia produktif tersebut seseorang mencapai kematangan jiwa dan tanggungjawab yang tinggi dan belum tampak ada kejenuhan dalam bekerja. Mayoritas perawat berpengalaman kerja 6-10 tahun yaitu sebanyak 22 orang (57,9%). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hartini tahun 2008 di PT. Palomo Citra Internasional Surakarta yang berkaitan dengan pengalaman kerja terhadap 28 responden. Hasil uji t di peroleh X1 = 3.941 diterima pada taraf signifikan 5 %. Artinya semakin tinggi pengalaman kerja seseorang maka semakin tinggi pengaruh perencaannya. Heider (1958) menjelaskan bahwa kinerja seseorang sangat ditentukan oleh motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan dan motivasi seseorang didasarkan pada pengalaman dan lamanya berada pada institusi tersebut. Apabila salah satu dari komponen tersebut rendah maka hasil yang akan dicapai pun rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada 38 orang responden didapat bahwa perencanaan kepala ruangan baik 25 orang ( 65,8%) dan kurang baik 13 orang (34,2%). Artinya bukan hanya pengalaman kerja yang dapat meningkatkan perencanaan kepala ruangan. Standar gaji juga bisa menjadi faktor yang dapat meningkatkan perencanaan yang baik bagi kepala ruangan. Standar gaji di RSU Sari Mutiara Medan adalah standar gaji menurut UMR. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hartini tahun 2008 di PT. Paloma Citra Internasional Surakarta yang berkaitan dengan kepuasaan kerja (Gaji) terhadap kinerja karyawan. Hasil uji t dapat di tarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor

kepuasan kerja yaitu gaji terhadap kinerja karyawan. Motivasi merupakan sebuah konsep eksplanatoris yang kita manfaatkan untuk memahami perilakuperilaku yang kita amati. Perlu kita ingat bahwa motivasi diinferensi. Kita tidak mengukurnya secara langsung, tetapi kita memanipulasi kondisikondisi tertentu setelah kita mengobservasi bagaimana perilaku berubah (Petri, 1979;4). Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengerahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara 2000;94). Dari penelitian ini didapatkan bahwa motivasi kerja perawat pelaksana di RSU Sari Mutiara Medan 2011 memiliki mayoritas baik yaitu sebanyak 25 orang (65,8%) dan minoritas kurang baik sebanyak 13 orang (34,2%). Menurut Kopelman (1988), motivasi kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini didukung oleh Douglas Mc Gregor (Nursalam, 2002), bahwa motivasi seseorang dibedakan dalam dua kutub ekstrim yaitu Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa seseorang tidak menyukai pekerjaannya, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggungjawab, dan cenderung menolak perubahan. Teori Y memiliki asumsi bahwa, seseorang menyukai pekerjaan, menerima tanggung jawab, mandiri, mampu mengawasi diri sendiri dan kreatif. Dengan demikian, seseorang yang tergolong dalam teori Y cenderung memiliki motivasi kerja yang baik dibanding dengan seseorang yang tergolong dalam teori X. Sesuai dengan hasil wawancara dari 38 responden yang memiliki perencanaan baik mereka mendapatkan motivasi kerja yang baik seperti : pemberian gaji yang cukup, kebutuhan rohani yang tercukupi, suasana yang santai, peningkatan harga diri, mendapatkan posisi-posisi yang tepat, adanya kesempatan untuk maju, adanya kerja sama yang biak antara atasan dan bawahan, pemberian intensif yang terarah dan fasilitas yang menyenangkan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chissquere pada = 0,05 dengan df=1 menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perencanaan kepala ruangan dengan motivasi kerja

19

Jurnal Mutiara Ners, Vol. 2, No.8. Juli 2012

perawat pelaksana di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2011 dengan p value = 0,001. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kawuryan (2005) perencanaan menejer dapat mempengaruhi kinerja kerja karyawan, begitu juga dengan keperawatan perencanaan yang baik dapat memberikan motivasi kerja yang baik pada perawat pelaksananya. Ini dapat dilihat dalam hasil peneliti; perencanaan kepala ruangan yang baik 5 orang (13,2%) akan mendapat motivasi kerja perawat pelaksana yang baik 20 orang (52,6%). Penelitian lainnya oleh Suharti tahun 2008 di Medan yang berkaitan dengan perencanaan kepala ruangan terhadap motivasi karyawan terhadap 35 responden. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik kuesioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana (simple linear regression). Berdasarkan analisa data penelitian diperoleh kesimpulan Perencanaan kepala ruangan berpengaruh positif terhadap motivasi karyawan. Pengaruh positif ini menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara perencanaan kepala ruangan dengan motivasi karyawan, dengan kata lain dengan pengaruh perencanaan baik maka motivasi kerja baik. Perencanaan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Pengaruh yang signifikan ini menunjukkan bahwa perencanaan berpengaruh nyata ( berarti) terhadap motivasi karyawan. Hasil penelitian oleh handayani 2007 memaparkan bahwa perencanaan kepala ruangan yang baik diterapkan dibebagai ruangan di rumah sakit untuk meningkatkan potensi dibidang kesehatan dimana perawat terlibat didalamnya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang baik di rumah sakit. Bila dikaitkan dengan kondisi rumah sakit, dimana manusia sebagai objek pelayanan yang menangani masalah sehat-sakit dan beresiko terhadap nyawa manusia. Situasi tersebut sangat cepat berubah, kondisi pasien sering mengalami perubahan yang menuntut tindakan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang selalu siap dalam setiap kondisi kritis sekalipun, sehingga pemimpin di setiap ruangan dalam rumah sakit betul-betul telah siap fisik maupun mental. Persiapan tersebut secara tidak langsung diproses dari pengalaman kerja bertahun-tahun dan bekal

pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan. Dengan demikian kepala ruangan sebagai manajer tingkat bawah dan sebagai individu memiliki sifat dasar dan kepribadian sehingga memiliki kecenderungan katakteristik tersendiri, namun dengan mempelajari perilaku mampu menerapkan perilaku kepemimpinan yang efektif dan mampu memahami karakteristik dari masing-masing individu. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang memiliki tujuan yang jelas. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya adalah; perencanaan yang dapat menimbulkan keberhasilandan mencapai sasaran dan tujuan, perencanaan yang bermakna pada pekerjaan, perencanaan yang dapat memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia, Perencanaan dapat memberikan penggunaan efektif dari personel dan fasilitas yang tersedia, membantu koping dalam situasi kritis, efektif dalam segi biaya, berdasarkan masa lalu dan akan datang sehingga dapat membantu menurunkan elemen perubahan, dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah, untuk control efektif. Perencanaan kepala ruangan yang baik dapat memberikan motivasi kerja yang baik bagi keperawat pelaksana. Peningkatan perencanaan yang baik dapat didorrong oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, gaji dan pengalaman kerja.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh perencanaan kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2011 dapat disimpulkan bahwa: Perencanaan kepala ruangan yang terdapat di RSU Sari Mutiara Medan adalah baik (65,8%), Motivasi kerja perawat pelaksana baik (65,8%). Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji Chi squere pada = 0,05 dengan df=1 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perencanaan kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana diruangan rawat inap RSU Sari Mutiara Medan 2011 dengan p value = 0,001 Saran Bagi Manajemen Rumah Sakit agar Memberikan pelatihan-pelatihan pada kepala ruangan, pemberian gaji yang cukup bagi kepala ruangan dan perawat pelaksana. Sementara bagi kepala ruangan agar menyusun perencanaan yang baik didalam memimpin ruangan dan dapat dipadukan dengan gaya kepemimpinannya.

20

Janno Sinaga* Evans Suma Nainggolan**

Pengaruh Perencanaan Kepala ruangan ...

KEPUSTAKAAN Aditama, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Arwani 2005. Pendidikan Keperawatan, EGC : Jakarta. Erni & Kurniawan, 2005, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama, EGC : Jakarta. Gillies, D. A. 1994. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Edisi kedua. W.B Sauders Company. Keliat,dkk, 2006. Manajemen Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Munandar, 2002. Motivasi Kerja Perawat. http://www.google.com (Dikutip tanggal 11 Februari 2011). Notoadmojo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan :Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 1, Salemba Medika, Jakarta. Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Poter & Perry, 2006, Peran Perawat, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Siagian, P, 2005. Teori Motivasi Dan Aplikasi. Jakarta : Pineka Cipta. Suarly, B, 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Erlangga: Jakarta. Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Swanburg, 2000. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, EGC: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai