Anda di halaman 1dari 10

Corporation And Stake Holdes

T Darma Purwanto ; Tri Candra K

Apa Itu Corporate ? Korporasi adalah mekanisme yang dibuat untuk memungkinkan berbagai pihak untuk memberikan kontribusi modal, keahlian, dan tenaga kerja untuk keuntungan maksimum dari semua itu (Monks & Minow, 2004). Pengertian korporasi dlm UU No.8/2010, adalah kumpulan orang & atau kekayaan yg terorganisir baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Korporasi adalah salah satu bentuk organisasi bisnis, sebagai aktivitas komersial untuk memperoleh profit dengan menjalankan suatu aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder adalah siapa saja yang berkepentingan atau terkena dampak atas suatu perencanaan, di mana informasi dan peran aktif mereka sangat diperlukan. Semua pihak yang dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung. A.KONSEP THE CORPORATIONS Korporasi adalah salah satu bentuk organisasi bisnis, sebagai aktivitas komersial untuk memperoleh profit dengan menjalankan suatu aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa. ciri umum korporasi adalah adanya pemisahan kemepilikan organisasi yang menyebabkan keterbatasan tanggung jawab dari pemilik.

Ada empat komponen untuk terbentuknya struktur korporasi :


2

B.LINGKUNGAN BISNIS

Faktor-faktor yang berada diluar jangkauan perusahaan yang dapat


menimbulkan suatu peluang atau ancaman.

Faktor - faktor Lingkungan Bisnis 1. Lingkungan Mikro Bisnis Para pelaku yang secara langsung berkaitan dengan lingkungan, yang mempengaruhi perusahaan.

2. Lingkungan Makro ( Lingkungan Umum )


Kekuatan-kekuatan yang timbul dan berada diluar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional perusahaan

C. KONSEP STAKEHOLDER Stake-holders adalah semua pihak yang dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

- Internal dan eksternal Pihak yang berkepentingan secara internal adalah orang dalam dari suatu perusahaan, orang atau instansi yang secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, sperti pemegang saham, manajer, dan karyawan. - Faktor Internal tradisional yang mempengaruhi kebijakan dalam suatu konsep stakeholder

- Reaktif
- Terfokus pada sumber - Pendeteksi atau memperbaiki pemeriksaan pada kualitas

Faktor internal modern - Proaktif - Terfokus pada kesempatan

- Mencegah atau mengawasi


3

- Membangun kualitas

- Setiap orang memberikan kontribusi ( kinerja dan prestasi kerja )


- Kegiatan mengasilkan solusi

Pihak berkepentingan eksternal adalah orang luar dari suatu perusahaan, orang atau instansi yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahan, seperti para konsumen masyarakat, pemerintah, dan lingkungan hidup. Garis pemisah antara stakeholder internal dan eksternal tidak selalu bisa ditarik dengan tajam dalam artian perbedaanya tipis misalnya para pemasok atau penyuplai pada umumnya bisa digolongkan antara pihak berkepentingan eksternal. Tetapi jika ada pemasok yang biarpun menjadi perusahaan sendiri hanya memasok barang untuk satu perusahaan saja, ia sebenarnya termasuk pihak berkepentingan internal juga.

D.RELEVANSI KONSEP STAKEHOLDERS DALAM PENGELOLAAN BISNIS Dalam pengelolaan bisnis di Indonesia terdapat lima jenis pemegang kepentingan yang terlibat dalam bisnis, yaitu :

1. Pemilik Setiap bisnis dimulai sebagai hasil ide dari seorang atau lebih menngenai barang atau jasa, yang disebut Wiraswasta (entrepreneurs), yang mengorganisasikan, mengelola, dan mengasumsikan resiko yang dihadapi mulai dari permulaan bisnis 2. Kreditor Perusahaan memerlukan dana lebih daripada yang didapat dari pemilik. Institusi keuangan atau individu yang disebut Kreditor yang memberikan pinjaman. 3. Karyawan Karyawan perusahaan diangkat untuk menyalurkan operasi perusahaan. Karyawan yang bertanggung jawab mengelola tugas yang diberikan kepada karyawan lain dan membuat keputusan penting perusahaan disebut manajer. 4. Pemasok Kinerjanya tergantung pada kemampuan dari pemasoknya dalam mengantarkan bahan
4

E. Good Corporate Govermence ( GCG ) Good corporate govermence atau yang dengan familiar dengan disingkat GCG adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara amanah dan prudensial dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders. Dengan implementasi GCG / penerapan GCG, maka pengelolaan sumberdaya perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu berorientasi pada tujuan perusahaan dan memperhatikan stakeholders approach. GCG dan Etika Bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. GCG lebih memfokuskan pada penciptaan nilai ( value creation) dan penambahan nilai (value added ) bagi para pemegang saham, sedangkan etika bisnis lebih menekankan pada pengaturan hubungan (relationship) dengan para stakeholders. Saat ini, ternyata masih banyak perusahaan yang belum menyadari arti pentingnya implementasi GCG dan

praktik etika bisnis yang baik bagi peningkatan kinerja perusahaan. Sebagai
contoh, banyak praktek bisnis di berbagai perusahaan yang cenderung mengabaikan etika. Pelanggaran etika memang bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih keuntungan,masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral yang tidak etis,seperti praktik curang, monopoli, persekongkolan (kolusi), dan nepotisme seperti yang telah diatur dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Adapun tujuan dari GCG diperlukan dalam rangka: 1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui

pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran. 2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing

organ perusahaan, yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum


Pemegang Saham.
5

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social perusahaan terhadap

masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.


5. Mengoptimalkan niali perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperjatikan pemangku kepentingan lainnya. 6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun inetrnasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Ada dua faktor dalam GCG yaitu faktor internal dan faktor eksternal: Faktor Internal Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:

Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.

Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.

Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG.

Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

Faktor Eksternal

Pelaku dan lingkungan bisnis

Meliputi seluruh entitas yang mempengaruhi pengelolaan perusahaan, seperti business community atau kelompok-kelompok yang signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup
6

Pemerintah dan regulator

Pemerintah dan badan regulasi berkepentingan untuk memastikan bahwa Perusahaan mengelola keuangan dengan benar dan mematuhi semua peraturan dan undang-undang agar memperoleh kepercayaan pasar dan investor.

Investor

Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan pemegang saham dan


pelaku perdagangan saham termasuk perusahaan investasi. Investor menuntut ditegakkannya atau dijaminnya pengelolaan perusahaan sesuai standar dan prinsip-prinsip etika bisnis.

Komunitas Keuangan

Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan persyaratan pengelolaan

keuangan perusahaan termasuk persyaratan pengelolaan perusahaan


terbuka, seperti komunitas bursa efek, Bapepam-LK, US SEC dan Departemen Keuangan RI. Setiap komunitas di atas mengeluarkan standar pengelolaan keuangan perusahaan dan dipatuhi/dipenuhi oleh Perusahaan. menuntut untuk

Kasus Pelanggaran Good Corporate Governance oleh PT. Katarina Utama Tbk. berkaitan

dengan pasar modal di Indonesia

PT Katarina Utama Tbk (RINA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pemasangan, pengujian dan uji kelayakan produk dan peralatan telekomunikasi. Direktur Utama RINA adalah Fazli bin Zainal Abidin. RINA tercatat di BEI sejak 14 Juli 2009. Belum lama ini RINA menggelar penawaran saham perdana kepada publik dengan melepas 210 juta saham atau 25,93% dari total saham, dengan harga penawaran Rp 160,- per lembar saham.

Dari hasil IPO, didapatkan dana segar sebesar Rp 33,66 miliar. Rencananya seperti terungkap
dalam prospektus perseroan, 54,05% dana hasil IPO akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan 36,04% dana IPO akan direalisasikan untuk membeli berbagai peralatan proyek. Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media Intertel Graha (MIG), dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) melaporkan telah terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh manajemen RINA. Dana yang sedianya akan digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja, serta menambah kantorcabang, tidak digunakan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan realisasi sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO sebesar Rp 33,66 miliar, yang direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja perseroan hanya sebesar Rp 4,62 miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadi penyelewengan dana publik sebesar Rp 29,04 miliar untuk kepentingan pribadi. Selain itu, Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009 dengan memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan. Bahkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memutus aliran listrik ke kantor cabang RINA di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan. Akhirnya Cabang Di Medan ditutup secara sepihak tanpa meyelesaikan hak hak karyawannya. Bahkan selama ini manajemen tidak menyampaikan secara utuh dana jamsostek yang dipotong dari gaji karyawan, ada juga karyawan yang tidak mengikuti jamsostek tetapi gajinya juga ikut dipotong. Bursa menghentikan perdagangan saham RINA sejak awal September 2010. BEI kemudian melimpahkan kasus ini kepada Bapepam-LK untuk ditindaklanjuti.
8

Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip GCG:

1. Keadilan/Kewajaran (Fairness)
PT Katarina Utama tidak memperlakukan secara adil para pemangku kepentingan baik primer maupun sekunder, investor tidak diperlakukan secara adil dan tidak ada keadilan pula bagi karyawan, saya mengambil salah satu contoh yang sangat jelas yaitu pada pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek para karyawan, telah dipaparkan diatas bahwa para karyawan yang tidak mengikuti asuransi jamsostek gajinya tetap ikut dipotong tanpa alasan yang jelas. Selain itu cabang RINA di Medan telah melakukan penutupan secara sepihak tanpa

menyelesaikan hak hak para karyawan dengan tidak membayar gaji sesuai dengan
pengorbanan yang telah mereka berikan kepada PT Katarina Utama, terbukti bahwa manajemen RINA melanggar prinsip Keadilan. 2. Prinsip Transparansi (Keterbukaan) PT Katarina Utama tidak menyampaikan informasi dengan benar, seperti yang telah disampaikan diatas Manajemen RINA telah memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan, sehingga informasi yang diterima oleh para pemangku kepentingan menjadi tidak akurat yang mengakibatkan para pemangku kepentingan seperti investor menjadi salah mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa PT Katarina Utama telah melanggar prinsip Transparansi (Keterbukaan) dalam penyampaian informasi. 3. Prinsip Responsibilitas (Tanggung Jawab) PT Katarina Utama Jelas sangat melanggar prinsip Responsibilitas dengan melakukan penyelewengan dana milik investor publik hasil IPO sebesar Rp 29,04 miliar, Manajemen RINA juga tidak meyelesaikan kewajibannya kepada karyawan dengan membayar gaji mereka, selain itu RINA tidak membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Seputar Indonesia (SI), sebagian besar direksi dan pemangku kepentingan perseroan dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri. Hal ini jelas menggambarkan bahwa RINA melanggar Prinsip Responsibilitas. 4. Prinsip Kemandirian Dengan adanya penyelewengan dana hasil IPO membuat perseroan menjadi tidak efektif dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, tidak mampu membayar gaji karyawan, dan tidak mampu membayar tunggakan listrik PLN sehingga menyebabkan ditutupnya cabang
9

Dampak terhadap Pelanggaran GCG:

1. Ketidakpercayaan para pemegang saham 2. Ketidakpercayaan karyawan, munculnya berbagai demo karyawan di berbagai cabang

PT Katarina Utama 3. Ketidakpercayaan Mitra Kerja, penggelembungan nilai aset dengan memasukkan

sejumlah piutang fiktif yang dituduhkan kepada satu pemegang saham Katarina, PT Media Intertel Graha (MIG), membuat mitra kerja tersebut berbalik melaporkan Manajemen RINA

dan menimbulkan ketidakpercayaan kepada Manajemen RINA


4. Ketidakpercayaan Pemerintah, PLN memutus aliran listrik ke kantor cabang RINA di

Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan 5. Bursa menghentikan perdagangan saham RINA sejak awal September 2010 6. Tidak berjalannya kegiatan operasional perusahaan karena perusahaan tidak mampu

membiayai kegiatan operasional sehingga tidak ada pemasukan bagi perusahaan, bahkan kantor cabang RINA di Medan akhirnya ditutup.

Analisa dari kasus diatas GCG dapat :

1.

Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang

didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran. 2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing organ perusahaan,

yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham. 3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar

dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn terhadap peraturan perundang-undangan. 4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social perusahaan terhadap

masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5. Mengoptimalkan niali perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperjatikan
10

Anda mungkin juga menyukai