Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan koi merupakan salah satu jenis ikan mas hias. Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Di Jepang, ikan ini dinamakan Nishikigoi (Cyprinus carpadie). Artinya, ikan berwarna warni. Goi sendiri artinya ikan karper. Koi sendiri berasal dari bahasa Cina. Ikan ini konon berasal dari Persia, di bawa ke Jepang lewat Cina dan Korea. Dan berkembang pesat sejak sekitar 160 tahun lalu. Munculnya ikan koi berwarna-warni adalah hasil penyilangan dan budi daya ratusan tahun. Pada awalnya, peternak di Jepang hanya bisa menghasilkan varietas koi satu warna tunggal, yakji koi hitam (Karasugoi, Sumigoi), putih (Shiromuji), merah (Akagoi, Benigoi, dan Higoi), kuning (Kigoi), keemasan (Kingoi), dan putih keperakan (Gingoi).

Klasifikasi Ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Cypriniformes Famili: Cyprinidae Genus: Cyprinus Spesies: C. carpio Nama Binomial Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758) Gambar 1.1 Klasifikasi ilmiah ikan koi

Dari satu warna, kemudian muncul koi dua warna, yakni Kohako (putih merah), Shiro bekko dan Shiro utsuri (hitam putih). Lalu, muncul berikutnya koi tiga warna, yakni Taisho sanke dan Showa sanshoku (merah, hitam, putih). Dan berikutnya, melahirnya koi multi warna seperti Goshiki, terdiri dari unsur warna dasar biru bercak-bercak merah, hitam, biru tua, dan putih. Kemudian, hasil persilangan dengan ikan karper Jerman yang dinamakan karper tak bersisik (Kagami goi) sekitar

tahun 1904, menghasilkan koi sebagian bersisik dan sebagian tidak. Ikan ini dinamakan Ditsu nishikigoi. Sampai saat ini, diperkirakan lebih dari 18 varietas utama ikan koi. Pada tahun 1962, Pangeran Akihito bersama Putri Michoko menyempatkan diri berkunjung ke Bogor dan melihat ikan emas Indonesia dari ras Kumpay. Ikan emas yang nama latinnya sama dengan ikan karper Jepang ini dari varietas Flavipinnis. Akihito berkeinginan menyilangkan ikan emas Indonesia dengan ikan karper Jepang. Dan pada tahun 1980, Balai Penelitian Ikan Air Tawar Bogor mengirim ke Jepang sekitar 60 ekor ikan emas ras Kumpay yang berumur enam bulan. Hasilnya, yang di bawa ke Indonesia kembali pada tahun 1991 ada lima macam koi silangan dengan lima macam kominasi warna. Budidaya ikan koi sudah menampakkan perkembangan dan pemasarannyapun sudah ke berbagai daerah di indonesia, bahkan ada yang di ekspor. Terdapat banyak sekali jenis ikan koi yang terkenal asal Kabupaten Blitar yaitu Gosanke adalah jenis ikan koi yang mempunyai corak warna merah di atas warna putih, sanke adalah jenis ikan koi yang mempunyai corak warna merah di atas warna putih. Corak warna hitam tidak trdapat di kepala, dan Showa adalah jenis ikan koi hitam dengan corak warna merah dan putih. Harga ikan koi cukup baik dan stabil, cepat besar dan responsif terhadap pemberian pakan serta penanganannya mudah, sehingga benih mudah diperoleh dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Kegiatan yang dilakukan pada pembenihan koi meliputi persiapan induk, pemijahan, penetasan telur, pendederan, pemberian pakan, mengelola kualitas air serta pemberantasan hama dan penyakit.

1.2 Tujuan
Tujuan laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Mampu memelihara ikan koi dengan mempertimbangkan persyaratan kualitas dan kuantitas. 2. Dapat menentukan aspek produksi ikan koi. 3. Mampu menentukan aspek pasar dan pemasaran ikan koi di Kabupaten Blitar.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Agar mahasiswa Teknik Industri dapat memahami pemeliharaan ikan koi yang baik dan benar. 2. Memberikan kemudahan bagi pihak pelajar, mahasiswa, maupun kalangan umum dalam melakukan pembudidayaan ikan koi. 3. Membantu pelajar, mahasiswa, maupun kalangan umum dalam menentukan aspek pasar dan pemasaran ikan koi.

BAB II PROFIL USAHA


2.1 Profil Pengusaha
Pembudidayaan ikan koi di Klempoko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, tergolong pembudidayaan mikro penduduk asli setempat. Pembudidayaan ikan koi di wilayah tersebut di atas telah menguasai teknik budidaya dengan baik dan sesuai dengan arahan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Teknik budidaya diperoleh dari berbagai sumber antara lain; tukar menukar pengalaman dengan sesama pengusaha ikan koi baik lokal maupun nasional atau pedagang koi, atau pedagang pakan. Sehingga membentuk suatu kelompok Blitar Koi Club. Terdapat beberapa alasan dari pembudidaya ikan koi dalam menjalankan usahanya, antara lain karena potensi sumber daya dan ekologi wilayah mendukung; pemasaran produk terjamin; dan secara ekonomis menguntungkan. Selain itu, usaha ini juga memberikan kesempatan kerja sepanjang tahun kepada keluarga dan penduduk setempat. Sebagai contoh, setiap unit usaha mempekerjakan satu orang yang bekerja setiap hari.

2.2 Profil Usaha


Budidaya ikan koi yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok di Kabupaten Blitar telah berkembang sejak tahun 1987, dan menggunakan teknologi sederhana. Usaha yang dijalankan pada umumnya sudah berbentuk badan hukum dan merupakan usaha pokok keluarga dengan usaha sampingan sebagai petani atau pegawai lainnya, karena sifat usaha pembudidaya ikan koi dapat dikerjakan paruh waktu.

Gambar 2.1 Pembudidaya ikan koi

Pembudidaya yang menjadi model adalah pembudidaya yang sudah cukup berpengalaman, sering mengikuti kontes koi, mempunyai pembukuan yang dapat dikontrol, sehingga usaha ini dapat dilihat keuntungannya.

BAB III ASPEK PRODUKSI


Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada perairan tawar. Maka pola yang digunakan budidaya tunggal ( monoculture ), yaitu ikan yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan koi.

3.1 Aspek Awal Budidaya Ikan Koi


A. Lokasi dan bentuk kolam Dari segi teknis, lokasi kolam jangan sampai tergusur oleh bangunan rumah yang akan dikembangkan. Kalau tempat tinggal mau dikembangkan, kolam koi jangan dibangun di dekat rumah. Lokasi kolam bebas dari naungan pohon, bagi yang memiliki pekarangan luas, pilih lokasi yang tidak ternaung pohon pohon besar. Paling bagus kolam dibuat dibawah pohon besar yang telah dikurangi dahan dan cabangnya. Bentuk kolam koi bisa dibuat macam macam, asal sesuai dengan luas rumah yang tersedia. Pada dasarnya ada dua tipe kolam, yaitu formal ( resmi ) dan non formal ( tidak resmi ). Kolam formal kesannya serba teratur dan disiplin.

Gambar 3.1 Kolam ikan koi

B. Menjaga, memperbaiki, dan mempertahankan kualitas air Menjaga, memperbaiki, dan mempertahankan kualitas air kolam agar tetap prima sangat penting bagi koi. Ada tiga cara untuk membersihkan kolam secara rutin, memfilter air dan membubuhkan obat obat untuk meningkatkan kualitar air. 1. Membersihkan kolam secara rutin Cara membersihkannya bisa menggunakan serokan, sifon, tekanan air, pompa dan sirkulasi air. 2. Memfilter untuk meningkatkan kualitas air Filter berfungsi menyaring air agar kualitas air kolam selalu terjaga baik. Sedikitnya ada empat cara penyaringan air yang banyak dilakukan, yaitu penyaringan fisik, penyaringan kimiawi, penyaringan biologis, dan penyaringan dengan tanaman. 3. Meningkatkan kualitas air dengan obat Setelah kolam dibersihkan dan disaring, ke dalam kolam sering ditambahkan obat, yang gunanya untuk meningkatkan kualitas air agar koi penghuni kolam bertambah nyaman.

3.2 Tahapan Budidaya Ikan Koi


Budidaya ikan koi dapat dibagi kedalam beberapa tahapan berikut : A. Tahap seleksi induk. Syarat utama induk adalah sudah matang kelamin dan matang tubuh. Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat, sirip siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur minimal 2 tahun pada jantan, dan 3 tahun pada betina. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya lebih besar dari pada punggung. Jantan, sebaiknya lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. B. Tahap pemijahan. Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemijahan koi adalah ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi yang ketat. Ukuran dan banyaknya telur tergantung dari induknya. Diameter telur berwarna kuning cerah. Namun kemudian warnanya berubah menjadi bening. Sekali memijah seekor betina bisa menghasilkan telur 20.000 40.000 butir.

Gambar 3.2 Kolam pemijahan

C. Tahap pendederan. Yaitu tahap pemeliharaan benih ikan koi sejak menetas sampai umur 1 bulan yang selanjutnya siap dibesarkan atau dipindahkan ke kolam pembesaran. D. Tahap pembesaran. Yaitu pada tahap pembesaran ini dimulai umur 1 bulan hingga mencapai ukuran siap jual yang umur 3 5 bulan. Kegiatan yang dilakukan pada masa pembesaran ini menseleksi benih benih yang baik untuk dijual atau calon indukan atau calon dikonteskan, sehingga ada kelas A, kelas B, kelas C, kelas super yang calon dikonteskan. Dengan adanya pembagian tahapan kelas ini membantu pembudidaya dalam hal : 1. 2. 3. E. Mempersingkat masa panen Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai Menurunkan resiko kegagalan panen Pemberian pakan. Selama masa pertumbuhan ikan koi mengalami perubahan tingkah laku makan (feeding habit ) yang sangat signifikan. Jenis pakan ikan koi terdiri dari pakan alami ( organik ) berupa lumut lumutan maupun pakan buatan (anorganik ), berupa tepung ikan, breder 1, breder 2, dan vitamin. Pakan alami yang digunakan antara lain kuning telur itik dan cacing rambut.

F.

Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah ikan koi berumur 3 5 bulan dengan panjang diantara 10 -15 cm. Dalam pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain : Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari. Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu diberi pakan sebagai tempat berkumpulnya ikan koi. Proses penangkapan dilakukan secara hati hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik. Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20 30 cm. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa kantung plastik yang diisi oksigen atau bak yang ditutup dengan jumlah ikan disesuaikan besaran ikan koi dan kapasitasnya. Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan koi yang cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan koi.

Gambar 3.3 Koi dipanen

3.3 Teknologi Tepat Guna


Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan koi umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan ciri cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan. Ciri ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan koi dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen 4 bulan sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran / hari besar. Sedangkan ciri ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan, misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan

disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol. Ciri ciri teknologi intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.

3.4 Tabel Ringkasan Pola Pembiayaan Usaha Budidaya Ikan Koi


Pola I (Pendederan) No. 1. 2. Uraian Nilai penjualan 26.831 ekor/4 buah x 3 Biaya produksi berdasarkan : Biaya operasional (variabel) @Rp590/ekor per 4 bulan x 3 Biaya tetap (fixed) @Rp 49/ekor per 4 bulan x 3 Total biaya @Rp 693/ekor per 4 bulan x 3 Laba sebelum pajak PPn 10% Laba (Rugi)Usaha Profit margin BEP (nilai penjualan per ekor ) per tahun BEF (nilai penjualan 26.831 ekor) per tahun Jumlah Rp 60.370.692,00 Rp 47.490.870,00 Rp 3.944.157,00 Rp 51.435.027,00 Rp 8.935.665,00 Rp 893.566,50 Rp 8.042.098,50 13,32% Rp 699,99

4 5

Rp 18.781.701,00

Pola II (Pembesaran) No. Uraian 1. Nilai penjualan 3.514 kg/4 buah x 3 2. Biaya produksi berdasarkan : Biaya operasional (variabel) @Rp 9.435/kg 4 bulan x 3 Biaya tetap (fixed) @Rp 1.200/kg per 4 bulan x 3 Total biaya @Rp 10.635/kg per 4 bulan x 3 3 Laba sebelum pajak PPn 10% Laba (Rugi)Usaha 4 Profit margin 5 BEP (nilai penjualan per kg ) per tahun BEF (nilai penjualan 3.514 kg) per tahun Jumlah Rp 142.330.380,00 Rp 99.463.770,00 Rp 12.650.400,00 Rp 112.114.170,00 Rp 30.216.210,00 Rp 3.021.621,00 Rp 27.194.589,00 19,11% Rp 12.000,00 Rp 42.168.000,00

BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


4.1 Permintaan
Secara nasional tidak diperoleh data mengenai besarnya permintaan akan ikan koi. Namun, dari pengembangan budidaya ikan koi cenderung meningkatkan dan merata di seluruh Indonesia, apalagi sering diadakan kontes ikan koi di berbagai daerah dan tiap daerah sentra ikan koi mempunyai agenda tetap setiap tahun yaitu di daerah Kab/Kota blitar, Bandung, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan lain lain. Besarnya permintaan pasar, ditandai dengan penjualan ikan koi oleh pedagang pengepul/agen di Kabupaten Blitar ke kabupaten lain / kota lain bahkan luar negeri biasanya ke Jerman. Seperti Denpasar dua minggu sekali dengan sekali setor 8.000 ekor, Jakarta juga dua minggu sekali, Yogyakarta tiga minggu sekali, Surabaya seminggu sekali, ke Bandung dua minggu sekali, bahkan ada yang ke luar jawa sesuai permintaan.

4.2 Penawaran
Produksi ikan koi merupakan hasil budidaya, wilayah sentra produksi budidaya ikan koi terdapat pada daerah, seperti Blitar, Tulung Agung, Malang, Sukabumi, namun yang paling baik ada di daerah Blitar karena iklim dan air sangat mendukung kecerahan ikan koi, dan ini tidak dimiliki oleh daerah lain. Hal ini disebabkan ikan koi yang dipandang adalah keindahan dan kecerahan warna yang dihasilkan, sehingga produk ikan koi tidak akan bisa di tukar menukar asalnya. Dengan demikian produksi ikan koi hasil budidaya akan memberikan ciri khas asal wilayahnya.

4.3 Produksi dan Permintaan Ikan Koi


Ikan koi merupakan produk yang berbasis pada permintaan pasar domestik dan pasar ekspor. Namun demikian berdasarkan pengalaman pembudidaya ikan koi, permintaan domestik terhadap ikan koi cukup tinggi.
Tabel 4.1 Harga Ikan Koi di Indonesia

No. 1. 2. 3.

Jenis Koi Lokal Biasa Bagus Impor Biasa Bagus Impor Exspatriat Biasa Bagus

Ukuran Koi Kecil (10-15 cm) 5.000/ekor 50.000/ekor 500.000/ekor 1.000.000/ekor 50.000/ekor 100.000/ekor

Kecil (20-25 cm) 15.000/ekor 100.000/ekor 1.000.000/ekor 3.000.000/ekor 100.000/ekor 300.000/ekor

Sumber : Data Primer

4.4 Jalur Pemasaran

Gambar 4.1 Rantai pemasaran ikan koi

4.5 Masalah Pemasaran


Di tingkat pembudidaya tidak dijumpai kendala pemasaran, namun di tingkat pedagang kendala pemasaran adalah kerusakan pada kondisi jalan yang menghubungkan kabupaten Blitar dengan kabupaten atau provinsi lain. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas ikan yang dijual sehingga harga jual ikan jatuh. Kendala lain adalah adanya persaingan harga dari pemasok yang berasal dari wilayah lain.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pemeliharaan ikan koi memerlukan persyaratan kuantitas dan kualitas tertentu untuk memperoleh hasil yang optimal. Syarat syarat tersebut antara lain: lokasi dataran rendah pada ketinggian 2040 m diatas permukaan laut, kuantitas dan kualitas air yang mencukupi, tenang, bersih dengan dasar kolam yang tidak berlumpur, tanah yang tidak berpourus dan temperatur optimum 25-30 derajat celcius. 2. Pemeliharaan ikan koi cukup sederhana dan tidak membutuhkan teknologi yang tinggi, demikian juga alat alat yang dibutuhkan untuk budidaya ikan ini tersedia di seluruh Indonesia dan mampu dibuat oleh masyarakat. 3. Prospek pemasaran ikan koi masih sangat menjanjikan walaupun masih dalam pasar domestik. Tapi sudah mulai berkembang sangat pesat di pasar ekspor.

5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal atas produksi ikan koi perlu intensifikasi penggunaan teknologi budidaya sehingga kualitas dan kuantitas produksi dapat ditingkatkan dan masa waktu panen dapat dipersingkat. 2. Untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya, perlu diberikan bimbingan yang terus menerus dari instansi terkait dalam rangka penerapan teknologi budidaya untuk meningkatkan produksi ikan koi. 3. Pembudidaya sebaiknya bergabung dengan perkumpulan atau asosiasi pembudidaya ikan koi. Perkumpulan dan asosiasi ini dapat menjadi tempat tukar menukar informasi antar pembudidaya dan diharapkan lebih jauh lagi dapat meningkatkan posisi pembudidaya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Heru Sutanto, 2005 / edisi XV., Koi, Penebar Swadaya, Jakarta. 2. Departemen Pertanian, 1999, Investasi Agribisnis Komoditi Unggulan, Kanisius Yogyakarta. 3. Deden Daelami, 2002, Agar Ikan Sehat , Penebar Swadaya, Cetakan II, Jakarta. 4. Website : www.goldenkoi.com www.mataharisakti.com www.ogatakoi.com www.kanisius.com

LAPORAN TUGAS KEWIRAUSAHAAN


Wirausaha Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio ) Sumber Harapan Di Kabupaten Blitar
PERIODE SEMESTER GENAP 2013/2014

Disusun Oleh: HARITI SRIJAYASARI ( 115060701111009 )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2013

Anda mungkin juga menyukai