Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
IBU
Karya : Alfian Sulistio
Sebening titik embun pagi, sebening hatimu ibu Secerah mentari pagi, sehangat kasih sayangmu ibu Semilir angin sendu, selembut ucapanmu ibu Terawang ingatan masa kecil Episode perjalanan jadi rindu padamu
Engkau panutan kami Jiwamu bagai amal sedekah Raga bagai pengorbanan harta Tak sekejap kau paling kasihmu Tak bergeming buat sayang untuk kami
Rindu belaimu di pembaringan Ku tunggu doa seiring langkah Sekejap tak hilang, seucap kata dalam buaian
Puisi ini memiliki kecenderungan tema utama yang berpijak dalam kasih sayang dan kerinduan seorang anak kepada ibunya yang telah tiada : secerah mentari pagi, sehangat kasih sayangmu ibu dan rindu belaimu di pembaringan. Hal ini pasti dialami oleh setiap insan yang pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Kita selalu merindukan kasih sayang itu ketika telah jauh dari dekapan ibu, bahkan telah ditinggalkan untuk selamalamanya. Oleh karena itulah Alfian Sulistio mencoba mengungkapkan rasa sayang dan rindunya itu lewat puisinya yang berjudul Ibu. Disini penyair ingin menyampaikan pesan terselubung lewat selipan-selipan kata dalam puisinya. Engkau panutan kami. Dari kalimat singkat ini terselip pesan bahwa sosok ibu adalah panutan bagi anak-anaknya. Karena ibu bagaikan penunjuk jalan bagi kehidupan. Oleh karena itu, sosok ibu adalah orang yang paling berjasa dalam kehidupan. Kalimat Raga bagai pengorbanan harta dan tak sekejap kau paling kasihmu, tersirat makna bahwa ibu selalu mengorbankan jiwa raga demi anaknya, apapun rela ia korbankan demi anaknya. Dan juga ibu takkan pernah lelah untuk mengasihi dan menyayangi anaknya. Kalimat Ku tunggu doa seiring langkah, adalah harapan Alfian kepada ibunya nan jauh disana agar setiap langkah Alfian diiringi doa dan ridho dari sang ibu. Dengan itu, setiap langkah kita insyaallah dimudahkan juga oleh Allah swt, terdapat pada pepatah Ridho Allah sama juga dengan Ridho ibu. Ku munajat pada tuhan semoga kau sehat sepanjang badan, berdoa adalah salah satu cara kita untuk membalas jasa ibu, karena doa anak soleh bisa meringankan beban ibu di alam sana. Kata-kata sederhana yang berkesinambungan dan mudah dimengerti telah berhasil memberikan makna yang begitu mendalam. Kalimat pada puisi Alfian Sulistio menggambarkan suatu kisah kasih sayang dan rindu terhadap ibu menjadi penuh arti dan memberikan kesadaran kepada semua orang bahwa ibu sangatlah berarti.
Bentuk puisi sederhana dipilih Alfian Sulistio untuk membentuk karyanya. Puisi yang lebih bebas dan tidak terikat pada rima ini sangat terlihat pada setiap bagiannya. Sajak antarlariknya tidak begitu diperhitungkan. Beberapa ada yang memperhitungkan sajaknya, namun adapula yang tidak. Meskipun demikian, hal itu tak mengurangi sedikit pun dalamnya makna yang terkandung lewat rangkaian kata pada puisi tersebut. Dua puluh dua Desember diisi dengan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan ibu. Ada beberapa yang mengungkapkan rasa sayangnya kepada ibu melalui sebuah karangan puisi, lagu dan banyak hal lainnya. Begitulah keadaan masyarakat saat puisi ini di publish pada blog di dunia maya tahun 2008 silam. Kesadaran yang masih kurang untuk mengenang jasa-jasa ibu mendorong Alfian untuk mencari kiat agar masalah ini bisa diatasi. Salah satunya dengan membagi cerita lewat puisi. Para anak yang belum begitu menyadari pentingnya seorang ibu dalam kehidupan, membuatnya durhaka dan tidak begitu peduli terhadap kasih sayang ibunya. Suatu saat, kita akan menyadari ketika tak lagi dalam dekapan ibu.