Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II

JUDUL PERCOBAAN :
REAKSI ASAM BASA : ASAM POLIKROMATIK

Disusun oleh : Kelompok VI (enam)


Anggota :
Meutia Rumondang (J2C008036)
Miranti Verdiana (J2C008037)
Moch Syaiful Alam (J2C008038)
Muhamad Arsyad (J2C008039)
Muhamad Syathori (J2C008040)
Muhammad Titis B.M (J2C008041)
Nailys Saadah (J2C008042)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

Abstrak
Telah dilakukan percobaan dengan judul Reaksi Asam Basa : Asam
Polikromatik. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal komponen ion
polkromatik karbonat dan bikarbonat dalam larutan, serta mampu menentukan
banyaknya komponen ion polikromatik karbonat dan bikarbonat dalam larutan.
Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu prinsip hasil kali kelarutan (Ksp) dan reaksi
asam basa serta reaksi netralisasi. Sedangkan metode yang digunakan yaitu
metode reaksi pengendapan dan metode titrasi asidimetri. Reaksi pengendapan
adalah reaksi yang sangat berkaitan dengan hasil kali kelarutan (Ksp). Titrasi
asidimetri adalah penentuan kadar basa dalam suatu larutan dengan larutan asam
yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran. Hasil dari percobaan ini adalah
pada reaksi cuplikan (Na2CO3) dengan CaCl2 menghasilkan endapan CaCO3 yang
mengandung ion karbonat dan ion bikarbonat, adapun banyaknya ion karbonat
pada Na2CO3 yaitu sebesar 1920 mg/liter, sedangkan ion bikarbonatnya sebesar
299,25 mg/liter.

Percobaan 6
Reaksi Asam-Basa : Asam Ploikromatik
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal ion polikromatik karbonat dan bikarbonat dalam larutan
Mampu menentukan banyaknya komponen ion polikromatik karbonat dan
bikarbonat dalam larutan
II.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Asam Basa

Teori asam basa Arrhenius


Arhenius menyatakan bahwa asam basa mempunyai sifat-sifat tertentu
yang dapat mempermudah untuk mengenalnya. Bersifat asam jika zat
itu bereaksi dengan air sehingga melepas ion H + dan bersifat basa jika
zat tersebut bereaksi denga air membentuk ion OH(Brady, 1999)
Teori asam basa Brownsted Lowry
Menurut konsep Brownsted Lowry mengenai asam dan basa, asam
adalah zat yang dapat memberikan ion hidrogen yang bermuatan
positif atau proton (H+) Contohnya HCl dan HNO3. sedangkan basa
didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menerima proton (H+),
contohnya OH- dan NH3
(Fessenden, 1986)
Teori asam basa Lewis
Meskipun banyak reaksi asam basa mencakup perpindahan proton dari
asam ke basa, beberapa reaksi asam basa tidak mencakup perpindahan
proton. Dengan alasan ini, telah dikembangkan konsep Lewis yang
lebih umum mengenai asam dan basa. Asam lewis adalah zat yang
dapat menerima sepasang elektron. Sedangkan basa Lewis adalah zat
yang dapat memberikan sepasang elektron.
(Fessenden, 1986)

Asam Poliprotik
Salah satu contoh asam poliprotik adalah asam karbonat dengan dua
anion yaitu ion karbonat dan ion bikarbonat. Kedua anion tersebut sering
berada bersama-sama dalam larutan. Keberadaannya dapat dibuktikan secara
kualitatif dan kuantitatif. Ion karbonat dan bikarbonat mempunyai ciri-ciri
tersendiri misalnya dengan indikator PP, larutan yang mengandung ion
karbonat akan berwarna merah muda, sedangkan larutan yang mengandung
ion bikarbonat akan menjadi jernih. Asam karbonat bersifat tidak stabil dan
mudah terurai menjadi air dan CO2
H2CO3 (aq) H2O(l) + CO2(g)
Asam yang ditambahkan ke suatu larutan karbonat seperti Na2CO3
cuplikan karbonat yang mudah larut atau ke dalam larutan karbonat yang
sukar larut seperti CaCO3 akan dibebaskan CO2 tersebut sangat kecil. Jika
reaksinya merupakan zat yang kelarutannya cukup besar, konsentrasi dari
ion-ionnya harus besar agar tercapai tingkat lewat jenuh dari garam tersebut.
(Brady, 1999)
Titrasi Asidimetri
Asidimetri adalah penentuan kadar basa dalam suatu larutan dengan
larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran. Syarat-syarat
titrasi dapat dipakai sebagai dasar titran:
1. Reaksi harus berlangsung cepat. Kadang-kadang reaksi dipercepat
dengan pemanasan atau penambahan katalis yang tepat
2. Reaksi harus stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping
3. Salah satu sifat dan system yang bereaksi harus mengalami perubahan
yang besar
4. Harus ada indikator yang digunakan untuk menunjukkan perubahan
tersebut
Dalam asidimetri berlaku ketentuan titik ekuivalen yaitu dimana
jumlah gram ekuivalen asam sama dengan jumlah gram ekuivalen basa.
Dalam

hal ini, 1 grek sebading dengan mol yang dibutuhkan/dilepaskan

dalam reaksi. Jika hubungan antara grek dengan mol bergantung pada reaksi,
misalnya :
Na2CO3 + 2 HCl 2 NaCl + H2O + CO3
Na2CO3 manangkap 2 mol H+ untuk menjadi NaCl, maka 1 mol NaCO32- 2
grek.
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
Na2CO3 menangkap 1 mol H+ maka 1 mol NHCO32- 7 grek
Titrasi asidimetri menggunakan dasar reaksi netralisasi. Oleh karena
itu reaksi dapat digolongkan menjadi :
1. Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat
2. Reaksi antara asam kuat dengan basa lemah
3. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat
4. Reaksi antara asam kuat dengan garam dari asam lemah
5. Reaksi antara basa kuat dengan garam dari asam lemah
(Underwood, 1994)
Ion Karbonat
Ion karbonat merupakan ion berbentuk planar berisi kation yang
berkaitan dalam tiga atom oksigen pada sudut segitiga sama sisi.
Struktur ion karbonat:
-1

O
C
O

-2

O
C

-3

O
C

Ion karbonat dapat dibuat dengan mereaksikan 1 mol CO2 dengan 2 mol
NaOH, dengan reaksi:

CO2 + OH- CO32- + H2O

Kelarutan semua karbonat netral atau normal, kecuali karbonat dari logam
alkali serta amonium tidak larut dalam air.
(Vogel, 1995)

Ion Bikarbonat
Ion bikarbonat dapat dibentuk/dibuat dengan mereaksikan karbonat
bikarbonat dengan kalsium. Mereka terbentuk karena reaksi asam karbonat
yang berlebihan terhadap karbonat normal, baik dalam larutan air atau
suspensi dan terurai pada pendidihan larutan.
Reaksi:
CaCO3 + H2O Ca2+ + 2 HCO32.5.1

Reaksi bikarbonat dengan MgSO4


Penambahan MgSO4 ke larutan bikarbonat yang dingin tidak
menimbulkan endapan, sedangkan endapan putih kalsium karbonat
terbentuk dengan karbonat normal.
Reaksi:

2.5.2

Mg2+ + 2 HCO3- MgCO3 + H2O + CO2

Uji terhadap bikarbonat


Dengan adanya karbonat normal yaitu dengan menambahkan kalsium
klorida yang berlebih pada suatu campuran karbonat. Bikarbonat
diendapkan secara kuantitatif.
Reaksi:

CO32- + Ca2+ CaCO3

Dengan menyaring larutannya dengan tepat, ion-ion bikarbonat lolos


kedalam filtrat. Setelah penambahan amina pada filtrat, maka akan
terbentuk endapan.
Reaksi:
2 NHCO3- + 2 Ca2+ + 2 NH3 2 CaCO3 + 2 NH4+
(Vogel, 1985)
Indikator Asam Basa
Indikator adalah pasangan asam-basa konjugasi yang terdapat dalam
konsentrasi molar kecil sehingga tidak mempengaruhi pH larutan
keseluruhan. Disamping itu, bentuk asam dan bentuk basanya mempunyai
warna yang berbeda yang disebabkan oleh resonansi isomer elektron.
(Rosenberg, 1989)

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, hal ini


akan menyebabkan perubahan warna pada proyek pH yang beda. Macammacam indikator asam-basa :
2.6.1 Indikator PP (fenolftalein)
Merupakan indikator dari golongan ftalein yang banyak digunakan
dalam pelaksanaan pemeriksaan kimia. Indikator PP merupakan
senyawa hablur putih yang mempunyai kerangka faktor sukar larut
dalam air tetapi dapat berinteraksi dengan air sehingga cincinnya
terbuka dan membentuk asam yang berwarna merah dalam keadaan
basa.
CH

CH 2

OH

CH2

CH
C
H
H
C

HC

H 2C

OH

C
H

CH

HC

Struktur fenolftalein
(Basri, 1996)
2.6.2 Indikator Ftalein
Dibuat dengan kondensasi anhidrat ftalein dengan phenol yaitu PP
pada pH 8-9,8 berubah warna menjadi merah.
2.6.3 Indikator Sulfoftalein
Dibuat dari kondensasi anhidrat ftalein dengan sulforat. Yang
termasuk

didalamnya

yaitu

thymol

blue,

m-eresol

purple,

denofenolred.
2.6.4 Metil Orange
Berwarna orange kemerahan, dalam larutan asam dengan pH kurang
dari 3,1. dalam larutan basa dengan pH di atas 4,4. zat ini berwarna

kuning. Dalam larutan asam, metil orange terdapat sebagai hibrida


resonansi dari suatu struktur terprotonkan. Hibrida resonansi ini
berwarna orange kemerahan. Nitrogen tidak bersifat basa kuat dan
gugus terprotonkan melepaskan ion hidrogen pada pH sekitar 4,4.
kehilangan proton ini mengubah struktur elektronik senyawa tersebut
yang melibatkan perubahan warna dari orange kemerahan menjadi
kuning.
(Fessenden, 1986)
Beberapa indikator asam-basa
Indikator
Metil orange

Perubahan warna
Merah ke kuning

Rentang pH
3,1 - 4,4

Metil merah

Merah ke kuning

4,2 - 6,2

Lakmus

Merah ke biru

5,0 - 8,0

Metil ungu

Ungu ke hijau

4,8 - 5,4

Fenolftalein

Tidak berwarna ke merah

8,0 - 9,6
(Underwood, 1999)

Titrasi
Pengertian Titrasi
Suatu metode penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Dalam analisis larutan
asam-basa, titrasi melibatkan pengurangan yang seksama volume suatu
asam dan basa yang tepat saling menetralkan.
(Keenan, 1990)
Titrasi Karbonat
Ketika CO2 diabsorbsi oleh sebuah larutan standar NaOH normalitas
dari larutan akan terpengaruh jika indikator fenolftalein digunakan.
Diutarakan juga bahwa campuran dari karbonat dan hidroksida, atau
karbonat, dapat ditentukan melalui titrasi dengan menggunakan
indikator fenolftalein dan metil orange.

pKa asam karbonat yang pertama adalah 6,34 dan yang kedua adalah
10,36, sehingga perbedaannya adalah 4,02 satuan. Biasanya ion
karbonat dititrasi sebagai basa dengan sebuah titran asam kuat, dimana
dalam kasus ini jelas didapat:
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O
HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O
Fenolftalein dengan skala pH 3,0 sampai 9,6 adalah indikator yang
cocok untuk titik akhir pertama, karena pH sebuah larutan NaHCO 3
adalah (pKa1 + pKa2) atau atau 8,35.
Metil orange dengan skala pH 3,1-4,4 cocok untuk titik akhir yang
kedua. Sebuah larutan CO2 jenuh mempunyai pH sekitar 3,9. tidak
satupun titik akhir terlihat tajam, namun yang kedua dapat secara luas
ditingkatkan dengan menghilangkan CO2. biasanya sample-sample
yang hanya mengandung sodium karbonat (soda abu) dinetralisasi
sampai titik metil orange dan asam yang berlebihan ditambahkan. CO2
dihilangkan dengan mendidihkan larutan dan asam yang berlebih
tersebut dititrasi dengan basa standar.
(Underwood, 1999)
Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan yaitu reaksi yang sangat berkaitan dengan hasil
kali kelarutan (Ksp). Jika hasil kali konsentrasi dengan pangkat yang
semestinya antara dua ion melebihi nilai dari hasil kali kelarutan yang
bersangkutan, maka kombinasi kation dan anion tersebut akan mengendap
dalam larutan kembali mencapai nilai hasil kali kelarutan.
Reaksi:
2 NO3PO4(l) + 3 BaCl2(aq) Na3(PO4)2(s) + NaCl(aq)
(Rosenberg, 1989)

Analisa Bahan
CaCl2
Senyawa putih lembab, cair, larut dalam air. Berat jenis 2,15, titik leleh
772 oC, titik didih 7600 oC . ada sejumlah bentuk terhidrasi, antara lain
monohodrat (CaCl2, H2O), dihidrat (CaCl2, 2 H2O). kebanyakan
kalsium klorida dibentuk sebagai hasil samping.
(Daintith, 1994)
NH3
Gas tidak berwarna, bau menyengat, titik leleh -74 oC, titik didih -30,9
o

C. sangat larut dalam air dan alcohol. Dapat dibuat dengan

mereaksikan garam amonium dengan basa seperti kalsium hidroksida


atau dengan hidrolisa suatu hidrida.
(Basri, 1996)
HCl
Merupakan asam kuat dan elektrolit kuat, tidak berwarna, titik didih
-85,03 oC, titik leleh -114,19 oC, dapat digunakan sebagai agen
pereduksi.
(Daintith, 1994)
Metil Orange
Zat warna organik yang digunakan dalam indikator asam-basa.
Berubah merah dibawah pH 3,1 dan menjadi kuning di atas pH 4,4 (25
o

C) digunakan pada titrasi yang melibatkan basa lemah. Merupakan

suatu basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekulnya.


Na

O3
S

Na

O3
S

N(CH3 )2 + H3 O

N(CH3)2 + H2O

(Basri, 1996)

Fenolftalein
Zat warna yang digunakan sebagai indikator asam-basa, tidak
berwarna dibawah pH 8 dan berwarna merah di atas pH 9,6. senyawa
ini digunakan dalam titrasi yang melinatkan asam lemah dan basa kuat
dan digunakan pula sebagai pencahar.
(Daintith, 1994)
Aquades
Merupakan persenyawaan hidrogen dan oksigen, tidak berbau dan
tidak berasa, tidak berwarna, titik beku 0 oC, titik didih 100 oC, bersifat
polar.
(Basri, 1996)

III.

METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan

Alat
- gelas beker

- gelas ukur

- pipet tetes

- corong

- kertas saring

- pengaduk

- buret

- statif

- erlenmeyer
3.1.2

Bahan
- CaCl2

- Fenolftalein (PP)

- NH3

- HCl

- Metil orange

- Aquades

Gambar Alat

Gelas beker

Gelas ukur

Corong

Pengaduk

Erlenmeyer

Statif

Pipet
Buret
Kertas saring
Rangkaian alat titrasi

3.3. Skema Kerja


3.3.1. Mengenali adanya ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan

10 mL cuplikan
Gelas beker
Penambahan CaCl2
Endapan kalsium karbonat
Penyaringan
Endapan

Filtrat
Penambahan sedikit amonia
Larutan menjadi keruh
dan terbentuk endapan
putih

3.3.2. Menghitung banyaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan

10 mL cuplikan
Erlenmeyer 100 mL
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan larutan standar 0,1 N HCl
Pencatatan volume HCl

10 mL cuplikan
Erlenmeyer 100 mL

Penambahan 2 tetes metil orange


Titrasi dengan larutan standar 0,1 N HCl
Pencatatan volume HCl
Kadar ion karbonat
dan bikarbonat

IV. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Mengenali ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan
Perlakuan
Cuplikan + CaCl2

Hasil
Larutan menjadi keruh

Penyaringan

dan terbentuk endapan

Reaksi

Na2CO3 + CaCl2
Penambahan amonia

Larutan bening tapi

CaCO3 + 2 NaCl

lama kelamaan menjadi


keruh
4.1.2 Menghitung banyaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan
Percobaan

Volume cuplikan (mL)

Cuplikan 1
Cuplikan 2
Cuplikan 3
Cuplikan 4

10 Ml
10 mL
10 mL
10 mL

Volume HCl (mL)


Larutan 1
Larutan 2
3,2 mL
3,7 mL
3,4 mL
3,5 mL
3,2 mL
3,5 mL
3,0 mL
3,8 mL

4.2 Perhitungan
3,2 + 3,4 + 3,2 + 3
= 3,2
4
3,7 + 3,5 + 3,5 + 3,8
Rata-rata larutan 2 =
= 3,625
4

Rata-rata larutan 1 =

Rata rata larutan 1 lebih kecil daripada rata-rata larutan, maka cuplikan
mengandung ion karbonat dan ion bikarbonat.
Diketahui:
Ditanya:

x larutan 1 = 3,2

vol. cuplikan (Na2CO3) = 10 mL

x larutan 2 = 3,625

NHCl = 0,1 N

kadar karbonat ?
kadar bikarbonat ?

Penyelesaian: Kadar karbonat

=
=

Kadar bikarbonat =

mg

x lar.1 NHCl 60000


cuplikan( mL)

3,2 0,1 60000


mg
= 1920
L
10mL

( x lar .2 x lar.1) NHCl 61000


cuplikan( mL)

(3,625 3,2) 0,1 61000 mg


L
10mL
0,425 0,1 61000 mg
=
L
10mL

= 259,25 mg

V. PEMBAHASAN
5.1. Mengenali adanya ion karbonat dan bikarbonat dalam suatu larutan
Percobaan ini bertujuan untuk mengenali ada atau tidaknya ion
karbonat dan bikarbonat dalam suatu cuplikan. Cuplikan yang dipakai
dalam percobaan ini adalah Na2CO3. Prinsip dari percobaan ini adalah
hasil kali kelarutan (Ksp). Metodenya adalah reaksi pengendapan.
Dalam percobaan ini direaksikan Na2CO3 dengan CaCl2 yang
menghasilkan endapan putih.
Reaksi:

Na2CO3 + CaCl2 CaCO3 + 2 NaCl


(Vogel, 1985)

Endapan CaCO3 dapat terbentuk karena harga Ksp dari CaCO3 ( 8,7
x 10-9) (wikipedia.com) telah terlampaui dari hasil kali ion-ionnya, yaitu
[CO32-] dan [Ca2+] hal ini disebabkan karena penambahan CaCl2 secara
berlebih. Endapan yang terbentuk kemudian disaring setelah itu diambil
filtratnya dan ditambah NH3 sampai larutan menjadi keruh serta terbentuk
endapan putih. Endapan ini menandakan bahwa dalam filtrat masih
terdapat ion bikarbonat. Endapan terjadi karena larutan sudah lewat jenuh.
Ion bikarbonat terjadi karena adanya penambahan hidrogen
CaCO3 + CO2 + H2O 2 HCO3- + Ca2+
Ca2+ + HCO3- + NH3 NH4+ + CaCO3
(Vogel, 1985)
NH3 bisa mengikat H+ dari HCO3- karena NH3 merupakan basa dan akan
menjadi basa konjugasi (NH4+), sedangkan HCO3- adalah asam yang dapat
mendonorkan proton (H+)
5.2. Menghitung banyaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam suatu larutan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung kadar ion
karbonat dan bikarbonat dalam suatu larutan. Prinsip percobaan ini adalah
reaksi asam basa dan reaksi netralisasi. Metode yang digunakan adalah
metode titrasi asidimetri yang digunakan untuk menentukan kadar basa
dalam suatu larutan dengan menggunakan larutan asam yang telah

diketahui konsentrasinya dan titrasi ini menggunakan dasar reaksi


netralisasi.
Dalam proses titrasi antara HCl 0,1 N dan Na2CO3 yang berperan
sebagai titran adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya yang
dimasukkan dalam buret, yaitu HCl sedangkan Na2CO3 berperan sebagai
larutan titrat yaitu larutan yang belum diketahui konsentrasinya yang
ditempatkan dalam erlenmeyer. Sebelum titrasi dilakukan, ditambahkan
fenolftalein pada Na2CO3 sebagai indikator asam basa dan warnanya
berubah menjadi merah muda yang menandakan Na2CO3 bersifat basa.
Karena indikator PP mempunyai rentang pH 8,2 10,5 (Brady, 1999) dan
indikator ini menghasilkan warna merah muda pada suasana basa.
Penitrasian dengan HCl dihentikan ketika warna merah muda hilang dan
perubahan warna merah muda menjadi bening menunjukkan keberadaan
ion karbonat telah habis. Ion bikarbonat tidak menghasilkan warna ketika
ditambahkan dengan indikator PP karena ion bikarbonat bersifat asam
lemah, dimana indikator PP tidak akan memberikan warna pada suasana
asam.
Selanjutnya ditambahkan metil orange sebagai indikator dan warna
berubah menjadi warna kuning yang berarti bahwa larutan bersifat asam
dan penitrasian dengan HCl dihentikan ketika warna kuning menjadi
orange yang berarti ion bikarbonat telah habis dan membentuk asam
karbonat. Indikator metil orange memiliki rentang pH 3,1 4,4.
Pada titrasi ini digunakan 2 indikator yaitu fenolftalein dan metil
orange, hal ini dimaksudkan karena ion karbonat dan bikarbonat memiliki
sifat keasaman yang berbeda, hal ini nampak dari besarnya nilai Ka ion
CO32- sebesar 5 x 10-11 dan Ka HCO3- sebesar 4 x10-7 (scribd.com).
Sehingga rentang pH yang dihasilkan dari kedua ion tersebut akan berbeda
pula. Oleh karena itu dibutuhkan 2 indikator yang memiliki rentang pH
yang berbeda juga untuk mengidentifikasi ion CO32- dan HCO3-.
Lalu pada percobaan ini, volume HCl pada titrasi pertama lebih
kecil daripada volume HCl pada titrasi ke-2, hal ini menunjukkan bahwa

Na2CO3 mengandung ion CO32- dan HCO3-. Reaksi perubahan ion CO32menjadi ion HCO3- terjadi pada pH 8,2 , oleh karena itu digunakan
indikator PP yang mempunyai rentan pH 8,2 10,5 (Brady, 1999). reaksi
perubahan ion HCO3- menjadi H2CO3 terjadi pada pH 3,1 , oleh karena itu
digunakan indikator metil orange yang memiliki rentang pH 3,1 4,4
(Brady,1999). Dari percobaan didapat hasil kadar ion karbonat pada
Na2CO3 sebesar 1920 mg

mg

, sedangkan ion bikarbonatnya sebesar 259,25

VI. KESIMPULAN
6.1 Reaksi antara cuplikan Na2CO3 dengan CaCl2 menghasilkan endapan
CaCO3 yang mengandung ion karbonat dan bikarbonat. Terbentuknya
ketika penambahan NH3 menunjukkan adanya ion bikarbonat.
6.2 Ion karbonat pada Na2CO3 yaitu sebesar 1920
bikarbonatnya sebesar 259,25 mg

mg

, sedangkan ion

DAFTAR PUSTAKA
Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Brady, J.E., 1999, Kimia Universitas, Binarupa Aksara, Jakarta
Daintith, J., 1994, Kamus Kimia Lengkap, Oxford edisi baru, Erlangga,
Jakarta
Fessenden, R., 1986, Organic Chemistry, 2nd edition, Willard Grant Press
Publisher, USA
Keenan, C., 1990, Ilmu Kimia Untuk Universitas, edisi ke-enam, The
University of Tennese Knoxvill, Erlangga, Jakarta
Rosenberg, J.L., 1989, Kimia Dasar, edisi ke-enam, Erlangga, Jakarta
Underwood, 1994, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-empat, Erlangga,
Jakarta
Underwood, 1999, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-lima, Erlangga,
Jakarta
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro,
edisi ke-lima, P.T. Kalman Media Pustaka, Jakarta
Vogel, 1995, Organic Chemistry, American Book Company, New York
www.scribd.com/doc/3274102/table-Ka-pKa
www.wikipedia.com

LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 13 Mei 2009
Praktikan,

Meutia Rumondang
J2C008036

Miranti Verdiana
J2C008037

Moch. Syaiful Alam


J2C008038

Muhamad Arsyad
J2C008039

Muhammad Syathori
J2C008040

Muhammad Titis B.M


J2C008041

Nailys Saadah
J2C008042
Mengetahui,
Asisten,

Maranti Sianita
J2C005126

Anda mungkin juga menyukai