Anda di halaman 1dari 3

Biasanya bentuk batang yang berbeda-beda ini, volume tiap bentuk batang dapat ditaksir atau dihitung dengan

rumus yang berbeda-beda pula. Rumus volume untuk ketiga macam masingmasing bentuk batang tersebut adalah sebagai berikut: A. Bagian pangkal (neiloid): V= L/20 (D2+D3/2d1/2+Dd+D3/2+d2) B. Bagian tengah (Parabolid) V= L/20 (D2+d2) Untuk silindris berarti D=d C. Bagian atas (konus) V= L/20 (D2+Dd+d2) Keterangan V L D D :

= Volume batang = Panjang batang = Diameter batang bagian pangkal = Diameter batang bagian ujung (Avery dan Bukhart, 1983).

Angka Bentuk Batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau panjang sama. Sebelum menentukan angka bentuk dari suatu pohon kita terlebih dahulu harus mengetahui diameter, tinggi, luas bidang dasar dan yang lainnya atau sering disebut juga dengan para meter pohon. Bentuk batang berkaitan dengan perubahan diameter batang karen perubahan tinggi pengukuran. Karena perbedaan diameter pada batang macam bentuk batang yaitu: 1. Pada batang, bentuk neiloid 2. Pada bagian tengah, bentuk silinders atau paraboloid Bentuk slindris adalah bagian pohon yang mempunyai diameter sama antara bagian panjang dengan bagian ujung dari batang tersebut. Bentuk paraboloid berarti diameter ujung lebih kecil dengan perubahan yang melengkung ke arah poros pada bagian ujung batang. 3. Pada bagian ujung (konus) (Husch, 1987). Angka bentuk digunakan untuk menentukan volume pohon dengan pendekatan rumus volume silinder terkoreksi dengan rumus : V = . . d2 . h . f

Parameter-parameter yang diukur dari setiap pohon adalah diameter setinggi dada, tinggi pohon, dan diameter per seksi. Pengukuran diameter untuk jenis Rhizophora apiculata diukur pada ketinggian 20 cm di atas akar tunjang yang paling atas sedangkan untuk jenis Bruguiera gymnorrhiza diukur pada ketinggian 20 cm di atas banir. Volume pohon dihitung dengan pengukuran diameter perseksi, dengan panjang tiap seksi 2 meter (pada batang) dan 1 m (pada cabang) sampai dengan diameter terkecil 7 cm, termasuk pula cabang/ranting yang masih dapat dimanfaatkan. Pengukuran diameter perseksi ini dilakukan pada pohon yang telah ditebang dengan menggunakan pita ukur keliling. Volume pohon contoh diukur dengan menjumlahkan volume seksi-seksi pohon yang bersangkutan, yang dihitung dengan menggunakan rumus Smalian. Penaksiran volume yang hanya menggunakan diameter saja sebagai peubah penaksir didasarkan atas asumsi bahwa pohon-pohon dengan diameter sama akan memberikan volume yang sama pada kondisi tempat tumbuh yang sama. Asumsi tersebut dapat diterima apabila antara tinggi dengan diameter terdapat hubungan yang erat. Alternatif-alternatif model persamaan regresi yang akan dipergunakan dalam penyusunan tabel volume ini dipilih persamaan-persamaan sebagai berikut : 26

V = a D b .................................................................................................................... (1) V = a D b T c ............................................................................................................. (2) dimana:


V = Volume total pohon D = Diameter pohon T = Tinggi pohon a,b,c = Konstanta

Metoda yang digunakan dalam penyelesaian persamaan regresi-regresi tersebut diatas adalah dengan metode kuadrat terkecil (Least Square Methods). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan paket program minitab Release 11. Tingkat ketelitian hubungan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (r2). Sedangkan tingkat keeratan hubungan antar peubah ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r). Makin besar nilai r2 dan r maka model makin baik. Menurut Prodan (1965), persamaan regresi sebagai penduga volume pohon cukup seksama jika persamaanpersamaan tersebut memberikan kesalahan baku (SE) maksimum 25% untuk persamaan regresi dengan peubah bebas diameter dan maksimum 20% untuk persamaan dengan peubah bebas tinggi dan diameter. Kriteria lain yaitu besarnya simpangan rata-rata dan simpangan agregat. Jika dari penduga volume pohon terhadap isi sebenarnya masing-masing kurangdari 10% dan 1% (Spurr, 1952; Prodan, 1965; Marcellino 1966 dalam Bustomi 1988). Suatu model regresi dapat dipergunakan untuk menduga dengan baik, apabila salah satu asumsi penting mengenai kenormalan dari nilai sisaan (ei) dipenuhi. Oleh karena itu perlu dilihat apakah sisaan tersebut menyebar normal atau tidak. Dengan menggunakan program minitab, kenormalan, kehomogenan ragam sisaan serta keaditifan model dapat

Anda mungkin juga menyukai