Anda di halaman 1dari 8

Tingkat Kebutuhan Perawatan Periodontal Berdasarkan Kunjungan Pasien di RSGM FKG Universitas Jember Bulan Agustus 2009-Agustus 2010

(The Periodontal Treatment Needs Based on Incoming Patient at RSGM Dental Faculty Jember University August 2009 August 2010)

Rendra Chriestedy, Desi Sandra Sari, Yuliana Mahdiyah Daat Arina Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

DIPRESENTASIKAN PADA NATIONAL SCIENTIFIC SEMINAR IN PERIODONTICS 1 (NASSIP) SURABAYA 26-27 NOPEMBER 2010

Tingkat Kebutuhan Perawatan Periodontal Berdasarkan Kunjungan Pasien di RSGM FKG Universitas Jember Bulan Agustus 2009-Agustus 2010

Rendra Chriestedy*, Desi Sandra Sari*, Yuliana Mahdiyah Daat Arina* *Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Rendra Chriestedy, FKG Universitas Jember Jalan Kalimantan 37 Jember, (0331) 331991,
email : drg.chriestedy@yahoo.com

Abstract The aim of this study was to know periodontal treatment needs from patient that come to RSGM department periodontics faculty of dentistry Jember University. The study population comprised 530 adolescence (15 55 years).A observasional study was conducted at RSGM faculty of dentistry jember university. There is 6% individuals were observed with a healthy periodontium, 8% with bleeding on probing (score 1), moderate pocketing (4 - 5 mm, score 3) was recorded 18%, deep pocketing ( > 6 mm) and * was recorded 2,3% and 0,7%. The highest periodontal score is score 2 (calculus) with 76 % individuals. CPITN score 2 is the highest score total with 2279 (76%) rather than another. We conclude that periodontal treatment need patients that come to periodontics department is very high especially score 2 ( age 15-25 ) treated with DHE and scalling. Key words : CPITN, observasional study,periodontal treatment

PENDAHULUAN Untuk memberikan pelayanan yang adekuat bagi komunitas tertentu, seringkali perlu ditentukan kebutuhan perawatan. Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) adalah sebuah indeks yang dikembangkan oleh WHO untuk evaluasi penyakit periodontal dalam survei penduduk. Dapat di gunakan untuk melihat kondisi jaringan periodontal pada suatu kelompok atau subpopulasi dari sejumlah penelitian1. Indeks tersebut dapat memberikan sejumlah informasi mengenai prevalensi dan keparahan penyakit, tapi kegunaan utamanya adalah mengukur kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal dan juga merekomendasikan jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit periodontal2. Penilaian klinis terhadap tanda penyakit periodontal adalah sangat penting untuk menegakkan diagnosa penyakit periodontal. Dalam suatu penelitian epidemiologi, teknik-teknik metodologi harus berdasarkan patogenesis penyakit dan penyebarannya. Untuk mengetahui karakteristik status periodontal dilakukan penelitian-penelitian

epidemiologi dengan mengukur tempat-tempat tertentu di kedua rahang dengan berbagai kondisi klinis pada setiap individu3. Community Periodontal Index of Treatment Needs merupakan suatu survey akan kebutuhan perawatan periodontal yang memberi informasi akan prevalensi dan keparahan dari suatu penyakit periodontal. Sistem kebutuhan perawatan periodontal telah dimodifikasi menjadi CPITN pada tahun 1978 dan disadur dari epidemiologi survei oleh WHO dan FDI. Modifikasi ini termasuk merekomendasikan penggunaan probe WHO, menggunakan gigi molar dan gigi insisivus pertama kanan sebagai indeks gigi, dan tambahan kategori dengan poket lebih dari 6 mm yang membutuhkan perawatan komplek seperti bedah atau root planning dengan anastesi4. Keuntungan dari CPITN adalah sederhana dan cepat, lebih akurat dibanding dengan Periodontal Index dalam hal mengidentifikasi keparahan penyakit dan kebutuhan perawatan dengan menggunakan periodontal probe sehingga lebih spesifik. Kerugiannya pencatatan CPITN hanya berdasar pada indeks gigi, dan mungkin over estimate terhadap tingkat keparahan, tidak melibatkan attachment loss penomoran sekstan yang akan merubah klasifikasi setelah perawatan5. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kebutuhan perawatan periodontal pada pasien yang datang ke RSGM FKG Universitas Jember periode Agustus 2009 sampai Agustus 2010. yang

menggambarkan periodontitis pada saat dahulu atau sekarang dan kesalahan dalam

METODOLOGI PENELITIAN

Subjek penelitian Jenis penelitian adalah penelitian observasional. Sampel dari penelitian adalah pasien yang datang ke RSGM FKG Universitas Jember dari bulan agustus 2009 sampai Agustus 2010 dengan umur 15-55 tahun dengan Jumlah keseluruhan sampel sebanyak 530 orang. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan CPITN menggunakan probe periodontal WHO yang didesain secara khusus yakni ujungnya bulat diameter 0,5 mm, terdapat kode warna hitam yang sesuai dengan kedalaman 3,5-5,5 mm. Pengukuran dibagi menjadi 6 sektan (4 gigi

posterior dan 2 gigi anterior), pada gigi molar ketiga tidak dilakukan perhitungan kecuali kalau fungsi giginya tersebut menggantikan molar kedua. Setiap gigi pada masing-masing sektan diukur kedalaman sulkusnya, kemudian dicatat skor yang tertinggi. Gigi yang diperiksa adalah :

17 47

16 46

11 31

26 36

27 37

Kriteria skoring CPITN:

0 = Periodonsium sehat 1 = Terdapat perdarahan setelah probing 2 = Terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling margin gingiva, tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3 mm ( kode warna pada probe semuanya tampak) 3 = Terdapat poket dengan kedalaman 4 atau 5 mm (jika probe diinsersikan pada poket, daerah warna probe tampak sebagian) 4 =Terdapat poket lebih dari 6 mm (jika probe diinserikan pada poket, daerah warna probe seluruhnya masuk kedalam poket dan tidak tampak kode warna) * = Terdapat keterlibatan daerah furkasi atau loss attachment dengan kedalam poket lebih dari 7 mm Pengumpulan data dilakukan dengan kartu status yang berisi karakteristik sosiodemografi dan pengukuran penyakit periodontal dengan menggunakan CPITN. Analisis data dilakukan dengan cara tabulasi dan persentasi.

HASIL Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan hasil seperti pada table yang tertera dibawah ini : Tabel 1. Demografi karakteristik sampel Karakteristik Jumlah Sex Male 251 Female 377 Age 15 25 425 26 35 32 36 45 55 46 55 18 % 40 60 80 6 10 4

Pada tabel 1. Menunjukkan bahwa demografi karakterisitik yang berjumlah 530 sampel dengan perbandingan jumlah sampel laki-laki sebanyak 251 orang (40%) dan jumlah sampel wanita sebanyak 377 orang (60%). Berdasarkan usia (age) didapatkan bahwa rata-rata terbanyak pada kisaran usia 15-25 tahun yakni sebanyak 425 sampel (80%) dan yang paling terendah pada kisaran usia 46-55 tahun sebanyak 18 sampel (4%).

Tabel 2. Skor CPITN tertinggi (jumlah sampel) CPITN score 0 score 1 score 2 score 3 score 4 score * Jumlah subjek 0 14 403 95 12 6 Prosentase (%) 0 3 76 18 2,3 0,7

Hasil CPITN pada table 2. diatas menunjukkan bahwa skor CPITN tertinggi adalah skor 2 (76%), skor 3 (kedalaman poket 4-5 mm) sebanyak 18%, pada skor 1 (BOP +) dijumpai sebanyak 3% ; sedangakan pada skor 4 (poket > 6 mm) dan skor * (poket >7 mm) didapatkan prosentase sebesar 2.3 % dan 0,7 %.

Tabel 3. Skor CPITN tertinggi CPITN 0 1 2 3 4 *

Jumlah 166 244 2279 284 25 5

Prosentase (%) 6 8 76 9 0,8 0,2

Tabel 3 memperlihatkan skor CPITN yang tertinggi pada skor 2 (kalkulus) dimana jumlah total skor sebesar 2279 (76%) dan skor terendah pada skor * (poket > 7 mm) dengan jumlah total 5 (0,2%).

PEMBAHASAN Adanya tingkat prevalensi penyakit periodontal yang tinggi dapat menjelaskan bahwa pada populasi tersebut telah ditemukan adanya mikroorganisme periodontopatik yang meningkat baik dalam poket maupun pada mukosa mulut di berbagai tempat di rongga mulut6. Mizayaki, dkk., (1991)7, dalam artikelnya melaporkan tentang survey CPITN pada 2 kelompok umur (19 tahun dan 35 - 44 tahun). Laporan tentang kondisi periodontal dilakukan pada kelompok dewasa lebih dari 100 survei di 60 negara. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah kalkulus (score 2) baik dengan maupun tanpa perdarahan. Pada umumnya poket antara 4 dan 5 mm (score 3) hanya terjadi dalam perbandingan individu dan juga hanya terjadi dalam perbandingan kecil dari sekstan. Usia dipertimbangkan sebagai salah satu faktor resiko bagi penyakit periodontal, seperti prevalensi dari penyakit periodontal yang bervariasi sejalan bertambahnya usia. Pada penelitian ini kelompok usia 15-25 memiliki skor 2 (kalkulus) yang lebih tinggi dibanding kelompok umur lainnya, hal ini didukung penelitian Vandana dan Reddy (2007)8 bahwa gingivitis sudah tampak pada semua kelompok umur tetapi yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun. Berdasakan data penelitian yang telah dilakukan menujukkan bahwa sampel yang paling banyak adalah wanita sebesar 80%. Sampel pria dan wanita menderita gingivitis dan periodontitis. Tetapi wanita lebih sering mengalami periodontitis, hal ini

dikarenakan perubahan hormonal dimana wanita memiliki siklus menstruasi, hamil ataupun pubertas8. Kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal dari penelitian ini adalah oral hygiene dan scalling ( skor 2) sekitar 76% sedangkan untuk perawatan komplek (skor *) dengan poket lebih dari 7 mm hanya sekitar 0,2 %. Hal ini dikarenakan kondisi sosioekonomi dari pasien yang datang ke bagian periodonsia RSGM FKG lebih dominan adalah pelajar atau mahasisiwa yang pengetahuan dan kesadaran akan kebersihan rongga mulut tinggi.

KESIMPULAN

Kebutuhan perawatan periodontal pasien yang datang pada bagian periodonsia RSGM FKG universitas jember sangat tinggi pada usia 15-25 tahun dengan skor 2 (kalkulus) dengan perawatan DHE dan scalling. Hal ini diduga karena faktor kurangnya kesadaran memelihara kesehatan gigi dan mulut secara adekuat.

SARAN Perlu dilakukan penyuluhan dan perawatan periodontal yang berkesinambungan serta melakukan kunjungan periodik ke dokter gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Pilot T, Miyazaki H, 1994, Global Results:15 years of CPITN epidemiological, Int Dent J, 44:553-560 Cuttres, T.W., Ainamo, J., Sardo-Infirri J, 1987, The Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) Prosedure for Population Groups nd Individuals, Int Dent J, 37(4):222-233 Arief, E.M., Lambri, S.E., Van der Velden, Van der Weijden, 1995, Prevalensi Periodontitis pada suatu Populasi Penduduk Indonesia yang berumur 22-32 tahun di sebuah Perkebunan Teh Jawa Barat, Jurnal PDGI 44(3): 58-62 Oliver, R.C., Brown L.J., Loe, H, 1993, Periodontal Treatment Neds Periodontology 2000 Vol 2: 150-160 Bassani, D.G., Maciel da Silva, C., Oppermann, R.V., 2006, Validity of the Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) for Population Periodontitis Screening, Cad. Sauda Publica, 22(2):277-283 Van Winkelhoff, A.J., Van der Weijden, G.A., Armand, S, Van der Welden, U. And De Graaf, J. (1991).Untreated periodontal Disease in Indonesian Adolescents. III : Microbiological aspects. Journal Dental Research 70, 750, abstract: 87 Miyazaki, H., Pilot., Leclerq, M.H., and Barnes, D.E. (1991). Profiles of periodontal conditions in adolescente measured by CPITN. International Dental Journal 41, 67 -73 Vandana, KL., Reddy Sesha, M., (2007). Assesment periodontal status in dental fluorosis subject using community periodontal index of treatment needs. Indian Journal of Dental Research. Vol.18.Issue : 2. Page 67-71.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Anda mungkin juga menyukai