Laporan Awalpengujian Kekerasan
Laporan Awalpengujian Kekerasan
a. Talc b. Gipsum
f. Orthoclase g. Quartz
Bila suatu material mampu digores oleh Fluorite tetapi tidak mampu digores oleh calcite maka kekerasan mineral berada pada calcite dengan fluorit. Kelemahan metode ini adalah ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. 2. Metode Elastik /Pantul (Dynamic Hardness) Metode ini menggunakan alat Shore Scleoroscope yang gunanya untuk mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut yang ditunjukkan oleh dial pada alat pngukur maka kekerasan benda uji dinilai semakin besar. 3. Metode Lekukan / Indentasi (Indentation Hardness) Pengujian ini dilakukan dengan memberikan tekanan pada benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Metode ini diklasifikasi sebagai berikut: a. Metode Brinell Diperkenalkan pertama kali oleh J.A Brinell. Pengujian kekerasan berupa pembentukan lekukan pada logam dengan memakai bola baja berdiameter 10mm dan diberi beban 3000kg. Untuk logam lunak, beban dikurangi hingga tinggal 500kg, untuk menghindari jejak yang dalam. Untuk bahan yang keras, digunakan
paduan karbida tungsten sebagai pemerkecil terjadina distorsi indentor. Angka kekerasan Brinell dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. Rumus untuk angka kekerasan tersebut adalah
BHP =
dimana,
P = beban yang diterapkan (Kg) D = diameter bola (mm) d = diameter lekukan (mm) t = kedalaman jejak (mm)
Geometri uji Brinell adalah aksi simetrik sebagai lawan terhadap regangan bidang. Shaw dan DelSalvo memperlihatkan bahwa daerah plastik di bawah penumbuk tumpul, berlainan dengan slip, tetapi sangt mirip dengan daerah batas elastis-plastis berupa garis-garis tegangan gesre maksimun konstan di bawah bola yang menekan pelat dasar
b. Metode Vickers Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya berbentuk bujur sangkar dengan Besar sudut .
b
gambar 2 Tipe-tipe lekukan hasil metode Vicker
Prinsip pengujian adalah sama dengan metode Brinnel, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal ukur dengan skala pada mikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh : VHN = 1.854 P / d2 Dimana d adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak berbentuk bujur sangkar
Penggunaan intan berbentuk piramida pada metode ini sangat menguntungkan karena dapat digunakan untuk memeriksa bahan-bahan dengan kekerasan tinggi disamping itu, bentuk dan geometri jejak yang dihasilkan tidak banyak terpengaruh oleh besarnya beban yang diberikan sehingga besarnya beban tidak perlu dikontrol terlalu ketat seperti halnya pada metode Brinnel.
d. Metode Rockwell
Uji kekerasan Rockwell sering digunakan karena cepat, bebas dari kesalahan manusia, mampu membedakan kekerasan paling kecil pada baja yang diperkeras. Uji ini berbeda dengan uji Brinell dan Vickers karena pada uji ini tidak menilai kekerasan suatu bahan dari diagonal jejak yang dihasilkan tetapi dengan pembacaan langsung (direct reading). Di bawah ini adalah contoh uji keras Rockweel yang diterapkan pada beban kecil sebesar 10 kg untuk menempatkan benda uji :
e. Metode knoop Merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji kekerasan dengan benda uji yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembesaran dibagi dengan luas penampangyang terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm-0.1 mm dan beban yang digunakan sebesar 5g-5kg. permukaan benda uji harus benar-benar halus KHN = 14.2 / l2
1. Menyiapkan sampel uji kekerasan berbentuk silinder dengan cara melakukan pengamplasan dan pemolesan yang memadai,
diindikasikan dengan permukaan benda uji yang cukup mengkilat. 2. memastikan bahwa peralatan uji telah diset up dengan baik. Memasang indentor denga seksama 3. memilih beban yang sesuai 4. memutar poros tempat dudukan benda uji searah jarum jam hingga indentor menyentuh benda uji. Menjaga agar indentor tidak menghujam benda uji 5. memutar terus poros dudukan sampel hingga jarum merah kecil pada lingkaran dalam menyentuh batas merah setelah benda uji bersentuhan dengan indentor 6. memutar tuas beban ke arah belakang lalu lepaskan tuas tersebut hingga berputar perlahan-lahan 7. melepas kontak indentor dengan benda uji, yaitu dengan memutar poros dudukan berlawanan arah jarum jam. 8. melakukan tahapoperasional di atas untuk benda uji lain 9. mengukur diameter jejak indentasi dengan menggunakan mikroskop pengukur jejak. Mencatat hasil pengukuran 10. menghitung nilai kekerasan 2.1.b. Metode Brinnel (sampel uji tarik) 1. mengamplas bagian grip sampel uji tarik 2. menempatkan sampel dalam pemegang khusus (anvil) dalam posisi horizontal 3. memilih indentor dan beban yang sesuai 4. Melakukan pengujian Brinnel pada beberapa lokasi minimal 3 titik 5. mengukuir diameter jejak yang dihasilkan. Menghitung nilai kekerasan dan membandingkan dengan nilai yang diperoleh dari sampel uji silinder pejal. Menggunakan keduanya untuk mengestimasi nilai kekuatan tarik logam
6. mengulangi operasional diatas untuk benda uji lain 2.1.c. Metode Rockwell 1. mempersiapkan benda uji 2. Memasang indentor yang sesuai 3. Memasang beban yang sesuai, lihat buku mannual alat 4. memutar ring dari dial pembaca sehingga jarum panjang berwarna hitam menunjuk angka nol pada skala. Menyesuaikan skala tersebut dengan metode Rockwwell tang dipilih 5. melakukan preload dengan memutar poros dudukan benda uji searah jarum jamhinggga jarum kecil pada dial pembaca menyentuh batas merah 6. Melakukan pembebanan dengan memutar tuas beban kebelakang dengan hati-hati. Membiarkan tuas bergerak dengan halus selama beberapa waktu , sekitar 10-15 sekon 7. Mengembalikan tuas beban ke posisi semula 8. Membaca nilai kekerasan material pada dial 9. Melepaskan benda uji 10.Mengulangi pengujian untuk lokasi dan material lain. 2.1.d. Pengujian kekerasan Makro 1. Menyiapkan benda uji dengan tahapan-tahapan uji metalografi. Menggunakan zat etsa nital 3 % untuk memperoleh fasa penting dalam material tersebut. Mengkonsultasikan dengan teknisi lab bila menemui masalah 2. menempatkan benda uji pada dudukan dengan permukaan yang akan diuji tegak lurus terhadap indentor intan 3. Menyalakan instrumen Micromet. 4. memutar turet indentor lensa obyektif hingga diperoleh perbesaran 40 x 5. Mengatur fokus struktur mikro benda uji dengan memeutar handle pengangkat di bagian samping alat uji. Mendapatkan tingkat
pencahayaan yang sesuai dengan mengontrol iluminasi dibagian samping 6. menentukan lokasi (fasa) yang akan diuji 7. memilih beban yang sesuai dengan memutar dial beban 8. mengatur waktu indentasi . bila diperlukan menggunakan acuan standar ASTM 9. Memutar turet indentor lensa obyaktif hingga diperoleh possisi indentor 10. melaukan indentasi dengan menekan tombol start 11. menunggu agar lampu indikasi loading benar-benar berhenti menyala. 12. memutar turet ke posisi lensa obyektif kembali (40)x dan mulai mengukur lebar jejak. Pengukuran dilakukan denga memutar left fillr adjusment knob sehingga bagian garis kiri terdalam menyentuh ujung kiri terluar dari jejak 13. memutar right fillar adjusment knob sehingga bagian kanan terdalam dari right fillar line brimpit dengan bagian kiri terdalam left fillar line. Memperhatikan skala nol pada right micrometer yang terletak pada fillar adjusment knob 14. memutar right fillar adjusment knob sehingga garis kanan akhirnya mencapai ujung kanan terluar dari jejak. Inilah jarak diagonal dari jejak pada benda uji. 15. mengulangi langkah pengukuran untuk jarak diagonal lainnya dengan memutar kedua adjusment knob dalam posisi vertikal 16. menghitung nilai kekerasan fasa 17. mengulangi pengujian untuk lokasi dan fasa lain
Daftar Pustaka
George E. Dieter, Metalurgi Mekanik, terj. Sriati Djaprie Modul Praktikum Metalografi. 2013. Depok : Laboratorium Metalografi dan Perlakuan Permukaan & Panas Departemen Metalurgi dan Material FTUI