Anda di halaman 1dari 46

1

I. Mata Acara Praktikum : Uji Toksisitas Akut/ Lethal

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakan
Ekotoksikologi perairan merupakan salah satu mata kuliah yang dipelajari

dalam perikanan, yang menjelaskan segala sesuatu mengenai pencemaran di perairan. Ilmu ini membantu mahasiswa dalam memahami fenomena alam yang terjadi di lingkungan, terutama mengenai ekotoksikologi perairan. Namun perlu adanya sarana untuk lebih memahami teori yang telah diperoleh pada waktu kegiatan perkuliahan yaitu suatu kegiatan yang yang berupa kegiatan praktikum.

Suatu perairan yang tercemar oleh suatu bahan toksik akan mengakibatkan gangguan fisiologis atau kematian terhadap populasi organisme yang peka terhadap bahan toksik yang hidup di perairan tersebut. Efek bahan toksik tersebut dapat menjadi indikator bahwa suatu perairan itu sudah tercemar oleh bahan toksik. Dengan pemahaman tentang kondisi perairan maka dapat diambil langkah pencegahan agar dampak pencemaran perairan dapat dikurangi atau mungkin tidak ada lagi pencemaran perairan. dapun kegiatan yang dilakukan adalah !ji "oksisitas kut.

1.2.

Tujuan Praktikum "ujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui uji konsentrasi

atau dosis respon pemberian bahan toksik akut pada populasi dalam selang waktu tertentu #dalam praktikum ini selama $% jam&.

rtemia

1.3.

Man!aat Praktikum !ntuk memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang bahan'

bahan toksik yang menimbulkan akibat akut terhadap suatu organisme sehingga praktikan dapat mengetahui hal tersebut dan dapat mengambil langkah'langkah untuk menangani hal itu.

BAB II TIN"AUAN PU#TA$A

%.&. Tinjauan Umum Uji Toksisitas Akut / Lethal


!ji "oksisitas kut merupakan bagian dari !ji "oksisitas )uantitatif

yang dilakukan dalam jangka waktu yang singkat sebagai akibat dari pemapran jangka pendek terhadap suatu bahan kimia. Efek akut dapat terjadi dalam selang waktu beberapa jam, hari, atau minggu. *arameter yang dapat diamati dari uji "oksisitas kut pada umumnya adalah )ematian # Mortality&.

Suatu bahan kimia dinyatakan berkemampuan toksik akut bila aksinya lansung mampu membunuh +,- atau lebih populasi uji dalam selang waktu yang pendek, misalkan $% jam, %. jam sampai dengan 1% hari.

/aktor yang 0empengaruhi "oksisitas 1 1 'aria(ilitas (iolo i1 organisme uji tidak sama atau identik akan
mempengaruhi kepekaan terhadap 2at yang diujikan. Daphnia merupakan

jenis crustacea yang berkembang biak secara partenogenetik, menghasilkan neonate 3 4, - adalah betina. 1 Umur atau tin katan/!ase )erkem(an an: perbedaan umur dan fase perkembangan dalam daur hidupnya akan berbeda dalam kepekaannya terhadap konsentrasi bahan pencemar5toksikan . 2 $ualitas air: kesadahan #hardness&, p6 dan suhu air. 7ogam berat lebih
toksik terhadap ikan pada air lunak daripada air dengan tingkat kesadahan

tinggi. "oksisitas amonia dan cyanida lebih kuat pada suhu rendah #(o 8& daripada suhu tinggi #1(o 8&.

)riteria 9rganisme !ji 1 1 "ersedia luas melalui kultur laboratorium, tempat pemijahan atau
pengambilan di lapangan dan tersedia dalam jumlah yang mencukupi.

2 Secara genetik dan sejarah pengkulturannya harus diketahui dengan jelas. 3 *eka terhadap berjenis:jenis bahan racun5to;icant. 4 Indigenous species5organisme uji merupakan jenis asli pada suatu lokasi. 5 0empunyai nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi.

2.2. Tinjauan Bahan Biota Uji %.%.&. Artemia


rtemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena rtemia memiliki nilai gi2i yang tinggi, serta ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis lar<a ikan. rtemia dapat diterapkan di berbagai

pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau maupun tawar.

*am(ar &. Artemia #Sumber1 http155www.mgel.msstate.edu5artemia.htm&

1. $lasi!ikasi
0enurut =ougis #14>4& dalam )urniastuty dan Isnansetyo #144+& adalah

sebagai berikut1 *hylum Subkelas 1 nthropoda 1 =ranchiopoda )elas 1 8rustacea 9rdo 1 nostraca

/amilia Spesies

1 rtemidae 1 Artemia salina

?enus1 rtemia

2. Mor!olo i
)ista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 1+:(+ ppt akan menetas dalam waktu $%:(@ jam. 7ar<a artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhannya mengalami 1+ kali perubahan bentuk, masing:masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar #*itoyo, $,,%&. *ertama kali menetas lar<a artemia disebut Instar I. Nauplius stadia I

#Instar I& ukuran %,, mikron, lebar 1>, mikron dan berat 1+ mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah $% jam menetas, naupli akan berubahmenjadi Instar II, ?natobasen sudah berbulu, bermulut, terdapat saluran pencernakan dan dubur. "ingkatan selanjutnya, pada kanan dan kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk. =agian samping badannya mulai tumbuh tunas:tunas kaki, setelah instar AB kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa #*roses instar I:AB& antara 1:( minggu #0ukti, $,,%&.
*ada tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami moulting. rtemia dewasa memiliki panjang .:1, mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisi bagian kepala, antena berfungsi untuk sensori. *ada jenis jantan antena berubah menjadi alat penjepit #muscular grasper&, sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. *ada jenis betina antena mengalami penyusutan.

3. Ekolo i
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu $+:(, derajat celcius. )ista artemia kering tahan terhadap suhu :$>( hingga 1,, derajat celcius. rtemia dapat ditemui di danau dengan kadar garam tinggi,

disebut dengan brain shrimp. )ultur biomasa artemia yang baik pada kadar garam (,:+, ppt. !ntuk artemia yang mampu menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 1,, ppt #)urniastuty dan Isnansetyo, 144+&.

4. +e)ro,uksi
8humaidi et al., #144,& menyatakan bahwa perkembangbiakan artemia ada dua cara, yakni partenhogenesis dan biseksual. *ada artemia yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.

e. #iklus Hi,u)

>

Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 1+ ' $, jam pada suhu $+C8 kista akan menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. *ada fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli yang sudah akan bisa berenang bebas.
*ada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. rtemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 1$ jam menetas mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap lar<a kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. *ada dasarnya mereka tidak akan peduli #tidak pemilih& jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 1+ kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu . hari. rtemia dewasa rata:rata berukuran sekitar . mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan $, mm. *ada kondisi demikian biomasnya akan mencapi +,, kali dibandingakan biomas pada fase naupli.

*am(ar %. #iklus Hi,u) Artemia


#Sumber1 http://www.fao.org/docrep/field/003/AC420 /AC420 03.htm ) Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina rtemia bisa mengahasilkan naupli sebanyak >+ ekor perhari. Selama masa

hidupnya #sekitar +, hari& mereka bisa memproduksi naupli rata:rata sebanyak 1, :11 kali. Dalam kondisi super ideal, rtemia dewasa bisa hidup selama ( bulan dan memproduksi nauplii atau kista sebanyak (,, ekor#butir& per % hari. )ista akan terbentuk apabila lingkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakana sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam hari.
rtemia dewasa toleran terhadap selang suhu :1. hingga %,C8. Sedangkan tempertur optimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah $+ ' (,C8. 0eskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing: masing. rtemia menghendaki kadar salinitas antara (, ' (+ ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar salama + jam sebelum akhirnya mati. Bariable lain yang penting adalah p6, cahaya dan oksigen. p6 dengan selang .:4 merupakan selang yang paling baik, sedangkan p6 di bawah + atau lebih tinggi dari 1, dapat membunuh rtemia. 8ahaya minimal

diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. 7ampu standar grow!lite sudah cukup untuk keperluan hidup rtemia. )adar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan rtemia akan berwarna kuning

rtemia. Dengan suplai oksigen yang baik,

atau merah jambu. Darna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae. *ada kondisi yang ideal seperti ini, rtemia akan tumbuh dan beranak:pinak dengan cepat. Sehingga suplai rtemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. pabila kadar oksigen dalam air rendah, dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabila salintas meningkat, artemia akan memakan bakteria, detritus, dan sel:sel kamir # yeast&. *ada kondisi demikian mereka akan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. pabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.

%.-. Tinjauan Umum Bahan Toksik %.-.&. Ben.ene

=en2ene adalah organik senyawa kimia . 6al ini terdiri dari @ atom karbon dalam cincin, dengan 1 atom hidrogen melekat pada setiap atom karbon, dengan rumus molekul 8 dari
@

@.

=en2ene adalah konstituen alami

minyak mentah, dan merupakan salah satu yang paling dasar

petrokimia. =en2ene adalah hidrokarbon aromatik dan yang kedua "n# ' annulene #E@F:annulene&, hidrokarbon siklik dengan terus menerus ikatan pi . 6al ini kadang:kadang disingkat *h '6. =en2ene adalah tidak berwarna dan sangat mudah terbakar cair dengan bau manis. )arena merupakan dikenal karsinogen , penggunaannya sebagai aditif dalam bensin sekarang terbatas, tetapi merupakan industri yang penting pelarut dan prekursor bahan kimia industri dasar termasuk obat:obatan, plastik, karet sintetis, dan pewarna.

*am(ar -. Ber(a ai +e)resentasi Ben.ene

#Sumber1 www.wikipedia.com&
Difraksi sinar:A menunjukkan bahwa semua enam ikatan karbon:karbon dalam ben2ena adalah dari panjang yang sama dari 1%, picometres #am&. 8:8 panjang ikatan yang lebih besar daripada ikatan ganda #1(+ pm& tetapi lebih pendek dari ikatan tunggal #1%> pm&. Ini jarak antara konsisten dengan elektron delocali2ation 1 elektron untuk 8:8 ikatan didistribusikan sama antara masing: masing dari enam atom karbon. 0olekul adalah planar. Salah satu representasi adalah bahwa struktur yang ada sebagai superposisi yang disebut struktur

resonansi , daripada salah satu bentuk indi<idual. *ara delocali2ation elektron

1,

adalah salah satu penjelasan untuk stabilitas termodinamika terkait ben2ena dan senyawa aromatik . Sangat mungkin bahwa stabilitas ini memberikan kontribusi terhadap sifat molekul dan kimia aneh yang dikenal sebagai aromatisitas . !ntuk menunjukkan sifat ikatan terdelokalisasi tersebut, ben2ena sering digambarkan dengan lingkaran di dalam susunan heksagonal atom karbon1 ?ambar ben2ena terdelokalisasi telah ditentang oleh 8ooper, ?erratt dan Gaimondi dalam artikel mereka dipublikasikan pada 14.@ dalam jurnal Nature . 0ereka menunjukkan bahwa elektron dalam ben2ena hampir pasti lokal, dan sifat aromatik ben2ena berasal dari spin daripada kopling delocali2ation elektron. *andangan ini telah didukung dalam edisi Nature tahun berikutnya, tetapi telah lambat untuk menembus masyarakat kimia umum.

Seperti biasa dalam kimia organik, atom karbon dalam diagram di atas telah ditinggalkan berlabel. 0enyadari karbon masing:masing memiliki elektron $p, masing:masing menyumbangkan karbon elektron terdelokalisasi ke dalam cincin di atas dan bawah cincin ben2ena. Ini adalah sisi:on tumpang tindih p:orbital yang menghasilkan awan pi. "urunan dari ben2ena terjadi cukup sering sebagai komponen molekul organik yang ada !nicode simbol dalam 0iscellaneous "eknis blok dengan kode ! $($ 8 # & untuk mewakili dengan tiga ikatan ganda, dan ! $( E( untuk <ersi terdelokalisasi. %.-.%. Toluene
"oluena, dikenal juga sebagai metilben2ena ataupun fenilmetana, adalah cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan berbau harum seperti ben2ena. "oluena adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai pelarut. Seperti pelarut:pelarut lainnya, toluena juga

digunakan sebagai obat inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan.

11

*am(ar -. #truktur Molekul Toluene #Sumber1 www.wikipedia.com& %.-.-. Pantane


*entane adalah senyawa organik dengan rumus 8 + 6
1$

yaitu, suatu

alkana dengan lima karbon atom. Istilah ini bisa merujuk ke salah satu dari tiga isomer struktural, atau campuran dari mereka1 di I!* 8 nomenklatur, bagaimanapun, pentana berarti eksklusif isomer n!pentana$ dua lainnya yang disebut HmetilbutanaH dan HdimethylpropaneH 8yclopentane tidak suatu

isomer pentana. *entanes merupakan komponen dari beberapa bahan bakar dan bekerja sebagai khusus pelarut di laboratorium. Sifat mereka sangat mirip dengan butanes dan heksana.
*entana adalah salah satu utama agen bertiup digunakan dalam

produksi busa polystyrene. )arena titik didih yang rendah, biaya rendah, dan keamanan relatif, pentana digunakan sebagai media bekerja di tenaga panas bumi stasiun. 6al ini ditambahkan ke dalam beberapa refrigeran campuran juga.

*entanes relatif murah dan merupakan alkana yang paling mudah menguap yang cair pada suhu kamar, sehingga mereka sering digunakan di laboratorium sebagai pelarut yang dapat dengan mudah menguap. Namun, karena mereka nonpolarity dan kurangnya fungsionalitas, mereka hanya

dapat melarutkan senyawa polar dan non:alkil:kaya. *entanes yang

larut

dengan pelarut nonpolar yang paling umum seperti chlorocarbons, aromatik, dan eter . 0ereka juga sering digunakan dalam kromatografi cair .

Ta(el &. #i!at/si!at !isik )entane

"itik leleh #0*&, titik didih #=*& dan kepadatan pentanes

E$F

Isomer n:pentana

MP 01 23 BP 01 23 :1$4.. (@.,

$e)a,atan 0 / L3 @$1

1$

isopentana neopentane

:1+4.4 :1@.@

$>.> 4.+

@1@ +.@

#Sumber1 www.wikipedia.com& *ara titik didih dari berbagai isomer pentana dari sekitar 4 sampai (@ C 8. Seperti kasus alkana lain, lebih isomer bercabang cenderung memiliki titik didih yang lebih rendah. )ecenderungan yang sama yang biasanya berlaku untuk titik leleh dari isomer alkana, dan memang bahwa isopentana adalah (, C 8 lebih rendah daripada n!pentana. Namun, titik leleh neopentane, yang paling berat bercabang dari tiga, adalah 1,,C8 lebih tinggi yang dari isopentana. "itik leleh anomali tinggi neopentane telah dikaitkan dengan kemasan solid:state yang lebih baik diasumsikan menjadi mungkin dengan molekul tetrahedral nya, tetapi penjelasan ini telah ditantang pada rekening itu memiliki kerapatan yang lebih rendah daripada dua isomer lainnya.
Isomer bercabang lebih stabil #memiliki lebih rendah panas pembentukan dan panas pembakaran & dari pentana normal. *erbedaannya adalah 1,. kkal 5 mol untuk isopentana, dan + kkal 5 mol untuk neopentane. Gotasi sekitar dua 88 pusat tunggal obligasi n!pentana menghasilkan empat yang berbeda konformasi . Semua isomer pentana terbakar dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida dan air1

8 + 6 1$ 9 $ I . J + 89 $ I @ 6 $ 9 Seperti dengan hidrokarbon lainnya, pentanes menjalani radikal bebas klorinasi 1 8 + 6 1$ I 8l $ J 8 + 6 11 8l I 68l Geaksi ini unselecti<eK dengan n!pentana$ hasilnya adalah campuran dari 1 :, $ :, dan (:chloropentanes, serta turunannya sangat diklorinasi lebih. Gadikal lainnya halogenations juga dapat terjadi. Sementara n : butana adalah bahan baku kon<ensional dalam produksi anhidrida maleat , n!pentana juga substrat1

86 ( 86 $ 86 $ 86 $ 86 ( I + 9 $ J 8 $ 6 $ #89& $ 9 I + 6 $ 9 I 89 $

%.-.4. 5li $arsino enik

1(

9li karsinogenik adalah oli yang bersifat racun dan dapat mencemari lingkungan. Salah satu contoh oli karsinogenik adalah oli bekas. 9li bekas dihasilkan dari berbagai akti<itas manusia seperti indusri, pertambangan, dan usaha perbengkelan. 9li bekas termasuk dalam limbah =( yang mudah terbakar sehingga bila tidak ditangani pengelolaan dan pembuangannya akan membahayakan kesehatan mausia dan lingkungan.

*engelolaan oli bekas ini berupaya agar oli bekas yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan dan sifat oli bekas menjadi lebih tidak berbahaya. Selain itu, pengelolaan oli bekas bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
Selain itu, apabila penanganan oli bekas dilakukan dengan baik, maka akan bisa memberikan keuntungan bagi si pengelola oli bekas dan juga pengurangan biaya produksi bagi industri yang memanfaatkan kembali oli bekas sebagai pelumas berbagai peralatan, karena oli bekas masih bisa dimanfaatkan untuk pelumas lagi dengan cara pemakaian yang berbeda dari sebelumnya.

)ontaminasi terjadi dengan adanya benda:benda asing atau partikel pencemar di dalam oli. "erdapat delapan macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni 1 1. )eausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari tembaga, besi, chrominium, aluminium, timah, molybdenum, silikon, nikel atau magnesium. 2. )otoran atau jelaga. )otoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara lewat sela:sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis kemudian merambat menuruni dinding selinder. Lelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis. )epulan asam hitam dan kotornya filter udara menandai terjadinya jelaga. 3. 4. 5. =ahan =akar ir Ini merupakan produk sampingan pembakaran dan biasanya terjadi melalui timbunan gas buang. ir dapat memadat di cran%case ketika temperatur operasional mesin kurang memadai.

1%

6. 7.

Ethylene gycol #anti beku& *roduk:produk belerang5asam. *roduk:produk oksidasi 0engakibatkan oli bertambah kental. Daya oksidasi meningkat oleh tingginya temperatur udara masuk.
9li bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa

digunakan kembali. *adahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran di bumi kita yang sudah banyak tercemar. Lumlah oli bekas yang dihasilkan pastinya sangat besar. =ahaya dari pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek tumpahan minyak mentah biasa.

Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif. 9li bekas lebih dari itu, dalam oli bekas terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik.

Sampai saat ini usaha yang di lakukan untuk memanfaatkan oli bekas ini antara lain 1 1 Dimurnikan kembali #proses refinery& menjadi refined lubricant. 2 Digunakan sebagai /uel 9il 5 minyak bakar. =erdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh )ementerian 7ingkungan 6idup, oli bekas termasuk kategori limbah =(. 0eski oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan.
Lika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. )etiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. 9li bekas

mengandung sejumlah 2at yang bisa mengotori udara, tanah dan air. 9li bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan 2at:2at pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

9li bekas juga dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari =ahan =erbahaya dan =eracun #=(&.

1+

%.4 Tinjuan Umum L267 0Lethal 2oncentration 673


Standar ukuran dari toksisitas menengah sekitarnya yang akan membunuh separuh dari sampel populasi tes spesifik:hewan di ditentukan periode melalui pemaparan melalui inhalasi #respirasi&. 78+, diukur dalam mikrogram #atau miligram& dari materi per liter, atau bagian per juta #ppm&, udara atau airK menurunkan jumlah lebih beracun materi. Digunakan dalam perbandingan dari toksisitas, 78+, nilai:nilai tidak dapat secara langsung ekstrapolasi dari satu logam ke yang lain atau ke manusia. Luga disebut rata:rata konsentrasi mematikan atau populasi konsentrasi kritis +,. Ditulis juga sebagai 78+,. Mang dimaksud dengan 78+, #0edian 7ethal 8oncentration& yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak +,- dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya 78+,:%. jam, 78+,:4@ jam #Dhahiyat dan Djuangsih, 144>&

sampai waktu hidup hewan uji.

1@

BAB III MET5D5L5*I P+A$TI$UM

-.& 8aktu ,an Tem)at Pelaksanaan Praktikum


*raktikum dilaksanakan pada hari Lumat sampai dengan Sabtu tanggal $1 : $$ 9ktober $,11 pada pukul 1,.,, ' 11:(, DI= yang bertempat di 7aboratorium /6 ?edung Dekanat /akultas *erikanan dan Ilmu )elautan !ni<erstias *adjadjaran dan pengamatanya dilaksanakan selama $% jam.

-.% Alat ,an Bahan -.%.&. Alat/alat

1. ?elas )imia Sebagai wadah cairan stok dan organisme uji 2. *ipet !ntuk mengambil organisme uji # temia dan Daphnia& 3. ?elas !kur 4. 7abel !ntuk memberi nama jenis organisme uji dan bahan toksiknya. 5. Bial sebagai tempat hidup biota uji 6. lat suntik !ntuk mengambil bahan toksik

7. Stopwatch untuk melihat waktu dedah hewan uji 8. *etridish

1>

9. 7u< 10. Erlenmeyer

3.2.2. Bahan 1. 7ar<a rtemia 6ewan uji 2. 7ar<a Daphnia 6ewan uji 3. 6erbisida =ahan toksik 4. 0ethylen blue =ahan toksik 5. Ekstra nimba =ahan toksik 6. 7. 8. ir tawar 0edia kultur daphnia ir garam 0edia kultur artemia Nuades 0edia pengenceran.

BAHAN (BAHAN TOKSIK) YANG KALIAN GUNAKAN DIPERBAIKI, DAN ALAT-ALAT JUGA DILENGKAPI KEGUNAANNYA -.-. Prose,ur $erja -.-.&. Prose,ur Pelaksanaan Uji Toksisitas Akut 1. 0enyiapkan lar<a artemia, yang diawali dengan dekapsulisasi dan penetasan kista artemia, serta menyiapkan daphnia. 2. Dalam <ial yang telah diisi air medium #air laut5air garam& untuk lar<a artemia sebanyak 4ml. 3. 0asukkan masing:masing 1, ekor lar<a artemia yang berumur $% jam dengan menggunakan transpettor kedalam <ial yang telah diisi air medium sebanyak 4ml hingga mencapai 1, ml. 4. 0asukkan bahan toksik uji #herbisida, methylen blue, dan ekstrak nimba& ke dalam <ial, dengan masing:masing konsentrasi yang telah di tentukan sebanyak 1- #1,,ml&. 5. 7akukan pengamatan selama $% jam dengan selang waktu pngamatan
1+ menit, (, menit, 1 jam, $ jam, % jam, . jam, 1@jam, dan $%jam.

1.

6. 7akukan perhitungan mortalitas jumlah lar<a yang mati. 3.4. Analisis Data

1b

1a 1m

O O

#PM ' b PA&

78+,:$% jam O antilog m

BAB I' HA#IL DAN PEMBAHA#AN

4.&. Hasil "abel $. 0ortalitas 6ewan !ji dengan =erbagai =ahan "oksik $elom) ok @ > @ . > @ + > 4 4 > 4 1 $ ( @ > .

Toksikan "oluene =en2ene 9li =ekas *entene

$onsentrasi 1++ ppm (1, ppm %@+ ppm 1,, ppm $,, ppm (,, ppm +1, 1+ %..> ppm 4.>% ppm 1%.@1 ppm % > . > > . @ . 1, 4 @ .

5r anisme Uji Artemia @ % > @ 4 > > 1, 4 > > 4

11 1$ 1(

8ontrol

: : :

. > +

. > >

@ 1, @

14

Dari hasil analisis data nilai 78+,:$% jam untuk ben2ene adalah >4,% ppm, Dari hasil analisis data nilai 78+,:$% jam untuk toluene adalah $1(.>4 ppm Dari hasil analisis data nilai 78+,:$% jam untuk pentene adalah @..@ ppm Dari hasil analisis data nilai 78+,:$% jam untuk oli bekas adalah @.>4 -

4.&.&. Pen amatan $elom)ok Data pengamatan mortalitas hewan uji 1 )elompok 9 Lenis bahan toksik 1 Ben.ene )onsentrasi bahan toksik 1 &77 ))m "abel (. Data *engamatan =ahan "oksik =en2ena 1,, ppm Daktu Dedah 1+ menit (, menit 1 jam $ jam % jam @ jam . jam 1@ jam $% jam Lumlah rtemia 1 : : : : 1 : $ $ $ : $ 1 : : : 1 1 $ : 1 9 ( : : : : 1 $ : ( $ ; )eterangan 1 ekor mati : : : ( ekor mati ( ekor mati % ekor mati + ekor mati + ekor mati %& ekor mati

Dari hasil !ji "oksisitas

kut menggunakan bahan uji ben2ene rtemia dari tiga pengujian

dengan kadar 1,, ppm mortalitas lar<a

masing:masing >,-,@,- dan .,-. Dengan nilai persentase mortalitas lar<a rtemia terhadap ben2ene 1,, ppm adalah >,-.
4.&.%. Pen amatan $elas a. Bahan Toksik Ben.ene

Data persentase mortalitas #p& hewan uji setelah pemaparan

hewan uji setelah $% jam . Lenis hewan uji


1 rtemia

$,

Lenis bahan 1 toksik Ben.ena "abel %. 0ortalitas 6ewan !ji dengan =ahan "oksik =en2ena )onsentras i I ppm >,@,.,:7< Ii ppm >,1,,>,;7< Iii ppm 4,1,,4,=-<

!langan 1 $ ( Gerata

8ontrol +,+,>,4:<

Data analisis probit dengan perhitungan manual

"abel +. nalisis *robit =ahan "oksik =en2ena D (,, N ( , ( , ( , + $. P 4( > $.%> ? @.%. >@ 1@. , + 1(. , % 11. , % 11. , % )eterangan 1 DA)onsentrasi NALumlah rA0ortalitas )A-mortalitas BOlog konsentrasi >% @.1 , +.$ 4 %., , 1+. (4

$,,

$%

.,

$.(,

+..%

1,,

$1

>,

$.,,

+.+(

Lumlah

@.>>

1>..%

@ONilai probit -mortalitas

$1

1b

O $,@( 1a O 1= 2= 1m O #PM ' b PA& #1>..% ' $,@( ; @,>>& ,.,,11@ O

O 1,4 78+,:$% jam O antilog 1,4 O >4,% ppm


Dari hasil !ji "oksisitas kut pada lar<a rtemia dengan bahan uji "oluence nilai 78+,:$% jam lar<a rtemia terhadap ben2ene mencapai >4,%ppm. 0aka pada kadar pentene sebesar >4,%ppm pada suatu perairan dapat mengakibatkan kematian +, - lar<a rtemia dalam selang waktu $% jam.

Data hasil perhitungan probit dengan E* probit Estimated 785E8 Balues and 8onfidence 7imits 4+- 8onfidence E;posure 7imits 8on 7owe !pp *oint c. r er

785E8 1.,, 785E8 +.,, 785E8 1,.,, 785E8 1+.,, 785E8 +,.,, 785E8 .+.,, 785E8 4,.,,

>(>%.$$. (%1@.>>. $$@>.1>. 1>1..4%, +((.%+> 1@+.++( 1$+.+$,

+1$(%,$.@$4EI,@ -$44@@.$(%$%.,, , -14(+$.+@($.,, ,

1(4..1% + 41>.+( @ >(1.4$ @ @$>.>. -(,%.(>.$%.,,, , ($,.1> 1$@%>..%$$ + (+.@> $%,.$1, ( @.( 1.1.$1. ..

$$

785E8 4+.,, 785E8 44.,,

.(.$ .. (..+ 41

1(@.>+% .>.1,.

,.%(@ ,.,,(

(. Bahan Toksik Toluene Data persentase mortalitas #p& hewan uji setelah setelah $% jam. Lenis hewan uji 1 rtemia Lenis bahan toksik 1 Toluene "abel @. 0ortalitas 6ewan !ji dengan =ahan "oksik "oluene !langan 1 $ ( Gerata )onsentrasi I ppm %,@,@,6-< Ii ppm >,%,>,97<

pemaparan hewan uji

Iii ppm .,>,@,:7<

Data analisis probit dengan perhitungan manual "abel >. nalisis *robit =ahan "oksik "oluena D 1 + + ( 1 , % @ + N (, + 1 @ P +( > $.14 ? +., . B@ 11. 1 $ (, 1 . @, $.%4 +.$ + 1(. , > (, $ 1 Luml ah >, $.@@ +.+ $ 1+. .+ 1%. ( + (.. + >.> , 1.. ,@ @.$ , >% %.> 4

>.(%

% 1b
O

$(

O O $,1+ 1a O 1= 2= 1m O #PM ' b PA& #1+,.+' $,1+ ; >,(+& ,,,,$( O

O $,(+ 78+,:$% jam O antilog $,(+ O $,.,4( ppm


Dari hasil !ji "oksisitas "oluence nilai 78+,:$% jam lar<a kut pada lar<a rtemia dengan bahan uji rtemia terhadap "oluence mencapai $,.,4(

ppm. 0aka pada kadar toluene sebesar $,.,4( ppm pada suatu perairan dapat mengakibatkan kematian +, - lar<a rtemia dalam selang waktu $% jam.

1 Data hasil perhitungan probit dengan E* probit Estimated 785E8 Balues and 8onfidence 7imits E;posure *oint 785E8 1.,, 785E8 +.,, 785E8 1,.,, 785E8 1+.,, 785E8 +,.,, 785E8 .+.,, 4+- 8onfidence 7imits 8on 7owe !p c. r per ,.$4> 1.>>> %.@,4 ..>@. 1($.4,( $,1%.++$

785E8 4,.,, 785E8 4+.,, 785E8 44.,,

(.($.>,( 44(4.+.1 +4(>+.1,+

$%

c. Bahan Toksik Pentane


Data persentase mortalitas #p& hewan uji setelah pemaparan

hewan uji setelah $% jam. rtemi Lenis hewan uji 1 a Lenis bahan Penta toksik 1 ne "abel .. 0ortalitas 6ewan !ji dengan =ahan "oksik *entane !langan 1 $ ( Gerata )onsentrasi I ppm .,.,4,;:< Ii ppm @,>,>,9:< Iii ppm 4,>,4,;-< 8ontrol .,.,@,:-<

Data analisis probit menggunakan perhitungan

manual "abel 4. nalisis *robit =ahan "oksik *entane D 1%.@1 4.>% %..> N ( , ( , ( , + $+ 1> $> Lumlah P .( @> 4, > 1.1@ ,.44 ,.@4 $..% ? +.4+ +.%% @.$. 1>.@> >@ @., $ +.( 4 %.( ( 1@. > . >% 1.( % ,.4 . ,.% . $..

bO bO bO bO+.4+

aOi5n#

&

aO15(,#1>.@>:+.4+Q$..%&

$+

aO,.,,$@ mO mO mO,..% 78+,:$%LamO@..@


Dari hasil !ji "oksisitas pentene nilai 78+,:$% jam lar<a kut pada lar<a rtemia dengan bahan uji

rtemia terhadap pentene mencapai @..@

ppm. 0aka pada kadar pentene sebesar @..@ ppm pada suatu perairan dapat mengakibatkan kematian +, - lar<a rtemia dalam selang waktu $% jam.

1 Data hasil perhitungan probit menggunakan E* probit Estimated 785E8 Balues and 8onfidence 7imits E;posure *oint 785E8 1.,, 785E8 +.,, 785E8 1,.,, 785E8 1+.,, 785E8 +,.,, 785E8 .+.,, 785E8 4,.,, 785E8 4+.,, 785E8 44.,, 8onc. %>4$+.+1 @ @>@%.(@> $(.1.+1 > 11>>.$$ 4 +4.411 (.,%4 1.+,> ,.+(1 ,.,>+ 4+- 8onfidence 7imits 7owe r !pper

,. Bahan Toksik 5li $arsino en

$@

Data persentase mortalitas #p& hewan uji setelah pemaparan

hewan uji setelah $% jam 1 rtemi Lenis hewan uji Lenis bahan toksik a 1 9li )arsinogen

"abel 1,. 0ortalitas 6ewan !ji dengan =ahan "oksik 9li )arsinogen !langan 1 $ ( Gerata I ppm @,>,+,97< )onsentrasi Ii ppm .,1,,>,;-< Iii ppm 1,,4,4,=-< 8ontrol >,>,1,,;7<

Data analisis probit menggunakan perhitungan manual "abel 11. nalisis *robit =ahan "oksik 9li )arsinogen

$onsentrasi uji 0,3 +1,1+-

jml heCa n uji 0n3 (, (, (,

mortalitas heCan uji 0r3 1. $+ $. jumlah

<mortalitas 0)3 @,.(.(4(.(-

lo konsentrasi 0B3 ,.> 1 1.1> &.;:

)ro(it mortalitas 0@3 +.$+ +.4+ @.%. &:.9; >@ (.@> +.4+ >.+. &:.% BD ,.%4 1 1.(> %.;9

bO a O 15n # Py R bP;& O 15(, #1>.@.R +..@;1..>& O ,.$$ m O L267/ %4 jam A anti lo m A 9.64 < rtinya pada konsentrasi @.+%- bahan toksik oli karsinogenik dapat mematikan +,- hewan uji dalam waktu $% jam.
*erhitungan menggunakan E* *robit

Estimated 785E8 Balues and 8onfidence 7imits E;posure 4+- 8onfidence 7imits

$>

*oint 785E8 1.,, 785E8 +.,, 785E8 1,.,, 785E8 1+.,, 785E8 +,.,, 785E8 .+.,, 785E8 4,.,, 785E8 4+.,, 785E8 44.,,

8on c. ,.%41 ,.4,4 1.$@$ 1.+>+ %.,1> 1,.$%> 1$.>.4 1>.>+. ($..@4

7ower ,.,, + ,.,$ + ,., @, ,.1 ,. 1.$ 1+ >.> %4 4.% @% 1$., .> 1..$ $,

!pper 1.%+@ $.1%1 $.@( + (.,( + +.@> . 1... 1% (1.> ,+ >$.( (1 (+@.+ >+

Dari hasil !ji "oksisitas kut pada lar<a rtemia dengan bahan uji oli bekas nilai 78+,:$% jam lar<a rtemia terhadap oli bekas mencapai @.>4-.

0aka pada kadar oli bekas sebesar @.>4- pada suatu perairan dapat mengakibatkan kematian +, - lar<a rtemia dalam selang waktu $% jam.

4.2. Pem(ahasan 1. =en2ene


=en2ene merupakan bahan toksik yang dapat menyebabkan kematian

rtemia sebanyak +,- dalam waktu $% jam dengan kadar >4,% ppm di suatu perairan. 6al ini dapat dibuktikan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Dengan hasil uji konsentrasi 1,, ppm ben2ene mengakibatkan >,- mortalitas, untuk konsentrasi $,, ppm ben2ene mengakibatkan .,mortalitas, sedangkan untuk konsentrasi (,, ppm ben2ene mengakibatkan 4(,+- kematian rtemia pada waktu $% jam. Dengan bertambahnya konsentrasi ben2ene dalam suatu perairan maka tingkat persentase mortalitas
b. )ontrol

rtemia juga akan semakin tinggi.

ben2ene lebih bersifat toksik terhadap rtemia.

!ntuk control seharusnya nilai 78 +,:$% jam adalah nol, tapi terdapat angka kematian .6al ini disebabkan oleh perlakuan praktikan yang menyebabkan lar<a rtemia stress atau bahkan kehilangan oksigen.

$.

3. *entene
=ahan toksik pentene terhadap rtemia mengakibatkan kematian rtemia

sebanyak +,- pada konsentrasi >4,% ppm. Dari 6asil percobaan yang telah dilakukan peningkatan konsentrasi ppm persentase mortalitas pentene tidak sebanding dengan meningkatnya persentase mortalitas rtemia. *ada konsentrasi pentene %..> rtemia sebanyak .(.(-, pada konsentrasi rtemia @@.@>- dan pada pentene 4.>% ppm persentase mortalitas

konsentrasi 1%.@1 ppm persentase mortalitas rtemia sebanyak 4,-. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada konsentrasi %..> ppm persentase mortalitas rtemia lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi pentene 4.>% ppm. 6al ini dapat disebabkan oleh kesalahan perlakuan yang diberikan oleh praktikan. Sehingga hasil yang diperoleh tidak begitu akurat.

Nilai 78+,:$% jam pentene terhadap rtemia adalah @..@ ppm, dan nilai 78+,:$% jam pentene terhadap Daphnia adalah 4.>% ppm. 0aka nilai 78+,:$% jam pentene terhadap rtemia 4. "oluene
"oluene merupakan bahan toksik yang dapat menyebabkan kematian

rtemia sebanyak +,- dalam waktu $% jam dengan kadar $,.,4( ppm di suatu perairan. 6al ini dapat dibuktikan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Dengan hasil uji konsentrasi %@+ ppm mengakibatkan >,mortalitas, untuk konsentrasi (1, ppm "oluene mengakibatkan @,mortalitas, sedangkan untuk konsentrasi 1++ ppm mengakibatkan +(,(kematian rtemia pada selang waktu $% jam. Dengan bertambahnya konsentrasi "oluene dalam suatu perairan maka tingkat persentase mortalitas 5. 9li )arsinogenik
9li karsiogenik dapat menyebabkan kematian rtemia sebanyak +,dalam waktu $% jam dengan kadar @.>4di suatu perairan. 6al ini dapat dibuktikan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Dengan hasil uji konsentrasi +- oli bekas mengakibatkan @,mortalitas, untuk

rtemia juga akan semakin tinggi.

"oluene lebih bersifat toksik terhadap rtemia .

konsentrasi 1,- oli bekas

$4

pada mengakibatkan .(.(- mortalitas sedangkan untuk konsentrasi 1+oli bekas mengakibatkan 4(.(- kematian rtemia pada selang waktu $% jam. Dengan bertambahnya konsentrasi oli bekas dalam suatu perairan maka tingkat persentase mortalitas rtemia juga akan semakin tinggi. 9li bekas lebih bersifat toksik terhadap rtemia

(,

BAB ' $E#IMPULAN DAN #A+AN

6.& $esim)ulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai 78+,:$% jam untuk ben2ene adalah >4,% ppm, untuk toluene adalah $1(.>4 ppm, untuk pentene adalah @..@ ppm, untuk oli bekas adalah @.>4 ppm. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahawa oli bekas memiliki toksisitas yang paling tinggi. Namun selain itu, mortalitas pada hewan uji sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. /aktor internal antara lain gen, imunitas, dan umur hewan uji. Sedangkan untuk faktor eksternalnya antara lain pengangkutan pada saat transportasi hewan uji dan medianya, kurangnya kandungan oksigen yang disebabkan sering ditutupnya <ial pada saat transportasi, suhu lingkungan yang disebabkan sering dipindah:pindahnya hewan uji serta konsentrasi bahan toksik yang diberikan pada hewan uji.

6.% #aran
Dalam pengangkutan atau pembawaan hewan uji sebaiknya botol <ial tersebut tidak ditutup dikarenakan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen, yang dapat meningkatkan mortalitas hewan uji. )etelitian dalam pengenceran larutan stock pun harus diperhatikan agar data menjadi lebih akurat.

(1

DAETA+ PU#TA$A FFFFF

Anda mungkin juga menyukai