Anda di halaman 1dari 10

Teras Jurnal, Vol.1, No.

2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

STUDI KEAMANAN SALURAN SEKUNDER PIRAK BP6 - BP8 DAERAH IRIGASI ALUE UBAY KABUPATEN ACEH UTARA
Adzuha Desmi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: adz.3131@gmail.com

Abstrak
Jaringan irigasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil pertanian khususnya padi di areal persawahan. Pembangunan jaringan irigasi Alue Ubay merupakan salah satu usaha pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hidup dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya dibidang pertanian. Saluran Sekunder Pirak BP6BP8 Desa Teupin Keubeu merupakan bagian dari jaringan Irigasi Alue Ubay dengan panjang saluran yang menjadi objek evaluasi adalah 2.640,65 m. Dari perhitungan yang dilakukan dengan cara coba-coba didapat kedalaman aliran ruas I sebesar 0,612 m, ruas II 0,512 m dan ruas III 0,408 m, kecepatan aliran ruas I sebesar 0,570 m/det, ruas II 0,520 m/det dan ruas III 0,463 m/det, sedangkan kecepatan aliran rata-rata ruas sebesar 0,385 m/det. Kedalaman air yang terjadi lebih besar dari kedalaman kritis atau (yn>yc) maka aliran yang terjadi pada saluran adalah aliran subkritis dan kecepatan aliran yang timbul lebih kecil dari kecepatan maksimum (V<Vmaxizin) yang diizinkan maka saluran aman terhadap gerusan. Gaya tarik yang timbul pada saluran tanah lebih besar gaya tarik yang diizinkan ( 0 > 0 izin) baik pada dasar saluran maupun dinding saluran sehingga saluran tersebut tidak aman untuk menahan geser akibat aliran yang terjadi dalam saluran maka perlu memakai pasangan (lining), kemiringan normal yang timbul lebih kecil dari kemiringan kritis (S<Sc) maka aliran yang terjadi adalah subkritis, sehingga air yang mengalir di saluran lining cukup aman terhadap gerusan. Kata Kunci: Kedalaman normal, kecepatan maksimum, kemiringan kritis, pasangan (lining)

Pendahuluan Saluran sekunder Pirak merupakan saluran yang memperoleh air dari bendung Alue Ubay, pembangunan jarigan irigasi Alue Ubay yang berlokasi di Kabupaten Aceh Utara dibawah pengelolaan Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Aceh Utara. Saluran Sekunder Pirak BP6 BP8 Desa Teupin Keubeu merupakan bagian dari jaringan Irigasi Alue Ubay dengan panjang saluran yang menjadi objek kajian adalah 2.640,65 m. Saluran yang di tinjau berpenampang trapesium dan tahan erosi dengan kemiringan 1:1. Saluran sekunder ruas BP6BP8 memiliki kemiringan memanjang (S) sebesar 0,000245, Ruas Bp6 memiliki debit rencana sebesar 0,7763 m3/det dengan luas area yang dialiri 391,75 Ha, ruas BP7 memiliki debit rencana sebesar 0,564 m3/det dengan luas area yang dialiri 285,75 Ha dan ruas BP8 memiliki debit rencana sebesar 0,380 m3/det dengan luas area yang dialiri 192,75 Ha. Pokok permasalahan yang akan dibahas adalah pendimensian tampang saluran berbentuk trapesium yang bersifat tahan erosi. Apakah dengan bentuk saluran yang direncanakan dengan data yang ada dan debit aliran yang diketahui,
Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

1.

135

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

serta kemiringan memanjang aman terhadap gerusan, dan kestabilan pengaruh aliran. Adapun kajian yang akan dilakukan, meliputi: evaluasi tampang melintang saluran, evaluasi tampang memanjang saluran, kestabilan saluran terhadap pengaruh aliran dan rembesan yang terjadi pada saluran. Tinjauan Kepustakaan Tampang Melintang Saluran Menurut Anonim (1986), saluran berpenampang trapesium direncanakan dengan menggunakan pelindung yang bersifat tahan erosi yang paling umum dipakai dan ekonomis. Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Penggerusan dan pengendapan setiap potongan melintang harus minimal berimbang sepanjang tahun. Menurut Chow (1997), dalam merencanakan tampang melintang saluran berpenampang trapesium, penggerusan dan pengendapan merupakan masalah yang sering dijumpai dilapangan. Besarnya penggerusan dan pengendapan yang terjadi disebabkan oleh besarnya kecepatan aliran yang melebihi kecepatan izin maksimum. Hantaran suatu penampang saluran akan meningkat sesuai dengan peningkatan jari-jari hidrolis atau berkurangnya keliling basah. Bentuk tampang melintang saluran akan mempengaruhi kecepatan aliran yang melaluinya. Kecepatan aliran tidak boleh melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan. Debit aliran dapat dinyatakan dengan persamaan:
Q = V .A di mana: Q = debit aliran (m3/det) V = kecepatan aliran (m/det) A = luas penampang basah saluran (m2) Menurut Chow (1997), unsur-unsur geometris adalah sifat-sifat suatu penampang yang dapat diuraikan seluruhnya berdasarkan geometrik penampang dan kedalaman saluran. Penampang saluran akan meningkat sesuai dengan peningkatan jari-jari hidrolik atau berkurangnya keliling basah. Dari segi pandangan hidrolik maka penampang saluran yang memiliki keliling basah terkecil akan memiliki hantaran maksimum, penampang seperti ini disebut penampang hidrolik terbaik. Unsur-unsur geometris dari enam penampang terbaik dalam melakukan perhitungan aliran seragam, faktor penampang sebagai AR2/3. Lebih lanjut dengan menggunakan faktor penampang tersebut, maka dalam perencanaan dimensi saluran digunakan persamaan sebagai berikut: (1)

2. 2.1

A.R 2 / 3 =
di mana: A R Q S n

n.Q S

(2)

= luas penampang basah saluran (m2) = jari-jari hidrolik (m) = debit aliran (m3/det) = kemiringan saluran = koefisien kekasaran Manning

Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

136

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

Luas penampang saluran sangat dipengaruhi oleh bentuk dari penampang saluran itu sendiri. Unsur geometris bentuk penampang trapesium yang sering digunakan diperlihatkan pada Gambar 1.

1 Z

y
b

Gambar 1 Penampang Saluran Berbentuk Trapesium Sumber: Chow (1997)


Lebih lanjut: A = (b + z. y ) y T = b + 2 z. y

(3) (4) (5) (6)

P = b + 2. y 1 + z 2 A R= P di mana: A = luas penampang basah saluran (m2) R = jari-jari hidrolik (m) P = keliling basah (m) b = lebar dasar saluran (m) y = tinggi air (m) z = kemiringan talud T = lebar puncak saluran (m)

2.1.1 Kecepatan Maksimum Aliran Yang Diizinkan Kecepatan maksimum yang diizinkan atau kecepatan tahan erosi (nonerodible velocity) adalah kecepatan rata-rata terbesar yang tidak menimbulkan erosi (penggerusan) pada tubuh saluran.

Gambar 2 Grafik kecepatan yang diizinkan untuk tanah kohesif Sumber: Chow (1997)
Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

137

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

Kecepatan ini sangat tidak menentu dan bervariasi serta hanya dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman dan penyimpulan di lapangan. Menurut Chow (1997), kecepatan maksimum yang diizinkan berdasarkan angka pori dari tanah pembentuk saluran diperlihatkan pada Gambar 2. Pengaruh grafik ini sangat praktis untuk diterapkan dilapangan. Harga kecepatan yang diizinkan (Vmaks) diperoleh setelah angka pori (e) dan jenis tanah yang diketahui. Namun pada tahun 1925 Fortier dan Scobey mempublikasikan tabel kecepatan yang diizinkan di saluran (Chow, 1997).

Tabel 1 Kecepatan maksimum yang diizinkan menurut Fortier dan Scobey


Air Jernih

Bahan
Pasir halus,koloida Lanau berpasir, bukan koloida Lanau bukan koloida Lanau aluvial, bukan koloida Lanau kaku biasa Debu vulkanis Lempung teguh, koloida kuat Lanau aluvial, koloida Serpih dan diulangkan keras Kerikil halus Lanau bergradasi sampai kerakal, bukan koloida Lanau bergradasi sampai kerakal, koloida Kerikil besar, bukan koloida Kerakal dan batuan bulat

n
0,020 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020 0,025 0,025 0,025 0,020 0,030 0,030 0,025 0,035

V, kkd 1,50 1,75 2,00 2,00 2,50 2,50 3,75 3,75 6,00 2,50 3,75 4,00 4,00 5,00

o, pon/kaki 0,027 0,037 0,048 0,048 0,075 0,075 0,26 0,26 0,67 0,075 0,38 0,43 0,30 0,91

Air Mengandung Koloida lanau V, o, kkd pon/kaki 2,50 0,075 2,50 0,075 0,11 3,00 3,50 0,15 3,50 0,15 3,50 0,46 5,00 0,46 0,47 5,00 0,32 6,00 5,00 0,66 0,80 5,00 0,67 5,50 6,00 1,10 5,50

Sumber: Chow (1997)


Untuk saluran tahan erosi besarnya kecepatan maksimum yang diizinkan sangat tergantung pada jenis bahan pelapis badan saluran itu sendiri. Untuk pelapis dari pasangan batu kecepatan maksimum yang diizinkan dapat mencapai 2 m/det dan untuk pelapis yang berasal dari pasangan beton mencapai 3 m/det. Kecepatan maksimum yang diizinkan juga akan menentukan kecepatan rencana untuk dasar saluran tanah dengan pasangan campur (Anonim, 1986).

2.1.2 Kecepatan Rencana Menurut Triatmodjo (1993), untuk menghitung kecepatan rencana (V) yang timbul pada saluran disyaratkan Vytb<Vmaxizin, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan manning:
1 V = .R 2 / 3 .S 1 / 2 n di mana: V = kecepatan aliran (m/det) R = jari-jari hidrolik (m) S = kemiringan saluran n = koefisien kekasaran Manning
Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

(7)

138

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

2.1.3 Tinggi Jagaan Tinggi jagaan suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak tepi saluran kepermukaan air pada kondisi rencana. Jarak ini harus cukup untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah ketepi saluran. Besarnya jagaan yang sering dipakai dalam perencanaan berkisar antara 5%<F<30% kedalaman air (Chow,1997).

F = C. y (8) di mana: C = koefisien bervariasi (dari 1,5 untuk saluran berkapasitas 20 ft3/det sampai 2.5 untuk saluran yang berkapasitas 3000 ft3/dt) y = kedalaman air pada saluran (m).
Tampang Memanjang Saluran Menurut Chow (1997), perencanaan tampang memanjang saluran ditentukan untuk mengetahui tinggi muka air yang diperlukan serta penetapan kemiringan memanjang saluran. Kemiringan memanjang saluran biasanya diatur oleh keadaan topografi serta tinggi energi yang tersedia untuk mengalirkan air. Dua faktor yang sangat mempengaruhi kemiringan memanjang saluran yaitu penentuan kemiringan memanjang kritis pada kedalaman normal dan kedalaman air kritis. Perhitungan aliran kritis meliputi penentuan kedalaman kritis dan kecepatan kritis bila debit dan penampang saluran telah diketahui, maka untuk kemiringan memanjang saluran kritis (Sc) dapat digunakan persamaan manning:
Sc = V c .n 2 R 4/3
2

2.2

(9)

di mana: Vc = kecepatan kritis saluran (m/det) R = jari-jari hidrolik (m) n = koefisien kekasaran Manning S < Sc aliran subkritis; S > Sc aliran superkritis Menurut Chow (1997), pada kedalaman kritis dari suatu aliran tinggi kecepatan sama dengan setengah dari kedalaman hidrolis. Pada kedalaman hidrolis (D) dipengaruhi oleh luas tampang (A) dan lebar puncak (T), untuk menghitung kecepatan kritis digunakan persamaan:

Vc = g .D A D= T di mana: Vc = kecepatan kritis saluran (m/det) g = gravitasi bumi (9,81 m/det2) D = kedalaman hidrolis (m) T = lebar puncak saluran (m) A = luas penampang basah saluran (m2)
Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

(10) (11)

139

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

Kestabilan Saluran Terhadap Pengaruh Aliran Aliran air pada saluran dapat menimbulkan gaya tarik butiran-butiran. Menurut Chow (1997) jika air mengalir di saluran, timbul gaya tarik yang bekerja pada arah aliran pada dinding talud saluran dan dasar saluran. Gaya ini merupakan tarikan air pada luas basah yang disebut gaya tarik (tractive force). Karena penyebaran gaya ini tidak merata untuk semua permukaan pada dasar dan dinding talud saluran. Besarnya gaya tarik saluran (o) yang timbul pada dasar saluran dapat dihitung dengan persamaan:

2.3

0 = 0 , 97 w . R . S

(12)

Gaya tarik saluran maksimum pada tebing (talud) saluran (s) dapat ditentukan dengan persamaan:

= 0 , 75 w . R . S

(13)

di mana: w = berat jenis air (1000 kg/m3) R = jari-jari hidrolik (m) S = kemiringan memanjang saluran Gaya tarik yang timbul harus lebih kecil dari gaya tarik yang diizinkan, gaya tarik maksimum satuan yang tidak menimbulkan erosi pada bahan pembentuk dasar saluran pada suatu permukaan bidang. Rasio gaya tarik merupakan angka rasio yang penting untuk keperluan dalam perancangan: K = 1 sin 2 sin 2 (14)

di mana: K = angka rasio = sudut lereng alamiah (derajat) = kemiringan dinding saluran (derajat) Gaya tarik yang diizinkan berdasarkan hubungan dengan angka pori, besarnya gaya tarik yang diizinkan dapat dilihat pada grafik USBR berikut ini:

Gambar 3 Grafik gaya tarik satuan yang diizinkan menurut USBR Sumber: Chow (1997)
Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

140

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

2.4

Rembesan Pada Saluran Menurut Anonim (1986), bedasarkan debit rembesan yang terjadi pada saluran tergantung dari jenis tanah yang bersangkutan. Pada debit aliran dan kecepatan aliran juga mempengaruhi besarnya debit rembesan air. Besarnya debit rembesan yang terjadi pada saluran dapat dinyatakan dengan persamaan:
1/ 2

Q S = 0 , 035 C V di mana: S = kehilangan akibat rembesan (m3/det) C = koefisien tanah rembesan (m/hari) Q = debit aliran (m3/det) V = kecepatan aliran yang terjadi (m/det) 0,035 = faktor konstanta

(15)

Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan melalui studi literatur dan data debit, kemiringan saluran yang diperoleh dari konsultan perencana. Pengolahan data dimulai dari analisis faktor penampang, menghitung dimensi saluran dengan cara trial and error, kemudian dilakukan kontrol terhadap kedalaman hidrolis, kecepatan kritis dan kemiringan kritis. Dari hasil perhitungan dikontrol kembali kecepatan aliran dan kemiringan saluran. Apabila kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan yang diizinkan serta kemiringan saluran lebih kecil dari kemiringan saluran kritis belum diperoleh maka proses perhitungan diulang kembali sesuai dengan langkah di atas hingga didapatkan hasil bahwa kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan yang diizinkan serta kemiringan saluran lebih kecil dari kemiringan saluran kritis. Langkah berikutnya dilakukan analisis terhadap gaya tarik, debit rembesan dan kehilangan terhadap rembesan serta menentukan tinggi jagaan. Berdasarkan hasil di atas akan dilakukan pembahasan dan mengambil kesimpulan terhadap penelitian. 4. 4.1 Hasil dan Pembahasan Tampang Melintang Saluran Dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan (6), maka dapat dihitung tampang saluran sebagai berikut: Tabel 2 Perhitungan penampang saluran tanah
Ruas I Ruas II Ruas II Q (m3/det) 0,773 0,564 0,380 b (m) 1,60 1,60 1,60 y (m) 0,677 0,568 0,454 V (m/det) 0,501 0,458 0,407 S 0,000245 0,000245 0,000245 Ket Peka erosi Peka erosi Peka erosi

3.

Tabel 3 Perhitungan penampang saluran lining


Ruas I Ruas II Ruas III Q (m3/det) 0,773 0,564 0,380 b (m) 1,60 1,60 1,60 y (m) 0,612 0,512 0,408 V (m/det) 0,570 0,520 0,463 S 0,000245 0,000245 0,000245 Ket Tahan erosi Tahan erosi Tahan erosi

Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

141

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

Dari hasil perhitungan penampang melintang saluran yang terdapat pada saluran tanah (peka erosi) dengan koefisien kekasaran manning (n) 0,018 m/det pada kondisi normal dan saluran lining (tahan erosi) dengan jenis bahan membentuk tubuh saluran lapisan beton koefisien kekasaran (n) 0,015 m/det, koefisien kekasaran sangat tergantung pada jenis bahan pelapis badan saluran itu sendiri. Kedalaman air yang terjadi melebihi kedalaman kritis atau (yn>yc), aliran yang terjadi pada saluran adalah aliran subkritis, kecepatan aliran (V) yang timbul lebih kecil dari kecepatan maksimum (Vmaxizin = 1,1430 m/det) yang diizinkan sehingga saluran aman terhadap gerusan. . 4.1.1 Kecepatan aliran yang diizinkan Kecepatan maksimum yang diizinkan atau kecepatan tahan erosi adalah kecepatan rata-rata yang tidak menimbulkan erosi pada tubuh saluran. Dalam merencanakan kecepatan aliran sebaiknya kecepatan yang terjadi lebih kecil dari kecepatan maksimum yang diizinkan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penggerusan dan pengendapan sedimen yang melayang. Dari hasil perhitungan didapat besarnya kecepatan aliran yang terjadi pada saluran tanah untuk ruas I (V) sebesar 0,501 m/det, ruas II 0,458 m/det dan ruas III 0,407 m/det, dan saluran lining ruas I (V) sebesar 0,570 m/det, ruas II 0,520 m/det dan ruas III 0,463 m/det, Sedangkan kecepatan maksimum yang diizinkan (Vmaxizin) sebesar 1,1430 m/det, maka lebih kecil dari kecepatan maksimum yang diizinkan sehingga saluran tersebut aman terhadap gerusan dan sedimentasi.

4.1.2 Tinggi jagaan Dari hasil perhitungan tinggi jagaan saluran tanah (F) dengan menggunakan persamaan (8), maka diperoleh hasil untuk ruas I sebesar 0,556 m , untuk ruas II 0,509 m dan ruas III 0,455 m, sedangkan saluran lining untuk ruas I sebesar 0,528 m, untuk ruas II 0,483 m dan ruas III 0,431 m. Tampang Memanjang Saluran Berdasarkan data kemiringan dasar saluran (S) 0,000245, hasil perhitungan diperoleh untuk ruas I kemiringan kritis (Sc) 0.0022 kedalaman kritis (yc) 0,271 m, ruas II kemiringan kritis (Sc) 0,0023 kedalaman kritis (yc) 0,222 m dan ruas III kemiringan kritis (Sc) 0,0024 kedalaman kritis (yc) 0,175 , dimana kemiringan (S) lebih kecil dari harga kemiringan kritis (Sc). Kestabilan SaluranTerhadap Pengaruh Aliran Dari hasil perhitungan pada tabel 4.4 diperoleh gaya tarik yang timbul pada saluran tanah lebih besar gaya tarik yang diizinkan ( 0 > 0 izin) baik pada dasar saluran maupun dinding saluran sehingga saluran tersebut tidak aman untuk menahan geser akibat aliran yang terjadi dalam saluran maka perlu memakai pasangan (lining).
Perhitungan saluran dengan menggunakan lining sangat berpengaruh terhadap besar atau kecilnya kemiringan saluran normal terhadap kemiringan kritis.

4.2

4.3

Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

142

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

Tabel 4 Hasil perhitungan gaya tarik yang timbul pada saluran tanah
Saluran tanah Ruas I Ruas II Ruas III

(kg/m ) 0,104 0,0912 0,0767

oizin
(kg/m ) 0,0025 0,0025 0,0025
2

s (kg/m2)
0,0806 0,0705 0,0593

(kg/m2) 0,00213 0,00213 0,00213

s izin

Ket. Tdk aman Tdk aman Tdk aman

Dari hasil perhitungan pada Tabel 5 kemiringan normal yang timbul lebih kecil dari kemiringan kritis (S<Sc) maka aliran yang terjadi adalah subkritis, sehingga air yang mengalir di saluran lining cukup aman terhadap gerusan.

Tabel 5 Hasil perhitungan saluran dengan lining


Saluran dengan lining Ruas I Ruas II Ruas III b (m) 1,60 1,60 1,60 y (m) 0,612 0.512 0,408 V (m3/det) 0,570 0,520 0,463 S 0,000245 0,000245 0.000245 Sc 0,001737 0,001736 0,001767 Ket Aman Aman Aman

Rembesan Pada Saluran Rembesan pada saluran sangat berpengaruh pada bahan tanah pembentukan badan saluran itu sendiri, rembesan dapat disebabkan adanya ruang kosong diantara butir-butir tanah, yang menyebabkan air mudah mengalir melalui ruang kosong tersebut. Rembesan air pada saluran tanah tergantung koefisien rembesan atau permeabilitas (C). Perhitungan rembesan pada saluran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (12).
Dari hasil perhitungan didapat hasil besarnya rembesan air pada saluran (S) untuk ruas I adalah 0,0604 x 10-6 m3/det, ruas II adalah 0,0534 x 10-6 m3/det dan pada ruas III adalah 0,047 x 10-6 m3/det.

4.4

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis dan pembahasan adalah sebagai nerikut: 1. Kedalaman aliran ruas I (y) sebesar 0,612 m, ruas II 0,512 m dan ruas III 0,408 m, sedangkan konsultan perencana memperoleh kedalaman aliran ratarata ruas (y) 0,350 m. 2. Kecepatan aliran ruas I (V) 0,570 m/det, ruas II 0,520 m/det dan ruas III 0,463 m/det, sedangkan konsultan perencana memperoleh kecepatan aliran rata-rata ruas (V) 0,385 m/det. 3. Kedalaman air yang terjadi lebih besar dari kedalaman kritis atau (yn>yc) maka aliran yang terjadi pada saluran adalah aliran subkritis dan kecepatan aliran (V) yang timbul lebih kecil dari kecepatan maksimum (Vmaxizin) yang diizinkan sehingga saluran aman terhadap gerusan. 4. Gaya tarik yang timbul pada saluran tanah lebih besar gaya tarik yang diizinkan ( 0 > 0 izin) baik pada dasar saluran maupun dinding saluran sehingga saluran tersebut tidak aman untuk menahan geser akibat aliran yang terjadi dalam saluran maka perlu memakai pasangan (lining).
Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

5.

143

Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011

ISSN 2088-0561

5. Kemiringan normal yang timbul lebih kecil dari kemiringan kritis (S<Sc) maka aliran yang terjadi adalah subkritis, sehingga air yang mengalir di saluran lining cukup aman terhadap gerusan. Bagi para perencana dalam melakukan perencanaan saluran sekunder perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Dalam hal pendemensian saluran dapat juga digunakan metode kecepatan yang diizinkan dan metode gaya tarik satuan. 2. Dalam perencanaa pendimensian penampang saluran sebaiknya diperhatikan sifat-sifat fisis tanah. 3. Besar debit kebutuhan yang digunakan harus mempertimbangkan keadaan debit sugai yang ada.

Daftar Kepustakaan
1. Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Bagian Saluran (KP-03), Badan Penerbitan Perencanaan Umum, Jakarta 2. Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Bagian Bangunan (KP-04), Badan Penerbitan Perencanaan Umum, Jakarta 3. Bowles, J.E, 1993, Sifatsifat Fisis dan Geometrik Tanah(Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta 4. Chow. V., T, 1997, Hidrolika Saluran Terbuka, Terjemahan EV. Nensi Rosalina, Erlangga, Jakarta 5. Khurmi R.,S, 1978, Hydraulics Fluid Mechanic and Hydraulic Machines, S. Chand & Company, New Delhi. 6. Triatmodjo, 1993, Hidrolika, Jilid II, Beta offset, Yogyakarta

Studi Keamanan Saluran Sekunder Pirak BP6-BP8 Daerah Irigasi Alue Ubay Kabupaten Aceh Utara Adzuha Desmi

144

Anda mungkin juga menyukai

  • Pascal
    Pascal
    Dokumen19 halaman
    Pascal
    Dayat Muhammad Amin Hidayatullah
    Belum ada peringkat
  • 3 Pujisantoso
    3 Pujisantoso
    Dokumen10 halaman
    3 Pujisantoso
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Puisi Dan Lagu
    Puisi Dan Lagu
    Dokumen1 halaman
    Puisi Dan Lagu
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Jurnal20070101 PDF
    Jurnal20070101 PDF
    Dokumen13 halaman
    Jurnal20070101 PDF
    Ratri Estika
    Belum ada peringkat
  • 3 Pujisantoso
    3 Pujisantoso
    Dokumen10 halaman
    3 Pujisantoso
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Jurnal20070101 PDF
    Jurnal20070101 PDF
    Dokumen13 halaman
    Jurnal20070101 PDF
    Ratri Estika
    Belum ada peringkat
  • Puisi Dan Lagu
    Puisi Dan Lagu
    Dokumen1 halaman
    Puisi Dan Lagu
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Jurnal20070101 PDF
    Jurnal20070101 PDF
    Dokumen13 halaman
    Jurnal20070101 PDF
    Ratri Estika
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Semikonduktor
    Semikonduktor
    Dokumen2 halaman
    Semikonduktor
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Scele Pekan6 Akhir
    Scele Pekan6 Akhir
    Dokumen4 halaman
    Scele Pekan6 Akhir
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Vertical Garden
    Vertical Garden
    Dokumen7 halaman
    Vertical Garden
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Eliza_Sinta_2891
    Belum ada peringkat