Assalamualaikum wr.wb.
Adik-adik, dalam rangka Peringatan ke-64 HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI, Kak Feri mempersembahkan dongeng anak
negeri yang mengisahkan tentang pentingnya cinta tanah air, cinta
bangsa dan negara meskipun kita berbeda-beda suku, agama,
umur, pekerjaan dan lain sebagainya.
Percayalah, dongengnya asyik, tidak membosankan. Adik-adik bisa
membacanya, dan yang penting adalah: adik-adik mampu
mengambil hikmah dari dongeng yang Kakak Ceritakan ini.
Nah, selamat Menikmati. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum, wr.wb.
BABAK PERTAMA
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Di sebuah negeri hiduplah beberapa orang dengan pekerjaan berbeda-beda. Negeri itu
bernama Nusantara. Di sana, ada Pak Petani, Pak Nelayan, Ibu Pedagang, Ibu Dokter dan Pak
Ilmuwan. Selain mereka, masih ada beberapa orang dengan pekerjaan yang lain.
Sudah bertahun-tahun mereka bersedih hati. Rupanya, di saat-saat itu mereka tidak bisa
bekerja. Mereka mengeluh. Begini keluhannya:
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Aku tidak bisa bertani,”kata Pak Petani.”Tanah di Nusantara kering dan tandus.
Aku tidak bisa menanam tanaman pertanian.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Aku tidak bisa menangkap ikan,”kata Pak Nelayan.” Laut dan sungai di Nusantara
tidak ada ikannya.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Aku tidak bisa berdagang”, kata Ibu Pedagang.”Tidak ada yang bisa dijual di
Nusantara ini.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Aku tidak bisa mengobati orang,”kata Ibu Dokter.”Tidak ada tanaman obat yang
tumbuh di Nusantara.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
”Aku tak bisa berkarya,”kata Pak Ilmuwan.”Tidak ada barang berharga yang bisa
diteliti di Nusantara ini.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Tiba-tiba, di saat mereka sedang sedih, ada seekor burung yang terbang tak
tentu arah dari langit dan kemudian jatuh tersungkur di dekat mereka. Burung itu
demikian besar, tetapi seolah tidak bisa menguasai tubuhnya dan kepakan sayapnya.
“Kaaak…..kaaakk…..”, begitu suaranya.
Mereka semua ketakutan. Burung itu besar sekali. Mereka takut dipatuk oleh
burung itu.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Tetapi Burung itu ternyata tampak kesakitan. Dia berusaha untuk terbang lagi, tetapi
entah kenapa tubuhnya tidak bisa terangkat. Dia seolah kelelahan dan kehabisan nafas
dan tak sanggup mengepakkan sayapnya yang lebar itu.
“Hei, lihat itu,”kata Pak Petani.”Kasihan burung itu.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Iya, kasihan.”kata Pak Nelayan.”Sepertinya dia lelah dan tidak bisa terbang”
“Ayo kita lihat dia”, kata Bu Dokter.”Siapa tahu dia butuh pertolongan.”
“Iya, tetapi hati-hati”kata Bu Pedagang.”Jangan sampai kita dilukainya”
Mereka mendekati burung itu dengan berhati-hati dan perlahan-lahan. Burung itu
tidak melawan dan seolah mengharap mereka untuk menolongnya.
“Kaak…kaaak,” burung itu mengangguk-angguk.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Benar. Kami lebih suka melihatmu pergi dari sini dan membiarkannya,” kata bu
Dokter.
“Kami akan melindunginya dari niat jahatmu itu” kata Bu Pedagang.
“Ya..kami akan melindunginya”kata mereka bersama-sama.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Haha..ha…haha… jadi kalian akan melawanku? Apa kalian tidak takut padaku?
Aku tidak akan segan-segan menjahati kalian kalau tidak menyerahkan burung itu!!!”
kata Raksasa Buto Penjajah menantang dan mengancam.
“Ya. Kami akan bersatu melawanmu!!! Kami tidak takut!!!” kata mereka semua.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Pertempuran itu begitu hebat. Beberapa penduduk luka terkena pukulan dan
tendangan raksasa.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Tetapi karena mereka tidak gentar dan terus melawan raksasa Buto Penjajah,
akhirnya raksasa Buto Penjajah berhasil dikalahkan. Raksasa Buto Penjajah bisa diusir
dari Nusantara. Penduduk nusantara memang lebih kecil dan lemah, tetapi karena
mereka bersatu, mereka bisa mengusir Raksasa Buto Penjajah yang jauh lebih kuat dan
lebih besar daripada mereka.
“Hore…..hore…..”teriak penduduk nusantara
“Merdeka….merdeka…..”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Burung itu begitu senang. Kini kakinya sudah bebas. Kemudian dia terbang menari-
nari riang. Dia terus berteriak dan mengangguk anggukkan kepala seolah
berterimakasih kepada perjuangan penduduk Nusantara untuk menyelamatkannya dari
berbagai ancaman.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Peristiwa ajaib terjadi ketika burung itu terbang riang ke sana ke mari. Ketika
dia terbang di atas sawah dan ladang, ……ajaib, sawah dan ladang menjadi subur dan
hijau. Buah-buahan, padi dan palawija tumbuh subur di tanah sawah dan ladang
Nusantara. Ketika dia melintas di atas sungai dan lautan luas di
Nusantara,….ajaib,…sungai dan lautan luas menjadi bergelora penuh ikan dan
binatang-binatang laut yang banyak sekali.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Aku bisa berkarya lagi,”kata Pak Ilmuwan”. Ada banyak kekayaan alam
Nusantara yang bisa aku olah untuk kemakmuran kita bersama”.
“Aku bisa berdagang lagi,” kata Ibu Pedagang ” Ada banyak barang-barang di
Nusantara yang bisa dijual dan diperdagangkan”
“Ya…kita bisa sejahtera di nusantara ini”kata mereka bersama…
Mereka bahagia sekali. Mereka berkarya, bergembira dan bernyanyi.
BABAK KEDUA
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Aku bernama Pertiwi. Aku dari khayangan di atas sana. Aku sedang mencari
burung khayangan yang telah hilang dicuri oleh Raksasa Buto Penjajah. Rupanya
burung itu bersama kalian dalam keadaan selamat.”
”Kaaak..kaaak”, burung tersebut nampak senang dengan kedatangan Pertiwi
dan seolah-olah berbicara dengan Pertiwi.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
”Burung ini adalah burung yang hidup di khayangan. Dia kesayangan penghuni
khayangan. Kemudian Raksasa Buto Penjajah yang serakah datang menangkap dan
mencurinya. Tetapi rupanya Burung ini dapat meloloskan diri meskipun kakinya
terbelenggu. Dia melarikan diri hingga Nusantara ini.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
““Ooh…begitu. Ya. Burung ini tadinya terbelenggu dan tersiksa. Dia disakiti oleh
Raksasa Buto Penjajah. Tetapi kami bersatu untuk melawannya dan mengusirnya.
Sekarang burung ini telah bebas, “ kata Pak Nelayan.
“Kaaakk….kaaakk..”suara burung itu. Dia bersuara dan kemudian terbang
menari-nari. Kepalanya terangguk-angguk seolah mengiakan kata-kata penduduk
Nusantara.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Oh…terima kasih. Kalian telah menyelamatkannya.”kata Pertiwi.” Nama burung ini adalah
Garuda. Dia biasa dipanggil Burung Garuda.”
“Oooh…burung Garuda”, kata mereka bersama-sama.
“Wahai Pertiwi, kami juga berterimakasih kepada burung ini. Karena, dia telah membawa
kemakmuran di Nusantara. Tanah di Nusantara menjadi subur, laut di nusantara menjadi penuh
ikan, hutan Nusantara menjadi hijau, kekayaan alam Nusantara menjadi melimpah. Kami menjadi
bahagia dan sejahtera.” .
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Bersyukurlah kepada Allah yang Maha Kuasa. Burung ini adalah mahluk
Allah yang dikaruniai untuk membawa kemakmuran kepada siapapun yang
menolongnya. Allahlah yang merubah Nusantara menjadi negeri yang makmur dan
sejahtera.”
“Ooh…begitu”kata mereka mengangguk-angguk. Kemudian mereka berdoa
memanjatkan puji syukur kepada Allah.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Hei ibu Pedangan,”Pak Nelayan marah.”Berani sekali kamu menuduhku seperti itu.
Mestinya kamu malu karena kamulah yang mendapat kekayaan paling besar dari kami semua.”
“Bukan! Bukan kalian semua,”teriak Bu Dokter.”Justru akulah yang lebih berhak. Dia
akan aku obati jika sakit. Jika dia tidak sehat, aku tahu harus berbuat apa. Kalau kalian, tentu akan
bingung harus berbuat apa.”
“Tidak!,”teriak Ilmuwan .”Siapa bilang kalian lebih berhak? Aku…! Akulah yang paling
berhak atasnya. Aku akan membuat segala sesuatu yang dia butuhkan dengan lebih baik, karena
aku paling paham dengan ilmu.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Beberapa diantara mereka kemudian saling tarik menarik Burung Garuda. Ada
yang memegang sayap. Ada yang memegang Kaki. Ada yang memegang Ekor. Apapun
yang bisa mereka pegang mulai dari bulu, paruh, badan, dan semua yang melekat di
badan Burung Garuda menjadi bahan rebutan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Mereka terus tarik menarik dari satu tempat ke tempat lain sehingga terjadi
kekacauan di mana-mana. Sawah-sawah terinjak-injak. Hutan menjadi porak poranda.
Lautan dan sungai menjadi keruh dan ikan-ikan mati. Gunung-gunung hancur dan
hampir semua tempat menjadi tidak indah dipandang.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Sementara itu, Burung Garuda menjadi semakin menderita. Badanya sakit karena
bulu-bulunya tercabut. Sayapnya menjadi terluka. Sekujur tubuhnya menjadi nyeri.
Kakinya terinjak-injak dan tergores di sana-sini. Ekornya sudah sangat berantakan.
Burung Garuda terus berteriak-teriak, tetapi teriakannya tidak terdengar oleh keributan
penduduk Nusantara yang merasa paling berhak atas Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Penduduk Nusantara saling pandang. Pak Petani bersedih melihat apa yang dilakukannya.
Pak Nelayan menyesal karena dia telah melakukan hal yang buruk. Bu Pedagang menangis. Bu
Dokter menangis sedih. Dan pak ilmuwan demikian menyesal. Mereka semua menyesali dan sadar
akan perbuatannya. Mereka baru menyadari bahwa perbuatan mereka telah menyakiti Burung
Garuda. Mereka juga melihat, bahwa perbuatan mereka telah membuat kerusakan alam di sana-
sini.
Sekarang Burung Garuda diam tak bergerak, tak bernafas. Mereka kemudian sama-sama
terduduk di samping Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“ Oh Garuda,” kata Pak Petani.” Maafkan kami yang ingin menang sendiri.”
“ Ya, maafkan kami Garuda,”kata Pak Nelayan.” Kami lupa akan janji kami. Kami lupa
bahwa kami harus rajin bersyukur kepada Allah, suka menolong, tetap bersatu, saling membantu
dan menghargai, serta bersikap adil kepada sesama.”
“Kami bukannya memenuhi janji kami, tetapi justru membuat kerusakan di sana
sini,”kata Bu Pedangang.
“Kami lupa diri. Kami telah menyakitimu. Maafkan kami Garuda,” kata Pak Ilmuwan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Pertiwi,”kata Ibu Dokter.” Garuda telah kami sakiti. Apakah dia masih bisa
sehat lagi? Selamatkan dia Pertiwi. Tolonglah..”
“Aku tidak tahu,”kata Pertiwi.”Hanya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa yang
Maha Tahu atas segala sesuatu. Dia sudah menderita sangat parah. Kalian telah
menyakitinya. Mari..bersama-sama kita memohon kepada Allah. Semoga Allah
berkenan memberikan pertolongan kepada Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Kita sudah terlambat….ini semua salahku,” kata Pak Petani. “Akulah yang memulai
pertengkaran kita.”
“Tidak, Pak Petani,”kata Pak Nelayan.”Ini salahku. Jika saja aku tidak sombong,
tentulah kita masih bisa melihat garuda melayang di udara.”
“Sudahlah. Semuanya sudah terjadi. Kita semua bersalah. Kita merasa paling
berhak dan paling menguasainya. Kini lihat di sekeliling kita, semuanya sudah rusak dan
hancur. Burung Garuda menjadi menderita karena kita,”kata Ibu Pedagang.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
“Wahai Garudaku !!! Kami berjanji untuk selalu mendukungmu!!!, ”teriak Pak Petani.
“Tetaplah terbang Garudaku. Melintasi nusantara, membawa kedamaian bagi
kami!!!”teriak Pak nelayan.
“Wahai kawan-kawan, satukan tekad untuk mendukung Garuda kita. Kami berjanji tetap
bersatu!!! Teriak ibu Pedangang.
“Mari bersatu!!! Merdekaaa!!!!” teriak mereka bersama.
Burung Garuda terbang tinggi di angkasa. Melintasi Nusantara. Membawa kedamaian di bumi
Nusantara. (*)
“Kemuliaan ialah membangunkan umat yang binasa, membuka selubung
kebodohan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat kemuliaan yang hilang,
membangunkan yang lalai dan menyedarkan dari lengah, mempersatukan suara
dan meningkatkan semangat. Orang yang sanggup bekerja demikian, itulah
orang yang mulia. Meskipun tempat tinggalnya hanya sebuah pondok buruk, dan
pakaian yang sederhana. Walaupun dia hanya makan seadanya, tidur di atas
tikar karana miskinnya, mengembara ke hilir ke mudik, ke lembah dan ke bukit.
Jiwa yang demikian cukup untuk menjadi perhiasannya dan cukup menjadi tanda
kesempurnaannya. Itulah hidup yang tenteram dalam hati. Itulah jasa yang
tertulis sepanjang zaman yang selamanya tiadakan pupus. Ke sanalah kita
sekalian harus berlomba.”
(BUYA HAMKA dalam Falsafah Hidup)
Salam Penutup
www.teroriscinta.blog.friendster.com
Ucapan Terima Kasih
•Allah SWT atas Karunia, Rahmat Dan Hidayahnya, semoga karya ini menjadi
bagian dari Ibadahku pada-Nya dan semoga benih yang tertanam di setiap
pembaca menjadi bekalku untuk menghadap-Nya
•Bunda Endang Subekti Istriku, Heaven anakku pertama, Damar anakku kedua,
semoga apa yang Ayah lakukan membuatmu bangga agar engkau kelak juga
menjadi kebanggaan ayahmu ini.
•Ayah-Ibu Semarang, karya ini menjadi bagian dari pesan-pesanmu dari awal
engkau mendidikku tentang cinta tanah air. Ayah Ibu Borobudur, atas cinta
yang setara diantara putra-putrimu,
•Mas Pras, Mbak Denok, Rina, Bayu. Kabeh dulur-dulurku, ayo podho-podho dadi
anak sing soleh lan gawe remening penggalih Bapak-Ibu.
•Teman-teman Pemuda Muhammadiah Kota, Jamaah Shalahuddin UGM, PP Budi
Mulia UGM, Labda, IDEA, IPPNU-IPNU Borobudur, Perdana-net. Komunitas Lilin,
Digital Journal Al-Manar. Alumni SMU Sedes Sapientiae dan komunitas manapun
yang tak bisa disebut satu persatu.
•Pendukung awal ditorehkannya gagasan kisah ini mulai dari ide sampai dengan
eksekusi di Facebook:Arnest, Anda, Wazan, Dwi Satya, Ali Fahmi,Alim,Wiliasari,
Mbak Indah, Mas Agus Nuramal, Ucik, Sita, Romna, Mbak Nurul, Hendra Barat,
Mas Noer Cholik, Ika Ardhiano, Ganjar. Cheng Ho, Purwoko, Mbak Nurul
Asmayani, Nur Rofingah, Mas Kris, Ais, Acun, dan teman-teman lain yang
mungkin lupa disebutkan ataupun mendukung tetapi tidak menuangkan di
board FB. Terima kasih saya sedalam-dalamnya atas dukungan Anda.
•Pihak-pihak lain yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Terima kasih atas
kerjasamanya. Semoga Allah membalas apa yang telah Anda lakukan dan
semoga kita tetap bisa dipertemukan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Doa saya untuk Anda dan mohon doa untuk kami sekeluarga.
DIBALIK PENTAS
Behind the Show
Dongeng ini mungkin tidak pernah menjadi booming ataupun legenda semacam
karya besar Hans Christian Andersen. Tetapi sejarah mencatat bahwa sebuah karya
akan dihargai oleh banyak orang jika kita sendiri mampu menghargainya dan
mensyukurinya. Untuk itulah tulisan ini dibuat. Kalau di dalam DVD film ada behind
the scene, maka saya coba menuturkan segala sesuatu yang terjadi di balik
“Dongeng Anak Negeri --Menolong Garuda”—ini agar proses di balik pentas
pembuatan karya ini bisa menjadi pelajaran bagi siapapun yang memang merasa
perlu tahu dan bisa jadi mendapat gagasan besar, ide besar untuk membuat karya
yang lebih baik dari apa yang telah saya lakukan. Tentu saja penghargaan tersendiri
bagi saya jika hal itu terjadi. Ceritanya, saya sendiri terkesan, atau merinding,
dengan penuturan Taufiq Ismail dalam majalah sastra Horizon ketika menggarap
lagu Ketika Tangan dan Kaki Bicara yang kemudian dinyanyikan oleh Almarhum
Chrisye. Saya menjadi inspired membaca bahwa berapa Chrisye menjadi punya
pengalaman batin dan traumatis saat menyanyikan lirik Ketika Tangan dan Kaki
Bicara yang kemudian hanya sekali..hanya sekali dalam hidupnya, dia nyanyikan.
Subhanallah… Dalam hal ini, ternyata menceritakan proses pun bisa jadi sangat
penting dan bernilai, bahkan mungkin melebihi hasil yang disajikan kepada penikmat
seni.
Berawal dari comment sederhana di Facebook, seorang teman menuliskan
(maaf, saya tidak menuliskan siapa namanya karena barangkali yang bersangkutan
tidak berkenan): “Buku2 cerita anak yg d distibusikan lewat playgroup tokoh2ny
bnyk yg pake peri dan kurcaci... tokoh2 imajiner untuk anak indonesia siapa ya?”
Saya jadi merenung, agak jauh dari persoalan malah. Benar…kita kurang dongeng
untuk anak kita. Proses mendongeng adalah menyampaikan nilai dalam bahasa
renyak, serenyah snack, yang bisa dinikmati oleh anak-anak. Bisa jadi kita sendiri
yang tidak bisa menceritakan dongeng karena kemampuan kita bercerita memang
buruk, tetapi bisa jadi juga karena kita menganggap dongeng adalah sesuatu yang
benar-benar imajiner sehingga nilai yang hendak disampaikan itu pun menjadi
imajiner. Mungkin karena kehidupan di negeri kita dewasa ini jauh dari nilai-nilai
luhur, sehingga berbicara kepahlawanan, berbicara tentang pengorbanan, berbicara
tentang kepemimpinan, kerjasama, gotong royong, kekeluargaan, keadilan menjadi
sesuatu yang imajiner juga. Kenyataan telah mempengaruhi imaninasi kita sehingga
otak menjadi mandul untuk menceritakan nilai luhur kepada anak-anak kita,
sementara, nilai agama seolah menjadi terlalu suci dan melangit untuk dibumikan.
Dari sinilah saya tertantang: kenapa kita nggak mimpi tentang sesuatu yang ideal,
dan bagaimana impian ini digarap sedemikian rupa sehingga orang lain pengen,
gandrung, kangen, rindu ataupun addicted untuk bisa menwujudkannya menjadi
kenyataan. Dan bagaimana kemudian hal itu bisa tersampai kepada anak-anak.
Well, saat tulisan ini dibuat, adalah bulan Agustus 2009 dimana akan
diperingati HUT Proklamasi RI ke 64. Saat itu kemudian di Facebook saya tuliskan:
mencari ide tentang nasionalisme untuk 17an. antara menggali sejarah dan
bermimpi tentang masa depan. lalu menyajikannya dalam sebuah dongengan anak.
pertanyaanya: apa sudah kering jiwaku? kok nggak ketemu-ketemu juga ya?
Lalu, setelah ngalor-ngidul merenung, entah darimana asalnya kemudian
Allah SWT memberikan saya sebersit cahaya..cling..dan kemudian seolah ada
gagasan untuk menuliskan ini. Saya tidak tahu persis apa sumbernya menduga,
beberapa referensi yang inspiring di otak saya berasal dari dongeng Animal Farm,
karya George Orwell, Jonathan Livingstone Camar, karya Richard Bach, Spongebob
Squarepant pada kisah Spongebob BC karya Stephen Hillenburg, dan kemudian
yang paling penting adalah diskusi Rasulullah SAW dengan prajuritnya pasca
perang Badar:
Yak. Mungkin kita bisa bicara banyak tentang kalahnya nilai dengan nafsu.
Lihat televisi yang full sampah, saya kira bisa dijadikan indikasi betapa perang di
Indonesia pasca proklamasi jauh lebih besar daripada perang kemerdekaan itu
sendiri. Mungkin, jika saja para pahlawan yang dulu berjuang untuk Indonesia itu
hidup kembali, betapa mereka akan menangis darah.
OK, lanjut….
Hormat Saya,