Anda di halaman 1dari 82

Sekapur sirih

Assalamualaikum wr.wb.
Adik-adik, dalam rangka Peringatan ke-64 HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI, Kak Feri mempersembahkan dongeng anak
negeri yang mengisahkan tentang pentingnya cinta tanah air, cinta
bangsa dan negara meskipun kita berbeda-beda suku, agama,
umur, pekerjaan dan lain sebagainya.
Percayalah, dongengnya asyik, tidak membosankan. Adik-adik bisa
membacanya, dan yang penting adalah: adik-adik mampu
mengambil hikmah dari dongeng yang Kakak Ceritakan ini.
Nah, selamat Menikmati. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum, wr.wb.
BABAK PERTAMA
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Di sebuah negeri hiduplah beberapa orang dengan pekerjaan berbeda-beda. Negeri itu
bernama Nusantara. Di sana, ada Pak Petani, Pak Nelayan, Ibu Pedagang, Ibu Dokter dan Pak
Ilmuwan. Selain mereka, masih ada beberapa orang dengan pekerjaan yang lain.
Sudah bertahun-tahun mereka bersedih hati. Rupanya, di saat-saat itu mereka tidak bisa
bekerja. Mereka mengeluh. Begini keluhannya:
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Aku tidak bisa bertani,”kata Pak Petani.”Tanah di Nusantara kering dan tandus.
Aku tidak bisa menanam tanaman pertanian.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Aku tidak bisa menangkap ikan,”kata Pak Nelayan.” Laut dan sungai di Nusantara
tidak ada ikannya.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Aku tidak bisa berdagang”, kata Ibu Pedagang.”Tidak ada yang bisa dijual di
Nusantara ini.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Aku tidak bisa mengobati orang,”kata Ibu Dokter.”Tidak ada tanaman obat yang
tumbuh di Nusantara.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

”Aku tak bisa berkarya,”kata Pak Ilmuwan.”Tidak ada barang berharga yang bisa
diteliti di Nusantara ini.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Ya….Nusantara tidak bisa memberi kami kemakmuran,” kata mereka semua


bersama-sama.
Mereka semua duduk bersedih. Mereka semua termenung, seolah tidak ada
harapan bagi mereka.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Tiba-tiba, di saat mereka sedang sedih, ada seekor burung yang terbang tak
tentu arah dari langit dan kemudian jatuh tersungkur di dekat mereka. Burung itu
demikian besar, tetapi seolah tidak bisa menguasai tubuhnya dan kepakan sayapnya.
“Kaaak…..kaaakk…..”, begitu suaranya.
Mereka semua ketakutan. Burung itu besar sekali. Mereka takut dipatuk oleh
burung itu.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Tetapi Burung itu ternyata tampak kesakitan. Dia berusaha untuk terbang lagi, tetapi
entah kenapa tubuhnya tidak bisa terangkat. Dia seolah kelelahan dan kehabisan nafas
dan tak sanggup mengepakkan sayapnya yang lebar itu.
“Hei, lihat itu,”kata Pak Petani.”Kasihan burung itu.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Iya, kasihan.”kata Pak Nelayan.”Sepertinya dia lelah dan tidak bisa terbang”
“Ayo kita lihat dia”, kata Bu Dokter.”Siapa tahu dia butuh pertolongan.”
“Iya, tetapi hati-hati”kata Bu Pedagang.”Jangan sampai kita dilukainya”
Mereka mendekati burung itu dengan berhati-hati dan perlahan-lahan. Burung itu
tidak melawan dan seolah mengharap mereka untuk menolongnya.
“Kaak…kaaak,” burung itu mengangguk-angguk.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

”Tampaknya dia kehausan,”kata Bu Dokter.”Dia kelelahan sekali.”


“Ayo kita ambilkan air minum. Kita tolong dia,”kata Pak Petani.
Kemudian Pak Petani membawa air dalam cangkir dan hendak meminumkannya
kepada burung itu.
“Minumlah. Supaya kamu segar lagi,” Kata Pak Nelayan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Ya….kami akan menolongmu”, kata mereka bersama-sama.


“Kaak…kaaak….”
Burung itu mengangguk-angguk mengiyakan. Diminumnya air dari cangkir yang
diberikan penduduk Nusantara.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Ketika mereka sedang menolong burung raksasa itu, tiba-tiba mereka


dikejutkan oleh suara tawa yang membahana. Suara itu begitu keras dan menggelegar
sehingga seolah ada angin ribut dan gempa bumi.
“Ha…ha….ha…..ha……ha…….”
Dari jauh ternyata ada raksasa yang tinggi dan besar datang mendekat.
Wajahnya mengerikan, tubuhnya hitam dan tampak jahat. Penduduk Nusantara yang
sedang menolong burung tadi ketakutan sekali.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Ha..ha….ha…ha..ha. Akulah Raksasa Buto Penjajah yang suka mengganggu


siapa saja. Akulah raksasa yang jahat dan tidak mengenal belas kasihan,”katanya.
“ Hei kalian,”kata Raksasa Buto Penjajah itu dengan kasar. “Akulah yang
membelenggu Burung itu. Aku senang menyiksanya. Aku senang melihatnya menderita.
Sekarang, ayo serahkan padaku. Kembalikan padaku. Aku akan menyiksanya
lagi…hahahahaha….”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Penduduk Nusantara sangat ketakutan. Tetapi, mereka tidak mau menyerahkan


burung itu. Maka mereka mengumpulkan keberanian dan berbicara kepada Raksasa
Buto Penjajah.
“Hai Raksasa Buto Penjajah. Sungguh tidak terpuji perilakumu itu. Tidak!!! Kami
tidak mau menyerahkan burung ini padamu,” Teriak Pak Tani.
“Ya. Kami tidak suka melihat kamu menyiksanya”, teriak Pak Nelayan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Benar. Kami lebih suka melihatmu pergi dari sini dan membiarkannya,” kata bu
Dokter.
“Kami akan melindunginya dari niat jahatmu itu” kata Bu Pedagang.
“Ya..kami akan melindunginya”kata mereka bersama-sama.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Haha..ha…haha… jadi kalian akan melawanku? Apa kalian tidak takut padaku?
Aku tidak akan segan-segan menjahati kalian kalau tidak menyerahkan burung itu!!!”
kata Raksasa Buto Penjajah menantang dan mengancam.
“Ya. Kami akan bersatu melawanmu!!! Kami tidak takut!!!” kata mereka semua.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Kemudian Raksasa Buto Penjajah meraung dan mengamuk. Marah.


Diangkatnya tangannya tinggi-tinggi dan akan memukul siapapun yang ada di dekatnya.
Dia menyerang penduduk nusantara dengan jahatnya.
Tetapi penduduk nusantara bersatu padu. Meskipun mereka lebih kecil
daripada raksasa Buto Penjajah, mereka semua berjumlah banyak dan bersatu
sehingga berani melawan raksasa Buto Penjajah.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Pertempuran itu begitu hebat. Beberapa penduduk luka terkena pukulan dan
tendangan raksasa.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Tetapi karena mereka tidak gentar dan terus melawan raksasa Buto Penjajah,
akhirnya raksasa Buto Penjajah berhasil dikalahkan. Raksasa Buto Penjajah bisa diusir
dari Nusantara. Penduduk nusantara memang lebih kecil dan lemah, tetapi karena
mereka bersatu, mereka bisa mengusir Raksasa Buto Penjajah yang jauh lebih kuat dan
lebih besar daripada mereka.
“Hore…..hore…..”teriak penduduk nusantara
“Merdeka….merdeka…..”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Setelah berhasil mengalahkan raksasa Buto Penjajah, mereka mendatangi burung


raksasa tadi. Burung raksasa tampak senang melihat penduduk bumi menolongnya dari ancaman
raksasa Buto Penjajah.
“Kaak…kaaak” begitu suaranya. Kepalanya diangguk-anggukkan senang seolah
berterimakasih kepada penduduk Nusantara.
“Jangan takut, Burung yang malang,” kata Pak Petani.”Raksasa Buto Penjajah tidak akan
berani lagi menyiksamu. Karena kami akan terus melindungimu”
“Oh..kawan-kawan...lihat, kakinya terbelenggu rantai besi,”kata Pak Petani.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

”Ayo teman-teman, kita bergotong royong membebaskan kakinya dari rantai


besi”
Kemudian mereka berusaha bersama-sama untuk mematahkan rantai besi yang
membelenggu kaki burung raksasa itu.
Rantai itu begitu kuat dan kokoh. Tetapi karena mereka tidak menyerah dan
saling bersatu padu bergotong royong, akhirnya rantai itu patah.
Mereka semua berteriak, ”merdeka…merdeka….”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Burung itu begitu senang. Kini kakinya sudah bebas. Kemudian dia terbang menari-
nari riang. Dia terus berteriak dan mengangguk anggukkan kepala seolah
berterimakasih kepada perjuangan penduduk Nusantara untuk menyelamatkannya dari
berbagai ancaman.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Peristiwa ajaib terjadi ketika burung itu terbang riang ke sana ke mari. Ketika
dia terbang di atas sawah dan ladang, ……ajaib, sawah dan ladang menjadi subur dan
hijau. Buah-buahan, padi dan palawija tumbuh subur di tanah sawah dan ladang
Nusantara. Ketika dia melintas di atas sungai dan lautan luas di
Nusantara,….ajaib,…sungai dan lautan luas menjadi bergelora penuh ikan dan
binatang-binatang laut yang banyak sekali.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Ketika dia melintasi pegunungan dan daratan di nusantara, berbagai mineral


dan batuan berharga bermunculan dari tanah di nusantara. Minyak, batubara, besi,
tembaga, timah, emas dan barang tambang lainnya terkandung di tanah Nusantara.
Ketika dia melintasi hutan, hutan yang tadinya kering dan panas menjadi hijau, basah
dan subur, penuh dengan satwa-satwa dan tumbuh-tumbuhan yang indah-indah.
Dimanapun burung itu melintas, disanalah tercipta kemakmuran…
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Hore………..”teriak penduduk Nusantara. Penduduk Nusantara menari riang.


Mereka bergembira dan bersyukur atas kemakmuran Nusantara.
“Aku bisa menanam lagi”, kata Pak Petani.”Tanah Nusantara sekarang subur.
Berbagai macam tanaman dan sayuran akan aku tanam.”
“Aku bisa menangkap ikan lagi”kata pak Nelayan.”Nusantara sangat kaya
dengan ikan-ikan segar dan hasil laut yang melimpah”.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Aku bisa berkarya lagi,”kata Pak Ilmuwan”. Ada banyak kekayaan alam
Nusantara yang bisa aku olah untuk kemakmuran kita bersama”.
“Aku bisa berdagang lagi,” kata Ibu Pedagang ” Ada banyak barang-barang di
Nusantara yang bisa dijual dan diperdagangkan”
“Ya…kita bisa sejahtera di nusantara ini”kata mereka bersama…
Mereka bahagia sekali. Mereka berkarya, bergembira dan bernyanyi.
BABAK KEDUA
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Penduduk Nusantara kini bekerja dengan gembira sambil bernyanyi. Tiba-tiba,


datanglah seorang bidadari dari khayangan. Dia turun dari atas awan, bergerak lembut
ke bumi. Wajahnya cantik dan berseri-seri dan bercahaya.
Penduduk bumi terkagum-kagum dengan kecantikan dan keanggunan bidadari
ini. Mereka saling berbisik-bisik memuji. Kemudian salah satu dari mereka bertanya
pada bidadari ini.
“Siapakah engkau, wahai bidadari yang cantik?” kata Pak Tani.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Aku bernama Pertiwi. Aku dari khayangan di atas sana. Aku sedang mencari
burung khayangan yang telah hilang dicuri oleh Raksasa Buto Penjajah. Rupanya
burung itu bersama kalian dalam keadaan selamat.”
”Kaaak..kaaak”, burung tersebut nampak senang dengan kedatangan Pertiwi
dan seolah-olah berbicara dengan Pertiwi.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

”Burung ini adalah burung yang hidup di khayangan. Dia kesayangan penghuni
khayangan. Kemudian Raksasa Buto Penjajah yang serakah datang menangkap dan
mencurinya. Tetapi rupanya Burung ini dapat meloloskan diri meskipun kakinya
terbelenggu. Dia melarikan diri hingga Nusantara ini.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

““Ooh…begitu. Ya. Burung ini tadinya terbelenggu dan tersiksa. Dia disakiti oleh
Raksasa Buto Penjajah. Tetapi kami bersatu untuk melawannya dan mengusirnya.
Sekarang burung ini telah bebas, “ kata Pak Nelayan.
“Kaaakk….kaaakk..”suara burung itu. Dia bersuara dan kemudian terbang
menari-nari. Kepalanya terangguk-angguk seolah mengiakan kata-kata penduduk
Nusantara.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Oh…terima kasih. Kalian telah menyelamatkannya.”kata Pertiwi.” Nama burung ini adalah
Garuda. Dia biasa dipanggil Burung Garuda.”
“Oooh…burung Garuda”, kata mereka bersama-sama.
“Wahai Pertiwi, kami juga berterimakasih kepada burung ini. Karena, dia telah membawa
kemakmuran di Nusantara. Tanah di Nusantara menjadi subur, laut di nusantara menjadi penuh
ikan, hutan Nusantara menjadi hijau, kekayaan alam Nusantara menjadi melimpah. Kami menjadi
bahagia dan sejahtera.” .
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Bersyukurlah kepada Allah yang Maha Kuasa. Burung ini adalah mahluk
Allah yang dikaruniai untuk membawa kemakmuran kepada siapapun yang
menolongnya. Allahlah yang merubah Nusantara menjadi negeri yang makmur dan
sejahtera.”
“Ooh…begitu”kata mereka mengangguk-angguk. Kemudian mereka berdoa
memanjatkan puji syukur kepada Allah.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Setelah usai, kemudian Burung Garuda mendekati Pertiwi.


“Kaakk….kakkk….”Burung garuda itu kemudian seolah berkata sesuatu
kepada Pertiwi. Pertiwi mengangguk-angguk dan tersenyum.
“Wahai penduduk Nusantara. Kedatanganku kemari sesungguhnya untuk
membawa Burung Garuda kembali ke khayangan. Sebab, disanalah tempat dia tinggal
dan hidup. Aku datang untuk menjemputnya dan membawa kembali garuda ke
khayangan.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Mendengar itu, penduduk Nusantara bersedih. Sebagian diantara mereka


langsung menangis. Mereka tak kuasa berpisah dengan Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Tetapi…..ternyata Burung Garuda memilih untuk tinggal bersama dengan kalian di


Nusantara. Dia betah dan kerasan hidup bersama dengan kalian. Untuk itu, aku ijinkan
kepadanya untuk tinggal bersama kalian.”
“HOREEEEE….MERDEKA…..”Teriak mereka bersama-sama. Hilang kesedihan.
Hilang kedukaan. Ternyata mereka tidak jadi berpisah dengan Garuda. Mereka
memeluk Garuda dan bersorak-sorai .
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Tetapi dengarkan aku wahai penduduk Nusantara.Burung Garuda ini bisa


tetap hidup di Nusantara asalkan kalian memenuhi syarat-syarat yang harus kalian
lakukan,”kata Pertiwi.
“Apakah syaratnya wahai Pertiwi?”kata mereka bersama.
“Kalian harus rajin bersyukur kepada Allah, suka menolong, tetap bersatu,
saling membantu dan menghargai, serta bersikap adil kepada sesama.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Jika kalian dapat bersyukur, menolong, bersatu, saling membantu dan


menghargai, dan bersikap adil, maka Burung Garuda akan tetap hidup di Nusantara.
Tetapi jika kalian tidak melakukannya, Burung Garuda akan mati.”
“Baiklah Pertiwi. Kami akan berjanji untuk suka menolong, tetap bersatu,
saling membantu dan menghargai, serta bersikap adil kepada sesama.”janji mereka.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Ya..saya percaya itu. Baiklah penduduk nusantara. Ingatlah akan janji


kalian. Aku akan kembali ke khayangan. Semoga kalian tetap dapat hidup berbahagia
dan sejahtera. Aku titipkan Burung Garuda di Nusantara ini.”
Kemudian Pertiwi terbang ke Khayangan dilepas dengan senyuman
penduduk Nusantara. Selepas itu, penduduk nusantara bernyanyi dan menari riang
bersama Garuda.
BABAK KETIGA
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Garuda kini hidup bersama dengan penduduk Nusantara. Kemakmuran dan


kesejahteraan terlihat di Nusantara. Kini, Nusantara menjadi daerah yang makmur dan
kaya. Berbeda dengan Nusantara yang dulu, yang miskin, tandus dan tidak
menghasilkan.
Kemudian, diantara mereka saling berbicara.
“Wahai teman-teman,”kata Pak Petani.”Biarkanlah burung Garuda tinggal
bersamaku. Aku akan merawat dan memberinya makan.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Pak Petani, akulah yang lebih mampu untuk merawatnya,”kata Pak


Nelayan.”Garuda sangat suka makan ikan. Dengan hasil ikan yang melimpah, dia tidak
akan kelaparan. Tetapi jika kamu yang merawatnya, kamu tidak akan mampu
membawakan makanan yang dia sukai.”
“Tidak!”kata Bu Pedagang.”Kamu pasti hanya ingin Burung Garuda
memberikan kemakmuran kepadamu saja. Tetapi tidak untuk kami semua.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Hei ibu Pedangan,”Pak Nelayan marah.”Berani sekali kamu menuduhku seperti itu.
Mestinya kamu malu karena kamulah yang mendapat kekayaan paling besar dari kami semua.”
“Bukan! Bukan kalian semua,”teriak Bu Dokter.”Justru akulah yang lebih berhak. Dia
akan aku obati jika sakit. Jika dia tidak sehat, aku tahu harus berbuat apa. Kalau kalian, tentu akan
bingung harus berbuat apa.”
“Tidak!,”teriak Ilmuwan .”Siapa bilang kalian lebih berhak? Aku…! Akulah yang paling
berhak atasnya. Aku akan membuat segala sesuatu yang dia butuhkan dengan lebih baik, karena
aku paling paham dengan ilmu.”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Suasana menjadi memanas. Tidak sampai lama kemudian teriakan-teriakan


saling bersahutan terjadi.
“Aku lebih berhak…!!! Aku lebih berhak” teriak mereka bersahutan.
Tidak berapa lama kemudian mereka saling berkelahi. Ada yang saling
dorong. Ada yang saling marah. Ada yang menunjuk-nunjuk diri sendiri.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Beberapa diantara mereka kemudian saling tarik menarik Burung Garuda. Ada
yang memegang sayap. Ada yang memegang Kaki. Ada yang memegang Ekor. Apapun
yang bisa mereka pegang mulai dari bulu, paruh, badan, dan semua yang melekat di
badan Burung Garuda menjadi bahan rebutan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Mereka terus tarik menarik dari satu tempat ke tempat lain sehingga terjadi
kekacauan di mana-mana. Sawah-sawah terinjak-injak. Hutan menjadi porak poranda.
Lautan dan sungai menjadi keruh dan ikan-ikan mati. Gunung-gunung hancur dan
hampir semua tempat menjadi tidak indah dipandang.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Sementara itu, Burung Garuda menjadi semakin menderita. Badanya sakit karena
bulu-bulunya tercabut. Sayapnya menjadi terluka. Sekujur tubuhnya menjadi nyeri.
Kakinya terinjak-injak dan tergores di sana-sini. Ekornya sudah sangat berantakan.
Burung Garuda terus berteriak-teriak, tetapi teriakannya tidak terdengar oleh keributan
penduduk Nusantara yang merasa paling berhak atas Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Perlahan-lahan, garuda menjadi lemah…lemah…dan semakin lemah. Teriakannya


menjadi semakin kecil. Dan akhirnya, dia menjadi diam tak bergerak, terseret-seret
kesana kemari oleh perkelahian penduduk Nusantara.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Ketika kegaduhan itu terjadi, ternyata terdengar sampai Khayangan.


datanglah Pertiwi dari Khayangan. Dia turun dengan wajah sangat sedih dan berduka.
Dengan sekuat tenaga dia kemudian berteriak:
“BERHENTI!!!! Wahai Penduduk Nusantara, berhenti…!!!”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Hingga beberapa saat kemudian. Perkelahian akhirnya berhenti. Dan ketika


berhenti, Pertiwi kemudian mendatangi Burung Garuda yang terkapar lemas. Pertiwi
menangis, duduk di samping Garuda.
“Lihatlah penduduk Nusantara yang kalian perbuat. Lihatlah!!!”, isaknya.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Penduduk Nusantara saling pandang. Pak Petani bersedih melihat apa yang dilakukannya.
Pak Nelayan menyesal karena dia telah melakukan hal yang buruk. Bu Pedagang menangis. Bu
Dokter menangis sedih. Dan pak ilmuwan demikian menyesal. Mereka semua menyesali dan sadar
akan perbuatannya. Mereka baru menyadari bahwa perbuatan mereka telah menyakiti Burung
Garuda. Mereka juga melihat, bahwa perbuatan mereka telah membuat kerusakan alam di sana-
sini.
Sekarang Burung Garuda diam tak bergerak, tak bernafas. Mereka kemudian sama-sama
terduduk di samping Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“ Oh Garuda,” kata Pak Petani.” Maafkan kami yang ingin menang sendiri.”
“ Ya, maafkan kami Garuda,”kata Pak Nelayan.” Kami lupa akan janji kami. Kami lupa
bahwa kami harus rajin bersyukur kepada Allah, suka menolong, tetap bersatu, saling membantu
dan menghargai, serta bersikap adil kepada sesama.”
“Kami bukannya memenuhi janji kami, tetapi justru membuat kerusakan di sana
sini,”kata Bu Pedangang.
“Kami lupa diri. Kami telah menyakitimu. Maafkan kami Garuda,” kata Pak Ilmuwan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Pertiwi,”kata Ibu Dokter.” Garuda telah kami sakiti. Apakah dia masih bisa
sehat lagi? Selamatkan dia Pertiwi. Tolonglah..”
“Aku tidak tahu,”kata Pertiwi.”Hanya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa yang
Maha Tahu atas segala sesuatu. Dia sudah menderita sangat parah. Kalian telah
menyakitinya. Mari..bersama-sama kita memohon kepada Allah. Semoga Allah
berkenan memberikan pertolongan kepada Burung Garuda.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Mari teman-teman, kita berdoa”kata Pak Petani.


“Ya…mari kita berdoa”, jawab mereka bersama-sama.
Kemudian mereka bersama-sama memanjatkan doa agar Allah memberikan
kesembuhan kepada Burung Garuda. Doa mereka begitu khusyuk sehingga alam
seolah ikut hening mengamini setiap permohonan yang mereka ucapkan. Selesai
berdoa kemudian mereka mengheningkan cipta. Berharap agar ada keajaiban dan
pertolongan Allah.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Tetapi…setelah sekian waktu berlalu, Burung Garuda masih tidak bergerak. Di


antara mereka tampak sudah ada yang putus asa. Diam....Kaku....
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Kita sudah terlambat….ini semua salahku,” kata Pak Petani. “Akulah yang memulai
pertengkaran kita.”
“Tidak, Pak Petani,”kata Pak Nelayan.”Ini salahku. Jika saja aku tidak sombong,
tentulah kita masih bisa melihat garuda melayang di udara.”
“Sudahlah. Semuanya sudah terjadi. Kita semua bersalah. Kita merasa paling
berhak dan paling menguasainya. Kini lihat di sekeliling kita, semuanya sudah rusak dan
hancur. Burung Garuda menjadi menderita karena kita,”kata Ibu Pedagang.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Wahai Penduduk Nusantara,”kata Pertiwi.” Sekarang kalian telah sadar, bahwa


sikap merasa paling berhak itu membuat kita menjadi tercerai berai. Bukan hanya kita
yang rugi, tetapi juga membuat lingkungan sekitar menjadi rusak. Burung Garuda sudah
tiada. Semoga Allah masih memberikan karunianya, meskipun Burung Garuda telah
tiada. Marilah kita bersatu.”
Mereka kemudian saling berjanji untuk tetap bersatu.
“Ya, kami berjanji.”
BABAK KEEMPAT
“Epilog”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Mereka hanyut dalam duka. Sampai kemudian….


“Kaakkkk….kaaakkkk…..”
Tiba-tiba terdengar suara lirih Burung Garuda.
“Hai, dengar teman-teman. Burung Garuda Masih hidup!!”kata Pak Petani.
“Iya!! Benar!! Ayo kita bantu dia untuk bangkit!!!,”kata Pak Nelayan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Kemudian mereka bersama-sama membantu Burung Garuda bangkit. Dengan


susah payak Burung Garuda Itu bangkit, dan dengan perlahan dia menggerakan
kakinya yang masih terhuyung-huyung. Akhirnya dia bisa berdiri tegak.
Penduduk Nusantara bersorak sorai. Mereka senang karena Burung Garuda masih
hidup. Mereka saling berpandangan bahagia.
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Kemudian keajaiban terjadi. Burung Garuda itu kemudian pulih. Luka-luka di


sekujur tubuhnya menjadi sembuh. Bulu-bulu yang berantakan menjadi rontok dan
berganti menjadi bulu yang baru. Sayapnya menjadi kuat lagi. Wajahnya berseri-seri.
Dan kemudian dia melengking keras bahagia.
“Kaaaaaaaaaakkk……kaaaaaaakkkk………”
www.teroriscinta.blog.friendster.com

Penduduk Nusantara semakin bahagia.


“Horeeee……….” Teriak mereka.
Kemudian Burung Garuda terbang tinggi. Dia melintasi sawah ladang. Melintasi hutan.
Melintasi lautan dan melintasi gunung dan lembah. Sawah ladang menjadi subur kembali. Hutan
menjadi hijau kembali. Lautan menjadi biru dan berlimpah aneka ikan-ikan yang berenang riang.
Gunung dan lembah menjadi tegak kembali. Semua yang berantakan menjadi teratur kembali.
Garuda terbang tinggi dan melengking nyaring. Dia begitu bahagia. Penduduk Nusantara bertepuk
tangan.
www.teroriscinta.blog.friendster.com
www.teroriscinta.blog.friendster.com

“Wahai Garudaku !!! Kami berjanji untuk selalu mendukungmu!!!, ”teriak Pak Petani.
“Tetaplah terbang Garudaku. Melintasi nusantara, membawa kedamaian bagi
kami!!!”teriak Pak nelayan.
“Wahai kawan-kawan, satukan tekad untuk mendukung Garuda kita. Kami berjanji tetap
bersatu!!! Teriak ibu Pedangang.
“Mari bersatu!!! Merdekaaa!!!!” teriak mereka bersama.
Burung Garuda terbang tinggi di angkasa. Melintasi Nusantara. Membawa kedamaian di bumi
Nusantara. (*)
“Kemuliaan ialah membangunkan umat yang binasa, membuka selubung
kebodohan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat kemuliaan yang hilang,
membangunkan yang lalai dan menyedarkan dari lengah, mempersatukan suara
dan meningkatkan semangat. Orang yang sanggup bekerja demikian, itulah
orang yang mulia. Meskipun tempat tinggalnya hanya sebuah pondok buruk, dan
pakaian yang sederhana. Walaupun dia hanya makan seadanya, tidur di atas
tikar karana miskinnya, mengembara ke hilir ke mudik, ke lembah dan ke bukit.
Jiwa yang demikian cukup untuk menjadi perhiasannya dan cukup menjadi tanda
kesempurnaannya. Itulah hidup yang tenteram dalam hati. Itulah jasa yang
tertulis sepanjang zaman yang selamanya tiadakan pupus. Ke sanalah kita
sekalian harus berlomba.”
(BUYA HAMKA dalam Falsafah Hidup)
Salam Penutup

Nah Adik-Adik, demikian tadi kisah Menolong Garuda. Semoga adik-


adik dapat memetik hikmah dari cerita ini. Hayo, apa saja yang
harus diingat dari cerita ini?

Terakhir, marilah kita berdoa, semoga Indonesia senantiasa


memperoleh limpahan Rahmat dari Allah SWT, dan semoga kita
mampu berbuat yang terbaik demi masa depan Indonesia.

Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas segala kesalahan.


Marilah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

www.teroriscinta.blog.friendster.com
Ucapan Terima Kasih
•Allah SWT atas Karunia, Rahmat Dan Hidayahnya, semoga karya ini menjadi
bagian dari Ibadahku pada-Nya dan semoga benih yang tertanam di setiap
pembaca menjadi bekalku untuk menghadap-Nya
•Bunda Endang Subekti Istriku, Heaven anakku pertama, Damar anakku kedua,
semoga apa yang Ayah lakukan membuatmu bangga agar engkau kelak juga
menjadi kebanggaan ayahmu ini.
•Ayah-Ibu Semarang, karya ini menjadi bagian dari pesan-pesanmu dari awal
engkau mendidikku tentang cinta tanah air. Ayah Ibu Borobudur, atas cinta
yang setara diantara putra-putrimu,
•Mas Pras, Mbak Denok, Rina, Bayu. Kabeh dulur-dulurku, ayo podho-podho dadi
anak sing soleh lan gawe remening penggalih Bapak-Ibu.
•Teman-teman Pemuda Muhammadiah Kota, Jamaah Shalahuddin UGM, PP Budi
Mulia UGM, Labda, IDEA, IPPNU-IPNU Borobudur, Perdana-net. Komunitas Lilin,
Digital Journal Al-Manar. Alumni SMU Sedes Sapientiae dan komunitas manapun
yang tak bisa disebut satu persatu.
•Pendukung awal ditorehkannya gagasan kisah ini mulai dari ide sampai dengan
eksekusi di Facebook:Arnest, Anda, Wazan, Dwi Satya, Ali Fahmi,Alim,Wiliasari,
Mbak Indah, Mas Agus Nuramal, Ucik, Sita, Romna, Mbak Nurul, Hendra Barat,
Mas Noer Cholik, Ika Ardhiano, Ganjar. Cheng Ho, Purwoko, Mbak Nurul
Asmayani, Nur Rofingah, Mas Kris, Ais, Acun, dan teman-teman lain yang
mungkin lupa disebutkan ataupun mendukung tetapi tidak menuangkan di
board FB. Terima kasih saya sedalam-dalamnya atas dukungan Anda.
•Pihak-pihak lain yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Terima kasih atas
kerjasamanya. Semoga Allah membalas apa yang telah Anda lakukan dan
semoga kita tetap bisa dipertemukan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Doa saya untuk Anda dan mohon doa untuk kami sekeluarga.
DIBALIK PENTAS
Behind the Show
Dongeng ini mungkin tidak pernah menjadi booming ataupun legenda semacam
karya besar Hans Christian Andersen. Tetapi sejarah mencatat bahwa sebuah karya
akan dihargai oleh banyak orang jika kita sendiri mampu menghargainya dan
mensyukurinya. Untuk itulah tulisan ini dibuat. Kalau di dalam DVD film ada behind
the scene, maka saya coba menuturkan segala sesuatu yang terjadi di balik
“Dongeng Anak Negeri --Menolong Garuda”—ini agar proses di balik pentas
pembuatan karya ini bisa menjadi pelajaran bagi siapapun yang memang merasa
perlu tahu dan bisa jadi mendapat gagasan besar, ide besar untuk membuat karya
yang lebih baik dari apa yang telah saya lakukan. Tentu saja penghargaan tersendiri
bagi saya jika hal itu terjadi. Ceritanya, saya sendiri terkesan, atau merinding,
dengan penuturan Taufiq Ismail dalam majalah sastra Horizon ketika menggarap
lagu Ketika Tangan dan Kaki Bicara yang kemudian dinyanyikan oleh Almarhum
Chrisye. Saya menjadi inspired membaca bahwa berapa Chrisye menjadi punya
pengalaman batin dan traumatis saat menyanyikan lirik Ketika Tangan dan Kaki
Bicara yang kemudian hanya sekali..hanya sekali dalam hidupnya, dia nyanyikan.
Subhanallah… Dalam hal ini, ternyata menceritakan proses pun bisa jadi sangat
penting dan bernilai, bahkan mungkin melebihi hasil yang disajikan kepada penikmat
seni.
Berawal dari comment sederhana di Facebook, seorang teman menuliskan
(maaf, saya tidak menuliskan siapa namanya karena barangkali yang bersangkutan
tidak berkenan): “Buku2 cerita anak yg d distibusikan lewat playgroup tokoh2ny
bnyk yg pake peri dan kurcaci... tokoh2 imajiner untuk anak indonesia siapa ya?”
Saya jadi merenung, agak jauh dari persoalan malah. Benar…kita kurang dongeng
untuk anak kita. Proses mendongeng adalah menyampaikan nilai dalam bahasa
renyak, serenyah snack, yang bisa dinikmati oleh anak-anak. Bisa jadi kita sendiri
yang tidak bisa menceritakan dongeng karena kemampuan kita bercerita memang
buruk, tetapi bisa jadi juga karena kita menganggap dongeng adalah sesuatu yang
benar-benar imajiner sehingga nilai yang hendak disampaikan itu pun menjadi
imajiner. Mungkin karena kehidupan di negeri kita dewasa ini jauh dari nilai-nilai
luhur, sehingga berbicara kepahlawanan, berbicara tentang pengorbanan, berbicara
tentang kepemimpinan, kerjasama, gotong royong, kekeluargaan, keadilan menjadi
sesuatu yang imajiner juga. Kenyataan telah mempengaruhi imaninasi kita sehingga
otak menjadi mandul untuk menceritakan nilai luhur kepada anak-anak kita,
sementara, nilai agama seolah menjadi terlalu suci dan melangit untuk dibumikan.
Dari sinilah saya tertantang: kenapa kita nggak mimpi tentang sesuatu yang ideal,
dan bagaimana impian ini digarap sedemikian rupa sehingga orang lain pengen,
gandrung, kangen, rindu ataupun addicted untuk bisa menwujudkannya menjadi
kenyataan. Dan bagaimana kemudian hal itu bisa tersampai kepada anak-anak.
Well, saat tulisan ini dibuat, adalah bulan Agustus 2009 dimana akan
diperingati HUT Proklamasi RI ke 64. Saat itu kemudian di Facebook saya tuliskan:
mencari ide tentang nasionalisme untuk 17an. antara menggali sejarah dan
bermimpi tentang masa depan. lalu menyajikannya dalam sebuah dongengan anak.
pertanyaanya: apa sudah kering jiwaku? kok nggak ketemu-ketemu juga ya?
Lalu, setelah ngalor-ngidul merenung, entah darimana asalnya kemudian
Allah SWT memberikan saya sebersit cahaya..cling..dan kemudian seolah ada
gagasan untuk menuliskan ini. Saya tidak tahu persis apa sumbernya menduga,
beberapa referensi yang inspiring di otak saya berasal dari dongeng Animal Farm,
karya George Orwell, Jonathan Livingstone Camar, karya Richard Bach, Spongebob
Squarepant pada kisah Spongebob BC karya Stephen Hillenburg, dan kemudian
yang paling penting adalah diskusi Rasulullah SAW dengan prajuritnya pasca
perang Badar:

"Sesungguhnya, kita baru kembali dari sebuah perang kecil untuk


memerangi perang yang lebih besar." Perkataannya mengejutkan
para sahabat sehingga salah seorang pun bertanya, "Perang lebih
besar apa yang Engkau maksud, ya Rasulullah?" Dan Rasulullah
menjawab, "perang melawan hawa nafsu."

Yak. Mungkin kita bisa bicara banyak tentang kalahnya nilai dengan nafsu.
Lihat televisi yang full sampah, saya kira bisa dijadikan indikasi betapa perang di
Indonesia pasca proklamasi jauh lebih besar daripada perang kemerdekaan itu
sendiri. Mungkin, jika saja para pahlawan yang dulu berjuang untuk Indonesia itu
hidup kembali, betapa mereka akan menangis darah.
OK, lanjut….

Dari sana kemudian


mengalirlah tulisan tangan
saya yang kayak ceker ayam
sebagaimana tergores di
kertas ini:
Kemudian dari naskah itu saya ketik di komputer menjadi draft awal yang demikian
ini:
Naskah ini memang asyik jika dibacakan oleh orang-orang yang
membaca repertoar, katakanlah bagi mereka yang hendak menyajikan
dongeng anak pada perayaan 17an. Tetapi saya pikir, kayaknya sangat
muspro jika modusnya hanya demi 17an. Kalo momentumnya sih boleh saja,
tetapi justru kemanfaatannya diusakahan untuk bisa bertahan lama. Maka,
demi mempercantik dan mendekatkan dengan dunia anak-anak modern
yang dekat dengan komputer, saya tambahkan ilustrasi sekadarnya.
Beberapa ilustrasi tangan itu kemudian saya scan menjadi beberapa, seperti
ini:
Lalu, kenapa tidak sekalian saja formatnya menjadi powerpoint agar,
kali-kali, misalkan saja ada Bapak Ibu Guru hendak memberikan presentasi
kepada siswa, atau pada waktu 17-an ingin menyajikan dongeng
menggunakan projector LCD kan lebih dahsyat, daripada sibuk cari-cari
bajakan Film Garuda di Dadaku, memutar dagelan yang jauh dari semagat
malam 17-an, atau malah nonton Film yang gak jelas sama sekali, kenapa
nggak muter aja kisah ini?
Maka jadilah format powerpoint yang kemudian diupload secara
berjangka karena kesibukan di sela-sela kerja yang menyita waktu. Latar
belakang saya buat dari penggubahan wallpaper karya Arie Darusman yang
diuploadnya di deviant-art.com

Jadinya, lembur-lembur malem hari demi sebuah cita-cita di luar


urusan perut.
Nantinya, mimpinya, akan dibuat versi Flash ataupun MPEG sekalian
dengan dubbing ataupun narasi suara saya sendiri (hehe...dah lama nggak
ndongeng sih), full dengan muik pengiring dan lagu-lagu perjuangan yang
menjadi suara latar yang menghidupkan cerita. Tapi, karena komputer dan
mic, entah masalah hardware atau software lagi trouble sehingga nggak
konek, niat ini saya batalkan sementara waktu. /
Tentang materi cerita, kenapa dipilih garuda, ya karena memang
burung itu yang paling populer, tetapi anak-anak, atau mungkin anda, tidak
pernah terinspirasi. Kok nggak cari binatang indonesia yang lain, bekantan,
beruk, siamang, munyuk, monyet, kingkong, baboon dan sejenisnya?
Mungkin mereka lebih cerdas. Kok nggak onta yang , barangkali, dinilai lebih
islami karena menjadi tunggangan Nabi SAW? Kok nggak
kancil..ah..sudahlah..terima saja dulu. Tantangannya, menurut saya, adalah
memberi nilai plus kepada karakter yang sudah ada tetapi kosong makna, itu
jauh lebih menantang daripada membuat karakter baru.
Kok yang dipilih Raksasa Buto Penjajah dengan sosok yang gemuk
mengerikan dan urakan? Kok nggak cukup Raksasa Serakah saja dll?
Sebagaimana yang pernah dibincangkan bersama dua orang teman di FB.
Ya..... Bentuk raksasa itu diadaptasi dari wayang jawa. Ya kalo raksasanya
cakil yang kurus kering kurang gizi nanti kan nggak seru. Bagus sih, kalau
cakil menandakan orang lemah yang sombong, tetapi kalau merujuk pada
penjajahan, mending raksasanya bergaya monster aja.
Cerita ini dibuat dengan setting masyarakat komunal, karakter
masyarakat dengan karakteristik pekerjaan yang berbeda-beda. Pada
konteks ini adalah Petani dan Nelayan yang menonjol, yah..itung-itung
penghargaan bagi mereka yang secara jumlah adalah kaum mayoritas tetapi
secara hitungan perhatian kita kepada mereka, mereka adalah kelompok
yang termarjinalkan dari sisi apapun.
Saya menganggap cerita ini adalah cerita terbuka yang boleh
diadaptasi, dirubah ataupun dikontekstualisasikan dengan situasi kondisi
yang terbaik menurut Anda. Katakanlah lebih bagus kalau penduduknya
didasarkan pada perbedaan suku, perbedaan umur, perbedaan agama dll,
silahkan saja. Musuhnya tidak raksasa tetapi diganti dengan pasukan,
misalkan: Satpol Proyek, atau Telur Busuk dll. Silahkan saja. Atau si Pertiwi
diganti dengan Ibu Pertiwi, biar lebih dewasa, ataupun malah ditiadakan
karena cenderung tahyul. Monggo saja. Perubahan apapun sangat
dimungkinkan dengan catatan tidak membelokkan nilai utama ataupun arus
utama yang menjadi inti dalam dongeng ini. Seberapakah batasannya?
Terserah pada kedewasaan Anda untuk menilainya.
Permintaan saya, dimanapun Anda mempertunjukkan cerita ini, saya
sangat berterima kasih jika Anda tetap memejengkan nama saya, disamping
nama anda sebagai penyadur ataupun penggubah jika Anda memang
hendak menggubahnya. Bukannya sok populer, tetapi biarlah saya menjadi
bagian dari kritik, saran dan masukan yang membangun diri saya
seandainya ada pihak-pihak yang mau memberikannya.
Jika mungkin ada pihak-pihak yang hendak menerbitkan cerita ini
menjadi buku, saya harap untuk memahami etika penerbitan dengan
menghargai karya cipta sebaik-baiknya sebagaimana yang ada dalam etika
dan hukum yang mengatur tentang usaha penerbitan. Meskipun cerita ini
adalah cerita tanpa gagasan menarik laba serupiah pun, tetapi usaha
komersialisasi terhadap dongeng ini tentunya harus sesuai dengan hukum
yang berlaku.
Saya menggarisbawahi, bukan cerita ataupun materi yang menjadi
keutamaan di dalam dongeng ini, tetapi nilai-nilai yang hendak saya
tawarkan di dalamnya itulah yang utama. Maka saya tidak terlalu khawatir
mengenai penyebarluasan cerita ini ke manapun, ataupun penggubahan,
sehingga mungkin jauh dari yang orisinil dari yang saya buat di sini. Atau
bahkan usaha pemalsuan sepihak oleh mereka yang tidak
bertanggungjawab, memetik keuntungan ataupun rupiah tanpa
sepengetahuan saya. Bagi saya, Allah Maha Menghitung rejeki sehingga
tidak pernah salah Dia membayar tunai terhadap setiap perbuatan umatnya.
Jika nantinya cerita ini populer dengan banyak versi, ataupun ada pihak yang
mengubahnya menjadi lebih baik sehingga yang bersangkutan (penggubah
tersebut) populer, pastilah orang akan tetap cari versi original untuk
diperbandingkan. Saya tidak khawatir. Justru malah bersyukur jika dongeng
ini menjadi dongeng populer yang kemudian menjadi bahan cerita dari mulut
ke mulut, amal jariyah insya Allah mengalir kepada kita semua. Allah SWT
tidak mungkin salah dan tidak pernah salah. Pasti.
Andaikata Anda merasa terpanggil untuk mensupport usaha saya,
tentu saja saya tidak menolak. Donasi, silahkan kirim ke rekening: Bank
Mandiri cabang MM UGM No. 137-00-0628060-2 a.n. FERIAWAN AGUNG
NUGROHO. Atau yang terpenting, saya mohon doanya agar kami
sekeluarga bisa tetap berkarya, sehat dan sejahtera dalam lindungan Allah
SWT. Semoga Allah memberikan balasan yang sesuai atas apa yang Anda
lakukan.

Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf atas segala kesalahan.


Salam dari kami sekeluarga.

Tetaplah menjadi bintang di langit.

Hormat Saya,

Feriawan Agung Nugroho, S.Sos


www.teroriscinta.blog.friendster.com
ferrybm@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai