Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah hasil diskusi kami di semester ganjil pada modul KARDIORESPIRASI ini dengan bahasan Aku takut sesak. Dimana dalam

penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa Kedokteran Unizar dapat memahami isi dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Tidak lupa juga kami mengucapakan terima kasih kepada para dosen yang menjadi tutor atau fasilitator yang membimbing kami selama melaksanakan diskusi ini, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah hasil diskusi kami ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan bagi kami. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan makalah ini.

Mataram, Desember 2012

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (O2) dan O2 yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernafasan pada kedaan tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan nafas (ekspresi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di dalam tubuh. Sisitem respirasi berperan untuk menukar udara kepermukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernapasan dan masuk dalam pernapasan otot. Trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembabpkan udara yang masuk, melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan udara ke paru melalui saluran pernafasan atas. Tekanan ini berguna untuk menyaring, mengatur udara, dan mengubah permukaan saluran napas bawah. Guna pernapasan : 1. Mengambil O2 dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam darah. Selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan. 2. Mengeluarkan CO2 yang terdiri dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melalui organ pernapasan. 3. Untuk melindungi sistem permukaan dar kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh. 4. Melindungi sistem pernapasan dari jarinangan lain terhadap serangan patogenik. 5. Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, berteriak dan menghasilkan suara. Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis, dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah tergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan dinding dada di bawah tekanan atmosfer. Paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Aktivitas bernafas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam. Pada waktu istirahat pernapasan menjadi dangkal akibat tekanan abdomen yang membatasi gerakan diagfragma.

I.2 Skenario Rendi, seorang pelajar SMA sering mengeluh sesak kumat-kumatan. Sesak ini sudah dirasakan sejak ia masih duduk di bangku SD. Dokter keuarga yang merawatnya mengatakan bahwa rendi menderita penyakit Asma, sama seperti yang

diderita ibunya. Saat mempelajari biologi disekolah, rendi mengerti bawah sesaknya diakibatkan adanya penyempitan didalam saluran pernafasannya. Dari penejelasan gurunya Rendi tahu bahwa efek dari penyempitan saluran nafasnya dapat menyebabkan terjadinya hipoxia dijaringan tubuhnya. Rendi kemudian membayangkan seperti apa rupa saluran pernafasan itu? Bagaimana udara dihirup kemudian sampai ke paru-paru dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh? Kelainan juga pada organ paru-paru dan sistem vaskular. 1.3 Terminologi 1. Hipoxia adalah kondisi dimana tubuh sebagai keseluruhan atau wilayah tubuh yang kekurangan pasokan oksigen yang memadai. 2. Penyakit asma adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, tetapi peradangan ini bersifat sementara. 3. Saluran pernafasan adalah saluran penghantar udara yang terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, brankus, bronkiolus, dan alveolus. 4. Kumat-kumatan adalah suatu penyakit yang datang secaratiba-

tibatanpadisadariolehpenderitanya 5. Sistem vaskular adalah sistem yang berhubungan dengan peredarah darah 1.4 Learning objective 1. 2. 3. 4. 5. Mahasiswa dapat memahami anatomi organ respirasi Mahasiswa dapat menjelaskan embriologi respirasi Mahasiswa dapat menjelaskan fisiologi organ respirasi Mahasiswa dapat menjelaskan biokimia sistem respirasi Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan akibat kekurangan oksigen

1.5 Penetapan masalah 1. 2. 3. 4. 5. Apa yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan? Apa penyebab sakit asma? Apakah penyakit asma dipengaruhi oleh tekanan dan suhu? Bagaimana mekanisme terjadinya sesak? Bagaiman ciri-ciri orang mengidap hipoxia?

6. Apa perbedaan proses pernafasan pada dataran tinggi dan rendah? 7. Bagaimana transpor O2 dan CO2? 8. Bagaimana proses pernafasan normal? BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi organ respirasi a. Hidung 1. Nares Anterior Nares anterior adalah saluran saluran di dalam lubang hidung. Saluransaluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung. 2. Rongga Hidung Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa. Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan

dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi : Lubang hidung Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior Sinus frontalis, diantara concha media dan superior Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.

b. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal) c. Laring Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang rawan satu-satunya yang

berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil. Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis. Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara. Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan. d. Trakea Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang. Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum (lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea. e. Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping

ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah. f. Paru-Paru Paru-Paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Lobus paru-paru (belahan paru-paru ). Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya Bronkus Pulmonaris Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru (lihat gambar 3). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia. Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula.

Dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. Pembuluh Darah dalam Paru-Paru Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan. 2.2 Embriologi organ respirasi Embriologi sistem respirasi diawali dengan terbentuknya tunas paru terbentuk pada usia 4 minggu. Tunas paru ini dibentuk dari suatu divertikulum pada dinding ventral usus depan, yang meluas ke arah kaudal (divertikulum respiratorium=tunas paru). Mula-mula tunas paru mempunyai hubungan terbuka dengan usus depan, selanjutnya terpisah menjadibagian dorsal yaitu esofagus dan bagian ventral yaitu trakea dan tunas paru. Saat pemisahan dengan usus depan, tunas paru membentuk trakea dan tunas bronkialis. Pada awal minggu ke-5 masing-masing tunas membesar membentuk bronkus utama kiri dan kanan. Bronkus utama kiri membentuk dua cabang sekunder dan kanan membentuk tiga cabang sekunder yang akan menjadi kiridua lobus dan kanan tiga lobus. Tunas paru berkembang terus menembus ke dalam rongga selom (kanalis perikardioperitonealis). Akhirnya kanalis perikardioperitonealis terpisah dengan rongga peritoneum dan perikardium masing-masing oleh lipatan pleuroperitoneal dan lipatan pleuroperikardialtersisa rongga pleura primitif berkembang menjadi pleura visceralis(mesoderm) dan pleura parietalis (mesoderm somatik). Perkembangan selanjutnya bronkus sekunder terus bercabangsecara dikotomi,membentuk 10 bronkus tersier (segmental)di kanan dan 8 di kiri. Akhir bulan ke-6 terbentuk 17 generasi anak cabang.

lahir terbentuk 6 anak cabang tambahan. Saat lahir bifurcatio trakea akan terletak berhadapan dengan V.thoracalis ke-4.

Pematangan paru Sampai bulan ke-7 prenatal bronkioli terus bercabang menjadisaluran yang lebih banyak dan lebih kecil (tahap kanalikular),dan suplai darah terus meningkat. Pernapasan dapat berlangsung jika beberapa sel bronkiolusrespiratorius berbentuk kubus berubah menjadi sel gepeng yangtipis. Sel tersebut berhubungan dengan banyak kapiler darah dangetah bening, ruang-ruang di sekitarnya dikenal sebagai sakusterminalis(alveoli primitif). Selama bulan ke-7 telah terdapat banyak kapiler yang menjaminpertukaran gas sehingga janin prematur dapat bertahan hidup. Selama dua bulan prenatal dan beberapa tahun pasca lahir jumlah sakus terminalis terus meningkat. Terdapat dua jenis sel epitel : Sel epitel alveoli tipe Idan sel epitel alveoli tipe II. Sel epitel alveoli tipe I, membentuk sawar darah-udaradengan endotel. Sel epitel alveoli tipe II menghasilkan surfaktan(berkembang pada akhir bulan ke-6), suatu cairankaya fosfolipid dan mampu menurunkan teganganpermukaan pada antarmuka udaraalveolus Sebelum lahir paru mengandung kadar klorida tinggi,sedikit protein, sedikit lendir dari bronkus dansurfaktan. saat lahir, pernapasan dimulai, sebagian besar cairanparu cepat diserap oleh kapiler darah dan getah beningdan sejumlah kecil mungkin dikeluarkan melaluitrakea dan bronkus selama proses kelahiran. Ketika cairan diserap di sakus alveolaris, surfaktanmengendap sebagai lapisan fosfolipid tipis padaselaput sel alveoli. Tanpa ada surfaktan, alveoli akan menguncup selamaekspirasi (atelektasis) Alveoli akan terus dibentuk selama 10 tahun pertamakehidupan setelah lahir.

2.3 fisiologi respirasi Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler

pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna : 1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2. Arus darah melalui paru-paru 3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh 4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paruparu menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2. 2.4 biokimia sistem respirasi kadar kimiawi adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi. Kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan. Pusat pernafasan di sumsum sangat peka terhadap reaksi kimia. Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, yang merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan. Pusat pernafasan ada di kemoreseptor yang mendeteksi perubahan kadar oksigen. Karbondioksida dan ion hidrogen dalam darah asteri dan cairan serebrospinalis dan menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi. 1. Kemoreseptor sentral Yaitu neuron yang terletak dipermukaan ventral lateral medula, peningkatan kadar karbondioksida dalam darah dan cairan serebrospinalis merangsan\g

peningkatan frekuensi dan kedalaman respirasi. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor sentral. 2. Kemoreseptor perifer Terletak di badan aorta dan karotid pada sistem arteri. Kemoreseptor ini merespon terhadap perubahan konsetrasi ion oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen. 2.5 penyakit kekurangan oksigen Hipoksia adalah suatu keadaan di saat tubuh sangat kekurangan oksigen\ sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara efektif. Berdasarkan penyebabnya hipoksia dibagi menjadi 4 kelompok, yakni : hipoksia hipoksik, hipoksia anemic, hipoksia stagnan dan hipoksia histotokik. 1. Hipoksia hipoksik, adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-paru. Sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah, dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Kegagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan / obstruksi di saluran pernapasan, baik oleh sebab alamiah atau oleh trauma/ kekerasan yang bersifat mekanik, seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya. 2. Hipoksia anemic, yakni keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme seluler. Seperti, pada keracunan karbon monoksida (CO), karena afinitas CO terhadap hemoglobin jauh lebih tinggi dibandingkan afinitas oksigen dengan hemoglobin. 3. hipoksia stagnan, adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak mampu membawaoksigen ke jaringan oleh karena kegagalan sirkulasi, seperti pada heart failure atau embolisme, baik emboli udara vena maupun emboli lemak. 4. hipoksia histotokik, ialah keadaan hipoksia yang disebabkan karena jaringan yang tidak mampu menyerap oksigen, salah satu contohnya pada keracunan sianida. Sinida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa darah 2.6 Penyebab Penyempitan Saluran Pernapasan Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi

saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olah raga. 2.7 Penyebab Sakit Asma Asma dapat di bagi menjadi 3 katagori. Ekstrinsik atau alergi, di temukan pada sejumlah kecil pasien dewasa, dan disebabkan oleh allergen yang diketahui. Bentuk ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan keluarga yang mempunyai riwayat penyakit atopic termasuk hay fiver, eczema, dermatitis dan asma. Asma alergi disebabkan oleh kepekaan individu terhadap alergi (dalam serebuk sari yang dihirup), bulu halus binatang, sproa jamur, debu, serat kain atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu dan coklat. Pajanan terhadap allergen, meskipun hanya dalam jumlah kecil, dapat mengakibatkan serangan asma. Sebaliknya, pada asma intrinsic atau idiopatik, ditandai dengan sering tidak ditemukannya faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor non spesifik (seperti flu biasa, latihan oisik atau emosi) dapat memicu serangan asma. Asam intrinsic timbul sesudah usia 40 tahun, dan serangan timbul sesudah infeksi sinus hidung atau percabangan trakeobronkial. Makin lama serangan makin sering dan makin hebat, sehingga akhirnya keadaan in berlanjut menjadi bronchitis kronik dan kadang-kadang enfisema. Banyak pasien menderita asma camputran,terdiri dari komponen-komponen asma ekstrinsik dan intrinsic. Sebagian besar pasien asma intrinsic akan berlanjut menjadi bentuk campuran. Anak yang menderita asma intrinsic, sering sembuh sempurna saat dewasa muda. Pengaruh Tekanan dan Suhu dengan Penyakit Asma. Mekanisme Terjadinya Sesak

2.8 2.9

2.10 Ciri-ciri Hipoksia


o o o o o o o o Dyspnes (sulit bernapas) Menguap menggunakan otot-otot pernapasan tambahan. Lubang hidung melebar. Sakit kepala. Kekacauan mental. Tingkah laku yang aneh Gelisah Ekspresi wajah cemas

o o o o o

Berkeringat. Sianosis pada bibir. Mukosa mulut dan dasar kuku. Penurunan berat badan

2.11 Proses Pernapasan pada Dataran Rendah dan Dataran Tinggi 2.12 Transport O2 dan CO2 Transport O2 dan CO2 yang ada di dalam darah maupun yang ada pada kantung-kantung alveoli dalam paru-paru dilakukan dengan proses difusi. Dimana darah yang mengandung CO2 yang dibawa oleh arteri pulmonalis kemudian dialirkan ke dalam kapiler-kapiler yang ada di sekitar dinding alveoli. Kemudian, akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, dimana nantinya tekanan parsial (PaO2) dalam alveolus akan lebih tinggi daripada tekanan darah yang ada di dalam kapiler, sehingga O2 akan mengalir ke darah yang terdapat di kapiler. Sebaliknya, tekanan karbondioksida (PaCO2) dalam darah akan meningkat dibandingkan tekanan karbondioksida dalam alveolus, sehingga CO2 akan mengalir ke dalam alveolus yang kemudian akan dikeluarkan ketika ekspirasi. 2.13 Proses Pernapasan Normal

Anda mungkin juga menyukai