Ridha Tria
(260112130061)
Bintan I.
(260112130066)
Shinta Patika S
Irma Amaliah Mutiara Jiwa I Yokaniza R.N
(260112130062)
(260112130063) (260112130064) (260112130065)
Nia Ari P
Nurul Fitria A Dewi Ayu PS Silviana Dewi A
(260112130067)
(260112130068) (260112130069) (260112130070)
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) berasa dari kata Yunani, diabainein, yang artinya tembus atau pancuran air dan kata Latin, mellitus, yang artinya rasa manis sehingga secara umum dikenal sebagai kecing manis
Cont
DM ditandai oleh kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) kronik yang dapat menyerang banyak orang di semua lapisan masyarakat.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah
Cont
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan di pankreas, yang berbentuk kelenjar di bagian belakang lambung. Insulin memiliki fungsi untuk mengatur glukosa pada tubuh untuk berubah menjadi energi dan menyimpan sisanya di hati serta otot
Epidemiologi
Indonesia menempati urutan ke-empat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Dengan prevalensi 8,4% dari total penduduk Indonesia, pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita
Cont
Kenaikan ini antara lain karena usia harapan hidup semakin meningkat, diet kurang sehat, kegemukan, gaya hidup modern
Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, diperoleh prevalensi DM sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada suatu penelitian didapatkan prevalensi DM sebesar 6,1 %.
Cont
Melihat tendensi kenaikan kejadian DM, dapat diperkirakan 1 atau 2 dekade yang akan datang kejadian DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis
Klasifikasi
DM Tipe 1 (IDDM) DM Tipe 2 (NIDDM)
Destruksi sel- Defisiensi insulin absolut Resistensi insulin Defisiensi insulin relatif
DM Gestasional
DM Tipe lain
Manifestasi Klinik
Poliuria Polidipsia Polifagia Penurunan berat badan Polifagia Lemah dan mengantuk Poliuria Polidipsia Polifagia Penurunan berat badan Lelah (fatigue) Iritabilitas Gatal-gatal pada kulit (pruritus) Umumnya hampir tidak ada gejala Diketahui baru setelah penyakit sudah berkembang Lebih mudah terinfeksi Sukar sembuh dari luka Daya penglihatan memburuk Dapat terjadi komplikasi sindrom metabolit
Secara Umum
DM Tipe 1
DM Tipe II
Glukosa
ENERGI
Glikogenolisis
Glikogenesis
Patofisiologi
DM-1
Destruksi sel pada pankreas defisiensi insulin absolut
Human leukocyte antigens (HLAs), khususnya HLA-DR, sangat terkait dengan perkembangan DM tipe 1
antibodi sel Pulau Langerhans, autoantibodi insulin, atau autoantibodi glutamic acid decarboxylase
Cont
DM-2
DM tipe 2 ditandai dengan onset yang lambat dan bertahap dari hiperglikemia yang sering sebagai asimtomatik Peningkatan kadar glukosa darah terjadi karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin yang mengakibatkan kekurangan insulin
Diagnosis
(ADA, 2010)
Cont
Kriteria Diagnosis DM
Glukosa Plasma Glukosa Plasma
Puasa 2 Jam Setelah Makan Normal Pra-diabetes IFG atau IGT Diabetes <100 mg/dL 100 125 mg/dL 126 mg/dL <140 mg/dL 140-199 mg/dL 200 mg/dL
Treatment
Ada lima dasar pengobatan Diabetes Melitus yang dinamakan Pentalogi Terapi DM, yaitu: Diet Diabetes Melitus Latihan Fisik Obat hipoglikemia dan Insulin Cangkok pankreas Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
Cont
Parameter Kadar Glukosa Darah Puasa Kadar Glukosa Plasma Darah Kadar Glukosa Darah Saat Tidur (Bedtime blood glucose) Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur (Bedtime plasma glucose) Kadar Insulin 100-140mg/dl Kadar Ideal Yang Diharapkan 80-120mg/dl 90-130mg/dl
110-150mg/dl
<7%
Kadar HbA1c
Kadar Kolesterol HDL
<7mg/dl
>45mg/dl (pria) >55mg/dl (wanita)
<200mg/dl <130/80mmHg
B. Olah Raga Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan senam.
Terapi Obat
a. Terapi insulin Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.
Cont
6. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik. 7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin. 8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat 9. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
Cont
b. Terapi Obat Hipoglikemik Oral Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.
a) Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin) b) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif. c) Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia postprandial (post-meal hyperglycemia). Disebut juga starchblocker.
C. Terapi Kombinasi Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa obat hipoglikemik oral atau obat hipoglikemik oral dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri
Contoh Kasus
Identitas
Nama Umur Pekerjaan Status Alamat Keluhan Utama : Bp. M : 70 tahun : Pensiunan pegawai Puskesmas : Menikah : Kenayan RT 1 RW 15, Borobudur, Magelang : Lemas
Cont
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit gula darah Tidak ada keluarga yang alergi Tidak ada keluarga yang hipertensi
Kebiasaan/Lingkungan
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal
Lingkungan sekitar bersih Makan teratur Pasien sering berolah raga jalan pagi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup Kesadaran : Composmentis Vital Sign Tekanan darah : 140/80 mmHg Nadi : 73 x/menit Respirasi : 14 x/ menit Suhu : 35,7 oC BB/TB Kepala Leher Abdomen Kulit Ekstremitas : : : : : : 50kg/ 167 cm Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-) limfonodi leher tdk teraba, pembesaran kelenjar tiroid (-) (-) Telapak tangan basah (-), berkeringat (-) Akral dingin (+), edema pretibial (-), tremor (-)
Cont
Anamnesis Sistem
Cerebrospinal : Demam (-), nyeri kepala (-), pusing (-), pingsan (-) Cardiovascular : Berdebar-debar (-), Ngantuk (+), nyeri dada (-) Respirasi : Sesak nafas (-), Batuk (-), pilek (-) Digesti : Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan menurun (-), Nyeri perut (), BAB (N), penurunan BB (+) Uropoetika : BAK (-) Musculoskeletal : Lemas (+), nyeri sendi (-) Integumentum : kulit jari tangan kanan putih (+)
Pemeriksaan Lanjutan.
Tanggal 5 Februari 2007 Pemeriksaan BAB cair > 5x TD 170/90 mmHg Badan lemas TD 110/70 mmHg Febris Sakit perut Pusing (+) DIare (-) BAB lancar Perut perih (-) Terapi Kotrimoksazole PPV Captopril Kloramfenikol 4x2 Parasetamol 3x1 Antacid 3x1 Intra nervit E 1x1 (Kontrol 3 hari)
17 Februari 2008
20 Februari 2008
Intra maag 3x Klorit 4x2 Neuralgin 3x1 (ssd) Intra nervit E 1x1
Setelah dua tahun yang lalu mengeluh badan terasa lemas , pasien pernah sembuh, lalu 1 bulan setelahnya terasa sakit lagi. Setahun berikutnya (2009), pasien memeriksakan diri kembali ke dokter dengan pemeriksaan sebagai berikut :
Tanggal
11 April 2009
Pemeriksaan
TD 120/80 mmHg GDS 423 mg/dL Suspect DM Gatal GDP 175 mg/dl GD2PP 161 mg/dl TD 140/70 mmHg Pusing (-) GDS 152 mg/dl
18 April 2009
5 Mei 2009
Terapi Lanjutan
Tanggal 11 April 2009 Pemeriksaan TD 120/80 mmHg GDS 423 mg/dL Suspect DM Terapi Glibenklamid 1x1 Kalk Vit B1 3x1 Vit C 3x1
18 April 2009
5 Mei 2009
Daftar Pustaka
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan klinik. 2005. Pharmaceutical Care: Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA 289 : 15602571.
Kathleen, M. 2007. Asuhan Pada Pediatrik. Jakarta : EGC. Price, S. A dan L. M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsen Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Keenam. EGC. Jakarta.