Anda di halaman 1dari 4

Laporan Dampak Narkoba

Aldhytha Karina Sari 9B/01 Florencia Fiena Kathariena 9B/09

Beberapa tahun terakhir ini, jumlah pengguna Narkoba di Indonesia teruslah meningkat. Menurut BNN (Badan Narkotika Nasional), tercatat sebanyak 3,2 juta orang, atau sekitar 1,5% dari penduduk di Indonesia adalah pemakai Narkoba. Namun, ada juga para pemakai Narkoba yang pada akhirnya ingin lepas dari jerat Narkoba dan telah berjuang dan berhasil sukses sampai saat ini. Berikut ini adalah kisah hidup para mantan pemakai Narkoba ketika mereka masih menggunakan Narkoba dan bagaimana mereka dapat lepas dari Narkoba:

Rudhy Wedhasmara
Rudhy Wedhasmara, SH adalah Koordinator Jaringan Korban Napza Jawa Timur (East Java Action/EJA). Namun pada masa mudanya, ia adalah pengguna Narkoba sekaligus salah satu dari Bandar Gede dan memiliki 8 kurir di Surabaya. Rudhy mulai merokok sejak TK, mulai minum anggur berlebihan sejak SD, dan akhirnya mencoba Narkoba atau tepatnya Ganja saat kelas 6 SD. Hal tersebut terjadi dikarenakan lingkungan tempat tinggalnya yang merupakan tempat akses pembelian minuman keras atau pun Narkoba. Lingkungan keluarganya yang mayoritas perokok serta kakaknya yang juga pengguna Narkoba pun merupakan faktor utama dari betapa cepatnya Rudhy terpuruk dalam Narkoba. Pada saat itu pun belum marak tersebarnya informasi tentang dampak negatif dari Narkoba. Ia mulai tergantung pada Ganja ketika SMP dan semakin hari semakin menambah dosis penggunaan Ganja. Lalu, Ia pun mulai mengonsumsi Narkoba-Narkoba lainnya. Hal tersebut pun berlangsung hingga SMA. Malangnya, saat Ia telah menjadi Bandar Gede, seorang temannya menawarinya Putaw dan ketika Ia mencobanya, Ia pun menjadi ketagihan. Uang yang Ia peroleh saat menjadi Bandar Gede terkuras habis ketika Ia mulai mengenal Putaw. Hidupnya semakin hancur hingga akhirnya Ia menelantarkan kuliahnya. Ketika Ia kehabisan cara untuk mendapatkan obat, Ia pun menyerah dan menginginkan rehabilitasi. Namun ketika Ia masuk ke klinik rehabilitasi maupun Pondok Pesantren, keinginannya untuk tetap memakai Narkoba tak kunjung hilang. Akhirnya, Ia ditawari 3 pilihan, Mau sekolah, dibina, atau dibinasakan oleh seorang temannya yag juga bekas pemakai Narkoba. Ia pun memilih untuk tetap belajar di Pondok Pesantren dan menjalani rehabilitasi. Setelah masa rehabilitasinya selesai, Ia merasa rindu akan kehidupan normal, dan akhirnya pun Ia kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat terhenti dulu. Tetapi hidupnya tidak berjalan dengan lancar. Ia mengidap berbagai penyakit ketika berhenti memakai Narkoba, seperti hepatitis C. Walaupun begitu, Ia dan teman-teman senasibnya mendirikan LSM khusus untuk membantu saudara-saudara mereka yang masih menjadi pemakai Narkoba, dan setelah beberapa tahun, LSM yang akhirnya dinamai EJA tersebut pun telah berada di berbagai daerah di Indonesia. Ia sempat terjerumus dalam Narkoba selama 3 bulan, namun akhirnya itu dapat ia atasi dan sekarang pun Ia memiliki usaha kos-kosan, warnet serta bengkel. Hal tersebut Ia lakukan sebagai tanda atas hidup barunya yang terbebas dari Narkoba.

Roy Marten
Roy Marten adalah salah seorang selebriti yang terjerat Narkoba. Ia tertangkap sedang pesta Sabu-Sabu pada tanggal 2 Februari 2006 sekitar pukul 4 sore. Ia pun harus menghadapi sidang, dan Ia dinyatakan terjebak dan hanya divonis penjara selama 9 bulan akhirnya diremisi sehingga hanya 8 bulan saja. Setelah Ia dibebaskan, Ia menjalani rehabilitasi dan setelahnya pun menjadi aktif dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan mengenai Narkoba. Alasannya agar orang lain tidak mengalami apa yang Ia telah alami sebelumnya. Roy Marten pun tak jarang diundang BNN untuk menjadi pembicara kampanye anti Narkoba. Namun, setelah testimoninya di Surabaya sebagai wakil BNN, Ia tertangkap bersama teman-temannya sedang berpesta Ganja di suatu hotel. Hal tersebut sangatlah ironis. Roy Marten divonis penjara 3 tahun serta denda 10 juta rupiah karenanya. Walaupun divonis denga hukuman penjara hanya 3 tahun, Ia tetap merasa tidak puas dengan hasil pengadilan. Ia tidak ingin disamakan dengan pengedar/bandar Narkoba. Roy Marten sebenarnya telah sempat menggunakan Narkoba bahkan sebelum Ia menikah. Namun Ia sudah lama meninggalkannya. Ketika Ia mulai memasuki dunia persinetronan yang secara tidak langsung memaksanya untuk bergaul dengan banyak orang, sehingga Ia pun memilih teman yang salah dan terjerat kembali dalam Narkoba. Ia pun menyatakan bahwa pada saat itu, Ia agak sombong, karena terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa Ia dapat mengendalikan segala sesuatu, dan ketika seseorang menawarkan padanya, Ia pun menerimanya. Narkoba yang Ia konsumsi adalah Sabu-sabu. Istrinya, Anna Maria, juga menyatakan bahwa Roy Marten tidak menggunakan Narkoba di rumah. Bahkan, Ia dapat tidak menggunakan Narkoba selama seminggu penuh. Ketika Ia tinggal di rumah, Ia dapat menguasai diri di depan istrinya tersebut. Roy Marten mengakui bahwa Ia dapat lepas dari Narkoba dikarenakan temanteman serta keluarga yang membantunya. Ia juga menyatakan bahwa lepas dari Narkoba itu susah, tergantung pada kuat tidaknya kekeras kepalaan seseorang. Saat ini, Ia sedang memprakarsai sebuah film mengenai Narkoba yang didasarkan pada kisah hidupnya serta seorang temannya.

Arthur Stewart
Arthur Stewart mulai menggunakan Narkoba saat Ia duduk di bangku SMP 1. Ia mengonsumsi obat penenang serta Ganja dengan alasan tren pergaulan. Saat itu, Ia belum mengetahui dampak negatif dari penggunaan Narkoba. Saat SMA, Ia mulai menggunakan Heroin. Pada saat Ia ingin mencoba Heroin, Ia telah mengetahui apa konsekuensi yang harus dialaminya, namun karena rasa ingin tahu dan keinginannya untuk mendapat kenikmatan lebih, akhirnya Ia pun tetap mencoba Heroin , yang dikenal sebagai Hard Drugs dan dapat lebih cepat merusak tubuh. Ia menyatakan bahwa dalam waktu yang singkat, mengonsumsi Heroin dengan cara menghirup sudah tidak nikmat lagi, sehingga membuatnya mencoba mengonsumsi Heroin dengan cara menyuntik. Ia menjalani hidup sebagai pengonsumsi Heroin selama 3 tahun. Perlahan, temantemannya mulai menjauhinya, keluarga pun telah memberitahunya untuk kembali menata hidupnya yang pada saat itu hanya bertujuan untuk mendapatkan obat untuk tiap harinya.

Lalu pada suatu hari, Ia memutuskan untuk menjalani terapi rehabilitasi di Singapura. Ia berada di Singapura selama 2 tahun untuk menjalani penanganan medis. Akibat dari penggunaan Narkoba itu sendiri adalah salah satu ginjalnya harus dicabut serta kerja levernya yang menurun. Ia pun juga menderita insomnia. Setelah penanganan medisnya itu, Ia kembali ke Indonesia dengan niat untuk berpindah daerah. Ia pun mengejar cita-citanya yang tertunda dan akhirnya berhasil meraihnya. Ia berhenti total dari Narkoba sampai sekarang ini. Melalui 3 kisah pernyataan dari 3 orang mantan pengguna Narkoba di atas, dapat disimpulkan bahwa awal mulanya mereka mencoba Narkoba adalah dikarenakan lingkungan keluarga serta pertemanan yang kurang baik, seperti kurang harmonisnya keluarga dan meniru dan diajak teman, ketidakinginan untuk dibilang kuper oleh orang lain, serta yang paling sering dikunjungi di berbagai persoalan, yaitu keingintahuan yang tinggi untuk mengetahui rasa dari Narkoba itu sendiri. Cara-cara untuk menanggulangi Narkoba adalah dengan mengerti dampak-dampak negatif dari Narkoba serta tidak segan-segan untuk menolak ajakan dari teman untuk menggunakan Narkoba. Memilih relasi yang baik pun merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar dalam penggunaan Narkoba, juga kepedulian dalam keluarga dalam kegiatan tiap-tiap anggota keluarganya karena Narkoba dapat menjerat siapa saja, tanpa terkecuali. Sekian laporan kami mengenai Dampak Narkoba dalam Kehidupan. Mohon maaf jikalau terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun isi dari laporan di atas. Singkat kata, terima kasih atas perhatian Anda dalam membaca laporan ini.

Anda mungkin juga menyukai