Anda di halaman 1dari 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Defini i Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan. 2.1.2. Agent Infek iu Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. B !ntropod Borne irus ini termasuk dalam grup
3

irus (!rboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae,

yang terdiri dari empat serotipe, yaitu D"# $, D"# %, D"# 3, D"# &. 'asing( masing saling berkaitan si)at antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. *eempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di +ndonesia. D"# 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya *,B di +ndonesia diikuti D"# %, D"# $, dan D"# &. D"# 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal. 2.1.! "ekt#r Penu$ar #yamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. #yamuk
$-

Universitas Sumatera Utara

Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.
$$

2.2.

Penu$aran "iru Dengue

2.2.1. %ekani me Penu$aran Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. irus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan

melalui nyamuk. .leh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. irus dengue berukuran 3/(&/ nm.
$%

irus ini dapat terus

tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.

0erdapat tiga )aktor yang memegang peran pada penularan in)eksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. irus dengue masuk ke dalam tubuh

nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang in)eksius.
/

1eseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (in)ekti)) merupakan sumber penular DBD. irus dengue berada dalam darah selama &(2 hari

mulai $(% hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. 1elanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. *ira(kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk

Universitas Sumatera Utara

menularkan kepada orang lain.

irus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk

sepanjang hidupnya. .leh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (in)ekti)) sepanjang hidupnya.
$3

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. betina yang dapat menularkan virus dengue.
$% $3

3anya nyamuk Aedes aegypti

#yamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. *ebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam -4.--($-.-dan sore hari jam $5.--($4.--. #yamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah(pindah berkali(kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). 3al ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan akti) bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. *eadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
&

2.2.2. Tem&at P#ten ia$ Bagi Penu$aran Penyakit DBD

1'

Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. 0empat(tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah 6 a. 7ilayah yang banyak kasus DBD (ra8an/endemis)

Universitas Sumatera Utara

b. 0empat(tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang(orang yang datang dari berbagai 8ilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. 0empat(tempat umum itu antara lain 6 i. 1ekolah !nak murid sekolah berasal dari berbagai 8ilayah, merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD. ii. 9umah 1akit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya 6 .rang datang dari berbagai 8ilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus dengue. iii. 0empat umum lainnya seperti 6 3otel, pertokoan, pasar, restoran, tempat(tempat ibadah dan lain(lain. c. Pemukiman baru di pinggiran kota *arena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai 8ilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang memba8a tipe virus dengue yang berlainan dari masing(masing lokasi a8al.

2.!.

Nyamuk Penu$ar DBD

2.!.1. %#rf#$#gi #yamuk Aedes aegypti mempunyai mor)ologi sebagai berikut 6 a. #yamuk de8asa #yamuk de8asa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata(rata nyamuk yang lain.

Universitas Sumatera Utara

'empunyai 8arna dasar hitam dengan bintik(bintik putih pada bagian badan dan kaki. b. Pupa (*epompong) Pupa atau kepompong berbentuk seperti :*oma;. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik)nya. Pupa nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata(rata pupa nyamuk lain. c. ,arva (jentik) !da & tingkat (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan larva i. ,arva instar + berukuran paling kecil, yaitu $(% mm. ii. iii. iv. ,arva instar ++ berukuran %,/(3,4 mm. ,arva instar +++ berukuran lebih besar sedikit dari larva instar ++. ,arva instar + berukuran paling besar /mm.

,arva dan pupa hidup pada air yang jernih pada 8adah atau tempat air buatan seperti pada potongan bambu, dilubang(lubang pohon, pelepah daun, kaleng kosong, pot bunga, botol pecah, tangki air, talang atap, tempolong atau bokor, kolam air mancur, tempat minum kuda, ban bekas, serta barang(barang lainnya yang berisi air yang tidak berhubungan langsung dengan tanah.
$/

,arva sering

berada di dasar container, posisi istirahat pada permukaan air membentuk sudut &/ derajat, sedangkan posisi kepala berada di ba8ah. d. 0elur 0elur ber8arna hitam dengan ukuran lebih -,4- mm. 0elur berbentuk oval yang mengapung satu persatu pda permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding penampungan air, Aedes aegypti betina bertelur diatas permukaan air
$$

Universitas Sumatera Utara

pada dinding vertikal bagian dalam pada tempat(tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar matahari langsung, dan biasanya berada di dalam dan dekat rumah. 0elur tersebut diletakkan satu persatu atau berderet pada dinding tempat air, di atas permukaan air, pada 8aktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air.
$5

2.!.2. (ingkungan )idu& #yamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamor)osis sempurna yaitu telur < jentik < kepompong < nyamuk. 1tadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam 8aktu kurang lebih % hari setelah telur terendam air. 0elur dapat bertahan hingga kurang lebih selama %(3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam kembali dan akan menetas menjadi jentik. 1tadium jentik biasanya berlangsung 5(4 hari, dan stadium pupa (kepompong) berlangsung antara %(& hari. Pertumbuhan dari telur menjadi de8asa =($- hari. >mur nyamuk betina dapat mencapai %(3 bulan.
$5

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. ?arak terbang nyamuk betina biasanya &-($-- meter. #amun secara pasi) misalnya angin atau terba8a kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh. 2.!.!. "aria i %u iman Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. 0elur(telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. 1elain itu pada musim hujan semakin banyak tempat
$&

Universitas Sumatera Utara

penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. .leh karena itu pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu )aktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue.
$& 1'+1,

2.!.'. Tem&at Perkem*ang*iakan Aedes aegypti 0empat perkembangbiakan

utama nyamuk Aedes aegypti

ialah pada

tempat(tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat(tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak /-- meter dari rumah. #yamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. ?enis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut 6 a. 0empat Penampungan !ir (0P!), yaitu tempat(tempat untuk menampung air guna keperluan sehari(hari, seperti6 tempayan, bak mandi, ember, dan lain(lain. b. Bukan tempat penampungan air (non 0P!), yaitu tempat(tempat yang biasa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari(hari, seperti 6 tempat minum he8an peliharaan (ayam, burung, dan lain(lain), barang bekas (kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain(lain), vas bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dan lain(lain. c. 0empat penampungan air alami, seperti 6 ,ubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain(lain .

Universitas Sumatera Utara

2.'.

-&idemi#$#gi Penyakit DBD

2.'.1. Di tri*u i Penyakit DBD %enurut .rang DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, 8alaupun saat ini DBD lebih banyak pada anak(anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok de8asa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya in)eksi virus dengue jenis baru yaitu D"# $, D"# %, D"# 3 dan D"# & yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
$4

Pada a8al terjadinya 8abah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari $/ tahun (45(=/@). #amun pada 8abah(8abah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia de8asa muda meningkat. Di +ndonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur /($$ tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari $/ tahun meningkat sejak tahun $=4&.
/

2.'.2. Di tri*u i Penyakit DBD %enurut Tem&at Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat(tempat dengan ketinggian $--- meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna.
$2

Dalam kurun 8aktu 3- tahun sejak ditemukan virus dengue di 1urabaya dan ?akarta tahun $=54 angka kejadian sakit in)eksi virus dengue meningkat dari

-,-/ per $--.--- penduduk menjadi 3/,$= per $--.--- penduduk tahun $==4. 1ampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di +ndonesia.
$&

Universitas Sumatera Utara

'eningkatnya kasus serta bertambahnya 8ilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.
$&,$=

2.'.!. Di tri*u i Penyakit DBD %enurut /aktu Pola berjangkitnya in)eksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (%4(3% A) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka 8aktu lama. Di +ndonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau ?a8a pada umumnya in)eksi virus dengue terjadi mulai a8al ?anuari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan !pril('ei setiap tahun.
$4,$= -

2.'.'. 0akt#r 1 fakt#r yang Berhu*ungan dengan Ke2adian Penyakit DBD Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa )aktor, yaitu agent (virus), host (pejamu), dan lingkungan, yaitu 6 $. !gent (penyebab penyakit) adalah semua unsur atau elemen hidup atau mati yang kehadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang e)ekti) dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimuli untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
$=

%. *arakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit penyakit DBD. Baktor()aktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia yaitu 6

Universitas Sumatera Utara

i.

'obilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. 3asil penelitian Bathi (%--&) di kota 'ataram mobilitas penduduk tidak ikut berperan dalam terjadinya *,B penyakit DBD di kota 'ataram, hal ini dapat dikaitkan dengan mobilitas penduduk di kota 'ataram yang relati) rendah yaitu sebagian besar adalah petani. !rsunan
%-

3asil penelitian

dan 7ahiduddin (%--3) di kota 'akassar mobilitas penduduk

berperan dalam penyebaran DBD, hal ini disebabkan mobilitas penduduk di kota 'akassar yang relati) tinggi.
%$

3al ini sesuai dengan 1umarmo bah8a

penyakit biasanya menjalar dimulai dari suatu pusat sumber penularan (kota besar), kemudian mengikuti lalu(lintas (mobilitas) penduduk. 1emakin tinggi mobilitas makin besar kemungkinan penyebaran penyakit DBD.
$3

ii. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan, hal ini berkaitan dengan pengetahuan. 3asil penelitian #icolas Duma (%--2) di kecamatan Baruga kota *endari ada hubungan yang sangat signi)ikan antara pengetahuan dengan kejadian DBD.
%%

3al ini juga sesuai dengan hasil penelitian !rsunan dan

7ahiduddin (%--3) di kota 'akassar yang mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD.
%$

3asil penelitian

*asnodiharjo ($==2) di 1ubang ?a8a Barat menyatakan bah8a seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan atau buta huru) , pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk menyerap ide(ide baru dan membuat mereka konservati) karena tidak mengenal alternati) yang lebih baik.
%%

Universitas Sumatera Utara

iii. *elompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit DBD. 3asil penelitian 1oegeng 1oegijanto (%---) di ?a8a 0imur dari tahun $==5 sampai dengan tahun %--- proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada kelompok umur /(= tahun. 0etapi pada tahun $==4 dan %--- proporsi kasus pada kelompok umur $/(&& tahun meningkat, keadaan tersebut perlu di8aspadai bah8a DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan de8asa. 3al ini sesuai dengan 1uroso bah8a di +ndonesia pada tahun $==/($==2 proporsi kasus DBD telah bergeser ke usia C $/ tahun.
/ &

3asil

penelitian Bitri (%--/) di Pekanbaru proporsi penderita terbanyak lebih sering pada kelompok umur C $/ tahun.
%&

iv. ?enis kelamin, berdasarkan penelitian 7idyana ($==4) di Bantul pada tahun $==2 menemukan bah8a proporsi penderita perempuan lebih tinggi dibanding laki(laki yaitu sebesar /%,5 @.
%3

3asil serupa juga di peroleh oleh "nny dkk

(%--3) di ?akarta pada tahun %--- sebagian besar penderita adalah perempuan (/4,%@).
%/

#amun secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis

kelamin penderita DBD dan sampai sekarang tidak ada keterangan yang dapat memberikan ja8aban dengan tuntas mengenai perbedaan jenis kelamin pada penderita DBD.
$3

3al ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

Djelantik di 91A' ?akarta ($==4) menyatakan bah8a tidak terdapat perbedaan yang signi)ikan antara angka insiden laki(laki dan perempuan.
$$

3. ,ingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD adalah 6 i. 0empat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. 3asil penelitian Dukresna (%--3) dengan desain

Universitas Sumatera Utara

penelitian case control di kota 'edan mendapatkan kondisi tempat penampungan air mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan .9 /,2-5 (A+ =/@ $,/= < %-,3=). ii. *etinggian tempat suatu
%5

daerah

mempunyai

pengaruh

terhadap

perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di 8ilayah dengan ketinggian lebih dari $.--- meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Aedes aegypti. iii. Aurah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. 0elur(telur yang belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas, dan kelembaban udara juga akan meningkat yang akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup nyamuk de8asa dimana selama musim hujan jangka 8aktu hidup nyamuk lebih lama dan berisiko penularan virus lebih besar.
$$,$/,$=

Dari hasil pengamatan penderita DBD yang musim penularan DBD pada
&

selama ini dilaporkan di +ndonesia bah8a

umumnya terjadi pada musim hujan yaitu a8al dan akhir tahun.

3asil

penelitian Bitri (%--/) kasus penyakit DBD di kota Pekanbaru akan lebih tinggi pada saat curah hujan tinggi yaitu diatas 3-- mm.
%&

iv. *ebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, dari penelitian Dukresna (%--3) di kota 'edan dengan desain penelitian case control yang mendapatkan bah8a kebersihan lingkungan mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan .9 %,=- (A+ =/@ $,53(/,$/).
%5

Penelitian tersebut sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

pernyataan 1eogeng, 1 (%--&) yang menyatakan bah8a kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. 2.'.3. %anife ta i K$ini
3 &

+n)eksi oleh virus dengue dapat bersi)at asimtomatik maupun simtomatik yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam berdarah dengue termasuk sindrom syok dengue (D11). Penyakit demam dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala sisa. 1ebaliknya, D3B merupakan penyakit demam akut yang mempunyai ciri(ciri demam, mani)estasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Eambaran klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strain virus. Berikut ini adalah bagan mani)estasi in)eksi virus dengue 6 +n)eksi virus dengue !simtomatik Demam yang tak jelas penyebabnya (sindrom virus) Demam dengue 1imtomatik Demam berdarah dengue (kebocoran plasma)

0anpa Perdarahan

Dengan perdarahan DBD tanpa syok DBD dengan syok (11D)

Demam dengue

Demam Berdarah Dengue

Universitas Sumatera Utara

2.3. Pen4egahan Primer Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. 2.3.1. Sur5ei$an "ekt#r
1'+16+17

1urveilans untuk nyamuk Aedes aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi, kepadatan populasi, habitat utama larva, )aktor resiko berdasarkan 8aktu dan tempat yang berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan insektisida yang dipakai, untuk memprioritaskan 8ilayah dan musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor. Data tersebut akan memudahkan pemilihan dan penggunaan sebagian besar peralatan pengendalian vektor, dan dapat dipakai untuk memantau kee)ekti)annya. 1alah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik. 1urvei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Aara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. >kuran(ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah 6 a. House Indeks (3+), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang erdapat Jentik ! "##$ Jumlah Rumah yang %iperiksa

Universitas Sumatera Utara

b. &ontainer Indeks '&I)( yaitu persentase container yang terjangkit larva atau pupa. &I = Jumlah &ontainer Yang erdapat Jentik ! "##$ Jumlah &ontainer Yang %iperiksa c. )reteau Indeks ')I)( yaitu jumlah container yang positi) per($-- rumah yang diperiksa. )I = Jumlah &ontainer Yang erdapat Jentik Jumlah Rumah Yang %iperiksa ! "## rumah

Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase !ngka Bebas ?entik (!B?), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa. A)J = Jumlah Rumah Yang idak %itemukan Jentik Jumlah Rumah Yang %iperiksa Pemeriksaan ?entik Berkala (P?B) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada $-- rumah/bangunan yang dipilih secara acak 'random sampling). !ngka Bebas ?entik dan 3ouse +ndeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu 8ilayah. 2.3.2. Pengenda$ian "ekt#r
'

! "##$

Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti. 1ecara garis besar ada 3 cara pengendalian vektor yaitu 6 a. Pengendalian Aara *imia8i Pada pengendalian kimia8i digunakan insektisida yang ditujukan pada nyamuk de8asa atau larva. +nsektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan

Universitas Sumatera Utara

organoklorin, organo)os)or, karbamat, dan pyrethoid. Bahan(bahan insektisida dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah(rumah penduduk. +nsektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypti yaitu dari golongan organo)os)or (0emephos) dalam bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi. b. Pengendalian 3ayati / Biologik Pengendalian hayati atau sering disebut dengan pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme he8an invertebrate atau vertebrata. 1ebagai pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogen, parasit dan pemangsa. Beberapa jenis ikan kepala timah (PanchaFpanchaF), ikan gabus (*ambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis golongan cacing nematoda seperti Romanomarmis iyengari dan Romanomarmis culifora! merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk. c. Pengendalian ,ingkungan Pengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang ka8at kasa pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. 3indari menggantung pakaian di kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari.

Universitas Sumatera Utara

2.3.!. Sur5ei$an Ka u

1'

1urveilans kasus DBD dapat dilakukan dengan surveilans akti) maupun pasi). Di beberapa negara pada umumnya dilakukan surveilans pasi). 'eskipun sistem surveilans pasi) tidak sensiti) dan memiliki spesi)isitas yang rendah, namun sistem inin berguna untuk memantau kecenderungan penyabaran dengue jangka panjang. Pada surveilans pasi) setiap unit pelayanan kesehatan ( rumah sakit, Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktek s8asta, dll) di8ajibkan melaporkan setiap penderita termasuk tersangka DBD ke dinas kesehatan selambat(lambatnya dalam 8aktu %& jam. 1urveilans akti) adalah yang bertujuan memantau penyebaran dengue di dalam masyarakat sehingga mampu mengatakan kejadian, dimana berlangsung penyebaran kelompok serotipe virus yang bersirkulasi, untuk mencapai tujuan tersebut sistem ini harus mendapat dukungan laboratorium diagnostik yang baik. 1urveilans seperti ini pasti dapat memberikan peringatan dini atau memiliki kemampuan predikti) terhadap penyebaran epidemi penyakit DBD. 2.3.'. 8erakan Pem*eranta an Sarang Nyamuk
16

Eerakan P1# adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai pemantauan hasil( hasilnya secara terus menerus. Eerakan P1# DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya me8ujudkan kebersihan lingkungan serta prilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam membasmi jentik nyamuk penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan istilah 3', yaitu 6

Universitas Sumatera Utara

$. 'enguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum he8an peliharaan minimal sekali dalam seminggu. %. 'enutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk de8asa. 3. 'engubur barang(barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang semuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.

2.6.

Pen4egahan Sekunder

1'+19

Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan hal(hal sebagai berikut 6 2.6.1. Penemuan+ Pert#$#ngan dan Pe$a&#ran Penderita Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara 6 $. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera ba8a ke dokter atau unit pelayanan kesehatan. %. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan pengobatan segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

3. *epala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan kejadian luar biasa (*,B) kepada Aamat, dan Dinas *esehatan *ota/*abupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya. 2.6.2. Diagn# i
'+3+19

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut 73. tahun $==2 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. $. *riteria *linis a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama %(2 hari. b. 0erdapat mani)estasi perdarahan ditandai dengan 6 uji tourniGuet positi), petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan malena. >ji tourniGuet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah. 1elanjutnya diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas sikuH tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. 1etelah dilakukan tekanan selama / menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan ba8ah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. >ji dinyatakan positi) apabila pada $ inchi persegi (%,4 F %,4 cm) didapat lebih dari %- petekia. c. Pembesaran hati (hepatomegali). d. 1yok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.
$3

Universitas Sumatera Utara

%. *riteria ,aboratorium a. 0rombositopeni ( I $--.--- sel/ml) b. 3emokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit %-@ atau lebih. 3. Derajat Penyakit DBD, menurut 73. tahun $==2
&,/

Derajat penyakit DBD diklasi)ikasikan dalam & derajat, yaitu 6 a. Derajat + Demam disertai dengan gejala umum nonspesi)ik, satu(satunya mani)estasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniGuet yang positi). b. Derajat ++ 1elain mani)estasi yang dialami pasien derajat +, perdarahan spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lainnya. c. Derajat +++ Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala(gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (

I %- mm3g) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah. d. Derajat + Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.

Universitas Sumatera Utara

2.6.!. Diagn# i (a*#rat#rium Pemeriksaan laboratorium yang sangat penting untuk memastikan diagnosis in)eksi dengue, meliputi 6 $. Pengumpulan 1pesimen 1alah satu aspek yang esensial untuk diagnosis laboratorium adalah

pengumpulan, pegolahan, penyimpanan, dan pengantaran spesimen. Persyaratan dari jenis spesimen, cara penyimpanan dan pengiriman dapat dilihat pada tabel berikut ini 6
/

?enis spesimen 7aktu pengambilan 1pesimen darah -(/ hari setelah onset !kut (1$) 1pesimen darah %(3 minggu setelah *onvelesen (1% J 13) a8itan ?aringan 1ecepatnya setelah meninggal

Penyimpanan (2- A (%- A (2- A


-

Pengiriman dry+ice beku/es dry+ice

1pesimen 1$ adalah sampel darah yang diambil pada stadium akut atau secepatnya setelah onset penyakit atau segera setelah masuk rumah sakit. 1pesimen 1% adalah sampel darah yang diambil pada 8aktu penderita akan meninggalkan rumah sakit atau secepatnya sebelum meninggal. 1pesimen 13 adalah sampel darah yang diambil %(3 minggu setelah spesimen akut. 7aktu antara yang paling baik untuk pengambilan spesimen akut dan kovalesen adalah $- hari. >ntuk pemeriksaan serologi pengumpulan spesimen darah dapat dilakukan dengan % cara 6

Universitas Sumatera Utara

a.

dengan menggunakan kertas saring ()ilter paper khusus). Darah diteteskan pada kertas saring sampai jenuh, bolak(balik sehingga seluruh permukaan )ilter paper terisi darah rata. Darah dapat dari pembuluh vena dapat pula darah dari ujung jari (ujung jari ditusuk). *ertas saring yang berisi darah dibiarkan kering pada temperatur kamar. ?angan dikeringkan dengan panas sinar matahari atau yang lainnya. *ertas saring yang berisi darah yang telah kering disimpan dalam tempat yang kering pada suhu kamar tidak lebih dari 3 bulan. *irimkan dalam amplop atau kantong plastik ke laboratorium secepatnya sebelum 8aktu 3 bulan tersebut. b. dengan serum darah diambil secara asepsis dengan menggunakan semprit. 1erum dipisahkan dengan diputar $/--(%--- putaran sekitar $-($/ menit. 1erum yang terpisah dipindahkan dalam botol kecil dengan menggunakan pipet Pasteur. 1erum tersebut disimpan pada suhu (%- A sebelum dikirim ke laboratorium.
-

%. +solasi irus +solasi sebagian besar strain virus dengue dari spesimen klinis dapat dilakukan pada sebagian besar kasus asalkan sampel diambil dalam beberapa hari pertama sakit dan langsung diproses tanpa penundaan. 1pesimen yang mungkin sesuai untuk isolasi virus diantaranya serum )ase akut dari pasien, autopsi jaringan dari kasus )atal, terutama dari hati, limpa, nodus lim)e. 3. >ji 1erologis >ji hemaglutinasi inhibisi (uji 3+) merupakan salah satu pemeriksaaan serologi untuk penderita DBD dan telah ditetapkan oleh 73. sebagai standar pada
$3

Universitas Sumatera Utara

pemeriksaan serologi penderita DBD dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya seperti ",+1!, uji komplemen )ikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. !papun jenis uji yang dilakukan, kon)irmasi serologis sudah pasti bergantung pada kenaikan yang signi)ikan (& kali lipat atau lebih) pada antibodi spesi)ik dalam sampel serum diantara )ase akut dan )ase pemulihan. *umpulan antigen untuk sebagian besar uji serologis ini harus mencakup keempat serotipe dengue. 2.6.'. Peng#*atan Penderita DBD
3+12+19 / /

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersi)at simptomatik dan suporti) yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. $. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi 6 a. +stirahat total di tempat tidur. b. Diberi minum $,/(% liter dalam %& jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena harus diberikan. c. Berikan makanan lunak d. 'edikamentosa yang bersi)at simptomatis. >ntuk hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik yang bersi)at asetamino)en, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan. e. !ntibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi in)eksi sekunder. %. Penatalaksanaan pada pasien syok 6 a. Pemasangan in)us yang diberikan dengan diguyur, seperti #aAl, ringer laktat dan dipertahankan selama $%(&4 jam setelah syok diatasi.

Universitas Sumatera Utara

b. .bservasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta 3emoglobin (3b) dan 3ematokrit (3t) tiap &(5 jam pada hari pertama selanjutnya tiap %& jam. #ilai normal 3emoglobin 6 !nak(anak ,aki(laki de8asa 7anita de8asa 6 $$,/ < $%,/ gr/$-- ml darah 6 $3 < $5 gr/$-- ml darah 6 $% < $& gr/$-- ml darah

#ilai normal 3ematokrit 6 !nak(anak ,aki(laki de8asa 7anita de8asa 6 33 < 34 vol @ 6 &- < &4 vol @ 6 32 < &3 vol @

c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar 3b dan 3t maka diberi trans)usi darah. 2.6.3. Penye$idikan -&idemi#$#gi (P-) Penyelidikan "pidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik rumah, yang dilakukan dirumah penderita dan %- rumah disekitarnya serta tempat(tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan, hasilnya dicatat dalam )ormulir P" dan dilaporkan kepada *epala Puskesmas selanjutnya diteruskan kepada ,urah melalui Aamat dan penanggulangan seperlunya untuk membatasi penularan. 'aksud penyelidikan epidemiologi ialah untuk mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tanbahan dan luas penyebarannya, serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit DBD lebih lanjut dilokasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Bila pada hasil P" ditemukan penderita DBD lain atau jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas lebih dari 3 orang maka akan dilakukan penyuluhan 3 ' plus, larvasida, )ogging )okus / penanggulangan )okus, yaitu pengasapan rumah sekitar tempat tinggal penderita DBD dalam radius %-- meter, yang dilaksanakan berdasarkan hasil dari penyelidikan epidemiologi, dilakukan % siklus dengan interval $ minggu. Bila pada hasil P" tidak ditemukan kasus lain maka dilakukan penyuluhan dan kegiatan 3'.
$&,$5

2.,.

Pen4egahan Ter ier

19

Pencegahan tingkat ketiga ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat penyakit DBD dan melakukan rehabilitasi. >paya pencegahan ini dapat dilakukan dengan 6 a. 0rans)usi Darah Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan malena diindikasikan untuk mendapatkan trans)usi darah secepatnya. b. 1trati)ikasi Daerah 9a8an DBD !dapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan strati)ikasi daerah ra8an seperti 6 i. "ndemis Daitu *ecamatan, *elurahan, yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD. *egiatan yang dilakukan adalah )ogging 1ebelum 'usim Penularan (1'P), !batisasi selekti), dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

ii. 1poradis Daitu *ecamatan, *elurahan, yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD. *egiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan ?entik Berkala (P?B), P1# (Pemberantasan 1arang #yamuk) dan 3', penyuluhan tetap dilakukan. iii. Potensial Daitu *ecamatan, *elurahan, yang dalam 3 tahun terakhir tidak ada kasus DBD. 0etapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi dengan 8ilayah lain dan persentase rumah yang ditemukan jentik K /@. *egiatan yang dilakukan adalah P?B, P1#, 3' dan penyuluhan. iv. Bebas Daitu *ecamatan, *elurahan yang tidak pernah ada kasus DBD. *etinggian dari permukaan air laut K $--- meter dan persentase rumah yang ditemukan jentik L /@. *egiatan yang dilakukan adalah P?B, P1#, 3' dan penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai