Anda di halaman 1dari 0

Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap

Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.


USU Repository 2009




PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL ( % TSC ) LATEKS
PEKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKUATAN
TARIK BENANG KARET DI PT. IKN - MEDAN




KARYA ILMIAH



VIVI HANDAYANI DALIMUNTHE
052409036










PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008



Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009





PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL (%TSC) LATEKS
PEKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKUATAN TARIK
BENANG KARET
DI P.T.IKN- MEDAN


KARYA ILMIAH


Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
mencapai gelar Ahli Madya


VIVI HANDAYANI DALIMUNTHE
052409036








PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008


Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


PERSETUJUAN




Judul : PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL
( % TSC ) LATEKS PEKAT DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEKUATAN TARIK BENANG
KARET DI PT. IKN - MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : VIVI HANDAYANI DALIMUNTHE
Nomor Induk Mahasiswa : 052409036
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA


Disetujui di
Medan, Juli 2008



Diketahui
Program studi D-3 Kimia Industri
FMIPA USU
Ketua, Pembimbing




(DR. Harry Agusnar,M.Sc.,M.Phil) (Prof. DR. Zul Alfian M.Sc)
Nip. 131.273.466 Nip. 131.273.465


Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,



(DR. Rumondang Bulan MS)
Nip. 131.459.466

Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009



PERNYATAAN



PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL ( % TSC ) LATEKS PEKAT
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKUATAN TARIK
BENANG KARET DI PT. IKN MEDAN


KARYA ILMIAH




Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.



Medan, Juli 2008




Vivi Handayani Dalimunthe
052409036

















Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


PENGHARGAAN



Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi-rabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya kepada kita semua, serta
salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi Besasr Muhammad saw
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar Ahli Madya pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu, dan pengetahuan, tetapi
penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang
membaca karya ilmiah ini khususnya serta bagi lingkung Universitas Sumatera Utara
pada umumnya. Penulis mengucapkan terimakasih atas segala kritik dan saran yang
membangun untuk karya ilmiah ini.
Selama penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan dorongan,
bantuan, dan petunjuk dari semua pihak, mak pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ayahanda Edi Suwanto Dalimunthe, Ibunda Sri Sukmawaty,dan adik-adik saya
Anggi Suwanti Dalimunthe, Dinda Wintasari Dalimunthe.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zul Alfian M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah ini.
3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku dosen Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu DR. Rumondang Bulan. MS, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Erwin Nasution, selaku pembimbing lapangan.
6. Teman-teman PKL, Anggia Murni, Fitria Permatasari, danMila Amelia.
7. Seluruh teman-teman angkatan 2005 Jurusan Kimia Industri FMIPA USU.
Penulis memanjatkan doa kehadirat Allah swt, semoga amal kebaikan mereka diberi
balasan yang setimpal, amin ya robbal alamin.


Medan, Juli 2008
Penulis




Vivi Handayani Dalimunthe
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009



ABSTRAK




Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis-1,4 poliisoprena.
Salah satu produk dari karet adalah benang karet. Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan benang karet adalah: lateks pekat. Penentuan kandungan padatan total (TSC)
pada lateks pekat bertujuan untuk mendapatkan parameter mutu yang sesuai untuk
menghasilkan benang karet yang berkualitas. Salah satu parameter tersebut adalah
kekuatan tarik (tensile strength). J ika kadar TSC terlalu tinggi, maka kekuatan tarik
benang karet yang dihasilkan juga semakin besar, maka benang karet akan menjadi lebih
keras sehingga tidak nyaman digunakan. Dan jika kadar TSC rendah maka kekuatan tarik
benang karet akan semakin rendah sehingga benang karet yang dihasilkan akan mudah
sobek dan melar jika digunakan.

Untuk menentukan kadar TSC lateks pekat, yang digunakan untuk produk benang karet
adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetric dimana dilakukan
pemanasan selama 3 jam. Kadar TSC yang diperoleh dari hasil analisis setiap hari selama
pengambilan dan dilakukan 2 kali perlakuan.
Berdasarkan standart mutu PT Industri Karet Nusantara, maka kadar TSC yang terdapat
pada lateks pekat dengan Medium Amoniak: 61,3% - 62%. Dalam hal ini, kadar TSC di
Rubber Thread Factory (RTF) PT Industri Karet Nusantara telah sesuai dengan standart.




















Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009







TO DETERMINE THE TOTAL SOLID CONTENT (%TSC) OF LATEX AND
THE INFLUENCE TO TENSILE STRENGTH RUBBER THREAD
IN PT. IKN MEDAN


ABSTRACT




Natural rubber is an polymer from isoprene by the name of chemistry of Cis 1,4
polisoprena. One of product from this rubber is Rubber Thread. Raw material originally
used is latex. TSC ( Total Solid Content ) determination of latex is to be done to obtain
the quality parameters which adjust to produce a good quality for produced products.
The one of the parameters is stensile strength. If the TSC too high, then the tensile
strength of rubbet Thread Produced larger, so that Rubber thread will be stiff. While if
when low TSC, tensile strength also will lower, so rubber thread produced will easy to
tear and loosen of if when pulled.
To determine the TSC of latex which used for rubber thread with heated. It was done with
volumetric method when heating during 3 hours. To get the TSC concentrated from
analysis result. Everyday during 4 times taking over and doing 3 times. The based of
quality rubber thread factory standart, thats why TSC of latex concentrated at medium
ammoniac is 61,3% - 62%. In this case, TSC concentrated at rubber thread factory to
match with standart.















Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009





DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Batasan Permasalahan 4
1.4 Tujuan 4
1.5 Manfaat 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka 5
2.1 Bahan Baku Benang Karet 5
2.1.1 Karet Alam 9
2.1.2 Karet Sintetis 10
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


2.1.3 Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis 11
2.2 Komposisi Lateks 12
2.2.1 Susunan Kimia 12
2.2.2 Susunan Fraksi Lateks 14
2.3 Kekuatan Tarik ( Tensile Strength ) 16
2.4 Parameter dan Standart Mutu 17
2.5 Sasaran Mutu Produk Akhir 20
Bab 3 Metodologi Analisis 22
3.1 Alat Alat 22
3.2 Bahan Bahan 22
3.3 Prosedur Analisa 22
Bab 4 Data, Perhitungan Dan Pembahasan 24
4.1 Data 24
4.2 Perhitungan 26
4.3 Pembahasan 28
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 29
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29
Daftar Pustaka 30
Lampiran


Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009






DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Lateks 14
Tabel 2.2 Tabel Spesifikasi Parameter Mutu Lateks Pekat Pusingan
( Centrifuge N. R. Concentrated Specification ) 19
Tabel 4.1 Data Analisa Kadar TSC setiap Hari dengan Dua Perlakuan 24













Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009












DAFTAR LAMPIRAN


Halaman
Tabel 1 Parameter Lateks Pekat Medium Amonia 31
Tabel 2 Parameter Sifat-sifat fisika di Lab. Fisika 32
Tabel 3 Spesifikasi Benang Karet 33





















Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009




BAB 1
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar di dunia. Karet diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1876 yang berasal dari lembah Amazon, Brazil. Saat ini karet
Havea di Indonesia sudah merupakan tanaman perkebunan yang cukup luas dan
merupakan sumber devisa bagi negara.
Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat. Negara Indonesia
termasuk produsen karet alam kedua setelah Malaysia, akan tetapi usaha perkaretan di
Indonesia masih tergolong terbelakang, bila dibandingkan dengan perkembangan
produksi dan kemajuan teknologi di Negara lain.
Pabrik industri karet PT. Industri Karet Nusantara Medan merupakan salah
satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) yang memproduksi barang jadi
karet seperti, karet gelang, benang karet dan sarung tangan dengan menggunakan lateks
sebagi bahan bakunya.
Proses pembuatan benang karet berlangsung dalam beberapa unit proses, yaitu:
compounding inactiva, compounding active, compounding cooling, feeding system,
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


header capillary, acid bath, drying oven, talcum area, ribboning, curing, cooling drum,
receiving, boxes weighing, packing, market customer.
Para konsumen sangat menginginkan benang karet dengan kualitas yang baik.
Oleh karena itu setiap pabrik benang karet mengusahakan agar produk yang dihasilkan
tidak melar atau kendor, tetapi juga tidak terlalu kaku. Ini berarti kekuatan tarik ( Tensile
Strength ) benang karet harus sesuai dengan parameter mutu yang ditetapkan, sehingga
produk yang dihasilkan dapat terjual seluruhnya dan konsumen merasa nyaman
menggunakannya.
Standart mutu merupakan hal yang paling penting untuk batas-batas nilai
suatu unsur baik atau tidak. Baiknya mutu suatu produk apabila telah dilakukan pengujian
terhadap sample tersebut, hasil yang diperoleh kemudian akan dibandingkan dengan
standart mutu yang ditetapkan. Dari hasil perbandingan ini akan diketahui bagaimana
mutu dari sample tersebut.
Parameter-parameter yang dianalisis pada produksi benang karet di pabrik
industri karet PT. Karet Nusantara adalah:
a. Penentuan TSC ( Total Solid Content )
b. Penentuan DRC ( Dry Rubber Content )
c. Penentuan VFA ( Volatile Fatty Acid )
d. Penentuan Alkalinity ( NH
8
)
e. Penentuan MST ( Mechanical Stability Time )
f. Penentuan KOH Number
g. Penentuan Viskositas
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Seperti yang tercantum diatas, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah:
TSC ( Total Solid Content ) atau kandungan zat padatan total pada lateks pekat. bila TSC
rendah, maka kekuatan tarik benang karet semakin rendah mengakibatkan benang karet
akan melar dan mudah koyak. Sebaliknya bila TSC lateks semakin tinggi, kekuatan tarik
benang karet juga akan semakin tinggi. hal ini akan berakibat buruk bagi perusahaan yang
bersangkutan karena akan memakan biaya yang cukup besar.
Pabrik telah menetapkan beberapa standart mutu, bahwa untuk menghasilkan
benang karet yang baik khususnya memiliki kekuatan tarik yang baik, maka kandungan
padatan total ( TSC ) lateks pekat haruslah sesuai standart yaitu: 61,3% - 62%. Sehingga
apabila standart tersebut dapat terpenuhi maka benang karet yang dihasilkan akan
memiliki kekuatan tarik yang baik.
Melihat hal-hal tersebut diatas, penulis sangat tertarik untuk membahas masalah
tersebut. Dan dengan masalah itu penulis mengambil judul:
Penentuan Kandungan Padatan Total ( %TSC ) Lateks Pekat dan Pengaruhnya
Terhadap Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT.IKN Medan .
1.2. Permasalahan
Salah satu parameter yang dianalisis pada produksi benang karet adalah: Penentuan TSC
pada lateks pekat. Kadar TSC pada lateks pekat sangat berpengaruh pada kekuatan tarik
benang karet yang dihasilkan.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Lateks dengan TSC yang tinggi, akan menghasilkan benang karet dengan
kekuatan tarik ( Tensile Strength ) yang semakin besar. Hal ini tentu saja akan berakibat
buruk bagi perusahaan yang bersangkutan karena akan memakan biaya yang cukup besar
selama proses produksi, disamping itu konsumen tidak akan menyukai benang karet yang
kaku. Sedangkan bila TSC rendah, benang karet yang dihasilkan akan mudah koyak dan
melar bila ditarik, sehingga perlu adanya penetapan kandungan TSC lateks pekat yang
sesuai dan baik.


1.3. Batasan Masalah
Dalam hal ini penulis membatasi penulisan karya ilmiah ini hanya pada pemeriksaan
kadar TSC lateks pekat dan pengaruhnya terhadap kekuatan tarik benang karet yang
dihasilkan.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Total Solid Content ( TSC ) lateks pekat
terhadap kekuatan tarik ( Tensile Strength ) benang karet.
b. Untuk mengetahui kandungan TSC lateks pekat agar diperoleh kekuatan tarik
benang karet yang bagus dan sesuai standart.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


1.5. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk meningkatkan standart
mutu dengan menetapkan kandungan Padatan Total ( TSC ) yang sesuai, sehingga
diperoleh kekuatan tarik ( Tensile Strength ) benang karet yang sesuai.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku Benang karet
Bahan baku untuk pembuatan benang karet pada P.T. Industri Karet Nusantara Medan
adalah: Lateks DRC 60% ( lateks pekat hasil pemusingan ) yang berasal dari pusat
pengolahan karet ( PPK ) PT. Perkebunan Nusantara III di Kebun Rambutan dan
Membang Muda.
Pada umumnya lateks yang dihasilkan dari kebun adalah High Amoniak yang
kadarnya sekitar 0,55% 0,75%, sedangkan lateks yang dipakai di Rubber Thread
Factory ( RTF ) adalah Medium Amoniak yang kadarnya: 0,40% 0,54%. Sebagai bahan
pemantap ditambah Larutan Ammonium Laurat 20% dengan dosis 4 5 ml/L. Lateks
pekat inilah yang dipakai sebagai bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang
karet, sebelum lateks digunakan dalam proses produksi, lateks tersebut terlebih dahulu
dipekatkan dan disebut lateks pekat.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Lateks adalah cairan berwarna putih susu yang merupakan sistem koloid yang
kompleks yang terdiri dari partikel-partikel karet dan partikel bukan karet. Sebelum
terkontaminasi atau tercampur dengan bahan-bahan lain lateks mempunyai pH normal,
yaitu: 6,9 7,0, cair dan bersifat kolloid yang stabil.
Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakn untuk pembuatan benang
karet, sebelum lateks digunakan dalam proses produksi, lateks tersebut terlebih dahulu
dipekatkan dan disebut lateks pekat.
Lateks yang telah dipekatkan mempunyai Kadar Karet Kering ( KKK ) 60% dan
berupa cairan yang mantap.
Tujuan dari pemekatan lateks antara lain:
1. Untuk memperoleh kadar karet kering sekitar 60%
2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi
3. Untuk mengetahui jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks
sampai kadar yang dikehendaki.
A. Faktor Faktor yang mempengaruhi Kualitas Lateks
1. Iklim
Musim hujan akan mendorong terjadinya prokoagulasi, sedangkan musim
kemarau akan mengakibatkan keadaan lateks menjadi tidak stabil.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


2. Alat alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan ( baik yang
terbuat dari aluminium maupun yang terbuat dari baja tahan karet ). Peralatan
yang digunakan harus dijaga kebersihannya agar kualitas lateks tetap terjaga.
3. Pengaruh pH
Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam, basa atau karena
penambahan elektrolit. Dengan penurunan pH maka akan mengganggu kestabilan
atau kemantapan lateks akibatnya lateks akan menggumpal.
4. Pengaruh Jasad Renik
Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad renik
yang berasal dari udara luar atau dari peralatan-peralatan yang digunakan.
Jasad renik tersebut mula-mula akan menyerang karbohidrat terutama gula yang
terdapat dalam serum dan menghasilkan asamlemak yang mudah menguap ( asam
lemak eteris ).
Terbentuknya asam lemak eteris ini secara perlahan-lahan akan menurunkan pH
lateks akibatnya lateks akan menggumpal. Sehingga semakin tinggi jumlah asam-
asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateks.
5. Pengaruh Mekanis
J ika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dalam
sistem colloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu sama
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


lain. Tubrukan-tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya lapisan
pelindung, dan akan mengakibatkan penggumpalan ( koagulasi ).
( Ompusunggu, 1987 )

B. Penggumpalah Lateks ( Koagulasi )
Proses penggumpalan lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga
karet dengan perlindungannya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan
bergabung ke sesamanya membentuk gumpalan.
Penggumpalan lateks dapat terjadi dengan cara:
1. Penambahan Asam
Penambahan Asam bertujuan untuk menurunkan pH.
a. Asam semut ( disebut juga asam format, CHOOH )
Berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air,
berbau merangsang.
b. Asam Cuka ( disebut juga asam asetat, CH
3
COOH )
Berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang dan
mudah diencerkan dalam air.
( Setya midjaja, 2000 )
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


2. Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alkohol.
Penambahan alcohol akan mengakibatkan terjadinya ikatan hydrogen antara alcohol
dengan air, ikatan ini lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan protein
yang melapisi karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu
dan akibatnya karet akan menggumpal.
3. Penambahan elektrolit yang bermuatan positif akan menetralkan muatan partikel karet
( negatif ), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan menetralkan muatan
partikel karet ( negarif ), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak,
mengakibatkan karet akan menggumpal.
4. Adanya kegiatan Mikroba ( secara Alamiah )
C. Senyawa Kimia Sebagai Bahan Antikoagulan
1. Soda ( Natrium Karbonat)
Antikoagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk
yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang ( CO
2
) dalam lateks,
sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan ( koagulan ).
2. Amoniak ( NH
3
)
Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai disinfektan 0,7% NH
3
biasa
digunakan untuk mengawasan lateks pusingan ( centrifuge latex ). Tiap liter latex
membutuhkan 5-10 cc larutan Amoniak 2% - 2,5%.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


3. Natrium Sulfit ( Na
3
SO
3
)
Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan. untuk pemakaian segera dibuat
larutan 10% dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5-10 cc natrium sulfite 10%.



2.1.1. Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam
usaha industri mesin-mesin penggerak.
Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan
hasil produk karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik
untuk barang-barang karet buatan menusia.
Secara umum sifat-sifat karet alam adalah sebagai berikut:
a. Sifat fisik
1. Warna setelah koagulasi putih hingga coklat.
2. Elastisitas lateks tersebut semakin bertambah setelah vulkanisasi
3. Larut dalam Benzen
4. Tidak larut dalam air
5. Sensitif terhadap perubahan temperature
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


6. Bila dipanaskan maka sifat fisiknya akan semakin baik
b. Sifat kimia
1. Mudah teroksidasi oleh udara
2. Bila dibakar lateks alam akan berubah menjadi CO
2
dan H
2
O.
( Yayasan Karet, 1983 )
2.1.2. Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak
bumi. Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak zaman Perang
Dunia II. Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka
dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.
Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal, biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri
yang khas. Diantaranya:
A NBR ( Nytrile Butadiene Rubber )
NBR memiliki ketahanan yang tinggi terhadap minyak sehingga NBR merupakan
karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan. NBR biasa
digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membrane, seal,
serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau
industri gas. NBR didalam minyak tidak mengembang, sifat ini disebabkan oleh
adanya unsure nitrogen didalamnya. Semakin besar kadar nitrogen yang dimiliki,
maka daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin semakin tinggi, tetapi
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR adalah sulit untuk diplastisasi,
sehingga memerlukan penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa ester.
B. CR ( Chloroprene Rubber )
CR memiliki ketahanan terhadap minyak, pengaruh oksigen dan ozon di udara,
bahkan jika tahan terhadap panas atau nyala api. CR banyak digunakan dalam
pembuatan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket dan sabuk pengangkut.
C. EPR ( Ethylene Propylene Rubber )
Isomer karet ini merupakan gabungan tiga jenis monomer, yaitu: ethylene, propylene
yang termoplastik serta monomer lain yang memiliki ikatan rangkap atau diene.
Keunggulannya adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh
unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
( Spilane,J, 1989 )
2.1.3. Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh
dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum
dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki oleh karet
alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam
dibandingkan karet sintetis adalah:
a. Memiliki daya elastisitas dan daya lenting yang sempurna
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


b. Memiliki plastisasi yang baik sehingga pengolahannya mudah.
c. Mempunyai daya aus yang tinggi
d. Tidak mudah panas ( Low heat bid up ), dan
e. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan untuk beberapa keadaan
tertentu, diantaranya:
a. Tahan terhadap berbagai zat kimia
b. Harga cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil
c. Pengiriman atau suplai karet sintetis jarang mengalami kesulitan yang sulit
diharapkan dari pengiriman atau suplai karet alam.
( Tim Penulis, 1999 )
2.2. Komposisi Lateks
2.2.1. Susunan Kimia
Lateks Havea brasiliensis terdiri dari dua bahan pokok, yaitu: partikel-partikel
Hidrokarbon ( karet ) dan bahan bukan karet.
a. Karbohidrat
Metil inositol adalah komponen yang paling pekat didalam fase serum jumlahnya dari
seluruh lateks. Selain metil inositol masih terdapat sukrosa, glukosa dan fruktosa dengan
konsentrasi yang bervariasi.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


b. Protein
Protein didalam lateks mencapai 1,3% - 1,7%. Didalam pembuatan benang karet,
konsentrasi protein yang ada harus diturunkan menjadi sekecil mungkin, karena sifat
protein yang sangat berperan terhadap kestabilan kolloid.
c. Lipida
Lipidan yang terdapat didalam lateks sekitar 1,5% - 1,7% yang terdiri dari gliserida,
sterol dan fosfolipida. Seluruh senyawa ini tidak larut dalam air dan terdapat didalam fase
karet dengan jumlah sedikit didalam fraksi bawah dan fraksi frey wessling.
d. Konstituen Lain
Asam Amino didalam lateks yang telah diidentifikasi sebanyak 19 asam amino.
Nukleotida yang terkandung didalam lateks adalah penting sebagai ko-faktor dan zat
intermediat didalam proses biosintetis. Konsentrasi total dari ion-ion anorganik adalah
0,5%. Ion-ion anorganik tersebut diantaranya K, Mg, Cu, Fe, Na, Ca.
Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, unsur tanaman, musim,
sistem deres dan pengguna stimulan.
Perbandingan dari masing-masing persenyawaan atau unsur tersebut diatas secara
umum dapat terlihat seperti dibawah ini:
Tabel. 2.1. Komposisi Lateks
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


No Nama Bahan Kadar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Air
Kadar karet kering ( KKK )
Protein
Lipida
Inositol
Karbohidrat
K
Mg
Cu, Fe
Na, Ca
P
55 70%
25 45%
1,3 -1,7%
1,5 1,8%
1,5 1,8%
1,5 1,8%
0,12 0,25%
0,01 0,12%
0,02 0,15%
0,02 0,15%
0,02 0,28%
2.2.2 Susunan Fraksi Lateks
Apabila lateks segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi (
18000 20000 rpm ), maka lateks tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu: partikel
karet, frey wyssling, serum jernih dan fraksi bawah terutama lutoid.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


a. Fraksi Karet
Bagian dari lateks yang mempunyai nilai ekonomi adalah partikel karet, sehingga
semua teknik pengolahan bertujuan untuk menjaga agar sifat-sifat partikel ( butir ) karet
tersebut tidak dirusak oleh factor luar atau bahan lain.
Partikel karet adalah merupakan persenyawaan cis 1,4 polyisoprena, dan tidak
larut dalam air. Tiap partikel berukuran 0,01 3 um tetapi yang terbanyak adalah yang
berukuran 0,4 um. Partikel karet yang berukuran > 0,4 um hanya 4% saja.
Di dalam lateks, partikel-partikel karet bersifat sebagai kolloid, dan tiap partikel
diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida. Lapisan protein
dan lipida itu berfungsi sebagai pemantap
b. Fraksi Serum
Fraksi serum disebut juga serum C ( centrifuged serum ). Di dalam fraksi serum
terlarut berbagai ion anorganik seperti K
+
, Cu
2+
, PO
4,
dan CO
3
. Disamping ion-ion
tersebut diatas, di dalam serum C terdapat juga karbohidrat, protein, air, inositol yang
merupakan sumber utama untuk pembentukan asam-asam lemak yang mudah menguap (
asam lemak eteris ).
c. Fraksi Frey Wyssling
Fraksi ini terdiri dari partikel-partikel berwarna kuning yang mula-mula ditemukan
oleh Frey Wyssling, sehingga disebut partikel Frey Wyssling. Ukuran partikel dan berat
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


jenisnya lebih besar dari partikel karet dan bentuknya seperti bola. Berwarna kuning yang
disebabkan kadar keratenoidnya yang cukup tinggi.
Setelah pemusingan dilakukan, partikel Frey Wyssling biasanya terletak dibawah
partikel karet dan diatas fraksi dasar ( lutoid ). Tetapi kadang-kadang juga teradsorbsi
pada permukaan lutoid atau pun pada prmukaan partikel karet.
Bila partikel Frey Wyssling teradsorbsi pada lutoid, maka akan kelihatan lutoid
menjadi berwarna kuning.
d. Fraksi Dasar
Fraksi dasar pada umumnya terdiri dari partikel-partikel lutoid sehingga fraksi dasar
ini sering juga disebut lutoid. Lutoid itu bersifat kental seperti gelatin yang diselubungi
oleh membrane semi permeabel.
Partikel lutoid mempunyai diameter 2 5 um, dan berat jenisnya lebih besar dari
berat jenis partikel karet, sehingga pada pemusingan partikel-partikel lutoid berkumpul
dibagian bawah ( dasar ).
( Tampubolon,M, 2005 )
2.3. Kekuatan Tarik ( Tensile Strength )
Kekuatan ( strength ) adalah ukuran dari beberapa tegangan yang akan ditahan
oleh suatu sample sebelum sample tersebut rusak . Kekuatan tarik mengacu kepada
ketahanan terhadap tarikan. Kekuatan tarik ( Tensile Strenghth ) dapat didefinisikan
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


sebagai hasil bagi dari beban maksimum dengan permukaan sample. Tujuang dari
kekuatan tarik adalah untuk menentukan kekuatan yang dibutuhkan untuk menarik suatu
sample sampai putus. Pada saat ini kekuatan tarik dapat diukur dengan menggunakan alat
yang canggih yaitu: Tensometer. Pada saat ini tensile strenghth dapat langsung diperoleh
secara digital dengan cara memasukkan sample kedalam alat tersebut, maka akan ditarik
sampai putus dan cara otomatis parameter mutu yang diinginkan kekuatan tarik ( Tensile
Strength ) langsung diperoleh.


2.4. Parameter dan Standart Mutu
Standart mutu merupakan hal yang penting untuk batas-batas nilai suatu unsur
dikatakan baik atau tidak. Baiknya mutu suatu hasil analisis apabila telah dilakukan
pengujian terhadap sample tersebut, hasil yang diperoleh kemudian akan dibandingkan
dengan standart mutu yang ditetapkan. Dari hasil perbandingan ini akan diketahui
bagaimana mutu dari sampel tersebut.
Parameter-parameter mutu lateks pekat yang dianalisis pada produksi benang karet di
PT. Industri Karet Nusantara-Medan adalah:
A. Kadar Karet Kering ( Dry Rubber Content )
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Kadar karet kering adalah banyaknya kadar karet kering yang terdapat didalam lateks
yang digumpalkan dengan asam, digiling dan kemudian dikeringkan pada suhu 70
0
C
selama 16 jam atau pada suhu 100
0
C selama 2 jam. Kadar karet kering ( DRC ) pada
lateks pekat dengan Medium Amoniak adalah 60%.
B. Jumlah Padatan Total ( Total Solid Content )
Jumlah padatan total adalah banyaknya zat padat yang terdapat didalam lateks yang
tidak dapat menguap bila dikeringkan pada suhu 70
0
C selama 16 jam atau pada
suhu100
0
C selama 2 jam. Jumlah padatan total yang terdapat pada lateks pekat adalah
61,3% - 62%.

C. Kadar Amoniak ( NH
3
)
Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat dalam lateks ( % b/u ). Kadar
amoniak yang terdapat dalam lateks pekat adalah sekitar 0.40%.
D. Uji Waktu Kemantapan Mekanis ( Mechanical Stability Time )
Waktu kemantapan mekanis adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulai
menunjukkan flokulasi bila dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm. Waktu
kemantapan mekanis pada lateks pekat adalah sekitar 650 menit.
E. Bilangan Asam Lemak Mudah Menguap ( Volatyle Fatty Acid )
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Bilangan asam lemak yang mudah menguap adalah jumlah asam lemak yang mudah
menguap berantai pendek yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram
padatan total. Bilangan asam lemak mudah menguap pada lateks pekat adalah sekitar
0,020%. Bilangan VFA menunjukkan tingkat kebusukan lateks pekat. Semakin tinggi
bilangan VFA akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.
F. Bilangan KOH
Jumlah gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak dalam lateks
pekat yang mengandung 100 gram padatan total.
(Ompusunggu,M, 1997)


Tabel 2.2. Tabel Spesifikasi Parameter Mutu Lateks Pekat Pusingan ( Centrifuge
N.R Concentrated Specifiction )
No Parameter STN Klasifikasi
Spesifikasi
Amonia
Tinggi
Medium
Amonia
Amonia
Rendah
1 TSC %
In spect
Out spect
61,30
<61,30
61,30
<61,30
61,30
<61,30
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


2 DRC % - 60 60 60
3 VFA % - 0,020 0,020 0,020
4 NH
3
% In spect 0,55-0,75
0,40-
0,54
0,18-0,39
5 MST Second In spect 500-2000
500-
2000
500-2000
6 KOH % In spect 0,45-0,85
0,45-
0,80
0,45-0,80
7 pH - -
10,35-
10,80
10,30-
10,60
10,20-
10,50
8 Viskositas cps - 25 25 25

2.5. Sasaran Mutu Produk Akhir
Produk yang dihasilkan dari pengolahan karet alam menjadi benang karet dengan
menggunakan lateks pekat 60% adalah benang karet yang mempunyai sasaran mutu
produksi sebagai berikut:
1. Tingkat A yaitu mutu produksi yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
perusahaan dan disepakati pelanggan, sasaran mutunya minimal 92,50%.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


a. Sifat fisik didalam atau diluar dari standar perusahaan atau pelanggan
b. Dalam satu pallet, maksimum 3 boks yang dua panjang ( satu ambungan )
c. Count, akhir, lebar pita dan warna harus sesuai
d. Benang tidak boleh kusut, lengket, pipih, bendol-bendol, benang besar-kecil, benang
bercampur warna dan benang kotor.
2. Tingkat B adalah mutu produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan
yang disepakati pelanggan. Sasaran mutunya maksimal 3,00%.
a. Sifat fisik didalam atau diluar dari standar perusahaan atau pelanggan
b. Maksimum lima sambungan
c. Coutt, akhir, warna harus sama tiap kotak
d. Stok lama yang jumlahnya diluar standar perusahaan
e. Tipe kotak yang digunakan 15kg, 25kg, 30kg, 40kg dan 45kg.
f. Identifikasi harus jelas, menggunakan bentuk lanjutan.
3. Wastage adalah mutu produksi yang tidak disepakati oleh pelanggan. Sasaran
mutunya maksimal 4,50%.
a. Sifat fisik diluar dari standar perusahaan atau pelanggan
b. Benang boleh kusut dan lengket
c. Benang tidak berbentuk pita
d. Identifikasi digonikan pada karung plastic dan dicatat beratnya dari setiap shif.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Kegiatan yang dilakukan pada tahap pemeriksaan antara lain pengujian visual,
pengujian phisik dan pengepakan.










BAB 3
METODOLOGI

3.1. Alat Alat
Desikator
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Neraca Analisis
Oven
Cawan petrydish
Bad & Tatlock
Ohaus
3.2. Bahan Bahan
Lateks Pekat
3.3. Prosedur
Penentuan Total Solid Content ( TSC )
a. Ditimbang petrydish kosong (A)
b. Ditambahkan 2,5 3 gram sampel lateks pekat kedalam petrydish lalu ditimbang
kembali (B)
c. Kemudian dimasukkan kedalam oven selama 3 jam pada temperatur 100 102
0
C
d. Setelah 3 jam didinginkan didalam desikator guna pendinginan
e. Setelah dingin ditimbang beratnya (C)
f. Pekerjaan diatas dilakukan dua kali perlakuan agar didapat hasil yang lebih teliti.
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


g. Masukkan data yang diperoleh dan dimasukkan kedalam rumus.
%TSC =sampel kering

x 100%
sampel basah
h. Kedua nilai tersebut dirata-ratakan
i. Bandingkan spesifikasinya
Keterangan: A =Petrydish kosong
B =Petrydish +sampel basah
C =Petrydish +sampel kering




BAB 4
DATA, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Pengambilan data dilakukan setiap hari dan perlakuan untuk analisis
dilakukan dua kali perlakuan.
Tabel. 4.1. Data Analisa Kadar TSC setiap Hari dengan Dua Perlakuan
No Tanggal
Pengambi
lan
Perla
kuan
Kode
Petrydish
Berat
Petrydi
sh
(gram)
Berat
Lateks
basah
(gram)
Berat
Lateks
Kering
(gram)
%
TSC
Rata-
rata %
TSC
1 13
Februari
2008
1 HC 36,0825 3,4065 2,0923 61,42 61,40



13
Februari
2008
2 POK 44,4029 3,2475 1,9933 61,38
2



14
Februari
2008
14
Februari
2008
1


2
X


LK
41,5477


36,3299
3,0584


2,6905
1,8776


1,6506
61,39


61,34
61,36



Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


3 15
Februari
2008
1 POK 44,4015 2,5220 1,5579 61,53 61,48



15
Februari
2008
2 LA 36,3317 2,3073 1,4173 61,43
4 16
Februari
2008
1 AL 36,3299 1,7189 1,0573 61,57 61,50
16
Februari
2008
2 X 39,5483 1,9470 1,1972 61,49
5 17
Februari
2008
1 M 37,9122 2,4421 1,5056 61,65 61,68
17
Februari
2008
2 L 39,1160 2,6965 1,6641 61,71
4.2. Perhitungan
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Penentuan kadar TSC:
Kadar TSC ( % ) dari data diatas diperoleh rumus:
( % ) TSC =( C-A ) X 100% =Berat Kering X 100%
( B-A ) Berat Basah
dimana: A =Petrydish kosong
B =Petrydish +sampel basah
C =Petrydish +sampel kering
1. 13 Februari 13 Februari 2008
A. Dimana: Berat kering: 2,0923 gram
Berat basah: 3,4065 gram
Berat petrydish(HC): 36,0825 gram
( % ) TSC =2,0923 gram

X 100%
3,4065 gram
=61, 42%
B. Dimana: Berat kering: 1,9933 gram
Berat basah: 3,2475 gram
Berat petrydish (POK): 44,4029 gram
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009



( % ) TSC =1,9933 gram
Jadi ( % ) TSC ( AV ) =
X 100%
3,2475 gram
=61,38%

61,42 +61,38
2
=61,40%
2. 14 Februari 2008
A. Dimana: Berat kering: 1,8776 gram
Berat basah: 3,0584 gram
Berat Petrydish(X): 41,5477 gram
(%) TSC =
X 100%
1,8776 gram X 100%
3,0584 gram
=61,39%
B. Dimana: Berat kering: 1,6506 gram
Berat basah: 2,6905 gram
Berat Petrydish(LK): 36,3299 gram
(%) TSC =1,6506 gram
Jadi ( % ) TSC ( AV ) =
X 100%
2,6905 gram
=61,34%
61,39 +61,34
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


2
=61,36%
Data selengkapnya pada tabel 4.1.

4.3. Pembahasan
Analisa dari penetapan TSC lateks alam yang diambil dari tabel 4.1 diperoleh
kadar rata-rata % TSC lateks alam pada tanggal 13 Februari 2008 sampai dengan 17
Februari 2008 adalah 61,40%, 61,36%, 61,48%, 61,50%, dan 61,68%. Dimana kadar TSC
lateks alam yang sesuai standart mutu di PT. Industri Karet Nusantara adalah 61,3 62%.
Ini menunjukkan bahwa kadar TSC lateks pekat pada tanggal 13 Februari 2008 sampai
dengan 17 Februari 2008 telah sesuai dengan standart mutu di PT. Industri Karet
Nusantara untuk menghasilkan mutu benang karet dengan kekuatan tarik yang baik.
Apabila kadar TSC diatas 62% maka kekuatan tarik (Tensile Strength) benang karet
yang dihasilkan juga akan semakin besar. Sehingga benang karet yang dihasilkan akan
menjadi lebih keras atau benang karet akan menjadi kaku. Sedangkan bila TSC dibawah
61,3%. Maka, kekuatan tarik ( Tensile Strength ) yang dihasilkan akan semakin kecil
akibatnya benang karet yang dihasilkan akan mudah melar bila ditarik.Sehingga benang
karet yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen karena
mutunya yang tidak baik.



Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009




















BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Kadar TSC dari lateks pekat di PT. Industri Karet Nusantara telah sesuai dengan
mutu standrat dari perusahaan yaitu 61,3 62 %. Sehingga benang karet yang dihasilkan
memiliki kekuatan tarik yang baik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
5.2. Saran
Diharapkan PT. Industri Karet Nusantara agar selalu menjaga kualitas dari total
solid content ( TSC ) sesuai dengan spesifikasi Internasional sehingga benang karet yang
dihasilkan di PT. Industri Karet Nusantara dapat diterima dipasar nasional dan
internasional. Selain itu parameter-parameter standart mutu lainnya seperti: pH,
Viskositas, Swelling Index, juga harus diperhatikan agar sesuai dengan standart PT.
Industri Karet Nusantara untuk menghasilkan benang karet dengan mutu yang baik.










DAFTAR PUSTAKA

Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Havea. Balai Penelitian
Perkebunan. Sungai Putih
Ompusunggu,M. 1997. Penanganan Bahan Baku Lateks dan Pengolahan SIR 3 CV
dan SIR 3L. Pusat Penelitian Karet. Sungai Putih
Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan I. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Cetakan I. P.T. Pradaya Paramita. Jakarta
Tampubolon, M. 1986. Komposisi dan Sifat Lateks. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa. Medan
Tim Penulis, PS. 1999. Karet: Strategi Pemasaran Tahun 2000. Cetakan VI. Penerbit
Swadaya. Jakarta
Yayasan Karet. 1983. Penuntun Praktis Untuk Pembuatan Barang-Barang Dari Karet
Alam. Penerbit KINTA. Jakarta








Tabel 1. Parameter Lateks Pekat Medium Amonia (Standart Pabrik)
S/N Parameter Satuan Standart
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


1
Jumlah kandungan padatan atau Total Solid
Content ( TSC )
% Min 61,30
2
Kadar karet kering atau Dry Rubber Content
( DRC )
% Min 60,00
3
Asam lemak yang mudah menguap atau
Volatile Fatty Acid ( VFA )
- 0,020
4 Alkalinitas ( NH
3
) % 0,18 - 0,75
5
Waktu kemantapan mekanik atau
Mechanical Stability Time ( MST )
Detik 500 2000
6 Bilangan KOH ( KOH No. ) % 0,45 0,80
7 pH ( temp. 25
0
C ) - 10,20 10,80
8 Viskositas Cps Min 25,00
9 Tanpa karet % Maks 2,00
10 Kadar koagulan % Maks 0,05
11 Kadar kotoran % Maks 0,10
12 Kadar Mg ppm 110,50
13 Kadar Cu ppm 8,00
14 Kadar Mn ppm 8,00
15 Densitas gr/cc 0,92 0,94
16 Warna - Putih
17 Bau - Baik

Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009



Tabel 2. Parameter Sifat-sifat fisika di Lab. Fisika (Standart Pabrik)
No Parameter fisika untuk count 110 Toleransi
1 Fillament Weight ( mg ) 3,8 4,1 4,3
2 Exact Count 110 6%
3 Separability ( g ) 15 22,5 30
4 Resistant at break ( g/mm
2
) Min 2600
5 Elonglation at break ( % ) Min 650
6 Green modulus CA 300% ( g/mm
2
) 227 270 350 398
7 Green modulus CA 500% ( g/mm
2
) 650 1250
8 Schwartz Value / VRS ( g/mm
2
) 100 105 120 125
9 Schwartz hysteris ratio ( RIS ) 1,00 1,85
10 Temp. 50
0
C vulcanization test (
0
C ) -1, -6, -4
11 Retention at 149
0
C test ( % ) Min 50
12 Permanent set at 80% E.B. ( % ) 2 8
13 Talcum Content ( % ) Maks 3,5%
14 Moisture Content ( % ) 2, -4, -6, -8
15 Water Extract ( % ) 1,30 0,55
16 Density 0,900 1,100


Tabel 3. Spesifikasi Benang Karet (Standart Pabrik)
Vivi Handayani Dalimunthe : Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap
Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN Medan, 2008.
USU Repository 2009


Count
Green
Modulus at
300%
( g/mm
2
)
Green
Modulus at
500% (
g/mm
2
)
Elongation
at Break
( % )
Resistance
at Break
( g/mm
2
)
Schwartz
Value
( g/mm
2
)
20 26
28 32
34 46
48 70
75 100
105 - 110
200 20
300 20
320 20
380 20
430 20
430 20
750 100
900 100
1000 100
1100 100
1200 100
1200 100
650
650
650
650
650
650
3000 3600
3000 3600
3000 3600
3000 3600
2800 3400
2600 - 3200
150 10
150 10
150 10
140 10
130 10
130 10

Anda mungkin juga menyukai