trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma villus. Mola biasanya terletak dirongga uterus namun kadang-kadang mola terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Ada tidaknya janin atau unsure embrionik pernah digunakan untuk mengklafisikasikan mola menjadi mola sempurna dan parsial. Gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villus kadang-kadang berploriferasi ringan, kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin (HCG). Dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa. 1,2,3 Uterus membesar lebih cepat daripada jumlah biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam. Kadang-kedang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosis mola hidatidosa. Frekuensi mola hidatidosa pada wanita di Asia lebih tinggi ( 1 atas 120 kehamilan ) daripada wanita-wanita dinegara Barat ( 1 atas 2000 kehamilan ). Tentang nasibnya kehamilan tidakk normal dapat dikatakan, bahwa mola keluar sendiri atau dapat dikeluarkan dengan suatu tindakan, pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan yang banyak. Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengandung villus disamping trofoblast yang berploriferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat local, dan dinamakan mola destruens (invasive mole, penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Selain itu terdapat pula tumor trofoblast yang hanya terdirir atas sel-sel trofoblast tanpa stroma, yang umumnya tidak hanya berinvasi diotot uterus tetapi menyebar ke alat-alat lain (koriokarsinoma,
BAB II PEMBAHASAN
1 DEFINISI Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.1,2,6Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematous. Mola hidatidosa merupakan kehamilan abnormal, janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur.,
2 ETIOLOGI Belum di ketahui secara pasti. Ada yang menyatakan akibat infeksi,defisiensi makanan dan genetik. Yang paling mendukung adalah Teori Acosta Sison yaitu defisiensi protein. 3 INSIDEN Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat dan Eropa. Walaupun dinegara-negara lain dilaporkan lebih sering, terutama di beberapa Negara Asia, sebagian besar informasi ini berasal dari penelitian di rumah sakit ( Schorge dkk,2000). 6 USIA. Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relative lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun, dengan frekuensi lesi relative lebih dari 10 kali lipat dibandingkan pada usia 20-40 tahun. Banyak dijumpai kasus mola hidatidosa yang terbukti pada wanita berusia 50 tahun atau lebih.1,5 RIWAYAT MOLA. Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 sampai 2 persen kasus. Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hamper 5000 pelahiran, frekuensi mola rekuren adalah 1,3 persen mendapatkan angka kekambuhan 4,3 persen pada 115 wanita yang ditindak lanjuti di Seoul, Korea.5,6 FAKTOR LAIN. Peran graviditas, paritas, factor reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi oral, dan factor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum jelas. 4 KLASIFIKASI Ada tidaknya janin atau unsur embrionik pernah digunakan untuk mengklasifikasikan mola menjadi : 1. Mola hidatidosa sempurna (complete) 2. Mola hidatidosa parsial
Mola hidatidosa sempurna (complete) Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter dan sering berkelompokkelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan histologik ditandai oleh :3,4 1. Degenerasi hidrofik dan pembengkakan stroma vilus 2. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak 3. Proliferasi epitel trofobast dengan derajat bervariasi 4. Tidak adanya janin dan amnion Mola hidatidosa parsial / incomplete Apabila perubahan hidatidosa bersifat local dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung amnion, keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial. Terjadi pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin-plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hyperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada generalisata.1,3,4
Gambaran Mola Hidatidosa Parsial dan Sempurna 5 Gambaran Kariotipe Patologi Janin Amnion,sel drh merah janin Edema vilus Proliferasi Trofoblas Gambaran Klinis Diagnosis Ukuran uterus KHML Kista teka-lutein Penyulit medis Penyakit pascamola Missed abortion Kecil untuk masa KHML Gestasi mola 50%besar untuk masa Sering dijumpai Sering dijumpai Bervariasi,fokal Bervariasi, fokal,ringan-sedang Tidak ada Tidak ada Difus Bervariasi ringa-berat Mola Parsial Umumnya 69,XXX, atau 69,XXY Mola complete 46,XX atau 46, XY
Dari American College of Obstetricians and Gynecologists (1993b) Klasifikasi histopatologi KLASIFIKASI SARWONO PRAWIROHARDJO DKK. :
KLASIFIKASI FIGO
Hydatidiform Mole. Invasive Hole. Choriocarcinoma. Placental Site Trophoblastic Tumor. Other Unknown ( Not microscopically verified ).
KLASIFIKASI WHO
Molahidatidosa (komplet dan parsial) Mola Invasif Koriokarsinoma Plasental site tropoblastic tumor Trophoblastic tumor, Miscellaneuous (Exaggerated placentalsite, placsite nodule or plaque) Unclasified trophoblastic lesion
: Tumor terbatas pada Uterus : Tumor meluas keorgan genital lainnya : Tumor metastasis ke paru-paru denganatau tanpa perluasan genital. : Distant metastases ( other than lung ).
5. Faktor risiko 1. FAKTOR UMUR : Risiko MH paling rendah pada kelompok umur 20-35 tahun. risiko MH naik pada kehamilan remaja < 20 tahun,Naik sangat tinggi pada kehamilan remaja < 15 tahun, kirakira 20 x lebih besar. tinggi pada umur > 40 tahun,naikan sangat menyolok pada umur = 45 tahun 2. FAKTOR RIWAYAT KEHAMILAN MH SEBELUMNYA Wanita MH sebelumnya, punya risiko lebih besar naiknya kejadian MH berikutnya
FAKULTAS KEDOKTERAN MALAHAYATI LAMPUNG
3. FAKTOR KEHAMILAN GANDA mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya MH 4. FAKTOR GRAVIDITAS Risiko kejadian MH makin naik,dengan meningkatnya graviditas. (kontroversial) 5. FAKTOR KEBANGSAAN / ETNIK Wanita kulit hitam meningkat,dibanding wanita lainnya. Euroasian turun dua kali lipat dibanding wanita Cina, India atau Malaysia. 6. FAKTOR GENETIKA Frekuensi Balance Tranlocation, wanita dengan MH komplit lebih banyak dibandingkan dengan yang didapatkan pada populasi normal 7. FAKTOR MAKANAN DAN MINUMAN Angka kejadian MH tinggi diantara wanita miskin, diet yang kurang protein, kelainan genetik pada kromosom.(kontroversi) 8. FAKTOR SOSIAL EKONOMI Resiko MH tinggi pada sosial ekonomi rendah (kontroversi) 9. FAKTOR LAIN : Faktor hubungan keluarga/consanguinity, Faktor merokok, Faktor toksoplasmosis.
6 PATOFISIOLOGI Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park.7 Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Tidak sempurnanya aliran darah fetus (fetal circulatori inadequacy) yang terjadi pada sel telur patologik, yaitu pada hasil pembuahan dimana embrionya mati kehamilan 3-5 minggu, pembuluh darah villi tidak berfungsi , penimbunan cairan dijaringan mesenkhim villi. Struktur trofoblas abnormal hiperplasia, displasia, neoplasia. Fungsi abnormal, absorbsi cairan yang berlebihan kedalam villi, proses penekanan, kerusakan pembuluh darah, kematian bayi. Adanya gangguan dari pertahanan imonologis terhadap trofoblas. Adanya kelainan sitogenetik. Dimana terdapat sel telur patologik yang tidak mempunyai kromosom maternal (empty egg)
Menurut DR. Dr. Andrijono, SpOG(K) dari Fak Kedokteran UI, perkembangan jaringan mola salah satunya disebabkan oleh defisiensi vitamin A.
7 DIAGNOSIS Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa. Pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin didalamnya, seperti balottment pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrsonografi. Perdarahan merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Kdar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (Bscan) memberi gambaran yang khas mola hidatidosa.4.6. PERDARAHAN. Perdarahan uterus hamper bersifat universal,dan dapat bervariasi dari bercak sampai perdarahan berat. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering terjadi secara intermitten selama beberapa minggu atau samapi bahkan bulan. Efek dilusi akibat hipervolemi yang cukup berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang molanya lebih besar. Kadang-kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus. Anemia defisiensi besi sering dijumpai dan kadang-kadang terdapat eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang cepat berplorifersai.2,3,5,
UKURAN UTERUS. Uterus sering membesar lebih cepat daripada biasanya. Ini adalah kelainan yang paling sering dijumpai. Dan pada sekitar separuh kasus, ukuran uterus jelas melebihi yang diharapkan berdasarkan usia gestasi. Uterus mungkin sulit diidentifikasi secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita nulipara, karena konsistensinya yang lunak dibawah dinding abdomen yang kencang. Kadang-kadang ovarium sangat membesar akibat kista-kista teka lutein sehingga sulit dibedakan dari uterus yang membesar.1,3, AKTIVITAS JANIN. Walaupun uterus cukup membesar sehingga mencapai jauh diatas simfisis, bunyi jantung janin biasanya tidak terdeteksi. Walaupun jarang mungkin terdapat plasenta kembara dengan perkembangan kehamilan mola sempurna pada salah satunya, sementara plasenta lain dan janinnya tampak normal. Demikian juga, walaupun sangat jarang,plasenta mungkin mengalami perubahan mola yang luas tetapi tidak lengkap disertai janin hidup.1,2,4, HIPERTENSI AKIBAT KEHAMILAN. Yang sangat penting adalah kemungkinan terjadinya preeklampsi pada kehamilan mola, yang menetap sampai trimester kedua. Karena hipertensi akibat kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu, preeklampsi yang terjadi sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan mola hidatidosa atau adanya mola yng luas. HIPEREMESIS. Pasien dapat mual dan muntah yang cukup berat. Yang menarik, tidak ada satupun dari 24 mola sempurna yng dilaporkan mengalami preeclampsia, hiperemesis, atau hipertirodisme klinis.1,5, TIROTOKSIKOSIS. Kadar tiroksinplasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat, tetapi jarang menyebabkan gejala klinis hipertiroid.peningkatan tiroksin plasma mungkin disebabkan oleh estrogen, seperti pada kehamilan normal,yang kadar tiroksin bebasnya tidak meningkat.1,3,6,7 EMBOLISASI. Saat evakuasi, trofobast dengan atau tampa stroma vilus, lolos dari uterus melalui aliran vena dalam jumlah bervariasi. Volumenya dapat mencapai sedemikian sehungga menimbulkan gejala dan tanda embolisme paru akut dan bahkan hasil yang fatal,namun jarang dijumpai. 3,5,6
Disimpulkan bahwa penegakan mola hidatidosa dapat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :1,2,5, a. Gejala Klinis Gejala klinik pasien mola hidatidosa : - Amenore dan adanya tanda-tanda kehamilan disertai perdarahan. Perdarahan ini bisa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini maka umumnya penderita mola hidatidosa masuk rumah sakit dalam keadaan anemia - Hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi umumnya lebih kuat dan lebih lama - Tanda-tanda pre eklampsia atau eklampsia pada trimester I - Tanda-tanda tirotoksikosis - Kista lutein unilateral / bilateral - Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan - Tidak ada tanda-tanda adanya janin, tidak ada balltement kecuali pada Mola parsial, tidak ada bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada rontgen foto b. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang molahidatidosa : - Foto toraks ada gambaran emboli udara _Tes Acosta Sison. Dengan tang abortus, gelembung Mola dapat di keluarkan - Peningkatan kadar beta HCG urin atau serum - USG menunjukan gambaran badai salju (snow flake pattern) - Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaittu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat - Pemeriksaan T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis
8 PENATALAKSANAAN Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa dapat menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yng masih menginginkan anak maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction curettage) disertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus, kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi. Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan. Sebelum mola dikeluarkan dilakukan pemeriksaan rontgen paru-paru untuk menetukan ada tidaknya metastasis ditempat itu. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbuh karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil sendiri.
5,
Jadi penanganan mola hidatidosa dapat dibagi menjadi 3 tahapan :9 1. perbaiki keadaan umum 2. pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi 3. pemeriksaan tindak lanjut 1. Perbaikan Keadaan Umum - Koreksi dehidrasi - Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 ggr% atau kurang) - Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperremesis gravidarum, diobati sesuai dengan protokol penanganan - Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.
2. Kuretase Kuretase pada pasien molahidatidosa : - Keluarkan jaringan Mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih tinggi dari 20 minggu sesudah hari ke tujuh - Dilakukan setelah pemeriksaan persiapann selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan. - Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian. - Sebelum melakukan kuretase, untuk memperbaiki kontraksi sebelumnya dierikan uterotonika (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCL 0,9% ) - Kuretase dilakukan 2 kali dengan intervval minimal 1 minggu. - Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA. Histerektomi Syarat melakukan histerektomi adalah : - umur ibu 35 tahun atau lebih. - Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih. -Kemungkinan keganasan Chorio Carsinoma menjadi lebih tinggi 3. Pemeriksaan Tindak Lanjut Pemeriksaan lanjutan pada wanita mola hidatidosa yang uterusnya dikosongkan, sangat penting berhubung dengan kemungkinan timbulnya tumor ganas (dalam 20 %). Anjuran untuk pada semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan, belum dapat diterima oleh semua pihak. Pada pengamatan lanjutan, selain memeriksa terhadap kemungkinan timbulnya metastasis, sangat penting untuk memeriksa kadar HCG secara berulang.
Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola hidatidosa meliputi : - Lama pengawasan 1-2 tahun. - Selama pengawasan, pasien dianjurkan unntuk memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang untuk kontrol. - Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan seetiap minggu sampai ditemukan kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut. - Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan settiap bulan sampai ditemukan kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut. - Bila telah terjadi remisi spontan (kadaar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali. - Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. FOLLOW UP MOLA HIDATIDOSA PEMERIKSAAN SECARA TERATUR: I. II. III. IV. 3 bulan pertama periksa 2 minggu sekali,7 kali periksa 3 bulan kedua periksa 1 bulan sekali, 3 kali periksa 6 bulan periksa 2 bulan sekali, 3 kali periksa 1 tahun periksa 3 bulan sekali, 4 kali periksa
Apabila pada pemeriksaan laboratorium di dapat PP Test (+) sampai dengan 6 minggu post kuret di duga Chorio Carcinoma berikan Kuur MTX 1X/bulan sampai PP Test (-).
9 KOMPLIKASI Komplikasi mola hidatidosa meliputi : - Perdarahan hebat - Syok - Perforasi uterus -Tirotoksikosis 10 PROGNOSA Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan. Sedangkan Mola hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang di sertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi. Kematian Mola hidatidosa diperkirakan 2% sampai 5%.2-3% kasus mola bisa berkembang menjadi keganasan (koriokarsinoma) Proses degenerasi ganas dapat berlangsung antara tujuh hari sampai tiga tahun dengan terbenyak dalam waktu enam bulan. - Anemis - Infeksi - Keganasan (PTG) - Eklampsia
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematous. Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa. Pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin didalamnya, seperti balottment pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrsonografi. Perdarahan merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Kdar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-scan) memberi gambaran yang khas mola hidatidosa.1,3 Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa dapat menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yng masih menginginkan anak maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction curettage) disertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena. Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan. Sedangkan Mola hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang di sertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi. Kematian Mola hidatidosa diperkirakan 2% sampai 5%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan. Ed. III. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991. 339-354 2. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45. 3. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the Placenta and Fetal Membranes. in : Williams Obstetrics 18th ed. Connecticut : Appleton&Lange.1989.540-553. 4. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995. 5. Sastrawinata, Sulaiman.1981.Mola hidatidosa, Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan ginekologi. FK UNPAD. Hal 38-42 6. http://medicastore.com/med/detail pyk.php?iddtl=3207&key word =Mola hidatidosa
STATUS PASIEN ANAMNESE PASIEN Pasien Nama Umur Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Alamat Tgl masuk No. RM : Herminta : 31 tahun : Islam : batak : SD : Petani : Ds. Tanjung Putri : 20 Oktober 2013 / pukul 14.40 WIB : Suami Karno 40 tahun Islam batak SD Karyawan
ANAMNESA PENYAKIT Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan Telaah : Hal ini dialami os sejak 1 hari yang lalu, darah yang keluar awalnya sedikit
tetapi lama kelamaan semakin banyak, darah yang keluar kira-kira sebanyak 2 kali ganti duk, warna merah kecoklatan dan tidak disertai nyeri. Terdapat riwayat mual dan muntah sehari sebelumnya namun hanya 1x. 2 bulan sebelumnya os pernah memeriksakan diri ke Bidan dengan keluhan tidak mendapat haid dan oleh Bidan os dinyatakan positif hamil. Karena perdarahannya semakin banyak, akhirnya os dibawa ke RSUD Djoelham Binjai.
RPT RPO
STATUS PRESENT Keadaan umum : sedang Sensorium : compos mentis TD HR RR T BB : 130/80 mmHg : 92 x/I : 22 x/I : 36,8 0C : 52 kg TB : 150 Cm anemia : (-) icterus : (-)
Telinga : Tidak ada kelainan Hidung : Tidak ada kelainan Mulut Leher : Tidak ada kelainan : pembesaran kelenjar getah bening (-), struma (-)
Thoraks Inspeksi : Simetris kanan = kiri, areola mammae hiperpigmentasi (+) , putting susu
menonjol, ASI (-) Palpasi : Paru > stem fremitus kanan = kiri
Jantung > Iktus cordis tidak teraba Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Aukultasi : Paru > suara pernapasan vesikuler (+) ,wheezing (-), ronkhi (-) Jantung > murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inpeksi Palpasi : Perut tampak membesar( cembung ), linea nigra (+), striae (+) : tidak teraba bagian janin, hati dan limpa sulit dinilai , Leopod I > tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, nyeri tekan (-) Perkusi : Tympani
PEMERIKSAAN OBSTETRI/GINEKOLOGI Pemeriksaan Luar : Inspeksi Palpasi : Perut tampak membesar( cembung ), linea nigra (+), striae (+) : tidak teraba bagian janin, hati dan limpa sulit dinilai , Leopod I > tinggi fundus
Pemeriksaan Dalam :Vaginal toucher : Vulva/vagina: mukosa licin , Serviks : portio lunak, Belum ada pembukaan , Corpus uteri : setara dengan usia kehamilan 20 minggu, Adneksa/parametrium: kanan/kiri lemas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM Urin Rutin : warna : kuning jernih protein (+)
Darah Rutin : ( 20 Oktober 2013 ) Gol. Darah HB Leukosit Eritrosit Trombosit :(O) : 6,6 gr/dL : 6.000/mm3 : 2,95 x 106 gr/dL : 105 x 103 gr/dl
RESUME Os dengan GVPIIIAI datang ke ruang VK pada tanggal 20 oktober 2013 jam 14.40 WIB dengan keluhan keluar darah dari kemaluan. Hal ini dialami Os sejak 1 hari yang lalu dan tidak berhenti sampai sekarang, darah yang keluar sebanyak 2 X ganti duk Darah berwarna merah kecoklatan. Os di USG dengan hasil Molahidatidosa.
HPHT : 08-07-2013; Palpasi : Leopold I : tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Tidak teraba bagian-bagian janin, tidak terdengar denyut jantung janin; Vaginal toucher : Vulva/vagina: mukosa licin , Serviks : portio lunak, Belum ada pembukaan , Corpus uteri : setara dengan usia kehamilan 20 minggu, Adneksa/parametrium: kanan/kiri lemas.
PENATALAKSANAAN Rencana Evakuasi mola (Kuretase) IVFD Rl 20 gtt/menit. Hemobion 1x1 Inj. Papaverin 2amp 1xpemberian Transfusi PRC 500cc Methergin 2x1 Inj.transamin 1amp/8jam.
LAPORAN KURETASE :
FAKULTAS KEDOKTERAN MALAHAYATI LAMPUNG
( 22 oktober 2013, pkl 10.30 WIB) dilakukan kuretase mola dengan AVM, cairan mola + darah kurang lebih 300cc. Mola di periksakan ke PA. Terapi Postkuretase : Perbaikan keadaan umum Inf. RL 20 gtt/i + 1amp sintocinon. Inj. Cefotaxime 1gr 1xpemberian. Inj. Methergin 1 amp/8jam Amoxan 500 mg 3X1 Mefinal 3X1
Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.
FOLLOW UP
Tanggal
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i) 92
RR (x/i) 22
Terapi
20/10/12
150/80
Bed rest IVFD. RL 20 gtt/i Hemobion 1x1 Inj. Papaverin 2amp 1x Transfusi PRC 500cc Methergin 2x1 Inj. Transamin 1amp/8jam Cek Hb ulang.
merah kecoklatan
21/10/12
140/80
64
24
36,5
Bedrest IVFD RL 20gtt/i Hemobion 1x1 Transfusi PRC 250cc Inj. Transamin 1amp/8jam Methergin 2x1 Cek Hb kembali
22/10/12
pdarahan pervaginam(+)
140/90
80
24
36,5
Dilakukan
kuretase
(10.30
+ darah kurang lebih 300cc Evaluasi perdarahan Jaringan mola di PA kan. Keadaan ibu post kuretase baik Terapi: IVFD RL 20gtt/I + 1amp sintocinon. Inj. Cefotaxime 1gr 1x Amoxan 3x1 Mefinal 3x1 Methergin 3x1
23/10/12
160/100
88
22
37,3