Anda di halaman 1dari 10

Daftar isi kakak buatkan ya hehe . . . . . . . . . .

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di dindonesia telah lama dilakukan.Dalam GBHN dan REPELITA selalu tercantum bahwa peningkatan mutu merupakan salah satu prioritas pembangunan dibidang pedidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peingkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya, melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen, serta pengadaan fasilitas lainnya. Sementara itu sekarang indicator menunjukkan bahwa mutu lembaga pendidikan seakanakan hanyalah ditentukan oleh prestasi akademik melalui Nilai Akhir Nasional. Hal ini megakibatkan banyak siswa yang mendapatkan NIM yang jelek tidak dapat masuk kesekolah favorit yang di inginkan. Salah satunya di singkawang banyak banyak sekali sekolah yang hanya menerima murid-muid yang memiliki Nilai Akhir Nasional yang tinggi. Hal ini membuat siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi tetapi waktu ujian nasioal orang tersebut glogi sehingga tidak bisa konsentrasi dalam megerjakan soal yang akibatnya membuat NIMnya rendah.Dalam hal ini seharusnya tiap sekolah disingkawang melakukan test dalam mengambil anak didik dan tidak hanya berdasarkan nilai Ujian Akhir Nasional. Selain itu banyak sekali sekolah favorit yang yang mengambil murid berdasarkan ekonominya. Maka dari itu kami akan membahas tentang apa saja kelemahan dan keunggulan sekolah Favorit dan melakukan penyelesaian permasalahan tentang sekolah favorit khususnya disingkawang. B. Perumusan Masalah Adapun masalah yang akan diidentifikasi dalm penelitian ini: 1. Bagaiman cara menyelesaikan kekurangan pada sekolah favorit? 2. Apa saja yang harus diperbaiki dari sekolah favorit? C. Tujuan Penulisan Adapun tujua dari pembahasan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui dan memecahkan masalah tentang kelemahan sekolah favorit di indonesia. 2. Mengetahui apa saja yang harus diperbaiki dalam sekolah Favorit. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada masyarakat sekolah favorit untuk meningkatkan mutu pada sekolah favorit khususnya di singkawang. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan karya tulis ini: 1. Bagi pemerintah: Memberikan penjelasan agar pemerintah lebih meningkatkan mutu sekolah favorit dan peduli terhadap masalah-masalah yang terdapat dalam sekolah favorit.

2. Bagi pelajar: Memberikan informasi tentang masalah yang terdapat di sekolah favorit. Menjadi bahan pembelajaran dan diskusi untuk kita sebagai generasi muda dalam mengambil kesimpulan untuk berpartisipasi dalam bidang pendidikan dimasa depa demi terciptanya pendidikan yang benar-benar berkualitas.

BAB II LADASAN TEORI A. Defenisi Sekolah Favorit: 1. Sekolah favorit adalah sekolah yang mempunyai guru2 unggulan, yang menerima siswa2 berkompetensi sedang2 saja sebagai raw material dan infra struktur yang juga sedang2 saja, tetapi dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi tinggi (baik aspek intelektual, spiritual, dan budaya). 2. Sekolah favorit adalah sekolah yang menerima dan menyeleksi secara ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar sekolah tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun dipastikan karena memilih input yang unggul, output yang dihasilkan juga unggul. 3.Sekolah favorit adalah Sekolah dengan menawarkan fasilitas yang serba mewah, yang ditebus dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta. Mahal? Nggak juga tuh, buktinya banyak orangorang Indonesia yang sekolah di sana. Tidak mahal menurut mereka dibandingkan biaya sekolah di luar negeri, dan memang sekolah ini dibangun untuk membendung arus warga negara Indonesia yang berbondong-bondong sekolah ke luar negeri. Otomatis prestasi akademik yang tinggi bukan menjadi acuan input untuk diterima di sekolah ini, namun sekolah ini biasanya mengandalkan beberapa jurus pola belajar dengan membawa pendekatan teori tertentu sebagai daya tariknya. Sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai dengan apa yang dijanjikannya. 4. Sekolah favorit adalah Sekolah yang menekan pada iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk sekolah tersebut (input ) dengan prestasi rendah menjadi lulusan (output) yang bermutu tinggi. 5. sekolah favorit adalah sekolah yang tujuan utama bagi para siswa. Sudah menjadi tradisi setiap tahun ajaran baru orang tua selalu sibuk memilih sekolah terbaik bagi anaknya. Masyarakat sendiri telah mengapresiasi adanya sekolah-sekolah favorit, sekolah unggulan di setiap daerahnya, terlebih di perkotaan. Mahal murahnya biaya bagi mereka tidak menjadi persoalan. Bahkan, orang tua rela merogoh sakunya, yang penting anaknya bisa sekolah di tempat terbaik dan bergengsi. Bersekolah di sekolah favorit, di samping terkait dengan prestasi seringkali berurusan pula dengan prestise orang tua. Bahkan menjelang ujian akhir sekolah, ujian nasional dan ujian masuk, banyak guru dan kepala sekolah mendapatkan permintaan bahkan bernada paksaan agar anaknya dapat lulus dan diterima di sekolah yang bersangkutan. Lahirnya sekolah favorit dan bereputasi unggul disebabkan oleh beberapa faktor. Sekolah bereputasi unggul biasanya sejak semula sekolah didesain menjadi sekolah yang memiliki keunggulan. Unggul dalam kelengkapan fasilitasnya, kualifikasi tenaga kependidikannya, unggul dalam budaya sekolahnya dan sebagainya, sehingga bisa membangun citra, prestasi, dan prestise terhadap lulusannya. Ada juga sekolah bereputasi unggul yang didesain melalui proses perjalanan kesejarahan yang panjang. Tetapi ada pula sekolah yang memiliki predikat unggul karena memang didesain untuk menawarkan berbagai keunggulan kepada siswanya sehingga orang tua merasa tertarik untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut. Pada umumnya model sekolah yang sejak berdirinya menawarkan keunggulan adalah sekolah yang didirikan pihak swasta. Banyak sekolah yang dibuat dengan target menawarkan berbagai program unggulan. Mulai dari kurikulum hingga metode pembelajaran. Bahkan ada sekolah yang menawarkan full

day school, boarding school dan sebagainya. Terobosan sekolah untuk menawarkan berbagai keunggulan bisa dari aspek akademik maupun nonakademik, termasuk peran media sosialisasi penting di dalamnya. Agar unggul sekolah menyediakan macam-macam kegiatan, ada pelajaran piano, menari, komputer, pencak silat, arung jeram, mendaki gunung, dan sejumlah kegiatan ekstrakurikuler lainnya, ataupun aktivitas keagamaan yang dewasa ini dianggap sebagai jawaban terhadap krisis kehidupan yang jumud. Biasanya kegiatan seperti itulah yang menyebabkan biaya tak langsung (indirect cost) pendidikan menjadi mahal. Sekolah membuat program yang lain dari yang lain, tidak konvensional, sehingga menjadi daya tarik dan keunggulannya. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah favorit adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi. Namun di negara-negara maju, untuk menunjukkan sekolah yang baik tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan effective, develop, accelerate, dan essential . Ada beberapa faktor yang harus dicapai bila sekolah tersebut bisa dikategorikan sekolah yang favorit: 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Profesional Kepala Sekolah seharusnya memiliki kemampuan pemahaman dan pemahaman yang menonjol. Dari beberapa penelitian, tidak didapati sekolah yang maju namun dengan kepala sekolah yang bermutu rendah. Penelitian Standfield, dkk (1987) selama 20 bulan di Sekolah Dasar Garvin Missouri dan Gibbon (1986) di sekolah-sekolah negeri di Ohio selama tahun ajaran 1982/1983, keduanya menemukan bahwa peran kepala sekolah yang efektif dan profesional mampu mengangkat nama sekolah mereka sehingga mampu memperbaiki prestasi akademik mereka. 2. Guru-guru yang tangguh dan profesional Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan langsung dengan siswa. Guru yang profesional mampu mewujudkan harapan-harapan orang tua dan kepala sekolah dalam kegiatan sehari-hari di dalam kelas. 3. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh kegiatan sekolah. Tidak hanya itu, visi dan misi dapat di cerna dan dilaksanakan secara bersama oleh setiap elemen sekolah. 4. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan berbagai fasilitas mewah, lingkungan tersebut bisa berada di tengah sawah, di bawah pohon atau di dalam gerbong kereta api -siapa yang sudah baca Toto Chan?- Yang jelas lingkungan yang kondusif adalah yang lingkungan yang dapat memberikan dimensi pemahaman secara menyeluruh bagi siswa 5. Jaringan organisasi yang baik Jelas, organisasi yang baik dan solid baik itu organisasi guru, orang tua akan menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan terus berkembang. Serta perlu pula dialog antar organisasi tersebut, misalnya forum Orang Tua Murid dengan forum guru dalam menjelaskan harapan dari guru dan kenyataan yang dialami guru di kelas. 6. Kurikulum yang jelas Permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang sentralistik dimana Diknas membuat kurikulum dan dilaksanakan secara nasional. Dengan hanya memuat 20% muatan lokal

menjadikan potensi daerah dan kemampuan mengajar guru dan belajar siswa terpasung. Selain itu pola evaluasi yang juga sentralistik menjadikan daerah semakin tenggelam dalam kekayaan potensi dan budayanya. Ada baiknya kemampuan membuat dan mengembangkan kurikulum disesuaikan di tiap daerah bahkan sekolah. Pusat hanya membuat kisi-kisi materi yang akan diujikan secara nasional. Sedang pada pelaksanaan pembelajaran diserahkan kepada daerah dan tiap sekolah menyusun kurikulum dan target pencapaian pembelajaran sendiri. Diharapkan akan muncul sekolah unggulan dari tiap daerah karena memiliki corak dan pencapaian sesuai dengan potensinya. Seperti misalnya sekolah di Kalimantan memiliki corak dan target pencapaian mampu mengolah hasil hutan dan tambang juga potensi seni dan budaya mampu dihasilkan sekolah-sekolah di Bali. 7. Evaluasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah tercapai Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentivikasi dan dapat terukur targer pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan kemampuan siswa. 8. Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah. Di sekolah unggulan dimanapun, selalu melibatkan orang tua dalam kegiatannya. Kontribusi yang paling minimal sekali adalah memberikan pengawasan secara sukarela kepada siswa pada saat istirahat. Pada proses yang intensif, orang tua dilibatkan dalam proses penyusunan kurikulum sekolah sehingga orang tua memiliki tanggung jawab yang sama di rumah dalam mendidik anak sesuai pada tujuan yang telah dirumuskan. Sehingga terjalin sinkronisasi antara pola pendidikan di sekolah dengan pola pendidikan di rumah Pada akhirnya sekolah unggulan adalah program bersama seluruh masyarakat, yang tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan orang tua secara perorangan. Namun menjadi tanggung jawab bersama dalam peningkatan SDM Indonesia. B.Konsep sekolah favorit Sekolah favorit yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah Favorit yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah. Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Profesor Suyanto, program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia secara pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan

diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogen. C. kelemahan-kelemahan Sekolah favorit di indoesia 1. Sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu. 2. Sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan. 3. Profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus. Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat (Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman, Exceptional Children: Introduction To Special Education, New Jersey: Prentice-Hall international, Inc., 1991), hh. 6-7). Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. D.Restrukrutisasi sekolah unggulan Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan adalah sebagai berikut: 1. Program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan

serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni. 2. Dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yang hingga kini dikenal adanya 8 macan. 3. Sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu. 4. Sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan memuaskan. Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang mendukung. Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius.

BAB III PROSES PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada siswa siswi SMAN 1 Singkawang. Pengisian angket dilakukan dengan cara menjawap pertanyaan yang telah tersedia dalam angket. Responden yang terpilih yaitu responden yang memenuhi syarat, antara lain: mengetahui tentang wacana Sekolah Favorit A.Lokasi Penyebaran Angket Pengambilan lokasi responden dilakukan di lingkungan SMAN 1 Singkawang yang melibatkan siswa siswi kelas XI IPA1. B. Cara Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan melalui angket yang berisi pertanyaan pertanyaan dan dijawab oleh reponden berdasarkan pendapatnya. C. Cara Menganalisis Data Analisis data dilakukan dengan cara merangkup semua jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang telah disediakan dalam angket yang telah disebarkan. Dari hasil merangkup jawaban responden

BAB IV HASIL PENELITIAN

A.Hasil Penelitian Responden yaitu : siswa siswi SMAN 1 Singkawang yang mengetahui tentang sekolah favorit. Penganbilan data dilakukan pada saat jam sekolah dengan menyebar angket ke kelas XI IPA1 .Tujuan pengambilsn data : 1. Untuk mengetahui dan memecahkan masalah tentang kelemahan sekolah favorit di indonesia. 2. Mengetahui apa saja yang harus diperbaiki dalam sekolah Favorit. Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai