Anda di halaman 1dari 4

Mengenali Dan Mengatasi Gejala Kejang Pada Anak

Usia balita adalah fase terpenting dari masa pertumbuhan, sekaligus paling rentan terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan gejala peningkatan suhu tubuh atau demam. Suhu tubuh yang meningkat di atas 38oC sangat berpotensi mengakibatkan kejang atau step. Kejang yang berlangsung lama dan sering berulang pada usia balita beresiko menjadi epilepsi (ayan), mengakibatkan gangguan tingkah laku, dan penurunan intelegensia anak. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan tentang gejala atau tindakan apa yang seharusnya dilakukan jika sewaktu-waktu serangan kejang menimpa buah hati mereka. Kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak, dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Sebagai orang tua, kita harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang deman, diantaranya: Badan dan kedua kaki-tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat Bola mata berbalik ke atas Gigi terkatup, kadang disertai muntah atau mulut yang berbusa Tak jarang terjadi henti napas sejenak

Pada beberapa kasus, penderita tidak dapat mengontrol pengeluaran buang air besar ataupun kecil, serta kerap kali kehilangan kesadaran. Kejang tidak hanya terjadi karena demam , tapi dapat juga disebabkan oleh penyakit atau kelainan lain yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak. Diantaranya adalah trauma lahir, trauma

kepala, infeksi atau radang otak, tumor otak, perdarahan otak, kelainan bawaan pada otak atau susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme dan elektrolit, reaksi alergi, keracunan obat atau bahan kimia, dan herediter (faktor keturunan). Sekalipun demam bukanlah satu-satunya penyebab timbulnya kejang, namun kejang yang disebabkan oleh demam atau kejang demam seringkali terjadi pada anak-anak usia 3 bulan sampai 5 tahun. Biasanya, penyebab utamanya adalah demam akibat infeksi virus. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda terhadap kenaikan suhu tubuh. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Biasanya, serangan kejang yang berulang dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah dari serangan sebelumnya. Intensitas terjadinya kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit. Umumnya, kejang yang terjadi dalam waktu singkat tidaklah berbahaya. Namun, perlu diwaspadai bila kejang berlangsung lama (lebih dari 5 menit) dan sering berulang. Karena, setiap kali kejang akan terjadi kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan oksigen dalam otak. Sehingga, semakin lama dan semakin sering kejang terjadi, sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua bila mendapati buah hatinya mengalami kejang, diantaranya adalah: Pindahkan anak ke tempat yang aman dan jauhkan dari bendabenda berbahaya. Miringkan kepala dan tubuh anak untuk menghindari tersumbatnya jalan nafas oleh lidahnya atau benda yang ada dalam mulutnya seperti air liur, muntahan atau yang lainnya, dan sebisa mungkin membantu mengeluarkan benda-benda yang ada dalam mulutnya. Melonggarkan pakaiannya serta melepaskan semua benda yang dapat menghambat jalan nafasnya.

Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya bila kejang sedang berlangsung, termasuk obat karena dapat menghambat jalan nafasnya. Segera berikan obat anti kejang yang dimasukkan lewat anus, bila ada. Jangan memberikan makanam, minuman, ataupun obat ke dalam mulut sesaat setelah kejang berhenti sampai kesadaran anak benar-benar pulih, karena dikhawatirkan anak akan tersedak dan dapat mengganggu pernafasannya. Selanjutnya segera bawa ke rumah sakit atau klinik terdekat, untuk diobati dan diperiksa apakah kejang hanya disebabkan oleh demam atau oleh faktor lain.

Anjuran bagi orang tua untuk menghindari terjadinya kejang demam pada anak. Cermati selalu apakah anak demam atau tidak.

Sebaiknya setiap orang tua memiliki alat termometer agar lebih akurat untuk memastikan apakah anak dalam keadaan demam atau tidak. Dinyatakan demam bila suhu tubuhnya >37,2 oC diukur melalui ketiak, >37,8oC melalui mulut, dan >38oC melalui rectum (dubur) Segera berikan obat penurun panas dengan dosis yang tepat, bila anak dipastikan demam. Bantu turunkan demam dengan mengompres anak menggunakan kain atau handuk kecil yang telah diperas kering setelah dicelupkan ke dalam air dingin pada daerah berpembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan lipatan paha. Bila anak cenderung mengalami kejang berulang, sebaiknya orang tua memiliki persediaan obat anti kejang (sesuai resep dokter) yang dapat diberikan pada saat anak mengalami demam.

Intinya, kejang tidak boleh dibiarkan berlangsung lama dan berulang. Setiap orang tua harus waspada bila anak mengalami demam, apalagi bila orang tua memiliki riwayat kejang demam. Usahakan kita tidak panik saat menghadapi anak yang terserang kejang, agar dapat melakukan tindakan yang tepat demi keselamatan si anak.

Anda mungkin juga menyukai