Public Lecture dan Diskusi Panel yang mengupas Perjalanan Perkembangan Kota-kota di Indonesia Selama Empat Dasawasa Terakhir Menuju Kota Masa Depan 2050 Depok, 2 Oktober 2013
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Outline
1. 2. 3. 4. 5. Perkembangan Perkotaan Indonesia Isu Aktual Perkotaan Kebijakan Penataan Kota di Indonesia Praksis Penataan Kota di Indonesia Penutup
98 53
73
Th. 1990
Th. 2000
Th. 2013
Dalam 40 tahun terakhir, jumlah kota telah meningkat 2 (dua) kali lipat.
Sebanyak 70% dari kota otonom di Indonesia berada di P. Jawa & P.Sumatera, ekivalen dengan 70% konsentrasi PDB Nasional di kedua pulau tersebut.
2 KOTA 2 KOTA
2,500,000
5 KOTA 5 KOTA
2,000,000
4 KOTA 4 KOTA
1,500,000
3 KOTA 3 KOTA
1,000,000
17 KOTA 17 KOTA
500,000
Banjarmasin
Samarinda Serang
67 KOTA 67 KOTA
0 Nama Kota
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010, diolah. Catatan: Kota yang berstatus Ibukota Provinsi terdapat di 31 Provinsi Jumlah kota yang berstatus Ibukota Provinsi : 35 (5 kota berada di Provinsi DKI Jakarta)
Provinsi
ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMATAN TIMUR SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA
Pulau
Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Bali Nusa Tenggara Nusa Tenggara Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Maluku Maluku Papua
Jumlah
23 28 9 10 7 11 9 10 4 3 5 74 64 6 58 20 10 8 13 8 11 13 9 13 10 23 11 4 4 9 6 18
65
41 31 227
114
511
*) Definisi FUA: Kegiatan utama bukan pertanian, Fungsi tempat permukiman perkotaan kepadatan penduduk, Pemusatan pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi,
Urbanisasi
50% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, bahkan di Pulau Jawa-Bali mencapai 59% Diperkirakan tahun 2025 mencapai 65,05%
% Penduduk Perkotaan
Laju pertumbuhan penduduk 1.49% per tahun Dalam 4 dekade (1970 2010), penduduk perkotaan bertambah 6 kali lipat Kota otonom meningkat dari 45 ke 93
90
80 70 60 50 77.73 69.1 56.01 65.05 60.39 55.96 51.7 52.03 48.3 47.97 44.04 39.61 34.95
43.99
30.9
40
30 22.27 20 10 0 1980
Urban Rural
1990
2002
2005
2010
2015
2020
2025
Tahun
Keberagaman Kota-kota
Pulau/Kepulauan
Pulau Sumatera Pulau Jawa-Bali Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi Kota Otonom/ Administratif 34 35 9 11
PKN
9 12 2 5
PKW
60 35 10 25
PKSN
4 3 10
KSN Perkotaan 1 5 1
Kota Metropolitan 2 11 1
Kota Besar 5 8 4 -
Kota Sedang 19 16 5 9
Kota Kecil 8 1
Kota Pedalaman 20 24 5 2
Kota Pesisir 14 11 4 9
Kepulauan Maluku
Kepulauan Nusa Tenggara Pulau Papua JUMLAH
4
3 2 98
5
2 3 38
27
11 11 177
2
4 3 26
14
17
2
3 2 56
2
11
51
4
3 2 47
Urbanisasi
Inevitable
8 dari 10 orang
akan tinggal di perkotaan
Quality of Life
10
TATA KELOLA
Penurunan kualitas pelayanan kebutuhan dasar perkotaan Daya saing kota dalam konteks global Kawasan perkotaan di dalam kabupaten Kawasan perkotaan lintas yuridiksi Pengelolaan newtowns, superblok baik di peri-urban maupun in-town Alih kelola sarana dan prasarana kepada Pemda Kerja sama antar pemerintah daerah
Penurunan kualitas lingkungan buatan dan alami (polusi, banjir, krisiis air, dll), dampak perubahan iklim
Quality of Life
Menurun
11
Sumber: - Climate Change Vulnerability Mapping for South East Asia - Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA), Januari 2009 - International Development Research Centre (IDRC); - the Swedish International Development Cooperation Agency (Sida); and - the Canadian International Development Agency (CIDA). - Peta Sesar Aktif dan Sebaran Pusat Gempa Bumi Merusak Wilayah Indonesia, Kementerian ESDM, 2006 - Peta Wilayah Rawan Tsunamiu Indonesia, Kementerian ESDM, 2006 - Peta Indeks Resiko Bencana Konflik Sosial di Indonesia, BNPB, 2010
12
Defisit Ekologis*
0.20 1.96 4.05 1.01 1.56 1.26 1.76 1.46 0.24 1.63 0.47 1.25 7.43 1.12 0.02 0.23 1.03
1.48
1.07
1.69 1.12
0.45
1.20
0.79
Papua 7.43 0.79 KSN KSN DKI Indonesia Cekungan Gerbangk Jakarta Bandung ertosusila 1.12 1.07 0.02 1.48 0.23 1.69 1.03 1.12
Pulau/Kepulauan
Perkotaan
13
Kota berkelanjutan bukan pilihan, namun sudah menjadi suatu keharusan dan telah diadopsi sebagai model global...
15
WHAT: Jakstra yang mampu mendorong aksi afirmatif kewilayahan dan agar sektoral dapat mengisi secara efektif HOW: Tujuan tersebut dicapai secara komprehensif dan inklusif pada entitas ruang kota/kawasan perkotaan berbasis penataan ruang.
16
16
Pemanfaatan Ruang
PENGAWASAN
PEMBINAAN
17
Sumber: Rekapitulasi Progres Penyelesaian RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia Status 16 Agustus 2013, PMU, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU
18
1 2 3
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP)
20
1 (P2KH)
Program Pengembangan Kota Hijau
Incentive Program
untuk percepatan implementasi RTRW bagi Kota/Kab yang sudah menyelesaikan Perda RTRW
Platform Program
untuk percepatan implementasi RTRW bagi Kota/Kab yang sudah menyelesaikan Perda RTRW
21
Karakter
P2KH
Orientasi pada aksi nyata dan solusi berkelanjutan untuk masalah perkotaan
Kolaborasi aktif
ARTISIPASIF
INOVATIF
SINERGI
22
23
24
24
25
KOTA PUSAKA adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang besar yang terwujud dan berisikan pusaka alam, budaya baik tangible dan intangible serta saujana. (Laretna, 2008) Organisasi kota-kota pusaka dunia yang dibentuk pada tanggal 8 September 1993 di Fez, Maroko, pada tahun 2008 telah melaksanakan konferensi kota pusaka dunia di Surakarta yang topiknya memadukan antara pusaka tangible dengan intangible.
(P3KP)
P3KP
PUSAKA
UPAYA UNTUK MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN KOTA PUSAKA DALAM RANGKA MERESPON TANTANGAN SAAT INI DAN MENDATANG PUSAKA ALAM PUSAKA BUDAYA PUSAKA SAUJANA
KEMITRAAN
PEMERINTAH-MASYARAKATDUNIA USAHA
MENGAKTIFKAN KEMBALI
ASET
MENDORONG DIAKUINYA KOTA PUSAKA INDONESIA SEBAGAI KOTA PUSAKA DUNIA OLEH
UNESCO
26
8 K/K KELOMPOK B
K/K LAINNYA
PROPOSAL 26 K/K
KONSULTASI PROPOSAL KUSUMA SAHID PRINCE HOTEL SURAKARTA PELATIHAN MULA - UC UGM YOGYKARTA
PELATIHAN TINGKAT LANJUT MEDAN, BUKITTINGGI, BANGKA BARAT, CIREBON, PEKALONGAN, SURAKARTA, REMBANG, BLITAR
10 K/K KELOMPOK A
PENYUSUNAN RENCANA AKSI BANDA ACEH, SAWAH LUNTO, PALEMBANG, BOGOR, SEMARANG, JOGYAKARTA, DENPASAR, KARANG ASEM, BAU BAU, BANJARMASIN
8 K/K KELOMPOK C
PELATIHAN TINGKAT DASAR SALATIGA, TEGAL, NGAWI, PANGKAL PINANG, BREBES, CILACAP, BANJARNEGARA, BATANG.
27
27
TAHAPAN PELAKSANAAN
2016
2015 2014 2013 2012
Peningkatan Kapasitas SDM pemerintah kota/kab. Penetapan Kota Pusaka Indonesia Perluasan dukungan K/L untuk KP prioritas Pemantapan kerjasama KP Nominasi Kota Pusaka Dunia
Peningkatan Kapasitas SDM pemerintah kota/kab. Penyempurnaan RAKP Prioritas Penetapan Kota Pusaka Indonesia Perluasan dukungan K/L dan dunia usaha untuk KP prioritas Perumusan Nilai Keunggulan Nasional
Peningkatan Kapasitas SDM pemerintah kota/kab. Fasilitasi Penyusunan RAKP Prioritas Penjaringan dukungan K/L untuk KP prioritas Penandatanganan Komitmen Kepala Daerah
28
(P5R)
KOMPONEN P5R
29
PENUTUP
30
Upaya-upaya menyusun kebijakan dan panduan untuk mewujudkan pembangunan perkotaan berkelanjutan pada berbagai aras spasial perlu segera dilaksanakan dan diselesaikan Pada saat yang sama, kebutuhan untuk aksi nyata perwujudan kota berkelanjutan perlu segera dipenuhi dan diimplementasikan, dengan Pemerintah sebagai penjuru bagi pemda dan masyarakat
Program-program sektoral diharapkan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan yang mengacu dan mengisi program-program entitas perkotaan secara terpadu
Pengelolaan perkotaan bervisi jangka panjang dalam rangka pembangunan berkelanjutan mutlak diperlukan di era otonomi daerah.
31
TERIMA KASIH
32
Definisi
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
33
Definisi Perkotaan
FUNCTIONAL URBAN AREA (FUA) ATAU KAW. PERKOTAAN : Wilayah yg memiliki: Kegiatan utama bukan pertanian, Fungsi tempat permukiman perkotaan kepadatan penduduk, Pemusatan pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi,
Dilakukan identifikasi Kota FUA dengan unit analisis desa (dgn data POTENSI DESA): 1. Presisi data adalah dalam skala desa (vs umumnya Kab/kota 2. Kawasan perkotaan dianggap sbg suatu entitas yg satu karakter, dg fungsinya 3. Kesatuan entitas digambarkan dari Indikator fisik (luas terbangun), sosial (kepadatan), ekonomi (sektor & RT bukan pertanian, dan fasilitas kota
34
Indikator
Potensi Desa 2005
Atribut (skor)
50 jw/ha (6) 40-50 jw/ha (5) 30-40 jw/ha (4) 20-30 jw/ha (3) 10-20 jw/ha (2) < 10 jw/ha (1)
1. Kepadatan Penduduk
2. Sektor Ekonomi
Pertanian/perkebunan/pet ernakan/kelautan (1) Industri kecil (2) Industri sedang/besar (3) Perdagangan/jasa (4) Lainnya (2) < 10% (6) 10-20% (5) 20-30% (4) 30-40% (3) 40-50% (2) >50% (1)
PENGERTIAN PERKOTAAN
3. % RT Non pertanian
4. Fasilitas Perkotaan
RS, PT, Akademi (6) Puskesmas, Poliklinik SLTA, SLTP, Pertokoan, Pasar permanen, Pasar semi permanen (1.5) >50% (6) 40-50% (5) 30-40% (4) 20-30% (3) 10-20% (2) <10% (1)
Delineasi Perkotaan
BENTUK: 1. Kumpulan desa-desa yang bersifat kota dari satu kota (node) yang bersifat kota, 2. kota kecamatan, atau 3. kota yang belum memiliki status administrasi. 4. Kumpulan dari beberapa kota (node) yang telah menyatu (aglomerasi kota)
KRITERIA : 1. Desa yang termasuk dalam wilayah yang secara administratif merupakan KOTA digolongkan sebagai DESA URBAN, meskipun pada klasifikasi BPS menyebut rural. 2. Desa-desa urban yang membentuk suatu kesatuan yang utuh, batas FUA dapat langsung dilakukan berdasarkan batas luar aglomerasinya. 3. Desa rural yang dikelilingi desa-desa urban, batas FUA ditentukan dengan menganggap desa-desa rural suatu kesatuan FUA, sehingga delineasinya dilakukan berdasarkan batas luarnya. Kumpulan beberapa desa urban dianggap dapat berfungsi sebagai kota dan dapat dikatakan FUA apabila memiliki paling sedikit 2 desa urban. Desa sebagai ibukota kabupaten, meskipun dalam kategori BPS bukan merupakan desa urban, tetap akan berfungsi sebagai kota, sehingga meskipun hanya memiliki satu desa urban tetap dianggap sebagai suatu FUA.
36
Batas Kota
Kota Otonom